• Tidak ada hasil yang ditemukan

Augustinus Dosa Asal docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Augustinus Dosa Asal docx 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

AUGUSTINUS DAN DOSA ASAL

Aurelius Augustinus, Augustine of Hippo atau Santo Augustinus (13 Nopember 354 – 28 Agustus 430) adalah salah satu tokoh paling penting dalam perkembangan agama Kristen di Barat. Bagi para penganut Katholik Roma dan Jemaat Anglican, ia seorang santo dan Dokter Gereja yang menonjol, dan panutan ordo agama Augustinus. Banyak kalangan Protestan, terutama dari sekte Calvinis, menganggapnya salah seorang sumber theologis ajaran Reformasi tentang keselamatan dan kasih karunia. Ia juga dianggap santo oleh Gereja Ortodoks. Lahir di Afrika sebagai putra sulung dari Santa Monica, ia menuntut ilmu di Roma dan dibaptis di Milan. Tulisan-tulisannya – termasuk The Confessions, yang sering disebut otobiografi Barat pertama – masih bisa dibaca di seluruh dunia.

Kehidupannya

Santo Augustinus lahir pada tahun 354 di Tagaste (sekarang bernama Souk Ahras, Aljazair), sebuah kota di propinsi Roma di Afrika Utara. Ia besar dan masuk sekolah dasar di Tagaste. Pada usia 11 tahun, Augustinus pergi sekolah ke Madauros, sebuah kota kecil Numidian sekitar 19 mil sebelah utara Tagaste. Pada usia tujuh belas tahun ia pergi ke Carthage untuk melanjutkan pendidikannya di bidang rhetorika. Ibunya yang dihormati, Monica, adalah orang asli Berber dan penganut Katholik yang saleh, dan ayahnya, Patricius, seorang penyembah berhala; tetapi Augustinus menganut agama Manichaean yang kontroversial, yang sangat mengecewakan ibunya. Augustinus muda mempunyai gaya hidup hedonistik dan, di Carthage, ia membina hubungan dengan seorang wanita muda yang kelak menjadi gundiknya selama lima belas tahun. Selama kurun waktu tersebut ia memperoleh seorang putera, Adeodatus, dengan seorang wanita muda. Pendidikan dan karir awalnya adalah di bidang filsafat dan rhetorika, seni membujuk dan berbicara di depan umum. Ia mengajar di Thagaste dan Carthage, tetapi ingin pergi ke Roma tempat di mana ia yakin para ahli rhetorika terbaik dan paling cerdas berpraktek. Akan tetapi, Augustinus merasa kecewa dengan sekolah-sekolah Roma, yang menurutnya bersikap apatis. Begitu tiba saatnya para siswanya membayar ongkos mereka para siswa tersebut kabur. Teman-teman Manichaean memperkenalkan dirinya dengan petinggi kota Roma, Symmachus, yang diminta menyediakan dosen rhetorika untuk pengadilan kerajaan di Milan.

(2)

Ibunya, Monica, mendesaknya agar menjadi Katholik, tetapi uskup Milan, Ambrose, adalah orang yang paling berpengaruh pada Augustinus. Ambrose adalah master rhetorika sama dengan Augustinus sendiri, tetapi lebih tua dan lebih berpengalaman. Didesak sebagian oleh khotbah Ambrose, dan studi lainnya, termasuk pertemuan yang mengecewakan dengan eksponen utama theologia Manichaean, Augustinus meninggalkan Manichaemisme; tetapi alih-alih menjadi Katholik seperti Ambrose dan Monica, ia beralih menjadi penganut pendekatan berhala Neoplatonik terhadap kebenaran, yang mengatakan bahwa untuk sekian waktu ia mempunyai rasa mencapai kemajuan nyata dalam pencariannya, walaupun akhirnya ia terperangkap ke dalam sikap skeptis.

Ibu Augustinus mengikutinya ke Milan dan Augustinus membiarkan ibunya merancang perkawinan masyarakat, untuk mana ia meninggalkan gundiknya (walaupun ia harus menunggu dua tahun sampai tunangannya cukup umur; dalam pada itu ia segera bersama wanita lain). Selama kurun waktu itulah Augustinus dari Hippo mengucapkan doa terkenalnya, “Berikanlah aku kesucian dan pemantangan diri, namun belum sekarang”[da mihi castitatem et continentiam, sed noli modo] (Conf., VIII. Vii (17)).

