• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW FAKTOR DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW FAKTOR DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW FAKTOR DETERMINAN

KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN

(Revi ew on Det er mi nant Fact or s of Di et ar y Di ver si t y)

Hardinsyah1

ABST RACT

Index of f ood i nt ake di ver si t y or diet ar y di ver si t y r ef l ect s t he nut r i t i onal qual i t y of t he di et ; and i t i s associ at ed wi t h nut r i t i onal heal t h out comes. Under st andi ng f act or s det er mi ne i ndex of di et ar y di ver si t y is i mpor t ant f or impr oving nut r i t ional -heal t h st at us of t he peopl e. However , no st udi es have been done t o capt ur e compl et el y t he det er mi nant f act or s of diet ar y di ver sit y. Thi s j our nal ar t i cl e is i nt ended t o r eview t he det er mi nant s f act or of diet ar y di ver si t y f r om st udies done i n bot h devel op and devel opi ng count r ies at i ndi vi dual and househol d l evel s. The r esul t s show t hat f our st udi es anal yzed t he f ood dat a at i ndi vi dual l evel and t he ot her f our st udi es anal yzed t he f ood dat a at househol d l evel ; and most of t he st udi es wer e done i n USA. Met hod of di et ar y di ver si t y measur ement and i t s st at i st ical anal ysi s var i es among t he st udies. A f ew di et ar y di ver si t y st udi es have i nvest i gat ed par t icul ar det er mi nant f act or s wi t h at t ent ion gi ven t o assessi ng nut r i t i on knowl edge and soci o-demogr aphi c f act or s; and t he ot her s on economi c and ecol ogical f act or s. The pr esent r evi ew suggest ed t hat t he det er mi nant f act or s of di et ar y di ver si t y ar e nut r i t i on knowl edge, f ood pr ef er ence, househol d si ze and composi t i on, f ood avai l abi l i t y and ecol ogi cal f act or s, t i me avai l abi l i t y f or f ood pr epar at ion, and f ood pur chasing power e. g. i ncome, f ood expendi t ur e and f ood pr i ces. Based on t hi s r eview a compr ehensive concept ual f r amewor k and model of t he det er mi nant f act or s of di et ar y di ver si t y coul d be devel oped.

Keywords: det er mi nant f act or s, diet ar y di ver si t y,

PENDAHULUAN1

Latar Belakang

Konsep keragaman konsumsi pangan un- t uk hidup sehat t elah berkembang sej ak abad ke-2 Sebelum Masehi di zaman Cina kuno. Pada zaman t ersebut , makanan yang dianj ur- kan adalah yang t erdiri dari lima j enis bij i-bij ian, lima j enis pangan hewani, lima j enis buah dan lima j enis sayur, dan makanan at au minuman lain yang enak aroma dan rasanya (Zhi-chien, 1993).

Perkembangan Ilmu Gizi sekit ar seabad lalu t ent ang ident if ikasi dan manf aat berbagai komponen karbohidrat , komponen lemak dan komponen prot ein melahirkan konsep ilmiah t ent ang keragaman konsumsi pangan yang se- suai zamannya. Pada masa t ersebut keragam- an konsumsi pangan dimaknai sebagai kera- gaman j enis pangan sumber karbohidat , j enis pangan sumber lemak dan j enis pangan sum- ber prot ein. Kemudian sej alan dengan pene- muan berbagai vit amin, konsep ilmiah kera- gaman konsumsi pangan berkembang menj adi keragaman konsumsi pangan yang t erdiri dari

1

Guru Besar pada Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekol ogi Manusia (FEMA) IPB

j enis-j enis pangan dari lima kelompok pangan ut ama, yait u pangan sumber energi, pangan sumber prot ein, buah dan sayur (Hardinsyah, 1996).

Berbagai penelit ian t elah menganalisis sit uasi keragaman konsumsi pangan dan man- f aat mengonsumsi anekaragam pangan bagi pemenuhan kebut uhan gizi dan perbaikan kua- lit as gizi makanan (Hardinsyah & Heywood 1993). Selain it u ada pula penelit ian t ent ang manf aat mengonsumsi anekaragam makanan bagi kesehat an dan hasi lnya menunj ukkan bah- wa skor keragaman konsumsi pangan yang t ing- gi mengurangi risiko berbagai j enis penyakit t i- dak menular (Hardinsyah & Mark, 1996; Moore

et al ., 2002) dan memperpanj ang usia harapan hidup at au mengurangi risiko kemat ian (Kant

et al. , 1993; Trichopoulou et al. , 1996).

(2)

konsumsi pangan unt uk percepat an perbaikan gizi dan kesehat an masyarakat (Hardinsyah, 1996).

Selain it u produsen pangan at au pimpin- an indust ri pangan j uga memerlukan inf ormasi t ert ang hal ini agar bisa membuat analisis ke- cenderungan permint aan pangan dan arah pengembangan produk indust ri pangan.

Berbadasarkan hal-hal t ersebut maka

r eview t ent ang berbagai f akt or yang mempe- ngaruhi keragaman konsumsi pangan dipan- dang perlu unt uk dilakukan.

Tuj uan

Tuj uan review ini adalah unt uk membuat t inj auan dan kesimpulan dari st udi-st udi yang t elah dilakukan sebelumnya t ent ang f akt or-f akt or menj adi det erminan keragaman kon- sumsi pangan penduduk.

METODE

Review ini dilakukan dengan mengum- pulkan pust aka dari berbagai publikasi at au art ikel berbahasa Inggris dan Indonesia sej ak t ahun 1970-an t ent ang f akt or yang berhu- bungan at au mempengaruhi keragaman kon- sumsi pangan dengan keywor ds f ood di ver si - f i cat i on, f ood di ver si t y, di et ar y di ver si t y. Jumlah art ikel yang diperoleh diperkirakan

under est imat e karena t idak mencakup publi- kasi at au art ikel selain bahasa Inggris dan Indonesia.

Ada t uj uh st udi yang mengungkap peu- bah yang berhubungan at au peubah yang mem- pengaruhi (det erminan) keragaman konsumsi pangan. Fakt or det erminan keragaman kon- sumsi pangan yang dikaj i mencakup f akt or pe- nget ahuan gizi, sosio demograf i dan ekonomi.

Berkait an dengan sampel, t iga (Lee & Brown, 1989; Lee, 1987; Hardinsyah, 1996) dari t uj uh penelit ian t ersebut mengkaj i kera- gaman konsumsi pangan keluarga at au rumah- t angga, sedangkan penelit ian lainnya mengka- j i di t ingkat individu. Dua penelit ian menga- nalisis f akt or det erminan keragaman konsum- si pangan pada anak-anak, yait u penelit ian

Caliendo et al. (1977) di USA dan Dewey

(1981) di Mexico. Dua penelit ian dilakukan di negara berkembang, yait u penelit ian yang di- lakukan oleh Dewey (1981) di Meksiko dan Hardinsyah (1996) di Indonesia.

Sehubungan dengan j umlah penelit ian yang sedikit dan unt uk mempert imbangkan

f akt or-f akt or lain yang diduga sebagai det er- minan keragaman konsumsi pangan, r eview ini t idak hanya t ergant ung pada t uj uh st udi t erse- but , t api j uga berbagai penelit ian lain yang t erkait .

Selanj ut nya art ikel t ersebut disarikan dalam suat u t abel unt uk membandingkan se- cara ringkas t ent ang ukuran cont oh dan lokasi st udi, met ode pengumpulan dat a dan pengu- kuran keragaman konsumsi pangan, met ode analisis st at ist ika, f akt or det erminan yang di- analisis dan hasil analisisnya.

Penelit ian t ersebut menerapkan ukuran keragaman konsumsi pangan yang bervariasi, bahkan sebagian menurut Hardinsyah (1996) mempunyai validit as yang rendah, dikait kan dengan kualit as gizi makanan, sepert i skor ke- ragaman Konsumsi Pangan Sederhana (SKKS), Indeks Dewey, Indeks Shannon, dan Indeks Harf indahl.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rangkuman hasil r eview penelit ian t en- t ang f akt or det erminan keragaman konsumsi pangan disaj ikan secara ringkas pada Tabel 1. Beberapa penelit ian menganalisis f akt or so- sial-demograf i dan ekonomi dalam hubungan- nya dengan keragaman konsumsi pangan. Sa- ngat t erbat as penelit ian yang menganalisis f akt or penget ahuan gizi.

Pengetahuan Gizi

Caliendo (1977) merupakan penelit i per- t ama yang mengkaj i hubungan ant ara penge- t ahuan gizi dan skor keragaman konsumsi pa- ngan (Tabel 1). Penelit ian ini membukt ikan bahwa keragaman pangan pada balit a berkore- lasi posit if secara signif ikan dengan penget a- huan gizi ibunya (r=0. 28). Kelemahan penelit i- an ini adalah menggunakan analisis hubungan peubah berpasangan (bivar i at e anal ysi s), bu- kan mul t i var i at e anal ysis yang mempert im-

bangkan berbagai f akt or pengganggu (con

f oundi ng f act or s), dan menggunakan ukuran keragaman konsumsi pangan yang sederhana, yait u si mpl e f ood diver si t y scor e.

(3)

Tabel 1. Beberapa Penelit ian mengenai Analisis Fakt or Det erminan Keragaman Konsumsi Pangan

Pangan Analisis Determinan yang diduga Hasil

b) Pendapat an Rumaht angga Pendidikan Ayah

Penget ahuan Gizi Ibu Pendidikan Ibu Wilayah 1 (desa-kot a) Wilayah 2 (ut ara-selat an)

S

1061 Rumaht angga, wilayah t imur laut , Indeks Harf indahl, 19 kelompok pangan

Merupakan rasio pendapat an rumaht angga dengan pendapat an yang diperlukan unt uk kecukupan konsumsi pangan keluarga. Rasio pendapat an kemiskinan mencerminkan kemampuan ekonomi rumaht angga t ersebut . b)

S = Signif ikan (p>0. 01) dan Ns = t idak siginif ikan. Nilai dalam kurung merupakan koef esien korelasi, t et api t idak semua penelit ian menggunakan nilai t ersebut .

Pada keluarga yang memiliki cukup akses seca- ra ekonomi dan pemenuhan kebut uhan pa- ngan, penget ahuan gizi orang t ua yang baik akan berpengaruh t erhadap semakin baiknya keragaman konsumsi pangan anggot a keluarga- nya, yang merupakan cerminan dari perilaku gizi yang baik.

Secara umum, di negara berkembang, ibu memainkan peranan pent ing dalam memi- lih dan mempersiapkan pangan unt uk dikon- sumsi anggot a keluarganya. Walaupun sering- kali para ibu bekerj a di luar, mereka t et ap mempunyai andil besar dalam kegiat an pemi- lihan dan penyiapan makanan (Huf f man, 1987; Iwao, 1993). Cohen (1981) mengident if ikasi pola pengambilan keput usan dalam keluarga.

(4)

Saat kedua orang t ua memegang peran- an pent ing dalam pemilihan pangan unt uk anggot a keluarganya, maka penget ahuan gizi keduanya akan mempengaruhi j enis pangan dan dan mut u gizi makanan yang dikonsumsi anggot a keluarga.

Oleh karena it u, t ingkat penget ahuan gizi yang baik dapat mewuj ukan perilaku at au kebiasaan makan yang baik pula. Meskipun pada kenyat aannya hubungan ant ara penget a- huan gizi dan kebiasaan makan t idak seder- hana (Den Hart og, 1983; Sayogyo, 1990). Goldf arb (1985), Johnson (1985) sert a Kapka-Schut t dan Mit chell (1992) mengungkap bah- wa t ingkat penget ahuan gizi yang baik secara konsist en t erwuj ud menj adi perilaku makan yang baik. Tet api beberapa penelit i berpen- dapat bahwa t ingkat penget ahuan gizi yang baik t idak selalu t erwuj ud dalam perilaku makan yang baik karena adanya f akt or daya beli pangan yang rendah dan ket erbat asan wakt u unt uk mengolah makanan at au mem- persiapkan makanan. Masyarakat miskin bisa j adi t idak dapat mengonsumsi aneka ragam pangan yang baik meskipun mereka berada dekat dari pasar yang menj ual aneka ragam pangan dan memiliki penget ahuan gizi yang baik (Lang, 1992; Schaf er et al. , 1993; Per-Andersen, 1987; Food and Agricult ura Organi- zat ion, 1987).

Penelit ian yang dilakukan oleh Schaf er

et al. (1993) mengungkap bahwa alasan eko- nomi merupakan pert imbangan pert ama da- lam pemilihan pangan pada warga Amerika sedangkan yang menj adi pert imbangan kedua adalah kandungan gizi dari bahan pangan t er- sebut dimana hal it u mencerminkan variabel penget ahuan gizi. Di Af rika, peningkat an alo- kasi wakt u wanit a pada kegiat an-kegiat an ekonomi t elah mengurangi f rekuensi mereka dalam memasak dan semakin berkurangnya j enis bahan pangan yang dimasak walaupun mereka t elah dilibat kan dalam program pen- didikan gizi (Food and Agricult ure Organiza- t ion, 1987). Keluarga dengan ibu yang bekerj a di bidang prof esional lebih memilih unt uk mengonsumsi buah dan makanan yang t elah siap sant ap dibandingkan dengan keluarga dengan ibu t idak bekerj a. Hal ini t erj adi kare- na makin t erbat asnya wakt u yang t ersedia unt uk penyiapan makanan (Gof t on & Ness, 1991) sehingga cukup beralasan j ika penget a- huan gizi, pendapat an dan alokasi wakt u ibu berpengaruh t erhadap keragaman konsumsi pangan.

Pref erensi at au kesukaan dan keperca- yaan seseorang t erhadap j enis pangan t ert en-

t u dapat meniadakan pengaruh baik penge- t ahuan gizi dalam perilaku mengonsumsi ane- karagam pangan bergizi. Kesukaan t erhadap j enis pangan t ert ent u baik yang rasional mau- pun irrasional, dapat dit emukan pada bebera- pa kelompok agama, et nis at au f isiologis t er- t ent u (Williams, 1992; Renner, 1944; Herman, 1990; Eschleman, 1991). Pangan yang t idak ha- lal, meskipun bergizi t idak dimakan kelompok agama Islam (Eschleman, 1991). Reaburn et al. (1974) melaporkan bahwa para wanit a di wila- yah selat an Ont ario menghindari unt uk meng- konsumsi hat i sapi (bahan pangan sumber pro- t ein dan zat besi) karena alasan t idak suka. Susu sapi t idak dianggap sebagai bagian yang pent ing dalam susunan menu makanan di China sehingga et nis China kurang suka minum susu (Eschleman, 1991). Cont oh yang lain adalah wanit a hamil yang t idak suka aroma dan rasa bakso padahal ket ika t idak hamil sangat menyukai bakso.

Ket ersediaan pangan dan kekhawat iran yang berlebihan j uga dapat membiaskan pe- ngaruh penget ahuan gizi t erhadap perilaku makan (Per-Andersen, 1987; Ellis et al ., 1976). Kelangkaan pangan karena bencana alam at au gangguan dist ribusi pangan bisa j adi membuat orang t idak bisa mengonsumsi pangan bergizi kesukaannya. Kekhawat iran yang berlebihan sepert i t rauma mengonsumsi sat uran hij au yang berulat bisa j adi membuat seseorang t i- dak berkenan lagi makan sayuran hij au seumur hidup meskipun dia t ahu bahwa sat uran hij au it u bergizi.

Dari uraian di at as t ampak j elas bahwa penget ahuan gizi dapat mempengaruhi kera- gaman konsumsi pangan penduduk. Meskipun demikian, pengaruh posit if penget ahuan gizi t erhadap keragaman konsumsi pangan dapat berubah at au dit iadakan oleh f akt or daya beli at au ekonomi, ket ersediaan wakt u unt uk mem- beli at au menyiapkan makanan, kepercayaan, kesukaan pangan dan, ket ersediaan pangan.

Pendidikan Formal dan Paparan Media Massa

(5)

an gizi j uga diaj arkan sebagai bagian dari pendidikan nonf ormal, t erut ama yang meli- bat kan wanit a dalam organisasi at au kelom- pok sosial sepert i dalam PKK, Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) dan organisasi Dharma Wanit a. Jadi, part isipasi wanit a dalam berba- gai kegiat an sosial (PKK, POSYANDU, Dharma Wanit a) akan dapat mempengaruhi penget a- huan gizi mereka (j adi lebih baik) karena me- reka mendapat pendidikan gizi sebagai bagian dari pendidikan nonf ormal.

Semakin t inggi pendidikan seseorang, maka aksesnya t erhadap media massa (koran, maj alah, media elekt ronik) j uga makin t inggi yang j uga berart i aksesnya t erhadap inf ormasi yang berkaian dengan gizi j uga semakin t ing- gi. Wanit a t erpelaj ar cenderung unt uk t ert a- rik t erhadap inf ormasi gizi dan banyak di an- t ara mereka yang memperoleh inf ormasi t er- sebut dari media cet ak, khususnya maj alah dan koran (Hickman et al. , 1993). Sebuah pe- nelit ian yang dilakukan di Indonesia menun- j ukkan bahwa ibu dengan t ingkat pendidikan dan penghasilan lebih t inggi mendapat papar- an dari media massa lebih t inggi j uga (Nat ional Boar d f or Fami l y Pl anni ng (BKKBN) and Com

-muni t y Syst em Foundat i on, 1986). Di Indonesia, seseorang dengan t ingkat penda- pat an lebih t inggi relat if lebih mudah meng- akses TV dan mereka yang t inggal di daerah perkot aan lebih mudah mengakses berbagai maj alah populer. Berdasarkan hasil penelit ian Jacobs (1981) di USA dinyat akan bahwa art i- kel gizi dan kesehat an dari maj alah-maj alah populer j auh lebih akurat dan det il j ika diban- dingkan dengan art ikel serupa yang berasal dari koran. Oleh karena it u, t ingkat pendi- dikan orang t ua, pendapat an rumaht angga dan wilayah t empat t inggal (desa at au kot a) di- asumsikan mempengaruhi kondisi individu se- seorang/ rumaht angga unt uk t erpapar media massa. Rozenwig (1986) sert a Wolf e dan Behrman (1982) menyat akan bahwa pasangan orang t ua dengan usia lebih t inggi kemung- kinan mempunyai penget ahuan gizi dan kese- hat an lebih baik j ika dibandingkan dengan pasangan orang t ua dengan usia muda karena pengalaman mereka dalam menggunakan ber- bagai layanan kesehat an. Tet api, Wolf e men- cat at bahwa pasangan orang t ua dengan usia dengan usia lebih t inggi mungkin mempunyai kekurangan inf ormasi t ent ang penget ahuan gizi yang t erbaru j ika dibandingkan dengan pasangan orang t ua dengan usia muda (Wolf e & Behrman, 1982). Hal ini t erj adi karena perkembangan ilmu gizi dan berbagai promosi produk-produk gizi dan kesehat an. Pengalam- an dalam menderit a penyakit karena keku-

rangan/ kelebihan zat gizi t ert ent u dapat me- ningkat kan penget ahuan gizi (Wolf e & Behrman, 1982; Mann & Huddlest on, 1987). Orang yang menderit a penyakit t ersebut bia- sanya mendapat berbagai saran dari ahli gizi dan kesehat an at au bahkan dari t eman-t emannya uneman-t uk memasukkan bahan pangan yang mengandung zat gizi t ert ent u dalam su- sunan diet nya. Berdasarkan hal t ersebut da- pat dikat akan bahwa kelompok orang dengan pendapat an yang lebih t inggi kemungkinan memiliki pengalaman di bidang gizi yang lebih baik j ika dibandingkan dengan kelompok de- ngan pendapat an rendah. Selain it u, kelom- pok orang yang t inggal di daerah perkot aan at au wilayah dengan berbagai f asilit as penun- j ang lengkap memiliki pengalaman di bidang gizi yang lebih baik dibandingkan kelompok yang t inggal di wilayah pedesaan. Alasannya adalah karena kelompok yang berpendapat an lebih t inggi dan t inggal di daerah perkot aan mempunyai akses ke para ahli gizi dan kese- hat an (sebagai sumber inf ormasi gizi) yang lebih mudah.

Pert anyaan yang muncul kemudian ada- lah apakah penget ahuan gizi yang diperoleh dari berbagai sumber it u relevan/ sej alan de- ngan konsep unt uk mengonsumsi beragam j e- nis makanan unt uk meningkat kan kualit as gizi dalam diet . Hubungan ant ara penget ahuan gizi dan keragaman konsumsi pangan mungkin t i- dak t erlihat j ika penget ahuan gizi yang diper- oleh t idak relevan/ sej alan dengan konsep keragaman konsumsi pangan.

Beberapa penelit ian di negara berkem- bang menunj ukkan adanya hubungan yang sig- nif ikan ant ara t ingkat pendidikan ibu dengan asupan gizi di t ingkat rumaht angga (Kant et al. , 1991; Bairagi, 1980; Behrman & Wolf e,

1987; Behrman et al. , 1988). Berdasarkan

analisis mult ivariat (Behrman & Wolf e, 1987;

Behrman et al. , 1988), di beberapa negara

(6)

Belum ada penelit ian di negara berkem- bang yang dilakukan unt uk melihat hubungan ant ara pendidikan (sebagai sumber penget a- huan gizi) dan keragaman konsumsi pangan, maupun hubungan ant ara set iap f akt or det er- minan yang diduga yang t elah disebut di at as (paparan media massa dan pengalaman gizi) dan keragaman konsumsi pangan. Penelit ian kecil yang dilakukan oleh Caliendo et al. , (1977) di USA dengan menggunakan analisis bivariat gagal menguat kan/ menegaskan hu- bungan ant ara t ingkat pendidikan ibu dengan keragaman konsumsi pangan anak-anak prase- kolah (Tabel 1). Hal ini kemungkinan t erj adi karena adanya kelemahan pada desain peneli- t ian dan ukuran keragaman konsumsi pangan yang digunakan. Penelit ian t ersebut dirancang unt uk mengident if ikasi pr evalensi gizi kurang pada anak-anak prasekolah (pasien sebuah kli- nik di It haca, New York). Anak-anak yang menj adi sampel penelit ian t ersebut berasal dari pasien klinik dan dipilih dengan met ode

non-pr obabi l it y sampl i ng. Seluruh ibu dalam penelit ian ini umumnya mempunyai t ingkat pendidikan yang baik yang dit unj ukkan de- ngan angka variasi yang rendah pada variabel pendidikan. Penelit ian t ersebut menggunakan skor keragaman konsumsi pangan sederhana dimana skor ini sedikit lebih t epat dibanding- kan skor keragaman pangan t erbobot , dan da- lam analisisnya t idak mempert imbangkan f ak- t or-f akt or yang pot ensial menj adi penggang- gu. Selain it u, penelit ian t ersebut t idak meng- gunakan dat a laporan menu diet anak-anak yang sudah dit ent ukan oleh klinik yang mung- kin dat a keragaman konsumsi pangannya ku- rang bervariasi (homogen).

Penelit ian lain yang dilakukan di wila- yah yang sama (sebuah desa kecil di bagian barat New York, USA) oleh (Schorr et al. , 1972), menggunakan ukuran keragaman kon- sumsi pangan yang sama t et api dengan desain at au rancangan dan met ode pengumpulan da-

t a pangan yang berbeda (Caliendo et al. ,

1977), menunj ukkan bahwa t ingkat pendidik- an ibu berkait an dengan keragaman konsumsi pangan anak-anaknya ( kelompok remaj a, pe- laj ar) (Tabel 1). Penelit ian Kant et al. , (1991) yang menggunakan dat a survai nasional Ame- rika (NHANES II) merupakan sat u-sat unya pe- nelit ian yang menganalisis det erminan kera- gaman konsumsi pangan dengan menerapkan skor keragaman pangan t erbobot dan pendi- dikan sebagai sumber penget ahuan gizi. Pene- lit ian t ersebut menyat akan bahwa t ingkat pendidikan orang dewasa Amerika berhubung- an nyat a dengan keragaman pangan yang di- konsumsinya. Lima puluh persen orang dewa-

sa dalam kelompok dengan t ingkat pendidikan t ert inggi mempunyai skor keragaman konsum- si pangan t ert inggi pula (skor 20), sedangkan skor yang sama hanya diperoleh 27 persen orang dewasa dalam kelompok dengan t ingkat pendidikan t erendah. Nilai koef esien korelasi penelit ian ini t idak dipublikasikan/ disebut kan.

Berdasarkan r eview di at as, pendidikan gizi, paparan media massa dan pengalaman gizi diduga berpengaruh t erhadap penget ahu- an gizi yang akhirnya akan mempengaruhi keragaman konsumsi pangan. Selain it u, t ing- kat pendidikan orang t ua (ayah dan ibu), Usia kedua orang t ua, part isipasi ibu dalam kegi- at an sosial, pendapat an rumaht angga dan lo- kasi t empat t inggal (desa at au kot a) kemung- kinan menent ukan keragaman konsumsi pa- ngan rumaht angga melalui empat variabel yang disebut pendidikan gizi, paparan media massa, pengalaman gizi dan penget ahuan gizi.

Pengeluaran Pangan dan Harga

(7)

Dua penelit ian di USA yang mengguna- kan dat a nasional (penelit ian pert ama (Lee & Brown, 1989) menggunakan dat a Survei Belan- j a Konsumen Nasional/ NCES dan penelit ian kedua (Lee, 1987) menggunakan dat a Survei Konsumsi Pangan Nasional/ NFCS) menyimpul- kan bahwa semakin t inggi biaya pangan suat u rumaht angga maka akan semakin beragam konsumsi pangan rumaht angga t ersebut (Tabel 1). Unt uk menget ahui dampak t urunan biaya pangan pada keragaman konsumsi pangan, pe- nelit ian kedua menerapkan logarit ma biaya pa- ngan dalam analisis modelnya. Walaupun pe- nelit ian pert ama menggunakan indeks Shannon dan Herf indahl sebagai ukuran keragaman kon- sumsi pangan dan penelit ian kedua mengguna- kan SFD, mengingat akan kurang t epat j ika menggunakan WFD, kedua penelit ian t ersebut menunj ukkan bahwa dengan penggunaan anali- sis mult ivariat , ukuran rumaht angga, komposisi rumaht angga dan biaya pangan akan berpenga- ruh signif ikan t erhadap keragaman konsumsi pangan.

Teori mikroekonomi menyebut kan bah- wa harga pada beberapa komodit i/ barang t er- t ent u berpot ensi unt uk mempengaruhi j umlah dan/ at au j enis komodit i/ barang yang dibeli (Pinst rup-Andersen, 1985; Fost er, 1992; Raunikar & Huang, 1987; Tyrell & Mount , 1987). Berdasarkan t eori umumnya, hubungan ant ara harga pangan dan keragaman konsumsi pangan dapat dij elaskan. Analisis pada dat a SUSENAS t ahun 1987 menunj ukkan bahwa har- ga beras merupakan f akt or yang secara signi- f ikan menent ukan asupan kalori/ energi pada rumaht angga di Indonesia (Ravallion, 1992). Dengan menggunakan dat a SUSENAS t ahun 1978, Pit t dan Rosenzwig (1985) menganalisis hubungan ant ara agregat / t ot al harga kelom- pok pangan dan asupan gizi. Hasil dari peneli- t ian it u menunj ukkan bahwa peningkat an harga pangan akan mengakibat kan penurunan sebagian besar asupan zat gizi dari pangan. Cont ohnya j ika harga daging, susu dan ikan meningkat , maka asupan prot ein akan menu- run; begit u j uga dengan konsumsi vit amin A dan C j ika harga sayuran dan buah-buahan meningkat . Hasil yang sama dit unj ukkan pada penelit ian Bouis (210) yang menggunakan dat a rumaht angga pet ani Filipina. Hasil-hasil t erse- but mengimplikasikan bahwa set idaknya un- t uk beberapa komodit i pangan j ika mengalami perubahan harga maka j umlah dan j enis pa- ngan yang dikonsumsi j uga akan berubah.

Teori harga menyat akan bahwa harga pangan di daerah t ert ent u dipengaruhi oleh ket ersediaan dan permint aan komodit i pangan t ersebut (Pinst rup-Andersen, 1985; Bouis,

1989). Perbedaan kualit as di ant ara bahan pa- ngan yang serupa, sepert i perbedaan rasa dan karakt rist ik gizi sert a pengemasan akan dapat mengakibat kan perbedaan harga (Immink, 1982; Giese, 1994; Lyman, 1989). Dengan menggunakan dat a suat u penelit ian cr ossec-

t i onal di USA (NFCS), Lee (1987) mengguna- kan variabel wilayah sebagai variabel dummy unt uk menget ahui perbedaan harga secara sis- t emat is ant ara wilayah karena dat a harga pa- ngan t idak dikumpulkan. Berdasarkan dat a NFCS, Bikeway (Buce, 1987) mencat at bahwa dat a crossect ional (NFCS) menunj ukkan variasi harga yang rendah yang berart i variabel harga pangan t ersebut t idak dapat mendukung hasil penelit iannya. Tet api sepert i t elah dibahas pa- da bagian sebelumnya, Pit t dan Rosenzweig (1985) sert a Ravallion (1992) menggunakan da- t a cr ossect ional yang berasal dari Indonesia (SUSENAS) unt uk menganalisis hubungan ant ara agregat / t ot al harga kelompok pangan dan asupan gizi. Hasil dari penelit ian-penelit ian t ersebut menyat akan bahwa harga pangan da- pat dianggap sebagai salah sat u det erminan dalam konsumsi pangan di Indonesia. Oleh ka- rena it u, biaya pangan dan harga pangan ada- lah dua f akt or pent ing, sebagai komponen da- ya beli pangan, yang diduga menj adi det ermin- an keragaman konsumsi pangan di Indonesia.

Berkenaan dengan met ode analisis har- ga pangan, karena konsumsi meliput i beragam pangan, maka harga-harga sat uan pangan j adi mungkin unt uk dianalisis (Pit t & Rosenzweig, 1985; Pinst rup-Andersen et al ., 1976; Timmer & Alderman, 1979; Gounget as et al ., 1993). Jadi hal it u lebih t epat menggunakan harga ag- regat kelompok pangan at au harga pangan t er- t ent u yang superior at au dalam hal ini dike- nal luas dan bergizi t inggi, sepert i yang dian- j urkan oleh para penelit i (Pit t & Rosenzweig, 1985; Pinst rup-Andersen et al ., 1976; Timmer & Alderman, 1979; Gounget as, 1993).

Pendapatan

Pendapat an merupakan det erminan yang dikenal luas dalam model perilaku konsumen, dan j uga t ermasuk dalam model penawaran pangan. Rumaht angga sebagai sat uan/ unit pri- mer penghasil pendapat an j uga merupakan unit primer konsumsi pangan. Semakin t inggi pendapat an rumaht angga maka akan semakin t inggi pula pendapat an yang dialokasikan un- t uk pangan (biaya pangan) (Raunikar & Huang,

1987; Gounget as et al ., 1993; Pinst

(8)

hirnya akan meningkat kan keragaman konsum- si pangan (Lee & Brown, 1989). Pandangan umum mengenai hubungan ant ara pendapat an dan keragaman konsumsi pangan berasal dari bukt i empiris umum bahwa ada perbedaan po- la konsumsi pangan pada kelompok masyarakat menengah ke at as dan menengah ke bawah. Umumnya pola konsumsi pangan kelompok me- nengah ke bawah lebih sederhana dimana me- reka lebih mengut amakan mengonsumsi sum- ber kalori yang murah (bahan pangan pokok), sedangkan pada kelompok menengah ke at as pola konsumsi pangannnya lebih beragam de- ngan lebih banyak mengonsumsi pangan sum- ber prot ein dan vit amin (Kant or Ment eri Koor- dinat or Kesej aht eraan Rakyat , 1989; Raunikar & Huang, 1987; Shah, 1983; Bouis, 1990).

Ada dua penelit ian yang menganalisis hubungan ant ara pendapat an rumaht angga de-

ngan keragaman konsumsi pangan (Caliendo et

al ., 1977; Kant et al ., 1991). Kedua peneli- t ian t ersebut dilakukan di negara maj u USA. Penelit ian pert ama dilakukan oleh Caliendo et

al. (1977) pada 113 anak prasekolah yang ha-

silnya menunj ukkan bahwa t idak ada hubung- an yang signif ikan ant ara pendapat an rumah- t angga dengan keragaman konsumsi pangan anak-anak prasekolah. Penelit ian kedua (Kant

et al. , 1991) menggunakan sampel dalam j um- lah besar (11 967 orang dewasa dari dat a NHANES II) menunj ukkan bahwa semakin t ing- gi pendapat an maka semakin beragam kon- sumsi pangannya (Tabel 1). Penj elasan yang mungkin unt uk penelit ian yang pert ama sama dengan penj alasan yang dibahas dalam bagian 2. 6. 2, yait u karena adanya kelemahan desain penelit ian dan ukuran keragaman konsumsi pangan.

Ravallion (1992), dengan menggunakan dat a SUSENAS t ahun 1987, menunj ukkan bah- wa pendapat an rumaht angga berhubungan de- ngan asupan t ot al kalori dan asupan kalori dari kelompok pangan ut ama. Semakin t inggi pen- dapat an rumaht angga maka semakin t inggi asupan kalori dari kelompok pangan hewani, sayur dan buah-buahan. Hal t ersebut meng- implikasikan bahwa semakin t inggi pendapa- t an maka semakin t inggi kemungkinan unt uk mengonsumsi beragam j enis pangan.

Pengumpulan dat a pendapat an rumah- t angga di negara berkembang sepert i di Indonesia masih t et ap mengalami kesulit an. Besarnya pendapat an yang dilaporkan oleh ru- maht angga berpendapat an t inggi cenderung lebih rendah dari yang sebenarnya karena me- reka ingin mengurangi at au menghindari paj ak dan pada rumaht angga yang berpendapat an

rendah, hal yang sama j uga t erj adi karena me- reka cenderung mengabaikan hut ang-hut ang sert a pendapat an lain yang sej enis (Sigit , 1985; van de Walle, 1988). Para ahli ekonomi berpendapat bahwa di negara berkembang, meskipun arus pendapat an dapat diukur de- ngan t epat , pengeluaran t ot al kemungkinan t et ap lebih t epat sebagai det erminan konsumsi karena pengeluaran t ot al lebih mewakili besar- nya pendapat an t et ap at au yang biasa disebut sebagai pendapat an dan aset rumaht angga (Immink, 1982; van de Walle, 1988; At kinson 1975). Perubahan sesaat pada pendapat an ru- maht angga akan berpengaruh kecil t erhadap pengeluaran rumaht angga. Oleh karena it u, pengeluaran rumaht angga yang mewakili pen- dapat an t et ap lebih t epat digunakan unt uk analisis konsumsi pangan, khususnya di Indonesia (Megawangi, 1991; Sigit , 1985; van de Walle, 1988).

Status dan Jenis Pekerj aan Ibu

Fakt or ket iga yang diduga sebagai de- t erminan keragaman konsumsi pangan (diba- has dalam bagian 2. 6. 1) adalah wakt u ibu yang t ersedia unt uk penyiapan pangan (selanj ut nya disini disebut wakt u yang t ersedia). Ket erlibat - an ibu dalam kegiat an ekonomi dibat asi oleh wakt u mereka unt uk kegiat an domest ik/ rumaht angga, t ermasuk pengelolaan pangan di rumaht angga (Huf f man 1987). Hort on dan Campbell (1991) menyat akan bahwa j ika ibu bekerj a di luar rumah, maka akan ada dua dampak t erhadap pola konsumsi rumaht ang- ganya. Dampak yang pert ama yait u adanya peningkat an t erhadap pangan yang dikonsumsi rumaht angga. Kualit as pangan yang dikonsumsi akan t et ap normal at au bahkan j adi lebih baik. Dampak yang kedua yait u t erj adinya perubah- an dalam wakt u unt uk kegiat an konsumsi dan kegiat an rumaht angga lainnya yang menj adi lebih singkat . Berdasarkan pola pikir t ersebut , maka f akt or-f akt or yang diduga berpengaruh t erhadap ket ersediaan wakt u ibu adalah st at us dan j enis pekerj aan ibu, kehadiran ibu di rumah, ket ersediaan berbagai peralat an masak modern dan ket ersediaan pangan yang prakt is (siap saj i/ siap sant ap).

(9)

Iwao, 1993). Beberapa dari mereka, khusus- nya yang t erpelaj ar dan berasal dari rumah- t angga berpendapat an t inggi masuk ke dunia kerj a bukan hanya karena alasan ekonomi. Alasan mereka bekerj a adalah agar mereka dapat mengakt ualisasikan dirinya, meningkat - kan penget ahuan dan wawasan yang mereka miliki sert a berasosiasi dengan orang lain (Adrian & Daniel, 1976). Ket erlibat an para ibu t ersebut akan berpengaruh t erhadap kera- gaman konsumsi pangan dan asupan gizi ru- maht angganya karena mereka berperan pen- t ing dalam kegiat an pengelolaan pangan un- t uk anggot a rumaht angganya (Huf f man, 1987; Campbell & Sanj ur, 1992; Kirk & Gillespie, 1990). Besarnya pengaruh dari berbagai f akt or yang disebut kan sebelumnya j uga bergant ung pada j enis pekerj aan yang dilakukan ibu (di dalam at au di luar rumah). Fakt or-f akt or yang mempengaruhi hal it u adalah kehadiran pem- bant u di rumah, wakt u yang t ersedia unt uk pengelolaan peralat an memasak dan wakt u yang t ersedia unt uk pengelolaan pangan.

Rumaht angga di Kanada dengan ibu yang bekerj a penuh di luar rumah mengonsumsi lemak, karbohidrat dan kalori lebih sedikit t et api mengonsumsi vit amin A dan C lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerj a di rumah (Hort on & Campbell, 1991). Rumah- t angga di Amerika yang mempunyai pendapat - an lebih t inggi mempunyai elast isit as konsumsi vit amin C yang lebih t inggi pula (Adrian & Daniel, 1976). Sebanyak 70 persen vit amin C dalam menu makanan masyarakat Amerike berasal dari buah-buahan dan salad (Robinson, 1968). Hal t ersebut menunj ukkan bahwa ibu yang bekerj a di luar rumah mengurangi kon- sumsi pangan sumber kalori dan lemak dan meningkat kan konsumsi sayur dan buah pada rumaht angganya yang berart i konsumsi pangan rumaht angganya j adi lebih beragam.

Sebuah penelit ian di Skot landia memper- kuat hasil penelit ian di at as. Rumaht angga dengan ibu bekerj a di luar rumah lebih banyak mengonsumsi buah daripada rumaht angga de- ngan ibu di rumah. Hal it u dilakukan karena alasan wakt u unt uk pengelolaan pangan yang lebih singkat (Gof t on & Ness, 1991). Hal ini j uga didukung dengan hasil Survei Gizi Vict oria yang menyebut kan bahwa ibu yang bekerj a di luar rumah lebih banyak mengonsumsi bera- gam sayur dan buah (Worsley 1991). Penj elas- an yang masuk akal unt uk rendahnya konsumsi kalori, karbohidrat dan lemak pada ibu-ibu yang bekerj a di luar rumah adalah karena me- reka lebih peduli dengan berat badannya daripada ibu-ibu yang di rumah. Sepert i yang dicat at Abraham (1988) bahwa pandangan

t en- t ang body image, t ubuh yang langsing, dan penampilan yang menarik merupakan hal yang pent ing bagi wanit a Aust ralia unt uk mendapat pekerj aan yang baik, sukses dalam karier dan pergaulan. Walaupun mereka banyak meng- konsumsi makanan yang diolah di rumaht ang- ga, mereka lebih memilih j enis makanan yang rendah lemak, salad dan buah-buahan.

Sepert i yang t elah dibahas sebelumnya, Becker (1965) menyat akan rumaht angga de- ngan ibu yang bekerj a mungkin lebih banyak mengonsumsi makanan yang prakt is (siap san- t ap/ siap saj i) daripada rumaht angga dengan ibu yang t inggal di rumah. Hal-hal berikut me- rupakan bagian dari pengelolaan pangan yang prakt is di rumaht angga. Pert ama, berbagai kompor gas at au list rik, oven, mikrowave, le- mari es dan lainnya yang t ergolong sebagai peralat an masak modern. Kedua adalah ma- kanan siap sant ap, siap saj i dan golongan ba- han pangan yang dapat langsung dikonsumsi sepert i sayur dan buah. Ket ersediaan peralat - an masak modern di rumaht angga sert a kemu- dahan akses t erhadap berbagai pangan yang prakt is dapat mengurangi at au bahkan menghi- langkan peranan ibu dalam pengelolaan pa- ngan di rumaht angga (Wahlqvist , 1988; Miller, 1990; Burnet t & Rees, 191).

Cont oh lain sebagai dampak dari makin berkembangnya penggunaan pangan yang prak- t is adalah di Jepang dimana rat a-rat a wakt u yang dialokasikan oleh wanit a unt uk kegiat an domest ik t ermasuk pengelolaan pangan di ru- maht angga, selama t iga dekade ini mengalami penurunan sampai 20%, yait u dari 51. 8 j am menj adi 41. 8 j am per minggu. Selama periode t ersebut konsumsi pangan yang dikelola di rumaht angga j uga mengalami peningkat an (Iwao, 1993). Hal ini merupakan penj elasan mengapa di negara maj u, rumaht angga dengan ibu yang bekerj a dapat mengonsumsi bera- gam j enis pangan.

(10)

t angga, t ermasuk ibu unt uk memiliki wakt u luang yang lebih banyak. Rumaht angga dengan pendapat an t inggi, khususnya yang t inggal di daerah perkot aan biasanya mempunyai pera- lat an masak modern j uga.

Beberapa penelit ian t elah dilakukan un- t uk menget ahui ef ek dari st at us dan j enis pe- kerj aan ibu t erhadap asupan gizi dan makan- an rumaht angga di negara berkembang. Huf f man (1987) mencat at bahwa permint aan yang t inggi t erhadap alokasi wakt u wanit a unt uk kegiat an ekonomi dan kegiat an rumah- t angga pada rumaht angga menengah ke ba- wah dapat mempengaruhi variasi pangan yang dikonsumsi. Sepert i yang t elah dibahas di bagian 2. 6. 1, di negara berkembang, wanit a memegang peranan pent ing dalam pengelolan pangan rumaht angga. Saat wanit a dari rumah- t angga menengah ke bawah lebih banyak mengalokasikan wakt unya unt uk kegiat an eko- nomi/ bekerj a di luar rumah, biasanya me- reka akan mengurangi wakt u unt uk mengelola makanan di rumaht angga dengan cara mengu- rangi f rekeunsi memasak at au mengurangi j e- nis makanan yang dimasak yang pada akhirnya akan mengurangi kualit as gizi pada menu ma- kanannya (Food and Agricult ure Organizat ion, 1987). Pada kasus ini, keberadaan saudara at au anggot a rumaht angga wanit a yang ber- usia remaj a (Adrian & Daniel, 1976; Choudry

et al. , 1986; Leibowit z, 1974; Popkin, 1980) akan dapat mencegah t erj adinya dampak bu- ruk yang disebut kan sebelumnya.

Walaupun demikian, t idak ada penelit i- an di negara berkembang yang menganalisis hubungan ant ara st at us dan j enis pekerj aan ibu dengan keragaman konsumsi pangan ru- maht angganya. Seluruh penelit ian yang t elah disebut kan sebelumnya dilakukan di negara maj u (dit unj ukkan di Tabel 1). Penelit ian yang

dilakukan Caliendo et al ., (1977) menun-

j ukkan bahwa t idak ada hubungan yang signi- f ikan ant ara st at us dan j enis pekerj aan ibu dengan keragaman konsumsi pangan anak-anaknya. Kelemahan dari penelit ian ini t elah disebut kan di bagian 2. 6. 2. Penj elasan lain unt uk hasil penelit ian ini yait u kemungkinan rumaht angga dengan ibu bekerj a di luar ru- mah memiliki pembant u at au menggunakan berbagai peralat an masak modern dan anak-anaknya makan siang di t empat penit ipan anak. Hal yang disayangkan dari penelit ian ini adalah t idak disebut kannya berbagai f akt or yang mungkin menj adi f akt or pengganggu/

conf ounder.

Penelit ian yang dilakukan oleh Schorr et al . (1972) di sebuah desa kecil di USA menun-

j ukkan bahwa ada hubungan yang posit if dan signif ikan ant ara st at us dan j enis pekerj aan ibu dengan keragaman konsumsi pangan anak-anaknya. Penelit ian lain yang dilakukan oleh Lee (1987), menggunakan analisis mult ivariat dan j umlah sampel yang besar menyimpulkan bahwa st at us dan j enis pekerj aan ibu meru- pakan det erminan keragaman konsumsi pa- ngan rumaht angga. Jenis pangan yang dikon- sumsi pada rumaht angga dengan ibu yang be- kerj a di luar lebih sedikit dibandingkan de- ngan rumah t angga t anpa wanit a/ ibu yang be- kerj a di luar rumah. Penj elasan unt uk hal ini adalah karena adanya perbedaan karakt erist ik populasi pada kedua penelit ian t ersebut (da- lam hal pendapat an, pendidikan dan kebuda- yaan) dan perbedaan met ode analisis yang digunakan.

Oleh karena it u, st at us dan j enis peker- j aan ibu, kehadiran pembant u dalam rumah- t angga, ket ersediaan berbagai peralat an ma- sak modern dan bahan-bahan pangan prakt is, yang seluruhnya mempengaruhi ket ersediaan wakt u ibu unt uk mengelola pangan cenderung unt uk menj adi det erminan keragaman kon- sumsi pangan di rumaht angga. Tet api belum ada penelit ian yang secara sist emat is meng- analisis dampak dari berbagai f akt or yang di- duga sebagai det erminan t ersebut yang dila- kukan di Indonesia, dimana j umlah wanit a yang t erlibat di pasar t enaga kerj a semakin meningkat .

Preferensi dan Ketersediaan Pangan

Pref erensi/ kesukaan pangan biasanya meruj uk pada daya t erima dari pangan t er- sebut , yang dipengaruhi oleh kebiasaan, kua- lit as rasa pangan dan zat gizi yang t erkandung dalam pangan t ersebut (Giese, 1994; Lyman, 1989; Wahlqvist , 1988). Pref erensi pangan ada yang bersif at t et ap sepanj ang wakt u dan da j uga yang dapt berubah dari wakt u ke wakt u. Seringkali sesorang at au kelompok et nis t er- t ent u t idak menyukai pangan-pangan t ert ent u (Lyman 1989). Selain it u pref erensi pangan j uga dapat berbeda di ant ara kelompok umur dan j enis kelamin (Lyman, 1989; Buce, 1987), sepert i pada anak-anak dan orang dewasa.

(11)

nurut Ramingt on (1948), kebiasaan makan pa- da sat u at au kelompok orang t erbent uk kare- na f akt or ekologi dimana kelompok t ersebut t inggal. Tanah dan iklim menent ukan produksi dan ket ersediaan pangan. Lebih lanj ut , f akt or t radisi dan kepercayaan mengat ur penerima- an pangan, pengelolaannya sert a pref erensi pangan. Pref erensi pangan selanj ut nya dit u- runkan dari generasi ke generasi lewat penga- laman dalam keluarga dan hal it u dapat dipe- ngaruhi oleh f akt or sosial ekonomi dari wakt u ke wakt u (Williams, 1992; Wahlqvist , 1988; Ramingt on, 1948). Secara umum, menu ma- kanan barat biasanya t erdiri at as susu, daging, rot i dan sereal, buah dan sayur. Seluruh susun- an menu makanan orang Asia biasanya t erdiri at as nasi, ikan, seaf ood dan kacang-kacangan sert a sayur dan buah. Susu hanya digunakan dalam j umlah t erbat as karena kemungkinan adanya prevalensi lakt os int olerans dan ku- rangnya ket ersediaan susu (Eschleman, 1991).

Seluruh agama yang ada di dunia secara implisit menganj urkan pemeluknya unt uk mengonsumsi beragam j enis makanan. Da- lam seluruh agama ada larangan bagi peme- luknya unt uk mengonsumsi makanan t ert en- t u yang j umlahnya sangat t erbat as. Makanan yang dilarang t ersebut digant ikan dengan ma- kanan lain yang secara kandungan gizi hampir sama. Walaupun daging babi dilarang bagi orang Yahudi dan Islam, daging, buah sayuran dan susu mempunyai nilai yang khusus dalam aj aran agama Yahudi, Krist en dan Islam (Williams, 1992; Rahman, 1980).

Saat pref erensi pangan dit urunkan dari generasi ke generasi, sebagian dari pref erensi it u kemungkinan ada yang mengalami peru- bahan, maka ibu sebagai orang yang berperan pent ing dalam pengelolaan pangan di rumah- t angga akan berperan unt uk menerapkan pre- f erensi yang baru t ersebut dalam rumaht ang- ganya (Williams, 1992; Wahlqvist , 1988). Pre- f erensi pangan yang baru t ersebut biasanya dipengaruhi oleh penget ahuan gizi yang me- reka miliki, yang dapat diperoleh dari sat u at au lebih inf ormasi gizi dari sumber-sumber yang t elah dibahas di bagian 2. 6. 1, yait u pe- ngalaman, pendidikan gizi, paparan media massa dan iklan. Randall mencat at bahwa pa- da keluarga dengan menu makanan yang bera- gam biasa j adi ada beberapa pangan yang di- larang sebagai bent uk dari pref erensi pangan (Randall, 1982).

Pada pert anian subsist en, ket ersediaan pangan lokal hanya dipengaruhi oleh produksi pangan lokal dan pangan yang diperoleh dari kegiat an berburu meramu (mengumpulkan ma-

kanan). Para pet ani memproduksi beragam pangan lokal yang sesuai dengan kondisi alam dan berbagai f akt or ekologi sepert i t anah, ik- lim, musim dan sumberdaya biologis (Fleuret P & Fleuret A, 1980; Cooper, 1992). Konseku- ensi dari hal t ersebut adalah adanya keragam- an produksi pangan (pola panen) dan ket erse- diaan pangan pada pert anian subsist en yang bergant ung pada berbagai f akt or ekologi. Ada- nya pengenalan t eknologi pert anian baru, pe- ningkat an inf rast rukt ur dan pengelolaan f ak- t or-f akt or ekologi t elah meningkat kan produk- si pangan (Wolf e & Behrman, 1982). Sej alan dengan hal t ersebut , kondisi inf rast rukt ur yang lebih baik, dan t eknologi penanganan, penge- masan, penyimpanan sert a pengembangan pro- duk pangan yang lebih baik t elah meningkat - kan dist ribusi dan akses pangan ke berbagai daerah (Wahlqvist , 1988). Hasil dari hal t ersebut yait u adanya keseragaman j enis ke- lompok pangan yang t ersedia pada daerah-daerah yang berdekat an.

Dewey (Lee & Brown, 1989) merupakan sat u-sat unya penelit i yang t elah menganalisis hubungan ant ara keragaman pola panen pa- ngan rumaht angga dengan keragaman konsum- si pangan. Kelemahan penelit ian ini yait u pa- da ukuran keragaman konsumsi pangan dan hasil penelit ian menunj ukkan bahwa ada hu- bungan yang signif ikan ant ara keragaman kon- sumsi pangan dengan keragaman panen di Socios, Meksiko (Tabel 1). Kedua hal t ersebut (keragaman konsumsi pangan dan keragaman panen) t idak mempunyai hubungan yang kuat . Kemungkinan, analisis t ersebut dapat lebih t e- pat di daerah pert anian subsist en at au daerah yang pert aniannya hampir subsist en. Tet api di daerah pert anian non-subsist en, j enis pangan yang diproduksi mungkin t idak berhubungan dengan j enis produksi pangan lokal.

(12)

Fakt or ekologi/ alam dapat berpengaruh j uga t erhadap kebiasaan yang berhubungan de- ngan konsumsi pangan pada kelompok et nis t ert ent u yang hidup wilayah t ersebut . Unt uk menget ahui besarnya variasi yang t idak dapat dihit ung dari perbedaan ekologi ant ar wila- yah, beberapa konsep sosial ekonomi t urut di- masukkan. Hal ini dilakukan unt uk memudah- kan penggolongan wilayah ekologi sepert i men- j adi daerah perkot aan dan pedesaan. Dalam analisis mult ivariat pangan, variabel wilayah pedesaan dan perkot aan dimasukkan sebagai variabel dummy agar dapat mencakup bebera- pa perbedaan variasi ekologi (yang t idak dapat dihit ung) sepert i pada variasi wilayah dan kelompok et nis (Lee, 1987; Adrian & Daniel, 1976; Reynolds, 1990; MacMillan et al. , 1972).

Keragaman konsumsi pangan dapat di- pengaruhi oleh pref erensi pangan yang dit en- t ukan oleh nilai-nilai kebiasaan/ adat (t radisi dan kepercayaan) yang berhubungan dengan pangan, penget ahuan gizi dan kualit as pa- ngan. Walaupun beberapa j enis pangan t er- t ent u seringkali digant ikan dengan pangan la- in yang kandungan gizinya serupa. Konsekuen- sinya, pref erensi pangan mungkin berhubung- an dengan keragaman konsumsi pangan seper- t i yang t elah diperhit ungkan dari keragaman konsumsi pangan sej enis t et api t idak dengan keragaman konsumsi pangan sepert i yang t e- lah diperhit ungkan dari sebagian besar kelom- pok pangan. Sebagai t ambahan, j ika j enis pa- ngan yang t ersedia di seluruh wilayah sama, maka akan sulit unt uk memasukkan j enis pa- ngan yang t ersedia sebagai salah sat u det er- minan keragaman konsumsi pangan.

Besar dan Komposisi Rumahtangga

Model analisis yang umum pada det er- minan konsumsi pangan biasanya mengguna- kan ukuran rumaht angga, pendapat an at au pe- ngeluaran dan harga sebagai f akt or det ermin- an yang mungkin (Buce, 1987; Raunikar, & Huang, 1987). Umumnya, pada rumaht angga-rumaht angga dengan t ingkat pendapat an yang sama, t ot al konsumsi pangan rumaht angga meningkat seiring dengan peningkat an j umlah anggot a rumaht angganya (Adrian & Daniel, 1976; Worsley, 1991; Longhurst , 1984; Blancif ort i et al. , 1981). Pendapat an yang t erbat as pada rumaht angga berukuran besar akan mengakibat kan j enis pangan yang dikon- sumsi j adi kurang bervariasi dan memiliki kua- lit as gizi yang lebih rendah j ika dibandingkan dengan rumaht angga yang berukuran lebih ke- cil (Dewey, 1981 ; Fleuret P & Fleuret A, 1980). Hort on mensimulasikan sebuah model ekonomet rik dengan menggunakan dat a

Guj arat unt uk menganalisis dampak ukuran ru- maht angga t erhadap asupan pangan. Hasilnya menunj ukkan bahwa pengurangan sat u anggot a rumaht angga akan meningkat kan konsumsi kalori sebesar 240-400 kalori per kapit a, t er- gant ung pada umur dan j enis kelamin anggot a rumaht angganya (Hort on, 1985).

Pref erensi pangan pada anak-anak ber- beda dengan kelompok orang dewasa dan ke- lompok usia lanj ut (Buse & Salat he 1978). Konsumsi pangan pada kelompok anak-anak umumnya bergant ung dari apa yang diberikan oleh ibu at au orangt uanya (Abraham 1988; Blancif ort i et al. 1981; Hort on 1985; Buse & Salat he 1978) yang t ent unya berbeda dengan yang diberikan unt uk kelompok remaj a at au dewasa. Kelompok remaj a dan dewasa lebih suka unt uk memilih pangan yang dikonsumsi- nya sendiri dan pada kelompok remaj a biasa- nya kurang begit u peduli dengan kandungan gizi yang t inggi pada pangan dan mereka cen- derung lebih menyukai pangan yang sedang populer (Blancif ort i et al. 1981; Rappoport et al. 1992; Kelly 1981; Woodward 1985).

Penelit ian yang dilakukan di USA dan UK menunj ukkan bahwa wanit a berpendapat an t inggi lebih sedikit mengonsumsi pangan sum- ber kalori dan lebih banyak mengonsumsi sayur

dan buah daripada pria karena f akt or body

i mage dan kesadaran unt uk hidup sehat .

(Wandel 1994; Rappoport et al . 1992).

Rappoport et al . (1992) menyimpulkan bahwa alasan pent ing unt uk mengonsumsi pangan t ert ent u bagi wanit a berpendapat an t inggi di Kansas adalah karena pert imbangan gizi dan kesehat an. Hasil penelit ian t ersebut konsist en dengan t eori Maslow mengenai t ingkat an yang lebih t inggi dari kebut uhan mot ivasi perilaku manusia. Pendidikan dan pendapat an yang le- bih t inggi akan mendorong manusia unt uk le- bih perhat ian t erhadap kesehat annya (Maslow 1970). Hal t ersebut mendorong mereka unt uk mengonsumsi beragam j enis pangan dengan porsi pangan sumber kalori yang lebih kecil. Sement ara it u, kelompok usia lanj ut di USA dan Aust ralia, khususnya yang t inggal di dae- rah perkot aan, lebih menghargai kesehat an- nya (Blancif ort i et al. 1981; Rappoport et al. 1992; Crawf ord & Baghurst 1990; Slesinger et

al . 1980) yang akhirnya mendorong mereka

unt uk mengonsumsi beragam j enis pangan. Berdasarkan hal t ersebut , kami mengaj ukan suat u hipot esis bahwa perbedaan konsumsi pangan berhubungan dengan j enis kelamin dan t ahapan dalam siklus hidup.

(13)

ukuran dan komposisi rumaht angga dalam analisisnya karena set iap rumah t angga memi- liki ukuran dan komposisi yang berbeda. Caliendo et al. (1977) dan Schorr et al. (1972) (menggunakan analisis bivariat ) melaporkan bahwa t idak ada hubungan yang signif ikan ant ara usia anak-anak dengan keragaman kon- sumsi pangan mereka at au ant ara j enis kela- min anak-anak dengan keragaman konsumsi pangannya (Tabel 1). Sampel pada penelit ian yang pert ama adalah anak-anak prasekolah, yang berusia ant ara 1 sampai 4 t ahun (Caliendo et al. (1977) dan sampel penelit ian kedua adalah remaj a dengan rent ang usia an- t ara 7 sampai 12 t ahun (Schorr et al. 1972). Karena sampel t idak mencakup seluruh ren- t ang usia (t ahapan siklus hidup), maka hu- bungan ant ara usia dan keragaman konsumsi pangan t idak dapat dianalisis dengan lebih t elit i.

Ukuran keragaman konsumsi pangan yang digunakan pada penelit ian lain yang menggunakan dat a nasional dengan berma- cam-macam kelompok usia di Amerika (Lee & Brown 1989; Lee 1987), menunj ukkan bukt i yang konsist en bahwa kelompok umur dan j e- nis kelamin merupakan det erminan keragam- an konsumsi pangan set elah dikont rol dengan biaya pangan. Ukuran rumaht angga mempu- nyai hubungan yang berkebalikan dengan kera- gaman konsumsi pangan. Lee dan Brown (1989) menunj ukkan bahwa penambahan sat u orang anggot a rumaht angga pada rumaht angga yang t erdiri at as dua orang akan berdampak lebih besar t erhadap keragaman konsumsi pangan- nya dibandingkan penambahan j umlah anggot a yang sama pada rumaht angga yang t erdiri at as empat orang.

Oleh karena it u, j umlah anggot a rumah- t angga dan komposisinya merupakan f akt or yang diduga sebagai det erminan keragaman konsumsi pangan di Indonesia. Variasi pada komposisi rumaht angga j uga t urut mencer- minkan variasi dalam pref erensi pangan dan unit konsumennya di rumaht angga. Hal ini da- pat diident if ikasi, t ermasuk pada variabel ke- lompok umur dan j enis kelamin yang diguna- kan unt uk analisis det erminan keragaman konsumsi pangan.

Berkait an dengan unit konsumen rumah- t angga dalam analisis pendapat an dan dat a asupan pangan di t ingkat rumaht angga, Para ahli ekonomi menyarankan unt uk mengguna- kan unit dewasa yang ekuivalen (Prais & Huot haker 1955; Price 1970; Deat on & Meullbauer 1980). Unit dewasa yang ekuivalen lebih t epat daripada unit per capit a karena hal

t ersebut diperbolehkan unt uk dat a rumah- t angga yang memiliki perbedaan ukuran dan perbedaan komposisi umur dan j enis kelamin. Dengan kat a lain, hal it u merupakan ukuran sert a komposisi (umur dan j enis kelamin) ru- maht angga yang st andar. Saat ini, para ahli gizi (Jus’ at 1991; Chen et al. 1990; Hardinsyah 1990) dan para ahli ekonomi (Popkin 1980; Balncif ort i et al . 1981; Trairat vorakul 1984; Braun et al. 1989) t elah menerapkan penggu- naan unit dewasa pria ekuivalen berdasarkan kebut uhan kalori unt uk analisis variabel eko- nomi dan gizi pada t ingkat rumaht angga.

Singkat nya, r evi ew dari berbagai lit era- t ur ini menyat akan bahwa det erminan yang mungkin mempengaruhi keragaman konsumsi pangan di t ingkat rumaht angga mencakup penget ahuan gizi, daya beli pangan, wakt u yang t ersedia bagi ibu unt uk pengelolaan pangan, pref erensi pangan dan ket ersediaan pangan. Set iap f akt or t ersebut kemungkinan dit ent ukan oleh berbagai f akt or sosial demo- graf i, f akt or ekonomi dan f akt or lainnya. Fak- t or sosial demograf i yang dimaksud adalah pendidikan, paparan media massa, st at us dan j enis pekerj aan ibu, komposisi dan ukuran ru- maht angga, sedangkan f akt or ekonominya se- pert i biaya pangan, pendapat an dan harga pangan dan yang t erakhir dit ent ukan pula oleh berbagai f akt or lain sepert i kepercayaan dan t radisi yang berhubungan dengan pangan, pro- duksi dan dist ribusi pangan.

Diagram Pohon Faktor Determinan

Berdasarkan r eview yang t elah dipapar- kan di bagian sebelumnya, maka dapat disu- sun suat u diagram pohon dari f akt or-f akt or yang diduga sebagai det erminan dari kera- gaman konsumsi pangan. Ada lima f akt or yang diduga merupakan det erminan pent ing kera- gaman konsumsi pangan yait u daya beli pa- ngan, penget ahuan gizi, wakt u yang t ersedia unt uk pengelolaan pangan, kesukaan pangan dan ket ersediaan pangan (gambar 2. 1). De- ngan menggunakan prinsip met ode f ormulasi kerangka pikir, yang diusulkan oleh Delp et al .

(1977), maka diagram pohon yang dikembang- kan unt uk menggambarkan kerangka pikir ke- ragaman konsumsi pangan dit unj ukkan pada gambar 1.

(14)

t as pangan, penawaran (ket ersediaan) pangan dan penawaran pangan.

Gambar 1. Diagram Pohon Fakt or yang Diduga sebagai Det erminan Keragaman Konsumsi Pangan

Variabel yang diduga merubah penget a- huan gizi adalah pendidikan gizi, yang ke- mungkinan dipengaruhi t ingkat pendidikan

kedua orang t ua, dan part isipasi ibu dalam kegiat an sosial. Paparan media massa pada anggot a rumaht angga kemungkinan dipenga-

Inf rast rukt ur Teknologi Pangan Inf rast rukt ur Teknologi Pert anian Fakt or Ekologi

Ket ersediaan Pangan Lokal Kelompok Et nis

Dist ribusi Pangan Produksi Pangan Sif at Gizi dan Kesehat an Sif at rasa

Teknologi Pangan Wakt u luang Lokasi Pendapat an Wakt u luang Lokasi Pendapat an Wakt u luang

Ukuran dan komposisi rumaht angga Pendapat an

Pendidikan Ibu Pendapat an Kualit as Pangan Ket ersediaan Pangan Lokal Permint aan Pangan Lokal Penget ahuan Gizi

Ukuran dan komposisi rumaht angga Pendapat an

Lokasi Pendapat an Umur ayah Umur Ibu

Wakt u yang t ersedia unt uk

pengelolaan pangan Penget ahuan Gizi

Daya beli pangan

Ket ersediaan pangan lokal Pref erensi pangan

Pendidikan Gizi

Paparan media massa

Pengalaman Gizi

Dist ribusi pangan Produksi pangan Biaya Pangan

Ukuran dan komposisi rumaht angga

Harga Pangan

St at us dan j enis pekerj aan ibu

Pembant u rumaht angga

Peral at an masak modern

Pangan prakt is

Kualit as Pangan

Ket ersediaan Pangan

Penget ahuan Gizi

Paparan Media massa

Tradisi dan kepercayaan yang berhubungan dengan pangan Keragaman

konsumsi pangan

Ket erl ibat an ibu dal am kegiat an sosial Pendidikan Ayah

Pendidikan Ibu

Ukuran dan komposisi rumaht angga

Kehadiran wanit a

Sakit yang berhubungan dengan mal nut risi

Lokasi Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Pendapat an

(15)

ruhi oleh pendapat an rumaht angga, t ingkat pendidikan f ormal kedua orang t ua, lokasi t empat t inggal (apakah di desa at au kot a) dan pengalaman gizi anggot a rumaht angga. Peng- alaman ini dipengaruhi oleh usia kedua orang t ua, pengalaman sakit yang t erkait dengan malnut risi, pendapat an rumaht angga, dan lo- kasi t empat t inggal.

Wakt u yang dialokasikan oleh wanit a un- t uk pengelolaan pangan dit ent ukan oleh st at us dan j enis pekerj aan ibu, kehadiran pembant u rumaht angga, ket ersediaan peralat an masak modern (kompor gas at au list rik, oven, mi cr

o-wave dan lemari pendingin) dan ket ersediaan

bahan pangan yang prakt is (siap sant ap/ siap saj i), yang akan dapat mempersingkat wakt u penyiapan pangan. St at us dan j enis pekerj aan ibu kemungkinan dipengaruhi oleh pendapat an rumaht angga dan t ingkat pendidikan ibu. Se- dangkan kehadiran pembant u di rumaht angga kemungkinan dipengaruhi oleh pendapat an ru- maht angga, j umlah wanit a yang dapat mem- bant u unt uk memasak, komposisi rumaht angga dan wakt u luang at au ist irahat yang diingin- kan oleh ibu. Ket ersediaan peralat an masak modern dan pangan yang prakt is (siap masak/ siap saj i) dipengaruhi oleh pendapat an, lokasi t empat t inggal, dan t eknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham S. 1988. What does f ood mean t o young Aust ralian women. In: Truswell AS, Wahlqvist ML. Food habit s in Aust ralia, Proceeding of t he f irst Deakin/ Sydney Universit ies Symposium on Aust ralian Nut rit ion, 85-93.

Adrian J, Daniel R. 1976. Impact of socioekonomic f act ors on consumpt ion of select ed f ood nut rient s in t he Unit ed St at es. American Journal of Agricult ure Ekonomics, 58, 31-38.

At kinson AB. 1975. The ekonomics of Inequal- it y. Clarendon Press, Oxf ord, 1-295.

Bairagi R. 1980. Is income t he only const raint on child nut rit ion in rural Bangladesh ? Bullet in of t he World Healt h Orga- nizat ion, 58, 767-772.

Becker GS. 1965. A t heory of t he allocat ion of t ime. Economics Journal, 75, 493-517.

Behrman JR, Deolalikar AB, Wolf e BL. 1988. Nut rient s: Impact and det erminant s. The

World Bank Ekonomic Review, 2, 299-319.

Behrman JR, Wolf e BL. 1982. How does Mot her’ s schooling af f ect f amily healt h, nut rit ion, medical care usage, and household sanit at ion ? Journal of Econo- met rics, 36, 185-204.

Blancif ort i L, Green R, Lane S. 1981. Income and expendit ure f or relat ively more versus relat ively less nut rit ious f ood over t he lif e cycle. American Journal of Agricult ural Economics, 63, 255-260.

Bouis HE. 1989. The det erminant s of house- hold-level demand f or micronut rient s: an analysis f or Philippine f arm house- hold. Final report submit t ed t o t he World Bank, Populat ion, Healt h and Nut rit ion Division. Int ernat ional Food Policy Research Inst it ut e, Washingt on DC, 1-68.

Bouis HE. 1990. Evaluat ing demand f or calories f or urban and rural populat ions in t he Philippines: Implicat ions f or nut rit ion policy under ekonomic recovery. World Development , 18, 281-299.

Braun JV, Puet z D, Webb P. 1989. Irrigat ion t echnology and commercializat ion of rice in t he Gambia: Ef f ect s on income and nut rit ion. Int ernat ional Food Policy Research Inst it ut e, 75, 1-68.

Buce RC. 1987. Socioeconomic, demographic and psychological variables in demand analysis. In: Raunikar R, Huang C-L, eds. Food demand analysis: Problems, issues and empirical evidence. Iowa Universit y Press, Ames, Iowa, 186-215.

Burnet t S-A, Rees AM. 1991. Advant ages and disadvant ages associat ed wit h t he increased use of microwave energy in f ood preparat ion. Journal of Consumer St udies and Home Ekonomics, 15, 231-239.

(16)

Buse RC, Salat he LE. 1978. Adult equivalent scales: An alt ernat ive approach. American Journal of Agricult ural Econo- mics, 60, 460-468.

Caliendo MA, Sanj ur D, Wright J, Cummings G. 1977. Nut rit ional st at us of preschool children. Journal of t he American Diet et ic Associat ion, 71, 21-25.

Campbell ML, Sanj ur D. 1992. Single employ- ed mot her and preschool child nut rit ion – an ecological analysis. Journal of Nut rit ion Educat ion, 24, 67-74.

Cent ral Bureau of St at ist ics. 1992. Expendit ure f or consumpt ion of Indonesia 1990, Book I. Cent ral Bureau of St at ist ics, Jakart a, 1-195

Chat t erj ee M. 1989. Socio-economic and socio-cult ural inf luences on women’ s nut ri- t ional st at us and roles. In: Gopalan C, Kaur S, eds. Women and nut rit ion in India. Nut rit ion Foundat ion of India, New Delhi, 296-323.

Chen J, Campbell TC, Li J, Pet o R. 1990. Diet lif est yle and mort alit y in China: A st udy of t he Charact erist ic of 65 Chinese count ies. Oxf ord, UK: Joint publicat ion of Oxf ord Universit y Press, Cornell Universit y Press and China People’ s Publishing House, 1-894.

Choudry M, Jain S, Saini V. 1986. Nut rit ional st at us of children of working mot hers. Indian Pediat rics, 23, 267-270

Cohen D. 1981. Consumer behavior. Random House Business Division, New York, 1-504.

Cooper D. In: Cooper D, Vellve R, Hobbelink H, eds. Growing diversit y: Genet ic resour- ces and local f ood securit y. Int ermediat e Technology Publicat ion, Barcelona, 1-16.

Crawf ord DA, Baghurst KI. 1990. Diet and healt h: A nat ional survey of belief s, behaviors and barriers t o change in t he communit y. Aust ralian Journal of Nut rit ion and Diet et ics, 47, 97-104.

Deat on A, Muellbauear. 1980. Economics and concumer behavior. Cambridge Univer- sit y Press, Cambridge, 1-450.

Delp P, Thesen A, Mot iwalla, Seshadri N. 1977. Syst ems t ools f or proj ect planning. Int ernat ional Development Inst it ut e, Indiana, 1-112.

Den Hart og AP. 1983. Evaluat ion of nut rit ion educat ion: assessment of t he social cont ext . In: Schuch B, ed. Evaluat ion of nut rit ion educat ion in t hird world communit ies. Hans Huber Publishers Bern, Vienna, 45-55. (Nest le Found- at ion Publicat ion Series, vol 3).

Dewey KG. 1980. The impact of agricult ural development on child nut rit ion in Tabasco, Mexico. Medical Ant hropology, 4, 21-54.

Dewey KG. 1981. Nut rit ional consequences of t ransf ormat ion f rom subsist ence t o commercial agricult ure. Human Ecolo- gy, 9, 151-187.

Ellis J, Wiens J, Rodel C, Anway J. 1976. A concept ual model of diet select ion as an ecosyst em process. Journal of Theoret ic- al Biology, 60, 93-108.

Eschleman MM. 1991. Int roduct ory nut rit ion and diet t herapy. JB Lippincot Compa- ny, Philadelphia, 1-664.

Fleuret P, Fleuret A. 1980. Nut rit ion con- sumpt ion, and agricult ural change. Human Organizat ion, 39, 250-260.

Food and Agricult ure Organizat ion. 1987. Women in Af rican f ood product ion and f ood securit y. In: Git t inger JP, Leslie J, Hoisingt on C, eds. Food policy: Int egrat - ing supply, dist ribut ion, and consump- t ion. The John Hopkins Universit y Press, Balt imore, 133-140.

Fost er P. 1992. The world f ood problem: Tackling t he causes of undernut rit ion in t he t hird world. Lynne Rienner Publishers, Boulder, 1-367.

Giese J. 1994. Modern alchemy: use of f lavors in f ood. Food Technology, 106-116.

Gof t on L, Ness M. 1991. Twin t rends: healt h and convenience in f ood change or who killed t he lazy housewif e. Brit ish Food Journal, 93, 17-23.

(17)

[ Mast er Thesis] . Inst it ut e of Healt h Prof essions, USA, 2, S11-S35.

Gounget as BP, Jensen HH, Johnson SR. 1993. Food demand proj ect ions using f ull demand syst ems. Food Policy, 18, 55-63

Hardinsyah. 1990. Seasonal variat ion of household vit amin A and iron availabilit y based on f ood securit y dat a in Indonesia. Unpublished report t o Cornell Food and Nut rit ion Policy Program (CFNPP)-Cornell Universit y. It haca-NY, 1-24.

Hardinsyah. 1996. Measurement and det er- minant s of f ood diversit y: Implicat ions f or Indonesia’ s f ood and nut rit ion policy. Nut rit ion Program, Medical School, Universit y of Queensland.

Hardinsyah, Heywood PF, 1993. Review of t he associat ion bet ween f ood diversit y and diet qualit y. Abst ract of t he XV Int ernat ional Congress of Nut rit ion, Adelaide.

Hardinsyah, Mark GC, 1996. Diet ary diversit y and nut rit ion relat ed healt h out comes: A Review. Abst ract of t he XII Int ernat ional Congress of Diet et ics, Manila.

Harvey PW & Heywood PF. 1983. Twent y-f ive years of diet ary change in Simbu Province, Papua New Guinea. Ecology of Food and Nut rit ion, 13, 27-35

Helman CG. Cult ure, healt h and illness, an int roduct ion f or healt h prof essionals. Wright , London, 1-344.

Hickman BW, Gat es GE, Dowdy RP. Nut rit ion claims in advert ising: a st udy of f our women’ s magazine. Journal of Nut rit ion Educat ion, 25, 227-235.

Hort on S. 1985. The det erminant s of nut rient int ake, result f rom West ern India. Journal of Development Economics, 19, 147-162.

Hort on S, Campbell. 1991. Wif e’ s employ- ment , f ood expendit ure, and apparent nut rient int ake: Evidence f rom Canada. American Journal of Agricult ural Economics, 73, 784-794.

Huf f man SL. 1987. Women’ s act ivit ies and impact s on child nut rit ion. In: Git t inger P, Leslie J. Hoisingt on C, eds. Food

policy, int egrat ing supply, dist ribut ion and consumpt ion. The John Hopkins Universit y Press, Balt imore, 371-384.

Immink MDC. 1982. Purchasing power and f ood consumpt ion behavior. In: Sanj ur D, ed. Social and cult ural perspect ives in nut rit ion. Prent ice Hall Inc, Englewood Clif f s, NY, 91-122.

Iwao S. 1993. The Japanese women, t he t radit ional image and changing realit y. The Free Press, a Division of Macmillan Inc, New York, 1-304.

Jacobs BL. 1981. Communicat ion cont ent of nut rit ion inf ormat ion in select ed popular print media [ Mast er Thesis] . Michigan St at e Universit y, Michigan, 1-190.

Johnson DW, Johnson RT. 1985. A met a analysis and synt hesis of nut rit ion educat ion research. Journal of Nut rit ion Educat ion, 1-67.

Jus’ at I. 1991. Det erminant s of nut rit ional st at us of preschool children in Indonesia: An analysis of nat ional socio-ekonomic survey (SUSENAS), 1987 [ Dissert at ion] . Facult y of t he Graduat e School of Cornell Universit y, It haca, NY, 1-214.

Kant AK, Block G, Schat zkin A, Ziegler RG, Nest le M. 1991. Diet ary diversit y in t he US populat ion, NHANES II 1976-1980. Journal of t he American Diet et ic Associat ion, 91, 1526-1531.

Kant AK, Schat zkin A, Harris TB, Ziegler RG, Block G, 1993. Diet ary diversit y and subsequent mort alit y in t he f irst Nat ional Healt h and Nut rit ion Examin- at ion Survey Epidemiologic Follow Up St udy. The American Journal Clinical Nut rit ion, 57, 434-440.

Kant or Ment eri Koordinat or Kesej aht eraan Rakyat (Walf are Minist ry). 1989. Pola umum perbaikan menu makanan rakyat (General guideline f or t he improvement of people’ s diet ). Kant or Ment eri Koor- dinat or Kesej aht eraan Rakyat , Jakart a, 1-26

(18)

Kelly AC. 1981. Demographic impact on demand pat t erns in t he low income set t ing. Economic Development and Cult ural Change, 30, 1-16.

Kirk M, Gillespie AH. 1990. Fact ors af f ect ing f ood choices of working mot hers wit h young f amilies. Journal of Nut rit ion Educat ion, 22, 161-168.

Lang T. 1992. Food policy and public healt h. Public Healt h, 106, 91-125.

Lee J, Brown MG. 1989. Consumer demand f or f ood diversit y. Sout hern Journal of Agri- cult ural Economics, 21, 47-53.

Lee J-Y. 1987. The demand f or f ood varied diet wit h economet ric models f or count dat a. American Journal of Agricult ure Economics, 69, 687-692.

Leibowit z A. 1974. Educat ion and home product ion. The American Ekonomic Review, 74, 243-251.

Leonard WR & Thomas RB. 1988. Changing diet ary pat t erns in t he Peruvian Andes. Ecology of Food and Nut rit ion, 21, 245-263.

Longhurst R. 1984. Agricult ural product ion and f ood consumpt ion: Some neglect ed linkages. Food and Nut rit ion, 9, 2-5.

MacMillan JA, Tung F-L, Loyns RMA. 1972. Dif f erences in regional household con- sumpt ion pat t erns by urbanizat ion: A cross-sect ion analysis. Journal of Region- al Sciences, 12, 417-424.

Lyman B. 1989. A psychology of f ood. Van Nost rand Renhold Company, New York, 1-189.

Mann CK, Huddlest on B. 1987. Int roduct ion and summary. In: Mann CK, Huddlest on B, eds. Food policy, f ramework f or analysis and act ion. Indiana Universit y Press, Bloomingt on, 1-13.

Maslow AH. 1970. Mot ivat ion and personalit y. Harper and Row, New York, 1-369.

McGuire J, Popkin BM. 1989. Beat ing t he zero-sum game: Women and nut rit ion in t he t hird world. Part I. Food and Nut rit ion Bullet in, 11, 38-63

Megawangi R. 1991. Preschool aged nut ri- t ional st at us paramet ers f or Indonesia, and t heir applicat ion t o nut rit ion-relat ed policies [ Dissert at ion] . The School of Nut rit ion, Tuf t universit y, Bost on, 1-214. Miller DT. 1990. The impact of mot hers’

employment on t he f amily meal. Journal of Home Ekonomics, 82, 25-26.

Moore H, Svet key L, Lin P-H, Karanj a N, Jenkins M, 2002. The DASH Diet f or Hypert ension. The Free Press, New York.

Nat ional Board f or Family Planning (BKKBN)

and Communit y Syst ems Foundat ion. 1986. KB-Gizi – An Indonesian int egrat ed f amily planning, nut rit ion and healt h program: The Evaluat ion of t he f irst f ive years of program implement at ion in East Java and Bali. BKKBN and communit y Syst ems Foundat ion, Ann Arbor, Michigan, 1-269.

Per-Andersen P. An analyt ical f ramework f or assessing nut rit ion ef f ect s of policies and programs. In: Mann CK, Huddlest on B, eds. Food Policy, f ramework f or analysis and act ion. Indiana Universit y Press, Bloomingt on, 55-79.

Pinst rup-Andersen P. 1985. Food prices and t he poor in developing count ries. European Journal of Agricult ural Economics, 12, 69-81.

Pinst rup-Andersen P, Caicedo E. 1978. The pot ent ial impact of changes in income dist ribut ion on f ood demand and human nut rit ion. American Journal of Agri- cult ural Economics, 60, 402-415.

Pinst rup-Andersen P, de Londono NR, Hoover E. The impact of increasing f ood supply on human nut rit ion: Implicat ions f or commodit y priorit ies in agricult ural research policy. American Journal of Agricult ural Economics, 58, 131-142.

Pit t MM, Rosenzweig MR. 1985. Healt h and nut rient consumpt ion across and wit hin f arm household. The review of ekonomics and st at ist ics, 67, 213-223.

Gambar

Tabel 1.  Beberapa Penelitian mengenai Analisis Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan
Gambar 1. Diagram Pohon Faktor yang Diduga sebagai Determinan Keragaman Konsumsi Pangan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan ekspresi bahasa vulgar yang digunakan oleh restoran steak ranjang di dalam

Kepemilikan manajerial merupakan isu yang penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa semakin besar proporsi

diharuskan sesuai dokumen pengadaan selanjutnya penelitian terhadap penawaran harga terendah yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkana. Surat pengajuan

Sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Ayat (4) Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomoe PER-32/PJ/2011 mengatur bahwa Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan

Sejak tahun 2005 hingga tahun 2012 beliau menjabat sebagai Direktur Utama di PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk dibidang perdagangan batu bara, dan saat ini

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Alfredo Mahendra (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel DER

Tema yang dipilih dalam penelitian adalah analisa hubungan pola konsumsi pangan sumber protein serta aktivitas fisik dengan massa otot pada remaja di perdesaan