• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kerja Praktik Lapangan. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Kerja Praktik Lapangan. doc"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Dalam Sistem Pendidikan Indonesia, penyampaian materi perlu dilaksanakan secara formal ataupun non formal. Kedua cara tersebut haruslah seimbang dalam pelaksanaannya. Pendidikan formal merupakan pendidikan berjenjang dan ditempuh dengan waktu relatif lama mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Atas, dilanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal dapat dilaksanakan di luar sekolah formal dengan waktu relatif singkat. Pendidikan non formal meliputi pendidikan keahlian, kursus, dll. Dengan mengikuti sistem pendidikan formal dan non formal, diharapkan Sistem Pendidikan Nasional melahirkan para pemuda berintelektual dan siap kerja.

Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan lembaga pendidikan formal dengan sistem pendidikan

Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan satu lembaga pendidikan yang menciptakan dan membentuk mahasiswa yang berintelektual tinggi yang nantinya sebagai penerus bangsa dan diharapkan dapat membangun bangsa dan negara sepenuhnya. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang khususnya jurusan Akuntansi menerapkam pendidikan di luar perkuliahan melalui Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang merupakan salah satu kegiatan penunjang pengembangan materi dan kemampuan serta sebagai wawasan dan pelengkap materi perkuliahan di kelas, agar nantinya keahlian yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

(2)

B. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan ( KKL )

Kuliah Kerja Lapangan ini mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi jurusan non pendidikan khususnya jurusan Akuntansi, salah satu dampaknya yaitu memberikan bekal pengetahuan,keterampilan dan praktik khususnya yang berkenaan dengan penerapan konsep dan teori yang diperoleh di perkuliahan hingga penerapannya dilapangan sehingga akan menumbuhkan profesionalisme kerja bagi mahasiswa.

Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) antara lain sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat memadukan atau mencocokan antara teori yang diperoleh diperkuliahan, sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih mudah dipahami oleh mahasiswa itu sendiri,dan mendapat penjelasan langsung dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Mahasiswa dapat melihat penerapan konsep yang diperoleh di perkuliahan langsung dengan penerapan konsep langsung dilapangan mengenai pengawasan keuangan.

3. Mahasiswa dapat memperoleh ilmu baru dan penjelasan langsung mengenai perkembangan Badan pemeriksa keuangan (BPK).

C. Manfaat Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Manfaat yang diperoleh dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini antara lain :

1. Memperdalam ilmu pengetahuan mahasiswa tentang bidang pengetahuan yang dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Mengasah pikiran mahasiswa yang melaksanakan penelaahan dan pemecahan masalah yang ada di lapangan.

(3)

4.

Mahasiswa dapat mencocokan teori dan praktiknya berdasarkan ilmu yang telah didapatkan.

D. Objek KKL

Objek Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi 2013 kelompok 3 Akuntansi adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)wilayah Bali.

E. Waktu Pelaksanaan KKL

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi 2013kelompok 3 Akuntansi dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal :

Waktu :

F. Peserta KKL

Peserta KKL Mandiri Akuntansi2013 adalah :

(4)

G. Metode Pembuatan Laporan

Dalam Pembuatan laporan ini digunakan 3 metode yaitu :

1. Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Metode wawancara atau interview

Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab antara peserta KKL Mandiri Akuntansi 2013 dengan pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada waktu presentasi yang disajikan oleh pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

3. Metode Kepustakaan

Metode ini dilakukan untuk memperoleh sumber-sumber data sebagai pelengkap dalam laporan ini yang berasal dari buku-buku dan artikel-artikel mengenai perbankan serta data dari internet.

H. Sistematika Laporan KKL

Sistematika Laporan KKL dimaksudkan untuk mempermudah permohonan tentang laporan yang akan dibahas. Oleh karena itu penulis menyajikan sistematika laporan dalam KKL ini yaitu sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

(5)

BAB II

Profil Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Bab ini berisikan sejarah,visi dan misi, serta bidang/departemen badan pemeriksa keuangan (BPK).

BAB III

Bab ini berisikan sistem kerja Badan Pemeriksa Keuangan mulai dari detail sumber keuangan sampai pelaporan akuntansinya serta tugas dari BPK sendiri yaitu pemeriksaan keuangan yang didalamnya menjelaskan prosedur-prosedur pemeriksaan keuangan pemerintah.

