• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS TENTANG ETIKA DALAM PENELITIAN SOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KASUS TENTANG ETIKA DALAM PENELITIAN SOS"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

jNama : Ahmad Rey Fahriza

NPM : 1306415522

Program Studi : Ilmu Politik

Mata Kuliah : Pengantar Metode Penelitian Sosial Hari / Tanggal : Senin, 2 Juni 2014

Dosen : Dr. Prihandoko Sanjatmiko M.Si

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PMPS

Kasus Tentang Etika Dalam Penelitian Sosial

Salah satu Tri Dharma dalam perguruan tinggi adalah penelitian. Ya, penelitian adalah suatu hal lazim yang dilakukan oleh akademisi, sebagai bentuk aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkan selama dia menempuh pendidikan. Penelitian juga menjadi salah satu bentuk pembuktian dari seorang akademisi apabila ingin mendapatkan pengakuan dan gelar dari masyarakat. Hal itu dapat kita lihat dalam pembuatan skripsi untuk seorang sarjana, tesis untuk seorang magister, dan disetasi untuk seorang doktor. Penelitian juga bertujuan untuk memberikan sebuah solusi, manfaat, teori, ilmu, dan penyelesaian masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Artinya seorang peneliti ingin agar hasil penelitiannya dapat bermanfaat bagi orang banyak, bukan malah menimbulkan masalah baru. Contohnya manusia butuh penerangan sebagai pengganti matahari apabila waktu malam telah tiba. Oleh karena itu, Thomas Alva Edison membuat penelitian dan eksperimen untuk menciptakan alat penerang pada waktu malam hari. Berkat ketekunan dan kerja keras yang telah dilakukan oleh Edison, akhirnya dia menciptakan sebuah alat yang sangat bermanfaat bagi manusia yaitu lampu. Oleh karena itu, setiap orang diharapkan bisa dan tahu bagaimana cara melakukan penelitian.

Dalam tulisan kali ini, penulis akan membahas tentang etika dalam penelitian sosial dan mengidentifikasi contoh kasus etika dalam penelitian sosial yang positif dan negatif. Penulis mengambil tema tersebut karena etika dalam penelitian menjadi sebuah hal yang penting mengingat kita harus memiliki etika apabila dalam berhubungan dengan masyarakat. Seperti yang kita tahu, dalam melakukan penelitian sosial tidak mungkin kita bergerak sendiri tanpa ada berhubungan dengan orang lain, seperti mencari teori, sumber data, fakta, konsep, dan narasumber. Untuk itu, penulis merasa sangat perlu untuk membahas etika dalam penelitian sosial.

Dalam tugas Pengantar Metode Penelitian Sosial Ini, penulis akan membahas satu contoh kasus yang sesuai etika dalam penelitian sosial (positif) dan satu contoh kasus yang tidak sesuai dengan etika dalam penelitian sosial (negatif). Pertama-tama, penulis akan membahas contoh yang positif terlebih dahulu. Pada contoh kasus positif kali ini, penulis mengambil contoh dari portal berita warta kota tribun news yang diunggah pada Senin 2 Juni 2014 pukul 22.46 WIB. Judul artikelnya adalah “Pekerja Bangunan Jualan Ganja di Depok”. Pada artikel ini diberitakan bahwa AL pekerja bangunan berumur 25 tahun dibekuk polisi karena telah mengedarkan ganja di kota Depok. Dia dibekuk di Situ Cilodong oleh polisi yang menyamar sebagai pembeli. Dari pengakuannya AL baru 6 bulan menjadi pengedar ganja. Dia terpaksa melakukan hal buruk tersebut karena desakan ekonomi.

(2)

penelitian sosial yaitu anonim pada nama narasumber. Kita tidak boleh menyebutkan identitas narasumber jika narasumber tidak mengizinkan kita untuk menuliskan identitasnya. Hal tersebut karenakan narasumber memiliki hak untuk menjaga privasinya agar tidak diketahui oleh publik. Apabila kita melanggar kode etik tersebut, kita bisa dituntut dan terdakwa bersalah atas perbuatan tersebut. Apabila kita ingin menyebutkan identitas narasumber terlebih dahulu kita harus meminta persetujuan dari narasumber. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga privasi narasumber agar narasumber tidak merasa telah dirugikan.

Selanjutnya penulis akan membahas tentang contoh kasus negatif dari etika dalam penelitian sosial. Kali ini, penulis mengambil contoh kasus plagiarisme. Plagiarisme adalah tindakan menjiplak, mengklaim, atau mencuri karya, ide, gagasan, tulisan, atau pendapat orang lain dan menganggap bahwa karya tersebut adalah miliknya. Seorang yang melakukan praktek plagiarisme disebut plagiator. Plagiat adalah tindakan pidana yang sangat merugikan orang lain. Seorang plagiator dapat dituntut atas perbuatan yang telah dilakukannya. Praktek plagiarisme sudah banyak terjadi, khususnya di Indonesia. Banyak kasus yang sudah terbongkar, tapi masi lebih banyak lagi kasus plagiarisme yang belum terbongkar.

Penulis mengambil contoh kasus dari portal berita tribun news. Judulnya adalah “Dosen Lebih Suka Menjiplak, Tahun Lalu ada 808 Kasus Plagiarisme”. Artikel ini diunggah pada hari Rabu 4 Juni 2014 pukul 07.16 WIB. Pada artikel tersebut diceritakan bahwa dalam sertifikasi dosen harus membuat karya ilmiah atau makalah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, nasional, atau internasional. Namun pada pelaksanaannya telah ditemukan 808 kasus dosen sepanjang tahun 2013 yang melakukan praktek plagiarisme sebagai jalan pintas. Hal tersebut sangatlah memprihatinkan mengingat hal tersebut adalah pembuktian seorang dosen agar mendapat sertifikasi profesor atau guru besar.

Dari Kemendikbud sebenarnya sudah di himbau agar jangan ada dosen yang menjiplak atau melakukan plagiat karena Kemendikbud memiliki data base yang lengkap. Tetapi masih ada saja yang melakukan praktek plagiarisme. Bahkan ada juga dosen yang ngeyel dan tidak mau mengakui perbuatannya. Demikianlah tulisan penulis tentang contoh kasus etika dalam penelitian sosial. Jadi kesimpulannya adalah apabila kita ingin melakukan penelitian, kita juga harus memerhatikan etika dalam penelitian. Hal tersebut menjadi penting mengingat etika penelitian merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, kita sebagai kaum terpelajar jangan sampai merugikan orang lain dengan cara melanggar etika dalam penelitian.

Sumber dan Bahan Bacaan :

http://ftaman.wordpress.com/2010/01/03/etika-dalam-penelitian/

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/04/dosen-lebih-suka-menjiplak-tahun-lalu-ada-808-kasus-plagiarisme

http://wartakota.tribunnews.com/2014/06/02/pekerja-bangunan-jualan-ganja-di-depok

(3)

Lampran 1

Pekerja Bangunan Jualan Ganja di Depok

Senin, 2 Juni 2014 22:46 WIB

WARTA KOTA, PALMERAH— Satuan Narkoba Polresta Depok membekuk AL (25), seorang pekerja, yang menjadi bandar ganja. AL dibekuk petugas di Situ Cilodong, Sabtu

(31/5/2014) malam lalu, setelah dipancing oleh polisi yang menyamar sebagai konsumen

yang hendak membeli ganja dari AL.

Kasat Narkoba Polresta Depok, Kompol Djitu Martono menjelaskan, dari penangkapan AL

disita barang bukti ganja siap edar sebanyak 3,5 Kg. Djitu menjelaskan penangkapan

berawal dari informasi masyarakat.

"Dari informasi masyarakat kami selidiki yang bersangkutan selama dua minggu," katanya

di Mapolresta Depok, Senin (2/6/2014). Dari hasil penyelidikan kata AL, petugas lalu

berupaya menjebak AL.

"Petugas menyamar sebagai pembeli dan pelaku mengajak bertemu di Situ Cilodong,"

kata Djitu. Menurut Djitu saat bertranskasi pihaknya langsung menangkap AL, Sabtu

malam itu.

"Dari tangan pelaku kami amankan ganja dalam bungkusan kecil seberat 5,9 gram,"

ujarnya. Dari sana pihaknya melakukan pengembangan dengan menggeledah rumah

pelaku di daerah Citereup, Kabupaten Bogor. "Di rumahnya kami sita ganja 3 kg yang

masih dikemas," ujarnya.

Djitu menuturkan dari pengakuannya pelaku baru 6 bulan menjadi bandar ganja. Ini

dilakukan karena desaakan ekonomi. "Pelaku mengaku menjadi bandar ganja untuk

menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebab sebagai kuli bangunan, tidak setiap saat

(4)

Lampiran 2

Dosen Lebih Suka Menjiplak, Tahun Lalu Ada 808

Kasus Plagiarisme

Rabu, 4 Juni 2014 07:16 WIB

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Salah satu persyaratan untuk mengajukan sertifikasi dosen adalah membuat karya ilmiah atau makalah yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah, nasional, atau internasional. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak dosen yang melakukan plagiarisme untuk pembuatan karya ilmiahnya.Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Djoko Santoso, saat dikonfirmasi tentang hal tersebut, mengakui masih adanya persoalan krusial dalam proses sertifikasi, salah satunya adalah masih adanya plagiarisme. Menurut data Kemendikbud, kasus plagiat atau biasa disebut copy paste (copas) pada proses sertifikasi dosen mencapai 808 kasus di tahun 2013.Kasus plagiarisme bisa terungkap karena Kemendikbud mempunyai data lengkap karya ilmiah, makalah, dan jurnal ilmiah. Terlebih adanya sistem yang bisa mengetahui ada-tidaknya plagiarisme dalam suatu karya ilmiah."Jadi, kalau ada yang copas, pasti ketahuan karena kita punya sistem bagus. Disangkanya tidak tahu. Kalau ada yang ngeyel (tidak mengaku), kami punya buktinya," kata Djoko saat ditemui pada acara Pameran Elektronic Engineering Day ITB di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganeca, Bandung, Selasa (3/6/2014).Kasus-kasus yang ditemui Kemendikbud antara lain pemalsuan dokumen karya ilmiah, jurnal rakitan, jurnal bodong, artikel sisipan, label akreditasi palsu, nama pengarang sisipan, buku lama tapi sampul baru, dan nama pengarang yang berbeda.Sebenarnya, kata Djoko, imbauan atau

peringatan sudah kerap dilayangkan kepada universitas dan perguruan tinggi untuk tidak coba-coba melakukan tindakan plagiarisme karena Kemendikbud memiliki data base komplet."Sudah diimbau, karya ilmiah ya buat sendiri, jangan sekali-kali melakukan tindakan (copas/plagiat) yang merugikan sendiri," katanya.Karena hal tersebut, kata Djoko, Kemendikbud membuat persyaratan khusus bagi doktoral ditingkatkan standar nasional pendidikannya. Dicontohkan, para calon doktor tersebut harus menulis di jurnal internasional minimal dua kali. Selain itu, bagi mahasiswa S3 juga ada batas minimal dan tidak ada batas maksimal. Hal ini dimaksudkan agar riset yang dilakukan benar- benar maksimal dan tidak asal-asalan. "Masa doktor hanya dua tahun, kan ngga benar," katanya.Persoalan lain yang masih dihadapi oleh perguruan tinggi adalah masih adanya perguruan tinggi yang tingkat rasio antara dosen dan mahasiswanya tidak seimbang. Hal ini tentu menjadi pertanyaan tentang kualitas perguruan tinggi tersebut. Diakuinya,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

apakah apotek pernah mengganti resep yang mengandung obat generik dengan obat non generik. apakah ditemukan obat

[r]

Demikian Berita Acara Aanwijzing ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kelompok Kerja IV (Barang Non Medis dan Inventaris,PNBP)

Evaluasi administrasi dilakukan terhadap persyaratan yang tercantum dalam

View publication stats View

Surat Dukungan Distributor/Pabrik tidak memuat/mencantumkan jumlah barang yang didukung, sehingga tidak sesuai dengan dokumen pengadaan pasal 26.3. penawaran

Oleh karena itu penulis mengambil pendokumentasian tentang perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang tersebut karena sejauh ini penelitian yang