Pada musim panas tahun 386, setelah membaca tulisan tentang kehidupan Santo Anthony dari Desert yang sangat mengilhaminya, Augustinus mengalami krisis pribadi yang hebat dan memutuskan beralih menjadi pemeluk agama Kristen, meninggalkan karirnya dalam rhetorika, meninggalkan jabatannya sebagai dosen di Milan, membuang segala ide tentang perkawinan, dan membaktinya dirinya seluruhnya untuk melayani Allah dan praktek kependetaan, yang mencakup pembujangan. Kunci dalam perubahan ini adalah suara seorang anak yang tak terlihat yang suatu waktu ia dengar berkata kepadanya dalam suara nyanyian yang dinyanyikan untuk “tolle lege” (“mengambil dan membaca”) Alkitab, di mana saat ia membuka Alkitab secara serampangan dan membuka surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma 13:13, yang berbunyi: ”Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati”. Ia menguraikan secara rinci perjalanan rohaninya dalam bukunya yang terkenal Confessions, yang menjadi karya agung literatur theologia Kristen maupun dunia. Ambrose membaptis Augustinus, bersama-sama dengan puteranya, Adeodatus, pada hari Paskah tahun 387 di Milan, dan segera sesudah itu tahun 388 ia kembali ke Afrika. Di perjalanan menuju Afrika ibunya meninggal, dan tidak lama kemudian menyusul puteranya, yang meninggalkannya relatip sendirian di dunia tanpa keluarga.

Begitu ia kembali ke Afrika utara ia membangun fondasi biarawan di Tagaste untuk dirinya sendiri dan sekelompok teman-teman. Pada tahun 391 ia ditahbiskan menjadi pendeta di Hippo Regius (sekarang Annaba, di Algeria). Ia menjadi pengkhotbah terkenal (lebih dari 350 khotbah yang terpelihara hingga saat ini diyakini asli), dan terkenal dalam memerangi bidah Manichaean, di mana ia adalah bekas pemeluknya.

(3)

Hippoo sampai ia wafat pada tahun 430. Ia meninggalkan biara, namun tetap menjalani hidup biarawan di keuskupan. Ia meninggalkan Peraturan (bahasa Latin, Regula) untuk biaranya yang menjadikan dirinya dinyatakan sebagai “teladan orang kudus Pendeta Biasa”, yaitu, Pendeta yang hidup menurut peraturan biara.

Augustinus meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430, selama pengepungan Hippo oleh orang-orang Vandal. Ia berusia 75 tahun. Ada yang mengatakan bahwa ia meninggal dunia persis saat orang-orang Vandal meruntuhkan tembok kota Hippo. Ia disebut-sebut mendorong para warga kota untuk menahan serangan, terutama atas dasar bahwa orang-orang Vandal adalah penganut bidah Arian.

Pengaruh sebagai theolog dan pemikir

Augustinus tetap merupakan tokoh sentral, baik dalam agama Kristen maupun dalam sejarah pemikiran Barat, dan dianggap ahli sejarah modern Thomas Cahlil sebagai orang abad-pertengahan pertama dan orang klasik terakhir. Dalam pemikiran filosofis maupun theologisnya, ia sangat dipengaruhi oleh Stoicisme, Platonisme dan Neoplatonisme, terutama oleh tulisan Plotinus, penulis Enneads, mungkin melalui perantaraan Porphyry dan Victorinus (seperti yang diajukan Pierre Hadot). Pandangannya yang umumnya mendukung pemikiran Neoplatonik turut memberi kontribusi kepada “baptisan” pemikiran Yunani dan jalan masuk mereka ke dalam agama Kristen dan selanjutnya tradisi intelektual Eropa. Tulisannya yang pertama dan berpengaruh tentang keinginan manusia, topik sentral dalam etika, akan menjadi fokus bagi para filsuf kemudian seperti Schopenhauer dan Nietzsche. Selain itu, Augustinus dipengaruhi oleh tulisan Virgil (terkenal karena ajarannya tentang bahasa) dan Cicero (terkenal karena ajarannya tentang argumen).

Konsep Augustinus tentang dosa asal dibahas dalam tulisannya menentang ajaran Pelagian. Akan tetapi, kalangan theolog Ortodoks Timur, walaupun mereka yakin semua manusia dirusak oleh dosa asal Adam dan Hawa, mempunyai perselisihan utama dengan Augustinus tentang ajaran ini, dan dengan demikian pandangan ini merupakan sumber utama perpecahan antara Timur dan Barat.

Tulisan Augustinus membantu merumuskan teori perang yang adil. Ia juga menganjurkan penggunaan kekuatan melawan kalangan Donatist, yang bertanya “Mengapa… Gereja tidak menggunakan kekuatan dalam memaksa anak-anaknya yang hilang untuk kembali, jika anak-anak yang hilang memaksa orang lain menuju kehancuran mereka?” (The Correction of the Donatitsts, 22-24).

St. Thomas Aquinas banyak mengambil hikmah dari theologia Augustinus sewaktu menciptakan sintesanya yang unik atas pemikiran Yunani dan Kristen setelah ditemukannya kembali tulisan Aristoteles.

(4)

tulisan Bernard dari Clairvaux, kalangan theolog Reformasi seperti Martin Luther dan John Calvin berpaling kepadanya sebagai inspirasi atas pergumulan yang mereka akui dengan Injil Alkitab. Uskup John Fisher dari Rochester, penentang utama Luther, menegaskan pandangan Augustinus tentang kasih karunia dan keselamatan sesuai dengan doktrin Gereja, yang dengan demikian merangkul baik soteriologi Augustinus maupun ajarannya tentang otoritas dari dan kepatuhan terhadap Gereja Katholik. Belakangan, di dalam Gereja Katholik Roma, tulisan Cornelius Jansen, yang mengaku sangat dipengaruhi Augustinus, akan menjadi landasan gerakan yang dikenal sebagai Jansenisme; sebagian pengikut gerakan Jansenisme jatuh ke dalam schisme dan membentuk gereja sendiri.

Augustinus dijadikan canon oleh sambutan populer, dan belakangan diakui sebagai Doktor Gereja pada tahun 1303 oleh Paus Boniface VIII. Hari perayaannya adalah tanggal 28 Augustus, yaitu hari wafatnya. Ia dianggap teladan orang kudus para tukang anggur, tukang cetak, theolog, penderita sakit mata dan sejumlah kota dan dioces.

Bagian akhir dari tulisan Augustinus Confessions terdiri dari meditasi panjang lebar tentang sifat waktu. Kalangan theolog Katholik umumnya menerima keyakinan Augustinus bahwa Allah ada di luar waktu dalam “kehadiran kekal”; waktu tersebut hanya ada di dalam alam semesta yang diciptakan karena hanya di angkasalah waktu tampak dengan jelas melalui gerakan dan perubahan.

Meditasi Augustinus tentang sifat waktu terkait erat dengan kajiannya tentang kemampuan ingatan manusia. Frances Yates dalam studinya tahun 1966, The Art of Memory mengajukan bahwa nas singkat dari Confessions, X.8.12, di mana Augustinus menulis tentang berjalan menaiki tangga dan memasuki medan ingatan yang luas jelas mengindikasikan bahwa bangsa Romawi kuno mengetahui bagaimana menggunakan metafora ruang dan arsitektural eksplisit sebagai teknik mengingat untuk menata informasi dalam jumlah besar. Beberapa filsuf Perancis mengajukan bahwa teknik ini bisa dipandang sebagai nenek moyang konseptual dari paradigma interface pemakai realitas maya.

Menurut Leo Ruickbie, alasan Augustinus menentang sihir, yang membedakannya dari keajaiban, sangat penting dalam perang Gereja yang pertama menentang penyembahan berhala dan menjadi tesis sentral dalam pembasmian sihir dan tukang sihir di waktu kemudian.

Menurut Professor Deepak Lal, visi Augustinus tentang kota sorgawi mempengaruhi keyakinan sekuler tentang Pencerahan, Marxisme, Freudianisme dan Eco-fundamentalisme.

Kutipan berpengaruh dari tulisan-tulisan Augustinus

 “Mengasihi orang berdosa dan membenci dosa” (Cum dilectione hominum et odio vitiorum) (Operasi Omnia, vol II, col. 962, surat 211), secara harfiah “Mengasihi manusia dan membenci dosa-dosa”.

(5)

 “Tiada yang tertinggi selain kebenaran dan kemenangan kebenaran adalah kasih” (Victoria veritatis est caritas).

 “Bernyanyi satu kali sama dengan berdoa dua kali” (Qui cantat, bis orat) secara harfiah “siapa yang bernyanyi, ia sudah berdoa dua kali”.

 “Tuhan, engkau telah membujuk aku dan aku membiarkan diriku dibujuk” (dikutip dari nabi Yeremia, 20:7-9).

 “Mengasihi, dan lakukan apa yang anda inginkan” (Dilige et quod vis fac) (Khotbah tentang 1 Yohanes 7,8).

 “Berilah saya kesucian dan pemantangan, namun belum sekarang” (da mihi castitatem et continentian, sed noli modo) (Conf., VIII. Vii (17)).

 “Allah, oh Tuhan, berilah saya kekuatan untuk mengatasi dosa. Karena dosalah yang Engkau berikan kepada kami ketika Engkau memberikan kebebasan memilih yang kami inginkan untuk kami. Jikalau aku salah memilih, maka aku akan dihukum dengan adil karenanya. Bukankah itu benar, Tuhanku, dari siapa aku berterima kasih atas keberadaan waktuku. Terima kasih, Tuhan, karena memberiku kekuatan untuk tidak berkehendak melakukan dosa. (Free Choice of Will, Buku Satu)”.

 “Kristus adalah guru di dalam diri kita”.

 “Dengarlah sisi lain” (Audi partem alteram) De Duabus Animabus, XIV ii.

 “Roma berbicara; kasus menyimpulkan” (Roma locuta esi; causa finita esi) (Khotbah, Buku I).

 “Ambillah dan Bacalah” (Tolle, lege) Confessions, Buku VIII, Bab 12.

 “Tidak ada keselamatan di luar jemaat” (Salus extra ecclesiam non esi) (De Bapt. IV, cxvii.24).

 “Bagi banyak orang, pemantangan total lebih mudah daripada sikap takberlihan sempurna”. (Multi quidem facilius se abstinent ut non utantur, quam temperent ut bene utantur). (Tentang Kebaikan Pernikahan).

 “Kita jadikan diri kita tangga dari sifat buruk kita jika kita menginjak-injak sifat buruk tersebut di bawah kaki kita” (iii. De Ascensione).

Ilmu pengetahuan alam dan penafsiran alkitabiah

Augustinus mempunyai pandangan bahwa teks Alkitab tidak boleh ditafsirkan secara harfiah jika kontradiksi dengan apa yang kita ketahui dari ilmu pasti dan alasan yang diberikan Allah kita. Dalam nas penting tentang “Penafsiran Harfiah Kejadian” (awal abad ke-5), St. Augustinus menulis:

(6)

Kristen berbicara begitu bodoh tentang hal-hal ini, dan seakan-akan sejalan dengan tulisan-tulisan Kristen, bahwa ia mungkin berkata bahwa ia jarang bisa menahan tawa bila ia melihat betapa salahnya mereka. Dari sudut pandang ini dan dengan tetap mencamkannya sewaktu mengkaji kitab Kejadian, saya, sepanjang saya mampu, menjelaskan secara rinci dan mengajukan kajian tentang arti dari nas-nas yang tidak jelas, dengan hati-hati jangan sampai terburu-buru menegaskan satu arti untuk merugikan arti penjelasan lain dan mungkin lebih baik”. (The Literal Interpretation of Genesis 1:19-20, Bab 19 [408]). Dengan kitab suci, itu adalah soal iman. Karena alasan tersebut, seperti yang telah berulang kali saya catat, jika ada orang, tanpa memahami cara kefasihan lidah ilahi, menemukan sesuatu tentang hal-hal ini [tentang alam semesta fisik] dalam buku-buku kita, atau mendengar hal yang sama dari buku-buku tersebut, tentang yang sedemikian yang tampaknya berbeda dengan persepsi tentang pemikiran rasional kita, biarlah dia yakin bahwa hal-hal yang lain ini bagaimanapun juga tidak perlu untuk peringatan atau ulasan atau prediksi tentang kitab suci. Singkatnya, haruslah dikatakan bahwa penulis-penulis kita mengetahui kebenaran tentang sifat angkasa, tetapi tidak mengetahui maksud Roh Allah, yang berbicara melalui angkasa tersebut, untuk mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tidak akan berguna bagi mereka demi keselamatan mereka” (ibid, 2:9).

Perbedaan yang lebih jelas antara “metaforik” dan “harfiah” dalam teks sastera muncul dengan kebangkitan Revolusi Ilmiah, walaupun sumbernya bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan sebelumnya, seperti tulisan-tulisan Herodotus (abad ke-5 SM). Bahkan dianggap tindakan murtad menafsirkan Alkitab secara hafiah pada masa itu (bandingkan Origen, St. Jerome).