BAB IV Penutup

Berisi tentang kesimpulan dari uraian sebelumnya dan saran dari penulis yang telah didapatkan selama menyusun laporan ini.

BAB II

PROFIL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)

(6)

Sejarah BPK RI

Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.

(7)

Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.

Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.

(8)

MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.

Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.

Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;

 UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara

 UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

 UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

B

.

Struktur Dan Tugas Anggota Badan Pemeriksa Keuangan

Tugas pimpinan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebagai individu berbeda dengan tugas BPK sebagai badan/lembaga. Masing-masing anggota BPK memiliki tugas yang diatur dengan jelas. BPK memiliki sembilan anggota yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Anggota I, Anggota II, Anggota III, Anggota IV, Anggota V, Anggota VI, dan Anggota VII. Ke-9 anggota tersebut disebut sebagai Pimpinan BPK.

(9)

Berikut ini tugas pimpinan BPK mulai dari Ketua, Wakil sampai Anggota ke-VII.

1. Ketua merangkap Anggota (Drs. Hadi Poernomo, Ak.)

 KelembagaanBPK

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara secara umum

Hubungan Kelembagaan Dalam Negeri dan Luar Negeri

2. Wakil Ketua merangkap Anggota (Hasan Bisri, S.E., M.M.)

 Pelaksanaan Tugas Penunjang dan Sekretaris Jenderal Penanganan Kerugian Negara.

3. Anggota I (Dr. H. Moermahadi Soerja Djanegara , S.E., Ak., M.M.)

 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.

Departemen Luar Negeri

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Departemen Pertahanan Departemen Perhubungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

Kejaksaan Agung

Komisi Pemberantasan Korupsi Komisi Pemilihan Umum

(10)

4. Anggota II (Drs. H. Taufiequrachman Ruki, S.H.)

 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Nasional

Pemeriksaan Investigatif

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Menengah Badan Koordinasi Penanaman Modal

Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas

5. Anggota III (Dr. Agung Firman Sampurna, S.E., M.Si.)

 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Lembaga Negara, Kesejahteraan Rakyat, Kesekretariatan Negara, Aparatur Negara, Riset dan Teknologi

MPR, DPR, DPD, MA, BPK, MK, KY Departemen Sosial

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Departemen Komunikasi dan Informatika

(11)

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Kementerian Negara Perumahan Rakyat Kementerian Negara Riset dan Teknologi

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Badan Pengawas Tenaga Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi LIPI

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Perpustakaan Nasional

Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Badan Pelaksana Tabungan Perumahan

Badan Pengelola Gelora Bung Karno Badan Pengelola Komplek Kemayoran

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Lembaga Penyiaran Publik RRI dan TVRI

LKBN Antara

Taman Mini Indonesia Indah

Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas

6. Anggota IV (Dr. Drs. Ali Masykur Musa, M.Si.)

 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Lingkungan Hidup, Pengelola Sumber Daya Alam, dan Infrastruktur. Departemen Pertanian

(12)

Departemen Kelautan dan Perikanan

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Departemen Pekerjaan Umum

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Badan Pengatur Hilir Migas

Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas

7. Anggota V (Drs. Sapto Amal Damandari, Ak., C.P.A.)

 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah I (Sumatera dan Jawa) Departemen Dalam Negeri

Departemen Agama

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nangroe Aceh Darussalam Badan Pengembangan Industri Pulau Batam

Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan BUMD di wilayah: Provinsi NAD

(13)

8. Anggota VI (Dr. H. Rizal Djalil)

 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua)

Departemen Kesehatan

Departemen Pendidikan Nasional

Kementerian negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Badan Pengawas Obat dan MakananPemerintah Provinsi, Kabupaten Kota, dan BUMD di wilayah:

Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas

9. Anggota VII (Bahrullah Akbar, B.Sc., Drs., S.E., M.B.A.)

(14)

Kementerian Negara BUMNBUMN dan anak perusahaan

Badan Pelaksana Pengendalian Usaha Migas (termasuk Kontraktor Production Sharing/KPS Pertambangan)

Badan Pembina proyek Asahan dan Otorita Pengembangan Proyek AsahanLembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas.

C.

