REFLEKSI KASUS JUNI 2016
KEJANG DEMAM SEDERHANA
NAMA : Linda Mutiah
STAMBUK : N 111 15 037
PEMBIMBING : dr. Amsyar Praja, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38’C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam ialah 38’C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya pada waktu kejang sering tidak diketahui. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.2
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam sederhana, tidak menyebabkan menurunnya IQ, epilepsi, dan kematian. Kejang demam dapat berulang yang kadang menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Saat pasien datang dengan kejang disertai demam, dipikirkan 3 kemungkinan yaiut : 1) kejang demam, 2) pasien epilepsi terkontrol dengan demam sebagai pemicu kejang epilepsi, 3) kejang disebabkan infeksi sistem saraf pusat atau gangguan elektrolit akibat dehidrasi.1
Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui. Kejang demam biasanya diawalai dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernafasan, otitis media dan gastroenteritis. Umur anak, serta tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang mengalami kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya.2
Penggolongan kejang demam menurut kriteria Nationall Collaborative Perinatal Project adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari 15 menit, umum dan tidak berulang pada satu episode demam. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit baik bersifat fokal atau multipel.[4] Kejang demam kompleks
berhubungan dengan peningkatan risiko kejang demam berulang, kejang demam dengan status epileptikus dan epilepsi.4
LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. S b. Umur : 4 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Agama : Islam
e. Alamat : Jl. Dewi sartika, Palu f. Tanggal masuk : 10 juni 2016
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kejang (+) yang dialami sekitar 1 hari yang lalu. Keluhan kejang yang dialami sebanyak 1 kali dengan durasi kejang kurang dari 5 menit. Terjadi penurunan kesadaran pada saat kejang dan segera sadar setelah serangan kejang . Pada saat kejang mata anak melihat keatas, disertai kaku diseluruh tubuh. Sebelum kejang, anak mengalami demam tinggi sejak 1 hari yang lalu disertai muntah 1 kali. Cairan yang dimuntahkan berupa makanan. Saat demam pasien tidak diberikan obat penurunan panas hanya diistirahatkan dan di kompres. Pasien juga sedang menderita flu.
Pasien tidak mengeluhkan batuk (-). Pasien juga tidak merasakan nyeri perut (-). Buang air besar (BAB) lancar dan biasa, serta buang air kecil (+) lancar dan biasa. Namun nafsu makan pasien menurun sejak sakit.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di dalam keluarga.
Riwayat Sosial-ekonomi : Menengah
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
Pasien merupakan anak yang aktif dalam keseharian dirumah. Dirumah anak tinggal bersama 10 anggota keluarga.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara , lahir secara normal di rumah sakit undata dibantu oleh dokter. Anak lahir spontan, langsung menangis dengan berat lahir 2800 gram dan PBL 48 cm. Bayi cukup bulan.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi :
Merangkak : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan
Anamnesis Makanan :
Pasien mendapatkan ASI dari sejak lahir hingga usia 13 bulan, dibantu dengan pemberian susu formula saat usia 2 bulan sampai sekarang. Pemberian makanan pendamping ASI diberikan saat usia 6 bulan hingga 1 tahun dan nasi di berikan umur 2 tahun sampai sekarang.
Riwayat Imunisasi :
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 16 kg Tinggi Badan : 97 cm
Status Gizi : Z Score (1,2) : Gizi Baik
Tanda Vital
Nadi : 100 x / menit
Suhu : 37,8 ‘C
Respirasi : 32 x / menit 1. Kulit
Turgor kulit normal, ruam (-) 2. Kepala
Bentuk Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), mata cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Pupil Isokor (+/+)
Hidung : Rhinorea (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : Othorea (-)
Tonsil : Tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-), sianosis (-), stomatitis (-)
3. Leher
4. Dada
Paru-Paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi intercostal (-), ruam (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang baru
- Auskultasi : Bronkovesiculer (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung S1/S2 murni reguler, bunyi tambahan (-)
Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar, ruam (-) - Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal - Perkusi : bunyi timpani pada 4 kuadran abdomen - Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
5. Genitalia : Edema (-), Dalam Batas Normal 6. Ekstremitas
- Atas : akral hangat +/+, edema (-) - Bawah : akral hangat +/+, edema (-) 7. Punggung : deformitas (-), Dalam Batas Normal 8. Otot : Eutrofi, tonus otot baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kejang (+) yang dialami sekitar 1 hari yang lalu. Keluhan kejang yang dialami sebanyak 1 kali dengan durasi kejang kurang dari 5 menit. Terjadi penurunan kesadaran pada saat kejang dan segera sadar setelah serangan kejang . Pada saat kejang mata anak melihat keatas, disertai kaku diseluruh tubuh. Sebelum kejang, anak mengalami demam tinggi sejak 1 hari yang lalu disertai muntah 1 kali. Cairan yang dimuntahkan berupa makanan. Saat demam pasien tidak diberikan obat penurunan panas hanya diistirahatkan dan di kompres. Pasien juga sedang menderita flu.
Pasien tidak mengeluhkan batuk (-). Pasien juga tidak merasakan nyeri perut (-). Buang air besar (BAB) lancar dan biasa, serta buang air kecil (+) lancar dan biasa. Namun nafsu makan pasien menurun sejak sakit.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan sakit sedang, compos mentis status gizi baik, pada pemeriksaan tanda vital diperoleh nadi : 100x/ menit, suhu : 37,8’C, dan respirasi : 32 x/menit. Dari pemeriksaan fisik diperoleh secara umum dalam batas normal, teraba ekstremitas atas dan bawah dalam keadaan akral hangat. Pemeriksaan laboratorium diperoleh leukositosis (WBC : 11,8 X 103/uL), sedangkan pemeriksaan komponen
VI. DIAGNOSIS KERJA Kejang Demam Sederhana
VII. TERAPI
a. Medikamentosa
- IVFD Ringel Laktat 24 tts/menit - Parasetamol sirup 4 x 1 cth - Ceftriaxone 200 mg/12 jam/IV b. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum - Lakukan kompres air hangat bila anak demam
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga hygiene
VIII. ANJURAN
- Pemeriksaan Darah rutin dan Gula darah sewaktu - Pemeriksaan EEG
- Lumbal Pungsi - Urin Rutin
IX. FOLLOW UP
Demam (-) hari ke 1, Kejang (-), Batuk (-), Berlendir (-), Sesak (-), Muntah (-), BAB (+) 2x konsistensi biasa, warna kuning, BAK (+) lancar.
Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang b. Kesadaran : Compos mentis c. Status gizi : Gizi Baik d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 116 kali/menit
o Respirasi : 30 kali/menit
o Suhu : 36 0C
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat) Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal, organomegali (-) Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
Assesment (A):
Kejang Demam Sederhana
Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD Ringel Laktat 24 tpm
- Parasetamol sirup 4 x 1cth (bila demam) - Cefadroxil 3 x 1 cth
b. Non Medikamentosa
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga hygiene
Perawatan Hari 2, 12 juni 2016 Subjek (S):
Demam (-) hari ke 2, Kejang (-), Batuk (-), Berlendir (-), Sesak (-), Muntah (-), BAB biasa, BAK (+) lancar.
Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang b. Kesadaran : Compos mentis c. Status gizi : Gizi Baik d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 96 kali/menit
o Respirasi : 24 kali/menit
o Suhu : 370C
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat) Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
Assesment (A):
Post Kejang Demam Sederhana
Plan (P):
a. Medikamentosa
- Parasetamol sirup 4 x 1cth (bila demam) - Cefadroxil 3 x 1 cth
b. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum - Lakukan kompres air hangat bila anak demam
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga hygiene
Pasien pulang ke rumah, atas permintaan orang tua dan dengan keluhan sepenuhnya hilang
DISKUSI
sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya. Kejang demam juga merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38’C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.2
Penggolongan Kejang menurut Livingstone (1954), Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat. Yang digolongkan kejang demam sederhana adalah:8
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun b. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit. c. Kejang bersifat umum.
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama
e. Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
g. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Sedangkan penggolongan kejang demam menurut kriteria National Collaborative Perinatal Project adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Perbedaan antara demam kejang sederhana dan kejang demam kompleks adalah sebagai berikut. 2.3
Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks - Berlangsung singkat
- Umumnya serangan berhenti
sendiri dalam waktu < 15 menit - Bangkitan kejang tonik, tonik
klonik tanpa gerakan fokal
- Tidak berulang dalam waktu 24 jam
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang parsial
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali diantara bangkitan kejang.
Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria, sedangkan kejang demam kompleks dapat ditegakkan diagnosisnya jika terdapat salah satu dari kriteria diatas. Pada kasus ini, pasien berusia 4 tahun masuk dengan keluhan kejang sebanyak 1 kali dengan durasi < 5 menit dan kejang didahului oleh demam tinggi sejak tadi pagi hingga saat dia kejang. Pasien didiagnosis dengan kejang demam sederhana berdasarkan lamanya kejang, frekuensi kejang, jenis kejang serta kejang yang tidak berulang selama 24 jam.
Semua jenis infeksi bersumber diluar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernapasan atas terutama tonsilitis dan faringitis, otitis media akut , gastroenteritis akut dan infeksi saluran kemih. Selain itu, imunisasi DPT dan campak (morbili) juga dapat menyebabkan kejang demam.4
Pada pasien ini, fokus infeksi dapat berasal dari kemungkinan karena infeksi bakteri namun perlu pemeriksaan yang lebih spesifik untuk mengetahui lokasi terjadinya infeksi. Penanda adanya infeksi bakteri dibuktikan dengan hasil laboratorium darah rutin, dimana ditemukan adanya leukositois atau peningkatan kadar leukosit (11,8 X 103/uL), yang menunjukkan adanya proses infeksi.
Pada penatalaksanaan kejang demam, ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu pengobatan fase akut, pengobatan profilaksis dan edukasi orangtua pasien :4
1. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada saat pasien kejang, semua pakaian yang ketat harus dibuka, dan pasien dimiringkan apabila muntah untuk mencegah terjadinya aspirasi. Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Awasi keadaan vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan kompres dan antipiretik. Pemberian diazepam merupakan pilihan utama dengan dosis :
- Diazepam intrarektal 0,5-0,75 mg/kgBB, atau jika BB <10 kg diberikan dengan dosis 5 mg, BB >10 kg diberikan dengan dosis 10 mg.
- Diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit dan dosis maksimal 20 mg.
- Fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-15 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
- Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat diruang rawat intensif.
2. Mencari dan mengobati penyebab
sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur < 6 bulan, dan dianjurkan pada pasien berumur < 18 bulan. Pada kasus ini infeksi saluran nafas atas (tonsilofaringitis) dapat menjadi penyebab kejang demam.
3. Pengobatan profilaksis intermittent
Pengobatan profilaksis intermitent dengan anti konvulsan segera diberikan pada waktu pasien demam. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat badan < 10 kg Dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan > 10 kg. Ataupun diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam. Efek samping diazepam ialah ataksia, mengantuk dan hipotonia.
4. Profilaksis terus-menerus
Pengobatan rumatan (profilaksis terus-menerus) hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):
a. Kejang selama > 15 menit
b. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesism, cerebral palsy, retradarsi mental, hidrosepalus.
c. Kejang fokal
Pemberian profilaksis yang dapat diberikan yaitu fenobarbital 4-5 mg/kgBB akan menunjukan hasil yang bermakna untuk mencegah berulan gnya kejang demam. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anak telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara :
a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
b. Memberitahukan cara penanganan kejang
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingatkan adanya efek samping.
Prognosis kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis, kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif RF. Penatalaksanaan Kejang Demam. Continuing Medical Education-CDK-232/Vol.42 No.9. 2015
2. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006 3. Roberto DM, South M. Practical Pediatrics Sixth Edition. UK: Churchill
Livingstone, 2007.
4. Deliana M. Tata Laksana Kejang Demam Pada Anak, Sari Pediatri, Vol.4 No.2.September, Jakarta. 2002
5. IDAI. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi Pertama. Jakarta: Badan penerbit IDAI, 2004.
6. Hasan R, dkk. Buku Kuliah 2- Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta, 2005.
7. Erwika A. Manajemen terapi kejang demam sederhana dengan hiperpireksia pada anak usia tiga tahun, J Medula Unila, Vol.3 No.2 Desember, Universitas Lampung, 2014.