Penciptaan

Dalam “The Literal Interpretation of Genesis” Augustinus mempunyai pandangan bahwa segala sesuatunya di alam semesta diciptakan sekaligus oleh Allah, dan bukan dalam tujuh hari kalender seperti yang diharuskan kajian biasa tentang Kejadian. Ia mengajukan bahwa struktur enam-hari penciptaan yang dipresentasikan dalam kitab Kejadian merupakan suatu kerangka logika, dan bukan perjalanan waktu dengan cara fisika – itu mengandung arti rohani, bukan arti fisika, yang tidak begitu harfiah. Augustinus juga tidak memandang dosa asal sebagai asal-muasal perubahan struktural di alam semesta, dan bahkan mengajukan bahwa tubuh Adam dan Hawa sudah diciptakan tidak kekal sebelum Kejatuhan ke dalam dosa. Terlepas dari pandangan spesifiknya, Augustinus mengakui bahwa penafsiran tentang kisah penciptaan sulit, dan mencatat bahwa kita harus mau mengubah pikiran kita tentang kisah tersebut seiring munculnya informasi baru.

(7)

Lalu, mari kita hilangkan perkiraan manusia yang tidak tahu apa yang ia katakan, ketika mereka berbicara tentang sifat dan asal-muasal umat manusia. Karena ada yang mempunyai pendapat yang sama tentang manusia dengan pendapat mereka tentang dunia itu sendiri, bahwa mereka selalu… Mereka juga terperdaya oleh dokumen-dokumen yang sangat menipu yang mengaku memberikan sejarah ribuan tahun, namun dengan berdasarkan tulisan-tulisan suci, kita menemukan bahwa belum 6000 tahun berlalu”. (Augustinus, Of the Falseness of the History Which Allots Many Thousand Years to the World’s Past, The City of God, Buku 12: Bab 10 [419]).

Doktrin tentang Dosa asal

Pandangan theologis Augustinus di awal abad pertengahan memang revolusioner, mungkin tidak ada rumusan jelas doktrin tentang Dosa asal yang begitu mempengaruhi theologia Katholik.

Idenya tentang takdir dilandasi pernyataan yang tegas bahwa Allah telah meramalkan, dari zaman dahulu, segala pilihan yang akan diambil setiap orang yang pernah hidup di bumi, dan apakah mereka akan bekerjasama dengan sang Kasih atau tidak. Jumlah orang yang diketahui Allah akan diselamatkan adalah orang-orang terpilih, jumlah orang yang diketahui Allah tidak akan diselamatkan adalah orang-orang jahat. Allah telah memilih orang-orang terpilih dengan pasti dan serampangan, tanpa adanya kebaikan (ante merita) dari pihak mereka.

Namun Augustinus juga menegaskan dengan keras bahwa Allah berkehendak menyelamatkan semua manusia. Allah tidak menghancurkan kebebasan dan pilihan bebas manusia, tetapi membiarkannya, sehingga orang-orang terpilih, berpotensi, akan memiliki kekuatan penuh untuk dihukum dan orang-orang yang tak terpilih berkekuatan penuh untuk diselamatkan.

(8)

pilihan-Nya, bagaimana nantinya respon kemauan manusia terhadap kasih karunia-Nya. Lalu,, jika daftar sudah pasti, jika tidak ada orang yang lolos dari satu rangkaian ke rangkaian lainnya, itu bukan karena tidak ada yang tidak bisa (sebaliknya, semuanya bisa), itu karena Allah tahu dengan pengetahuan yang tidak akan ada kesalahan bahwa tidak ada yang menginginkannya. Dengan demikian saya tidak dapat mempengaruhi agar Allah mentakdirkan saya ke rangkaian kasih karunia lain selain dari yang telah Ia tetapkan, tetapi dengan kasih karunia-Nya, jika saya tidak menyelamatkan diri saya itu bukan karena saya tidak bisa, melainkan karena saya tidak ingin bisa.

Teori takdir Augustinus disalahpahami oleh Semipelagianis dan John Calvin sebagai mengajarkan takdir dobel, yaitu bahwa Allah telah memutuskan dengan tegas siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang akan dihukum dan telah mentakdirkan mereka untuk takdir ini, dengan cara yang tidak menyisakan ruang bagi kehendak bebas, pilihan pribadi dan kerjasama dengan yang Mahakasih.

Dalam menentang Pellagian Augustinus juga menegaskan dengan kuat pentingnya baptisan bayi. Ia yakin bahwa tidak ada yang akan diselamatkan kecuali mereka menerima baptisan agar disucikan dari Dosa asal. Ia juga berpendapat bahwa anak-anak yang tidak dibaptis akan masuk Neraka, tetapi pandangan ini ditolak oleh Gereja Katholik Roma.

Augustinus dan nafsu birahi

Augustinus bergumul dengan nafsu birahi sepanjang hidupnya. Ia mengkaitkan daya dorong seksual dengan dosa Adam, dan yakin bahwa itu tetap menimbulkan dosa, sekalipun Kejatuhan telah menjadikannya bagian dari sifat manusia. Seperti yang ditulis Bertrand Russell, “Perlunya nafsu birahi dalam berhubungan seksual adalah hukuman atas dosa Adam, tetapi untuk mana seks bisa dipisahkan dari kenikmatan”.

Dalam Confessions, Augustinus menguraikan pergumulannya dengan istilah-istilah yang gamblang: “Tetapi aku, bergumul, sebagian besar bergumul, sejak awal masa mudaku, untuk memohon kesucian dari Engkau, dan berkata, “Berilah aku kesucian dan pemantangan, namun belum sekarang”. Pada usia enam belas tahun Augustinus pindah ke Carthage tempat di mana ia kembali ternoda oleh “dosa yang digumulinya” ini.

Di sekitar saya penuh dengan cinta yang tak kenal hukum. Aku belum dicintai, namun aku ingin mencintai, dan dari keinginan yang paling dalam, aku benci diriku sendiri karena tidak menginginkannya. Aku mencari apa yang dapat kucintai, dalam cinta dengan mencintai, dan aku benci keselamatan… Lalu untuk mencintai, dan untuk dicintai, adalah manis bagiku; tetapi lebih daripada itu, manakala aku ternyata menyukai orang yang kucintai. Karena itu, aku mengotori mata air persahabatan dengan noda keasyikan, dan aku mengaburkan kecerahannya dengan neraka nafsu birahi.

(9)

perampokan Roma, ia menulis, “Kebenaran, nafsu lain tidak bisa mencemari engkau”. Kesucian adalah “kelebihan pikiran, dan tidak hilang dengan perkosaan, tetapi hilang dengan maksud dosa, sekalipun itu tidak dilaksanakan”.

Singkatnya, pengalaman hidup Augustinus menyebabkannya menganggap nafsu birahi merupakan salah satu dosa paling menyedihkan, dan rintangan yang serius menuju hidup yang benar.

Augustinus dan bangsa Yahudi

Terhadap gerakan Kristen tertentu yang menolak penggunaan Kitab Suci Ibrani, Augustinus menentangnya dengan mengatakan bahwa Allah telah memilih bangsa Yahudi sebagai bangsa khusus, namun ia juga menganggap penyebaran orang-orang Yahudi oleh kekaisaran Romawi sebagai penggenapan nubuat. Augustinus menulis:

“Bangsa Yahudi yang membunuh-Nya, dan tidak akan percaya kepada-Nya, karena melihat-Nya mati dan bangkit kembali, namun lebih menyedihkan lagi disiasiakan bangsa Romawi, dan bersumber dari kerajaan mereka, di mana orang-orang asing telah memerintah mereka, dan tersebar di seluruh negeri (sehingga jelas tidak ada tempat di mana mereka tidak ada), dan karenanya dengan Kitab Suci mereka memberi kesaksian bagi kita bahwa kita tidak melupakan nubuat tentang Kristus.”

Referensi

Dokumen terkait

Salim (1999), dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, menyatakan bahwa variabel

Produktivitas pertanian di lahan rawa dapat menyamai di lahan kering asalkan petani menggunakan varietas unggul, pengelolaan air, pengolahan tanah, teknik budidaya yang

Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode drill siswa mampu menghafal dan memahami hukum bacaan dalam surat al-‘Adiyat al dengan benar. Materi Pembelajaran

Mengkaji banyaknya perpindahan penumpang Terminal 1 Bandar Udara Soekarno-Hatta yang menggunakan moda transportasi jalan berpindah ke moda transportasi kereta api

Hal ini dimaksudkan adalah untuk menghindari terjadi permasalahan hukum di kemudian hari (timbul sengketa). Apabila pembeli telah mengetahui bahwa tanah tersebut

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan mencoba menggunakan metode lain, yaitu menggunakan algoritma Naive Bayes untuk

Pemanfataan potensi dan peluang untuk pengembangan biofuel yang memberikan nilai tambah (added value) masih terbatas hanya pada tanaman kelapa sawit, meskipun beragam

7 Secara keilmuan penelitian dapat menjadi bahan maupun sumber ilmu agar mengetahui bagaimana hadanah anak pasca perceraian dalam kompilasi Hukum Islam serta hukum