Visi dan Misi BPK RI

VISI

Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

MISI

1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; dan

3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara.

sesuai dengan SK BPK RI

TUJUAN STRATEGIS

Melalui pelaksanaan misinya, BPK berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan strategis sebagai berikut:

(15)

2. Mewujudkan pemeriksaan yang bermutu untuk menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan; dan

3. Mewujudkan birokrasi yang modern di BPK.

NILAI-NILAI DASAR

Dalam melaksanakan misinya BPK menjaga nilai-nilai dasar sebagai berikut:

1. Independensi

Kami menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan, organisasi, maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, kami bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan/atau organisasi yang dapat mempengaruhi independensi.

2. Integritas

Kami membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, obyektif, dan tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.

3. Profesionalisme

Kami membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.

Visi & Misi dituangkan dalam Rencana Strategis

BAB III

(16)

A. Sumber Keuangan

Sumber keuangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)diantaranya melalui penerimaan baik dari pajak pusat (negara) maupun dari pembiayaan pemerintah. Dimana dana tersebut digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

B. Sistem Akuntansi/Pencatatan

Akuntansi adalah Proses / Kegiatan dari (suatu seni dalam) pencatatan, pengklasi-fikasian, pengikhtisaran dan penganalisaan dengan cara yang lazim dan dalam satuan uang atas transaksi dan kejadian yang setidak-tidaknya mempunyai sifat keuangan, serta pengin-terpretasian hasil pencatatan tersebut.

Pembukuan adalah proses pencatatan transaksi keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi posisi harta, utang, dan modal.

Persamaan akuntansi secara umum adalah :

1. Harta = Hutang

2. Harta = Hutang + Modal

3. Harta = Hutang + Modal + ( Pendapatan – Beban )

Dan kesimpulannyaadalahhartaHarta =Hutang + Modal

Untuk bank adalahadalahtermasukkomitmendankontinjensi (off balance

sheet)yaituadatransaksi yang

(17)

C. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai salah satu lembaga keuangan yang berada dibawah Kementrian Keuangan, maka dalam hal untuk mengatahui posisi keuangan sudah pasti bagian keuangan harus memberikan laporan tentang kondisi keuangansebagai landasan pertanggung jawaban kepada Kementrian Keuangan yaitu Menteri keuangan.

D.

KegiatanBadan Pemeriksa Keuangan (BPK).

1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; dan

(18)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:

1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)merupakan salah satu lembaga yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memeriksa laporan keuangan atau bias disebut sebagai auditor internal pemerintah.

2. Sumber keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)yaitu melalui dari pajak pusat (negara) maupun dari pembiayaan pemerintah.

(19)

prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.

4. Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)adalahMengadakan penilaian dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan pemerintah maupun pemerintah kota , kabupaten yang apakah telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dan sehat serta baik ,tidak ada kecurangan dalam anggaran dll.

B. Saran

Sebagai suatu lembaga yang menjadi pemeriksa keuangan pemerintah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) harus profesional dan independen dalam kegiatannya,menjauhi kegiatan kolusi,korupsi dan nepotisme sehingga masyarakat percayaakan eksistensi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)dalam menjalankan fungsinyasebagai auditor internal pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

 Bpk .go.id

(20)
(21)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kinerja BPD dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan Di Desa saat ini

Capaian kinerja ini merupakan hasil dari kerja keras dan komitmen seluruh aparat Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta pihak terkait lainnya dalam rangka

Pemohon mengajukan permohonan perpanjangan KITAP ke-2 tanggal 26 Februari 2004 sehingga overstay selama 2 tahun 3 bulan atau lebih dari 60 hari. Atas keterlambatan

06 PMP ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai panduan oleh BPK dan pelaksananya dalam mengelola (manage) pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

Laporan Bulanan di lingkungan Auditorat Keuangan Negara I Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia merupakan laporan yang disusun setiap bulan sebagai

batu kecil minimum 0,5 m, sedangkan antara batu besar kurang lebih 1,0 m. Jarak antar batu kecil minimum 0,5 m, sedangkan antara batu besar kurang lebih 1 m.. Kelas 6: batuan

Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan PKL yang praktikan lakukan selama dua bulan di Subbagian Ketatausahaan, Auditorat Keuangan Negara V, Badan Pemeriksa Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang