• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Motivasi, Stres, Dan Rekan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Motivasi, Stres, Dan Rekan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI, STRES, DAN

REKAN KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR

DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

HANDRIYANI DWILITA

057017007/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI, STRES, DAN

REKAN KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR

DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK

DI KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (MSi)

dalam Program Studi Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

oleh

HANDRIYANI DWILITA

057017007/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH MOTIVASI, STRES, DAN REKAN KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Handriyani Dwilita

Nomor Pokok : 057017007 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr. Azhar Maksum,M.Ec.Ac)

(Dra.Sri Mulyani MBA,Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 13 Maret 2008

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota :

1.Dra.Tapi Anda Sari Lubis,M.Si,Ak 2.Drs.Hasan Sakti,M.Si,Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Analisis Pengaruh Motivasi, Stres, dan Rekan Kerja Terhadap Kinerja

Auditor di Kamtor Akuntan Publik di Kota Medan.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapa pun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakn secara benar dan

jelas.

Medan, 27 Maret 2008

Yang Membuat Pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi, stres, dan rekan kerja mempengaruhi kinerja auditor yang bekerja di kantor Akuntan Publik di kota Medan. Penilaian kinerja karyawan memiliki tujuan yang tidak hanya bermanfaat bagi institusi tempat karyawan bekerja tetapi juga bagi karyawan itu sendiri. Penilaian kinerja karyawan merupakan system pengendali sebagai umpan balik (feedback) dan sebagai umpan maju (feedforward). Tingkat dan kualiatas kinerja auditor ditentukan oleh beberapa faktor baik perseorangan maupun lingkungan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi, dan faktor fisiologis. Faktor individu dapat berupa motivasi, kemampuan pengetahuan dan ketrampilan, pengalaman, sikap. Faktor organisasi dapat berupa struktur organisasi, pemimpin, rekan sejawat, beban pekerjaan, rancangan kerja, kondisi kerja. Faktor-faktor ini tidak dapat berdiri sendiri namun merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu dengan yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja seorang auditor tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja.

Penelitian ini merupakan penelitian kausal yang bertujuan mengukur pengaruh suatu variabel terhadap kinerja. Jenis data yang digunakan adalah data primer, teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuisioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Judgment Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di kota Medan dan sampel penelitian berjumlah 42 orang. Data dari hasil penyebaran kuisioner diolah menggunakan program SPSS sehingga diperoleh persamaan dalam bentuk regresi berganda.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa faktor motivasi, faktor stres, dan faktor rekan kerja secara silmultan mempengaruhi kinerja para auditor, namun secara individu dari lima elemen motiovasi hanya kebutuhan penghargaan saja yang mempengaruhi peningkatan kinerja. Faktor stres juga mempengaruhi kinerja para auditor, sedangkan rekan kerja tidak berpengaruh terhadap peningkatan kinerja para auditor.

(7)

ABSTRACT

This research intent to know if motivation, stress, and co-worker regards auditor performance that works at Public Accountant office at Medan. Performance estimation fires an employee to have aim that not only place institution benefit fires an employee to work but also divides that employee is alone. Performance estimation fires an employee to constitute system controller as feedback( feedback ) and as bait of forward( feedforward ). Zoom and auditor performance quality determined by severally civils good factor and also environmentally. There is three factor that regard performance and behaviour which is individual factor that originates from within self someone, organisational factor, and physiological factor. Individual factor can as motivate, gnostic ability and skilled, experience, attitude. Organisational factor can as organization chart, boss, colleague, charges talks shop, job design, working condition. This factor can't selfsupporting but constituting one mutually unity concerning one by another one, so gets to be said that performance an auditor not only being regarded by one factor just.

This research constitute kausal's research that aims to measure influence a variable to performance. Data type that is utilized is primary data, data collecting tech with pervading kuisioner. Samples taking tech which be utilized is Judgment is Sampling . Population in observational it is auditor that works at Public Accountant Office at observational sample Field city total 42 person. Data of kuisioner's broadcast result at o utilize SPSS'S program so gotten by equation in shaped bifilar regression.

Conclusion of this research result that factor motivates, stress factor, and ala co-worker factor silmultan regards performance auditor, but individually of five motiovasi's elements just requirement appreciation just that regard performance step-up. Stress factor also regard performance auditor, meanwhile co-worker not ascendant to performance step-up auditors.

(8)

KATA PENGANTAR

“Katakanlah Muhammad bahwa salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya

untuk ALLAH Tuhan semesta alam”(Al An’aam:162). Alhamdulillah puji dan syukur

penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya serta memudahkan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini dengan baik

Penulisan tesis ini melibatkan banyak pihak yang sepenuh hati meluangkan

waktunya dengan ikhlas memberikan informasi dan segala sesuatu yang penulis

perlukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tiada tutur

kata yang patut penulis ucapkan selain rasa terima kasih kepada :

1. Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc selaku direktur pascasarjana Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Prof.Dr.Ade Fatma Lubis MAFIS,MBA,Ak selaku ketua program studi

akuntansi sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof.Dr.Azhar Maksum,M.Ec.Ac dan Dra.Sri Mulyani MBA,Ak selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan kritik, saran dan bimbingan kepada

penulis hingga tesis ini dapat selesai dengan baik.

4. Seluruh auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di kota Medan yang

telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam mengisikan

(9)

5. Kedua orang tuaku tercinta, bapak Bachrisyon dan ibu Tety Suryani.

Saudara-saudaraku, harry, ety, elvina, dan novi yang telah memberikan cinta kasih dan

dorongan.

6. Terima kasih buat kiki yang selalu “terjaga dan mengebrak mejaku” hingga

aku tidak tertidur pulas.

7. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendoa’kan hingga tesis ini selesai.

Penulis hanya dapat berharap semoga amal baik seluruh pihak yang telah

tercurah kepada penulis diterima ALLAH SWT.

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini dapat

menambah khasanah pengetahuan kita dan dapat bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkannnya.

Medan, 27 Maret 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

a. Nama : Handriyani Dwilita

b. Tempat/Tanggal Lahir : P.Berandan, 7 Desember 1979

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Alamat : Jalan Kalimantan no.2 Binjai Utara

2. Riwayat Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SD YKPP P.Berandan

b. Sekolah Menengah : SMPN 2 Babalan

c. Sekolah Menengah Atas : SMUN Babalan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ………..……….. iv

ABSTRACT ……….. v

KATA PENGANTAR………...……….... vi

RIWAYAT HIDUP………….……….. viii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR GAMBAR……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I.PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah………. 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian……….. 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS.. 7

2.1. Tinjauan Teori..………. ... 7

(12)

2.1.2. Motivasi... 11

2.1.3. Stres... 18

2.1.4. Rekan kerja... ... 24

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. ... 27

2.3. Kerangka Konseptual………... 31

2.4. Hipotesis Penelitian... 32

BAB III. METODE PENELITIAN... 33

3.1. Rancangan Penelitian... 33

3.2. Populasi dan Sampel...……….. 33

3.3. Definisi dan Pengukuran Variabel....……….. .... 34

3.5. Prosedur Pengambilan Data... 38

3.6. Model dan Teknik Analisis Data... 39

BAB IV. PEMBAHASAN... 42

4.1. Pendahuluan... 42

4.2. Analisis deskriptif...………. 43

4.3. Hasil Uji Data...………... 46

4.3.1. Hasil Uji Kualitas Data... 46

4.3.2. Hasil Uji Asumsi Klasik... 47

(13)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 59

5.1. Kesimpulan... 59

5.2. Keterbatasan Penelitian...………...………. 61

5.3. Saran...………... 61

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu...………… 30

3.1. Pengukuran Variabel Penelitian………... 37

4.1. Jumlah Pertanyaan pada setiap Variabel………...…...…….. 42

4.2. Analisis Deskriptif ………..…..………....……….. 43

4.3. Reliability Statistics……….…….. 46

4.4. Hasil Uji Validitas………..………...….….…….. 47

4.5. Hasil Uji Normalitas………….…………....……...…….…….. 48

4.6. Hasil Uji Multikolinearitas….……….…….. 48

4.7. ANOVA………...….………..…….…….. 50

4.8. Model Summary……….……….…….. 50

4.9. Coefficients (α)……….……….……….….. 54

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Timbulnya Motivasi... 12

2.2. Diagram Hirarki Kebutuhan Maslow... 14

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian... 31

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner... ...…… 65

2. Hasil Uji validitas dan uji reliabilitas terhadap 160 butir pertanyaan... 72

3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas terhadap Variabel Penelitian... 80

4. Npar Tests ………..………..……...….. 82

5. REGRESSION………..….……….. 83

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian dunia menyebabkan hilangnya batas antar negara.

Perkembangan di suatu negara akan berdampak terhadap perkembangan di negara

lain yang menyebabkan semakin kompleknya perekonomian negara yang selanjutnya

akan mengakibatkan semakin komplek pula kegiatan keuangannya. Salah satu

cerminan semakin kompleknya kegiatan keuangan di masyarakat dapat terlihat dari

tuntutan terhadap informasi keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan yang

dibutuhkan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan, sehingga berpengaruh

terhadap pelaporan keuangan perusahaan. Informasi keuangan perusahaan yang

tertera dalam laporan keuangan perusahaan menyajikan informasi tidak hanya

berkaitan dengan kondisi perusahaan saat ini tapi juga berisi prospek kelangsungan

perusahaan di masa datang.

Laporan keuangan juga merupakan perwujudan tanggungjawab pihak

manajemen kepada para pemilik modal. Informasi keuangan inilah yang diharapkan

dapat mewakili gambaran keadaan perusahaan yang berguna bagi pihak ekstern

perusahaan dalam pengambilan keputusan. Informasi keuangan dapat dikatakan

sebagai jembatan penghubung antara kepentingan manajemen dengan pemilik,

investor, calon investor, dan pemerintah. Melalui informasi keuangan, para investor

(18)

menjadi kewajiban perusahaan, demikian juga pihak lain yang mempunyai

kepentingan terhadap suatu perusahaan. Untuk itu informasi keuangan yang

dihasilkan harus memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya dalam menyajikan

informasi, sehingga pelaporan keuangan perusahaan dapat dipergunakan untuk

kepentingan pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Lemahnya

kualitas proses pelaporan keuangan berdampak langsung terhadap penurunan

kredibilitas informasi keuangan yang dihasilkan yang pada akhirnya akan

mengakibatkan terkikisnya kepercayaan masyarakat atau market confidence.

Penurunan kualitas pelaporan keuangan jelas akan menurunkan minat investasi dan

pertumbuhan pasar modal (Buletin Auditor Independen, 2005). Di sinilah peran

akuntan sangat dibutuhkan, terutama akuntan publik yang memiliki hak istimewa

memberikan opini profesionalnya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan

yang disajikan pihak manajemen. Untuk itu akuntan publik dituntut dapat berdiri

secara independen diantara dua kepentingan, sehingga opini yang diberikan dapat

dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan pihak-pihak di luar perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut disimpulkan bahwa akuntan publik sebagai pihak

independen memiliki peran yang strategis dalam menjaga kredibilitas informasi

keuangan yang dihasilkan entitas bisnis.

Beberapa kasus yang terjadi di luar negeri seperti yang dialami perusahaan di

US yaitu perusahaan Enron, serta di Indonesia pada akhir 2007 mengalami krisis

ekonomi dan perbankan hingga berdampak pada keuangan negara, melahirkan

(19)

Opini masyarakat yang kemudian terbentuk adalah bahwa akuntan khususnya

akuntan publik ikut memiliki peran dan tanggungjawab yang cukup besar atas

terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini mencerminkan keraguan masyarakat terhadap

kinerja para akuntan publik. Untuk itu peningkatan terhadap kualitas kinerja akuntan

publik menjadi suatu keharusan yang tak bisa ditawar lagi demi menjawab segala

tuntutan terhadap profesi akuntan publik.

Tingkat dan kualitas kinerja auditor ditentukan oleh beberapa faktor baik

perseorangan maupun lingkungan. Menurut Gibson dalam Muchsin (2003) terdapat

tiga faktor yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu faktor individu yang

berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi, dan faktor psikologis. Faktor

individu dapat berupa motivasi, kemampuan pengetahuan dan ketrampilan,

pengalaman, sikap. Faktor organisasi dapat berupa struktur organisasi, pemimpin,

rekan sejawat, beban pekerjaan, rancangan kerja, kondisi kerja. Faktor-faktor ini tidak

dapat berdiri sendiri namun merupakan suatu kesatuan yang saling terkait satu dengan

yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja seorang auditor tidak hanya

dipengaruhi oleh satu faktor saja. Bisa saja seseorang memiliki motivasi yang kuat

atas pekerjaannya namun dia tidak memiliki cukup pengetahuan dan keahlian yang

sesuai dengan pekerjaannya, atau terjadi hubungan yang tidak harmonis sesama

teman sekantor, yang mungkin akan mengakibatkan terbentuknya suasana kerja yang

tidak menyenangkan bagi dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya kinerja

karyawan tersebut. Misalnya seorang auditor memiliki pengetahuan yang memadai

(20)

namun dia merasa tidak puas atas kompensasi yang diterimanya yang menyebabkan

dia tidak memiliki motivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya, atau seorang auditor

memiliki cukup pengetahuan namun dia tidak memiliki motivasi dalam

menyelesaikan pekerjaannya karena ia menginginkan pekerjaan di tempat yang lain

hingga mempengaruhi kinerja yang dihasilkan. Fenomena inilah yang mungkin

menyebabkan para akuntan muda enggan bekerja dalam jangka waktu panjang di

Kantor Akuntan Publik (KAP), sehingga istitusi akuntan publik mengalami masalah

regenerasi akuntan publik (Bulletin Auditor Independen, 2006).

Pekerjaan yang dilakukan auditor cenderung dikerjakan secara berkelompok

dibandingkan dikerjakan secara individu, di sinilah kemampuan dalam bekerja secara

kelompok ditunjukkan. Jika masing-masing auditor dapat bekerja secara

berkelompok, tentu kinerja yang dihasilkan memuaskan. Tidak jarang auditor dituntut

untuk bekerja secara optimal dalam waktu yang singkat dan berada dalam tekanan

seperti keinginan para pemakai jasa, ketidakpuasan atas gaji, beban pekerjaan yang

terlampau berat, suasana kerja yang tidak kondusif, yang memungkinkan timbulnya

stres kerja. Namun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dapat saja

berbeda antara satu karyawan dengan karyawan yang lain, baik dalam profesi yang

(21)

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan

Publik di kota Medan?

2. Apakah stres berpengaruh terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan

Publik di kota Medan?

3. Apakah rekan kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan

Publik di kota Medan?

4. Apakah ada diantara faktor motivasi, stres, dan rekan kerja yang

berpengaruh secara dominan terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan

Publik di kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan secara empiris faktor motivasi berpengaruh terhadap kinerja

auditor di Kantor Akuntan Publik di kota Medan.

2. Untuk membuktikan secara empiris faktor stres berpengaruh terhadap kinerja

auditor di Kantor Akuntan Publik di kota Medan.

3. Untuk membuktikan secara empiris faktor rekan kerja berpengaruh terhadap

(22)

4. Untuk membuktikan secara empiris apa ada diantara faktor motivasi, stres, dan

rekan kerja berpengaruh secara dominan terhadap kinerja auditor di Kantor

Akuntan Publik di kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada

perkembangan ilmu akuntansi, terutama yang berkaitan dengan perilaku

orang-orang yang berprofesi dalam bidang akuntansi.

2. Bagi para pimpinan kantor akuntan publik, IAI, dan perusahaan, hasil

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja

auditor/karyawan.

3. Bagi para akademisi khususnya peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini

dapat dijadikan referensi untuk melaksanakan penelitian sejenis atau

penelitian di bidang yang sama.

4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai perilaku

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS.

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Kinerja

Karyawan memiliki peran yang cukup vital dalam mencapai tujuan dan

keberlangsungan hidup perusahaan, karena karyawanlah yang merupakan ujung

tombak perusahaan sehingga tidak mengherankan jika penelitian tentang karyawan

terus berkembang, terutama yang berkaitan dengan isu bagaimana kinerja seorang

atau sekelompok karyawan ditingkatkan.

Menurut Ilyas (1999) kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik

kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja merupakan penampilan

individu maupun kelompok kerja personil, tidak terbatas pada personil yang

memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga pada keseluruhan

jajaran personil dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil

karya personil dalam suatu organisasi melalui instrumen kinerja dan pada hakikatnya

merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kinerja personil dengan

membandingkan dengan standar baku penampilan. Jewell & Marc (1998)

mengatakan bahwa penilaian kinerja adalah proses yang digunakan organisasi untuk

menilai sejauh mana anggotanya telah melakukan pekerjaannya dengan memuaskan.

Penilaian kinerja dapat saja dilakukan terhadap kinerja perorangan dan sekelompok

(24)

Penilaian kinerja karyawan memiliki tujuan yang tidak hanya bermanfaat bagi

institusi tempat karyawan bekerja tetapi juga karyawan itu sendiri. Furtwengler

(2000) mengatakan bahwa tujuan penilaian kinerja karyawan adalah untuk

memudahkan proses pemberian imbalan dan hukuman, mengidentifikasi karyawan

untuk mendapatkan promosi, mengidentifikasi karyawan untuk mendapatkan

pelatihan yang lebih tinggi dan membimbing tumbuh kembang kinerja karyawan

secara individu. Karyawan yang memiliki prestasi yang memuaskan biasanya tidak

hanya dihargai dalam bentuk materi namun juga penghargaan dari peningkatan status

sosialnya di tempat kerja, misalnya kenaikan pangkat. Jewell & Marc (1998)

mengatakan bahwa penilaian kinerja karyawan merupakan sistem pengendali sebagai

umpan balik (feedback) dan sebagai umpan maju (feedforward). Penilaian kinerja

memberikan umpan balik yang penting kepada karyawan secara pribadi dalam hal

bagaimana kinerja karyawan dipandang. Proses penilaian kinerja karyawan juga

memberikan umpan balik pada pemilik perusahaan dalam hal penerimaan karyawan,

pemeriksaan, pemeliharaan, dan pelatihan karyawan, misalnya pola hasil penilaian

yang buruk diantara karyawan yang baru menunjukkan bahwa proses yang digunakan

dalam penerimaan karyawan perlu ditinjau kembali. Penilaian kinerja karyawan

sebagai mekanisme umpan maju, memberikan informasi untuk membuat keputusan

mengenai pemberian penghargaan kepada karyawan. Penghargaan tersebut dapat

berupa : kenaikan gaji, bonus, promosi, dan pemberian kerja sesuai dengan keinginan.

Penilaian kinerja karyawan ini merupakan informasi yang penting untuk kebutuhan

(25)

digunakan secara bersama oleh karyawan, supervisor, dan manajer untuk menilai

kekuatan dan kelemahan mereka, untuk membuat rencana guna mencapai kinerja

yang lebih baik dan tujuan serta kesempatan karir di masa depan. Namun di tingkat

personalia penilai kinerja karyawan dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan

secara umum yang dapat digunakan untuk perencanaan sumber daya manusia yang

lebih efektif.

Tingkat dan kualitas kinerja karyawan ditentukan oleh sejumlah variabel

perseorangan dan lingkungan. Variabel-variabel ini mempengaruhi kinerja karyawan

secara bersama-sama. Gibson dalam Muchsin (2003) mengatakan bahwa terdapat tiga

variabel yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu : variabel individu, variabel

organisasi, dan variabel psikologi. Variabel individu dapat dikatakan sebagai faktor

yang berasal dari dalam diri, variabel organisasi sebagai variabel lingkungan, dan

variabel psikologi dapat dikatakan sebagai variabel intern dan lingkungan. Menurut

Ilyas (1999), pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menilai tingkat pencapaian

target, inisiatif, loyalitas dan kerjasama dalam kelompok, disiplin dan kepatuhan,

kesadaran atau pengembangan diri dan peningkatan pengetahuan. Kriteria umum

yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang dapat dilihat dari segi : kualitas,

kuantitas, waktu yang digunakan, jaminan, jabatan, absensi, dan keselamatan dalam

menjalankan tugas (Rao dalam Muchsin, 2003). Kriteria-kriteria ini biasanya telah

ditetapkan oleh perusahaan dan akan berkembang sesuai perkembangan kegiatan

perusahaan. Furtwengler (2000), mengatakan bahwa kinerja dapat diukur melalui

(26)

nilai. Sebenarnya aspek-aspek ini hampir sama dengan kriteria yang disampaikan

oleh Rao, hanya Furtwengler lebih mempersempit aspek dalam penilaian kinerja.

Berdasarkan pada hal-hal yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar

dapat dibagi atas faktor yang berasal dari dalam diri karyawan serta

faktor-faktor yang berasal dari lingkungan, dan kedua faktor-faktor tersebut tidak dapat berdiri

sendiri.

Rao dalam Muchsin (2003) menggolongkan pekerjaan menjadi dua jenis yaitu :

1. Pekerjaan produksi, di mana secara kuantitatif orang dapat membuat standar yang

objektif, hasil produksi dapat dihitung dan mutunya dapat dinilai melalui suatu

pengujian.

2. Pekerjaan non produksi, di mana ukuran sukses seseorang dalam pekerjaannya

diperoleh melalui pertimbangan subyektif.

Mengacu pada jenis pekerjaan yang dikemukakan oleh Rao dalam Muchsin

(2003), pekerjaan yang dilakukan auditor dapat kita golongkan sebagai pekerjaan non

produksi karena pekerjaan yang dilakukan oleh auditor hasil akhirnya dinilai secara

subyektif.

Pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui penilaian oleh atasan, teman,

peneliti, atau diri sendiri dengan tingkat pencapaian, inisiatif, loyalitas dan kerjasama

dalam kelompok, disiplin, dan kesadaran akan pengembangan diri. Begitu banyak

kemungkinan hal-hal yang mempengaruhi kinerja karyawan dan pentingnya penilaian

(27)

sistem penilaian kinerja dibuat secermat mungkin dan dilakukan secara konsisten

serta berkesinambungan.

2.1.2. Motivasi

Memotivasi karyawan merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi seorang

manajer karena hal ini berarti berkaitan dengan bagaimana usaha seorang manajer

untuk menggerakkan para karyawan agar memberikan hasil terbaik dalam

pekerjaannya untuk kepentingan organisasi. Namun harus dilakukan mengingat

karyawan merupakan aset perusahaan yang akan memenuhi atau mencapai tujuan

perusahaan.

Motivasi lahir dari adanya suatu tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan

kebutuhan individu dan tuntutan atau dorongan yang berasal dari lingkungan

kemudian diimplementasikan dalam bentuk perilaku. Hasil dari perilaku yang positif

inilah yang nantinya biasa disebut prestasi. Kebutuhan dapat dipandang sebagai

kekurangan yang menuntut adanya pemenuhan untuk segera mendapat

keseimbangan. Situasi kekurangan ini berfungsi sebagai suatu kekuatan atau

dorongan alasan yang menyebabkan seseorang bertindak untuk memenuhi kebutuhan

(Ahmadi, 1991). Berikut ilustrasi proses timbulnya motif/motivasi dalam diri

(28)

Gambar 2.1. Proses Timbulnya Motivasi (Ahmadi, 1991)

Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang akan semakin meningkat

yang diiringi dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapi dalam proses

pemenuhan kebutuhan. Timbulnya motivasi berasal dari adanya tuntutan terhadap

pemenuhan kebutuhan tersebut sehingga menyebabkan memotivasi seseorang

bukanlah suatu hal yang mudah. Demi mencapai tujuan perusahaan, manajer perlu

memotivasi kinerja karyawan dengan memahami hakikat motivasi serta kemampuan

untuk memberikan dorongan/rangsangan kepada karyawan agar berperilaku sesuai

yang diharapkan oleh perusahaan.

Berikut beberapa pengertian motivasi : dalam Ensiklopedia Administrasi

(Manahan, 2004) motivasi adalah dorongan mental terhadap perorangan atau

orang-orang sebagai anggota kelompok dalam menanggapi suatu peristiwa dalam

masyarakat, Shermerhorn dalam Khaira (2005) mengatakan motivasi berhubungan

dengan kekuatan yang dicatat di setiap level organisasi, kemudian diarahkan dan

secara tekun diusahakan untuk meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan, dan

Jewel & Marc (1998) berpendapat bahwa motivasi mengacu kepada jumlah kekuatan

(29)

yang menghasilkan, mengarahkan, dan mempertahankan usaha dalam perilaku

tertentu.

Mengacu pada pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan usaha mempengaruhi, mengarahkan dan mempertahankan orang lain agar

berperilaku atau bertindak sesuai dengan perilaku tertentu atau standar tertentu untuk

meningkatkan produktivitas. Motivasi dalam penelitian ini adalah dorongan terhadap

auditor ataupun kelompok auditor agar berperilaku sesuai yang diinginkan oleh

pimpinan KAP. Mempengaruhi dan mempertahankan motivasi tersebut pada tingkat

awal perlu adanya pengenalan terhadap masing-masing personil, karena cara yang

akan digunakan untuk memotivasi masing-masing orang tentulah berbeda.

Ada beberapa alasan seseorang mau melakukan atau termotivasi dalam

bertindak sesuai keinginan atau standar yang ada. Berdasarkan pada beberapa

penelitian diketahui bahwa alasan seseorang termotivasi untuk melakukan suatu

kegiatan adalah karakter, kebutuhan, dan tujuan individu sehingga hal-hal tersebut

merupakan dasar dalam menyusun pola motivasi. Beraneka ragam pola perilaku

setiap individu menyebabkan memotivasi seseorang dan kelompok bukan sesuatu

yang mudah.

Perkembangan penelitian mengenai motivasi telah banyak teori-teori yang

mengungkapkan tentang motivasi seseorang. Salah satunya adalah Teori Kebutuhan

Maslow. Inti dari teori ini bahwa kebutuhan dapat disusun dalam bentuk hirarki,

dimulai dari kebutuhan Fisiologis atau kebutuhan dasar (kebutuhan akan makan,

(30)

(kebutuhan akan kebebasan dari ancaman), kebutuhan Sosial (menjadi teman atau

diterima orang lain), kebutuhan Penghargaan, kebutuhan Aktualisasi diri (kebutuhan

untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum melalui

ketrampilan dan potensi yang ada). Berikut diagram Hirarki kebutuhan Maslow :

Gambar 2.2. Diagram Hirarki Kebutuhan Maslow

Ketika satu jenjang kebutuhan telah terpenuhi maka secara otomatis akan lahir

kebutuhan yang lain yang sifatnya setingkat di atasnya jika mengacu pada diagram

hirarki kebutuhan Maslow. Diantara msing-masing karyawan, posisi pada jenjang

kebutuhan Maslow dapat saja berbeda-beda, dan memungkinkan banyak variasi

mengenai posisi karyawan dalam hirarki, namun pada akhirnya setiap manusia akan

sampai pada posisi aktualisasi dirinya. Sehingga manajer penting untuk memusatkan Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan

(31)

perhatian pada pencapaian hirarki aktualisasi diri sebagai pertimbangan hal-hal yang

berkaitan dengan kinerja karyawan.

1. Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar (Gobler, 1987).

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sifatnya untuk mempertahankan

hidup, kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas jika

dibandingkan dengan kebutuhan manusia yang lain. Kebutuhan dasar tersebut

meliputi kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan

oksigen. Ketika seseorang mengalami kekurangan akan kebutuhan ini maka ia

akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan

fisiologisnya terpuaskan. Contohnya: ketika kita merasa lapar berat maka tak

ada keinginan atau minat lain kecuali pada makanan. Kita akan berpikir tentang

makanan dan emosi kita hanya tergerak pada makanan.

2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Gobler, 1987).

Kebutuhan keselamatan dan keamanan muncul ketika kebutuhan-kebutuhan

fisiologis terpuaskan secukupnya. Maslow mengilustrasikan kebutuhan ini

dengan mengamati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan

neurotik. Anak-anak membutuhkan suatu dunia yang dapat diramalkan. Seorang

anak menyukai kosistensi dan kerutinan sampai pada batas-batas tertentu. Jika

unsur-unsur ini tidak ditemukan maka ia akan merasa cemas dan merasa tidak

aman. Begitu pula dengan orang dewasa, seorang yang merasa tidak aman

memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan dan akan

(32)

diharapkannya. Pada orang yang sehat keteraturan dan stabilitas ini juga dialami

namun tidak sampai menjadi soal hidup dan mati seperti pada orang neurotik.

3. Kebutuhan Sosial (Gobler, 1987).

Kebutuhan yang selanjutnya menjadi prioritas yaitu kebutuhan akan cinta, kasih

sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan ini

merupakan kebutuhan di mana orang mendambakan hubungan penuh kasih

sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa

memiliki di tengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras mencapai tujuan

yang satu ini. Ia akan berharap memperoleh tempat semacam itu melebihi

segala-galanya di dunia ini, bahkan mungkin kini ia lupa bahwa tatkala ia lapar

ia mencemooh cinta sebagai sesuatu yang tidak nyata, tidak perlu, atau tidak

penting.

4. Kebutuhan Penghargaan (Gobler, 1987).

Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan

penghargaan yakni :

1. harga diri, meliputi kebutuhan akan percaya diri, kompetensi, penguasaan,

kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan.

2. penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan,

perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.

Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih

mampu, maka juga lebih produktif. Sebaliknya jika harga diri kurang maka ia

(33)

menimbulkan rasa putus asa serta tingkah laku neurotik. Harga diri yang paling

stabil karenanya juga paling sehat, tumbuh dari penghargaan yang wajar dari

orang lain bukan karena nama harum, kemasyuran serta sanjungan kosong.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Gobler, 1987).

Pemaparan tentang kebutuhan psikologi untuk menumbuhkan, mengembangkan

dan menggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri.

Kebutuhan aktualisasi diri diilustrasikan sebagai hasrat untuk makin menjadi

diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.

Kebutuhan ini biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan penghargaan

terpenuhi secara cukup. Namun ini bukan berarti kebutuhan-kebutuhan tersebut

dapat diperlakukan sebagai fenomena-fenomena yang terpisah-pisah, yang

berdiri sendiri, dipilah-pilah dan identifikasi secara terpisah.

Kebutuhan masing-masing orang berbeda-beda sehingga metode yang

digunakan dalam memotivasi perilaku orang juga berbeda-beda. Walaupun sulit,

memotivasi karyawan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Jika seorang

karyawan memiliki motivasi dalam pekerjaan, dia akan bekerja lebih baik dan kecil

kemungkinan dia akan melakukan tindakan yang dapat menurunkan kinerja karena

penurunan kualitas kinerja akan membuatnya semakin jauh dari pemenuhan

(34)

2.1.3. Stres

Perusahaan sebagai suatu sistem yang dibentuk untuk mencapai tujuan, yang

terkadang bersinergi dengan tujuan pribadi-pribadi di dalamnya, melakukan kegiatan

transformasi atas masukan guna menghasilkan keluaran. Kegiatan transformasi ini

membutuhkan kerjasama semua elemen dalam perusahaan agar keluaran yang

dihasilkan dapat memuaskan dan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.

Karenanya kualitas keluaran sangat dipengaruhi oleh masukan dan proses yang

dilakukan. Manusia atau dalam hal ini karyawan merupakan penyelenggara setiap

kegiatan tersebut, mengalami berbagai tuntutan yang berasal dari individu, kelompok,

dan organisasi. Melihat dari berbagai macam tuntutan tersebut dimungkinkan

terjadinya benturan kepentingan. Benturan ini ada yang dapat dipecahkan, namun

tidak menutup kemungkinan ada yang tidak terkendali. Hal inilah yang kemudian

menimbulkan apa yang dikatakan stres. Stres pada tingkat rendah hingga moderat

dapat mendorong karyawan untuk memperbaiki prestasi dan kinerjanya, namun

ketika stres telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi justru dapat mengakibatkan

timbulnya gangguan yang dapat mengakibatkan menurunkan kinerja.

Menurut segi bahasa stres dapat diartikan sebagai tekanan yaitu istilah

kedokteran sebagai gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan

oleh faktor-faktor luar, atau tidak adanya kemampuan untuk menanggulangi kejadian

dan reaksi terhadap kejadian itu (Manahan, 2004). Ronald (1990) mengartikan stres

sebagai fisiologis, emosi, dan psikologis terhadap keadaan di lingkungannya yang

(35)

sesuatu yang bersangkutan dengan interaksi antara orang dengan lingkungan

organisasi. Stres akibat kerja merupakan tekanan dalam pekerjaan yang membuat

keadaan tegang, takut, cemas, ataupun bingung serta perasaan tegang yang dialami

pada saat situasi mengancam, menyakitkan ataupun menggembirakan. Menurut

Manahan (2004) tiga komponen stres, yaitu :

1. Komponen perangsang, meliputi kekuatan-kekuatan yang menyebabkan adanya

ketegangan atau stres, yang bersumber dari lingkungan, organisasi, dan individu.

2. Komponen tanggapan, meliputi reaksi fisik, psikis atau perilaku individu terhadap

tekanan lingkungannya, di mana penekanannya paling tidak ada dua tanggapan

terhadap stres yang paling sering diidentifikasi yaitu frustasi dan gelisah.

3. Komponen interaksi, interaksi khusus antara keadaan rangsangan dalam

lingkungan dan kecenderungan individu memberi tanggapan.

Ketika terjadi ketidakseimbangan antara fisik dan psikis, atau terjadi benturan

antara berbagai kepentingan dalam diri karyawan, maka secara otomatis tubuh akan

memberikan respon. Terjadi interaksi antara rangsangan yang datang dengan

tanggapan yang diberikan oleh sistem tubuh karyawan. Bentuk dari tanggapan

tersebut akan tercermin dari reaksi fisik, psikis atau perilaku karyawan. Menurut

Manahan (2004) banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku,

mencakup:

1. perasaan, yaitu : bingung, cemas, sedih, jengkel, tak berdaya, gelisah, gagal,

kehilangan semangat.

(36)

3. hilangnya : kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat terhadap orang lain.

Ketika kreatifitas, gairah dalam penampilan, dan minat terhadap orang lain telah

hilang, gejala ini menunjukkan stres telah mencapai tingkatan tinggi yang dapat

berakibat menurunnya kinerja.

Stres tidak terjadi begitu saja namun mengalami proses dan pemicu.

Cooper&Straw dalam Manahan (2004) mengidentifikasi ada lima penyebab stres

yaitu :

1. faktor-faktor yang bertalian dengan tugas.

2. peran dalam organisasi.

3. hubungan di tempat kerja.

4. perkembangan karir

5. perubahan organisasi.

Tetapi Cooper&Marshall dalam Manahan (2004) menambahkan tiga faktor lagi yang

menyebabkan stres yaitu :

1. struktur dan iklim organisasi.

2. hubungan pihak organisasi dengan pihak luar.

3. faktor yang berasal dari individu.

Makmur (1995) mengemukakan ada beberapa alasan penyebab terjadinya stres akibat

kerja, yitu :

1. Lingkungan kerja, seperti cahaya lampu yang kurang terang, suara bising,

(37)

2. Pengharapan terhadap pekerjaan yang tidak sesuai, karir, upah yang terlalu

kecil, status bekerja yang rendah atau promosi dapat menyebabkan stres,

khususnya kalau harapan tinggi dan tidak masuk akal.

3. Tuntutan kerja, adanya tekanan untuk memenuhi jadwal kerja yang ditentukan

atau produksi yang harus dicapai, beban kerja yang terlalu berat atau terlalu

ringan, tugas yang terlalu rumit atau sederhana, keharusan mengawasi

keselamatan orang lain.

4. Orang-orang yang ada di sekeliling. Hubungan antara sesama teman, atasan

atau mitra kerja yang tidak harmonis dapat menimbulkan terjadinya stres.

Gustiarti (2002) berpendapat bahwa stres kerja dapat disebabkan dari

lingkungan fisik, sistem, dan teknik dalam organisasi, interaksi sosial interpersonal,

isi atau struktur pekerjaan, dan tingkah laku individu sebagai anggota. Secara lebih

rinci Gustiarti (2002) membaginya menjadi empat karakteristik situasi-situasi pemicu

terjadinya stres di lingkungan kerja sebagai berikut :

1. Karakteristik fisik lingkungan kerja.

1.1. Situasi kerja yang berpolusi.

1.2. Kebisingan.

1.3. Terlalu panas atau terlalu dingin.

1.4. Rancangan sistem manusia-mesin yang buruk.

1.5. Situasi kerja yang mengancam keselamatan fisik.

2. Karakteristik waktu kerja.

(38)

2.2. Terlalu sering lembur.

2.3. Batas waktu.

2.4. Time pressures.

3. Karakteristik lingkungan sosial dan organisasi.

3.1. Iklim politis yang kurang sehat.

3.2. Kualitas supervisi yang buruk.

3.3. Relasi atasan-bawahan yang buruk.

3.4. Tugas-tugas monoton.

3.5. Kecepatan mesin.

3.6. Beban kerja yang berlebihan.

3.7. Tanggungjawab yang terlalu besar.

3.8. Kurang penghargaan terhadap hasil kerja.

4. Karakteristik perubahan dalam pekerjaan.

4.1. Pemutusan hubungan kerja.

4.2. Pensiun.

4.3. Demosi.

4.4. Adanya perubahan kualitatif dalam jabatan.

4.5. Promosi yang terlalu dini.

4.6. Perubahan pola shift.

(39)

Gustiarti (2002) memaparkan bahwa dalam ruang lingkup organisasi, terdapat tiga

pendekatan stres kerja, yaitu :

1. Pendekatan berorientasi pada karakteristik objektif situasi kerja.

Pendekatan ini berdasarkan pada konsep stres sebagai suatu kondisi yang

mampu menimbulkan pergolakan kekacauan, atau perubahan yang bersifat

reaktif dalam diri individu. Pendekatan ini sering digunakan untuk membahas

situasi-situasi kerja yang dapat menimbulkan stres pada pekerja.

2. Pendekatan berorientasi pada karakteristik pekerja.

Pendekatan ini bertolak dari pendapat bahwa individu memiliki ambang stres

yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh karakteristik individu yang juga

berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi : usia, jenis kelamin, kebangsaan,

taraf hidup, kecenderungan, depresi, self esteem, fleksibilitas kepribadian.

3. Pendekatan berorientasi pada pendekatan interaksi.

Stres tidak semata-mata disebabkan oleh situasi lingkungan kerja, atau

semata-mata oleh karakteristik karyawan, melainkan oleh interaksi antara

kedua faktor tersebut.

Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan berorientasi pada

karakteristik objektif situasi kerja dan pendekatan berorientasi pada pendekatan

interaksi untuk melihat stres yang terjadi pada auditor yang bekerja di kantor akuntan

publik di kota Medan.

Saat ini sumber stres pada manusia tidak hanya dalam bentuk ancaman fisik saja

(40)

malu, jenuh, rasa bersalah, perasaan diperlakukan tidak adil, ataupun cemas mengenai

kenaikan pangkat atau gaji. Keadaan stres yang berkepanjangan tanpa ada

penyelesaian akan mengakibatkan terganggunya kesehatan fisik seseorang dan/atau

mental yang muncul dalam bentuk keluhan. Jika hal ini tidak juga diatasi maka pada

tahap selanjutnya akan timbul gangguan pada kesehatan. Jika kesehatan telah

terganggu maka akan mengganggu tampilan kerja seseorang kemudian menyebabkan

menurunnya motivasi dan kinerjanya. Miner dalam Gitosudarmo (2000)

mengemukakan dampak potensial yang terjadi akibat stres adalah :

1. faktor fisik, meliputi : meningkatnya tekanan darah, meningkatnya kolesterol,

menimbulkan penyakit jantung koroner

2. faktor psikologi, meliputi : ketidakpuasan kerja, murung, rendahnya

kepercayaan, mudah marah.

3. faktor organisasi, meliputi : ketidakhadiran, kelambatan-kelambatan, rendahnya

prestasi kerja, kecelakaan kerja, sabotase.

mengacu pada uraian yang telah dikemukakan di atas maka penting mengetahui

tingkat stres yang terjadi di lingkungan kerja karena stres memiliki dampak terhadap

kinerja, jika tingkat stres yang terjadi cukup tinggi perlu dilakukan pencegahan agar

tidak sampai mempengaruhi kinerja.

2.1.4. Rekan kerja

Karyawan dalam menjalani kehidupannya memiliki dua peran yang dijalani,

(41)

individu maupun sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari kehidupan

kelompok, karena dengan kelompoklah manusia dapat tumbuh dan berkembang

sebagaimana wajarnya sebagai manusia. Berikut beberapa pendapat tentang

kelompok :

a) Sheriff and Sherif dalam Ahmadi (1991), mengatakan bahwa kelompok adalah

suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah

mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara

individu itu telah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu

yang khas bagi kelompok itu. Kelompok di sini mempunyai sifat :

1. Adanya saling tergantung diantara anggota kelompok sehingga

membentuk pola tertentu yang mengikat satu sama lain.

2. Tiap-tiap anggota kelompok mengakui dan menaati nilai-nilai,

norma-norma serta pedoman-pedoman tingkah laku yang berlaku dalam

kelompok.

b) Freedman dkk dalam Ahmadi (1991), mengatakan bahwa kelompok adalah

organisasi yang terdiri atas dua atau lebih individu-individu yang tergantung

oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kelakuan yang diterima dan

disetujui oleh semua anggota.

Interaksi yang terjadi dalam kelompok didorong oleh faktor-faktor dan

kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh masing-masing individu dalam kelompok.

Perusahaan merupakan kelompok sosial atau bahkan terdapat lebih dari satu

(42)

formal karena memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis,

mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku yang dirumuskan secara tegas dan

tertulis, bersifat tidak kekeluargaan, bercorak pertimbangan-pertimbangan rasional

dan obyektif (Ahmadi, 1991). Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh

elemen yang terdapat di dalamnya. Di sinilah dibutuhkan peran karyawan sebagai

elemen penggerak elemen perusahaan lainnya. Proses pencapaian tujuan tersebut

menimbulkan interaksi dan hubungan kerja di antara karyawan.

Hubungan yang terjadi di perusahaan ada yang bersifat cooperation dan terjadi

juga hubungan yang bersifat opposition. Cooperation terjadi karena adanya

kerjasama yang disebabkan adanya faktor-faktor yang menunjukkan kesamaan yang

memungkinkan anggota yang satu membantu anggaota yang lain, sedangkan

opposition dapat berujud conflict dan competation. Conflict adalah suatu perjuangan

manusia/group untuk mencapai tujuan yang sama, dan tidak dikerjakan secara kerja

sama, di mana terdapat kontak hubungan langsung dengan lawan. Sedangkan dalam

competation, tujuan yang ingin dicapai oleh individu/kelompok tanpa adanya kontak

hubungan langsung dengan lawan, sehingga lawan merupakan arti yang kedua setelah

pencapaian tujuan. Kedua jenis hubungan ini akan selalu ada dalam perusahaan.

Hubungan yang bersifat cooperation tentunya akan memberi efek positif bagi kinerja

karyawan dan pencapaian tujuan perusahaan. Namun hubungan yang kedua, yaitu

opposition dapat menimbulkan efek positif namun tidak akan menutup kemungkinan

(43)

Rekan kerja adalah seorang atau sekelompok orang yang bekerja dalam satu

organisasi baik yang bekerja secara individu maupun kelompok. Rekan kerja

mempunyai peran yang cukup penting dalam pencapaian tujuan perusahaan dan

mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan lainnya, karena rekan kerja

merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hubungan kerja di perusahaan.

Interaksi antara karyawan dengan rekan kerja akan menimbulkan hubungan yang

bersifat cooperation atau hubungan yang bersifat opposition yang akan berpengaruh

terhadap kinerja seorang karyawan dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan.

Auditor dalam melaksanakan pekerjaannya dituntut untuk bekerja secara

berkelompok yang tidak menutup kemungkinan terjadinya hubungan yang bersifat

cooperation maupun hubungan yang bersifat opposition. Hubungan kedua interaksi

tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerja auditor itu sendiri maupun kinerja

Kantor Akuntan Publik secara keseluruhan. Pengukuran rekan kerja menggunakan

indikator kelompok kerja dan faktor organisasi.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari

individu, keluarga, dan lingkungan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor apasaja yang berpengaruh terhadap kinerja seorang

karyawan. Seorang karyawan jika bekerja keras dan melakukan pekerjaannya dengan

(44)

Sebaliknya jika karyawan tidak melakukan pekerjaannya dengan baik atau tidak

cukup keras mencoba maka kesimpulan yang terbentuk adalah karyawan tidak

memiliki motivasi terhadap pekerjaannya. Motivasi dapat menjadi suatu faktor yang

menentukan dan meningkatkan kinerja karyawan tapi dapat juga menjadi hal yang

tidak penting.

Salah satu keadaan di mana motivasi menjadi faktor yang tidak penting dalam

meningkatkan kinerja karyawan terjadi apabila karyawan kurang memiliki

kemampuan dasar dalam melaksanakan pekerjaannya. Motivasi dapat menjadi kurang

penting jika dibandingkan faktor lingkungan dalam menentukan kinerja. Seperti

pekerjaan dijalur perakitan, yang dirancang untuk mengecilkan peran karyawan

(Jewell & Marc, 1998). Beberapa penelitian tentang kinerja yang dilakukan oleh para

ahli psikologi mengatakan bahwa motivasi bukanlah satu-satunya variabel yang

mempengaruhi kinerja karyawan. Data empiris dari hasil penelitian tahun 1970an

menunjukkan secara jelas bahwa kemampuan masih merupakan satu-satunya faktor

yang paling penting yang menjelaskan perbedaan kinerja karyawan (Dunnette dalam

Jewell & Marc, 1998).

Bahagia (2004) dalam penelitiannya terhadap kinerja karyawan PDAM di kota

Medan berkesimpulan bahwa kepemimpinan dan motivasi mempunyai pengaruh

terhadap kinerja karyawan PDAM. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa

penelitian lainnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2005) terhadap

karyawan PT Sat Nusa Persada di Batam, bahwa motivasi mempengaruhi kinerja dan

(45)

mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja. Mengacu pada kedua penelitian tersebut

terlihat bahwa motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan.

Rusman (2006) dalam penelitiannya terhadap kinerja karyawan PT CF Handra

Super Store Metro berkesimpulan bahwa stres kerja yang dialami oleh karyawan

dapat berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Sedangkan Ilmi (2003)

justru berkesimpulan stres kerja yang tinggi cenderung akan mengarahkan pada

gangguan fisiologis yang dapat berakibat menurunnya kinerja karyawan, dalam

penelitiannnya atas para perawat di RSUD Ulin Banjarmasin. berdasarkan

kesimpulan kedua penelitian di atas diketahui bahwa stres yang terjadi di lingkungan

kerja tidak hanya dapat meningkatkan kinerja namun juga dapat menurunkan kinerja,

selain itu stres ternyata dapat juga mempengaruhi motivasi yang timbul dalam diri

karyawan.

Mengacu pada penelitian yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk

meneliti pengaruh motivasi, stres, dan rekan kerja terhadap peningkatan kinerja

auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di kota Medan. Peneliti dalam

penelitian ini akan menggunakan variabel motivasi, stres, dan rekan kerja sebagai

variabel yang mempengaruhi kinerja auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik

di kota Medan. Variabel motivasi dibangun berdasarkan teori kebutuhan Maslow,

dengan harapan nantinya akan diketahui jika motivasi merupakan variabel yang

berpengaruh terhadap kinerja auditor maka dalam hirarki kebutuhan Maslow

termasuk hirarki pada tingkat yang mana. Perbedaan mengenai pengaruh stres kerja

(46)

apakah stres juga memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor mengingat auditor

selalu bekerja dengan batas waktu yang ditentukan dan adanya tekanan-tekanan.

Variabel rekan kerja, yang merupakan salah satu perbedaan dari penelitian

sebelumnya, digunakan dengan alasan dalam bekerja auditor selalu dalam

kelompok-kelompok kerja yang seringkali berubah-ubah sehingga peneliti ingin mengetahui

apakah hal ini juga akan berpengaruh terhadap kinerja auditor. variabel-variabel

penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1. Ferdiansyah Rusman. (2006)

Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan PT CF Handra Super Store Metro

Stres kerja, motivasi kerja, kinerja karyawan.

Stres kerja berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja, karyawan harus diberikan stres agar bisa meningkatkan motivasi dan kinerja.

2. Arifin. (2005)

Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Karyawan PT Sat Nusa Persada di Batam.

Motivasi, kemampuan kerja, kinerja, kepuasan kerja.

Motivasi, kinerja dan kepuasan kerja semua faktor signifikan, sedangkan kemampuan hanya ada satu faktor yang tidak signifikan.

3. Rakhmad Bahagia.

(2004) Tirtanadi Kantor Pusat Medan

Kepemimpinan, motivasi, kepuasan kerja.

Kepemimpinan dan motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

4. Bahrul Ilmi.

(2003)

Pengaruh Stres Kerja terhadap Prestasi Kerja dan Identifikasi manajemen Stres yang digunakan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ulin

Stres kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja, manajemen stres yang dilakukan dalam

(47)

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teori dan tinjauan terhadap penelitian terdahulu maka

pengaruh kinerja auditor, sebagai variabel terikat, terhadap variabel bebas yaitu

motivasi, stres, dan rekan kerja dapat digambarkan dalam model penelitian pada

gambar 2.4., variabel motivasi, stres, dan rekan kerja diharapkan memiliki pengaruh,

baik serempak maupun secara parsial terhadap kinerja auditor yang bekerja di Kantor

Akuntan Publik di kota Medan.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar.2.4. Kerangka Konseptual Penelitian MOTIVASI

STRES KERJA

REKAN KERJA

(48)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor Kantor Akuntan Publik

di kota Medan.

2. Terdapat pengaruh stres terhadap kinerja auditor Kantor Akuntan Publik di

kota Medan.

3. Terdapat pengaruh rekan kerja terhadap kinerja auditor Kantor Akuntan

Publik di kota Medan.

4. Ada dari ketiga faktor yang secara dominan mempengaruhi kinerja auditor

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Kausal yaitu penelitian yang bertujuan

untuk mengukur hubungan antara variable-variabel yang diteliti, atau untuk

menganalisis bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Umar,

2003).

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di kantor

Akuntan Publik yang ada di kota Medan. Menurut directory IAI tahun 2007 terdapat

22 Kantor Akuntan Publik di kota Medan. Peneliti telah menghubungi seluruh Kantor

Akuntan Publik tersebut melalui telepon sehingga didapat informasi bahwa seluruh

auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di kota Medan berjumlah 170 orang.

Keseluruhan jumlah populasi tersebut diambil beberapa orang akuntan sebagai

sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Judgement

Sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria berupa

suatu pertimbangan (Jogiyanto,2007). Adapun karakteristik anggota populasi yang

(50)

1) Bekerja sebagai tehnikal asisten, semi senior, senior, supervisor. Hal ini

dikarenakan dalam penelitian ini kinerja yang ingin dilihat adalah kinerja

karyawan (auditor), bukan pimpinan KAP.

2) Telah bekerja sebagai auditor selama setahun atau lebih. Auditor yang telah

bekerja minimal setahun diharapkan telah memahami hal-hal yang berkaitan

dengan profesi auditor dan telah beradaptasi dengan budaya perusahaannya

sehingga dapat diukur pengaruh stres dan pengaruh rekan kerja.

3) Memiliki latar belakang pendidikan minimal sarjana atau strata satu jurusan

akuntansi. Auditor yang memiliki pendidikan minimal strata satu akuntansi

diharapkan memiliki wawasan yang cukup mengenai profesi auditor.

Atas dasar karakteristik sampel yang telah ditentukan di atas diketahui bahwa

jumlah auditor yang memenuhi karekteristik tersebut berjumlah 85 orang dan yang

kemudian menjadi sampel penelitian berjumlah 42 orang akuntan publik yang

tersebar di 22 Kantor Akuntan Publik di kota Medan. Melalui penentuan karakteristik

sampel sebagaimana yang tertera di atas diharapkan sampel yang terpilih dapat

memenuhi tujuan penelitian.

3.3. Definisi dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan satu dependent variable yaitu kinerja auditor dan

tiga independent variable yaitu motivasi, stres, dan rekan kerja yang menjelaskan

dependent variable. Melalui penelitian ini akan diketahui diantara faktor motivasi,

(51)

parsial maupun serempak. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Kinerja auditor (variabel terikat).

Kinerja auditor dalam penelitian ini adalah hasil kerja atau usaha yang

dilakukan auditor terhadap beban tugas yang diberikan padanya. Indikator

dari kinerja auditor dalam penelitian ini adalah kualitas dan kuantitas

pekerjaan yang dapat diselesaikan. Indikator pengukuran kinerja auditor

diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan dengan skala likert dari

adaptasi kuisioner Bahagia (2004), dan Ariadi (2002) dengan dilakukan

penyesuaian.

2. Motivasi (variabel bebas).

Motivasi dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan terhadap

auditor/kelompok auditor agar berperilaku sesuai dengan kode etik profesi.

Seorang karyawan yang memiliki motivasi terhadap pekerjaannya akan

bekerja dengan sungguh-sungguh hingga menghasilkan kinerja yang baik.

Variabel motivasi diukur berdasarkan pada indikator kebutuhan fisiologis

yang dibangun berdasarkan pada teori kebutuhan Maslow. Variabel motivasi

diukur dengan menggunakan 55 item pertanyaan dengan skala likert yang

diadaptasi dari kuisioner Bahagia (2004), dan Dani (2002) dengan dilakukan

(52)

3. Stres (variabel bebas).

Stres dalam penelitian ini diartikan sebagai gangguan mental dan emosional

yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar (lingkungan). Variabel stres

dalam penelitian ini adalah stres kerja yang diartikan sebagai tekanan yang

menjadi indikator terhadap stres kerja adalah konflik yang terjadi di kantor,

beban pekerjaan, karakteristik pekerjaan, dukungan kelompok, dan dukungan

pemimpin. Stres memiliki pengaruh ganda dalam mempengaruhi kinerja

seseorang, di satu sisi stres dapat meningkatkan kinerja, namun ketika stres

mencapai titik tertentu dapat menurunkan kinerja. Keseluruhan indikator

tersebut diaplikasikan dalam bentuk pertanyaan dengan skala likert dalam

kuisioner penelitian dengan menggunakan 10 item pertanyaan yang tertera

dalam kuisioner.

4. Rekan kerja (variabel bebas).

Rekan kerja dalam penelitian ini adalah auditor atau sekelompok auditor yang

bekerja dalam satu organisasi baik yang bekerja secara individu maupun

berkelompok. Indikator dari variabel ini adalah hubungan dengan rekan kerja

dan hubungan dengan pimpinan. Hubungan yang harmonis antar rekan kerja

menimbulkan suasana yang kondusif di tempat kerja hingga dapat

meningkatkan kinerja karyawan. Indikator pengukuran rekan kerja diukur

dengan menggunakan 12 item pertanyaan dengan skala likert yang diadaptasi

dari kuisioner Bahagia (2004), dan Ariadi (2002) dengan dilakukan

(53)

Tabel. 3.1. Pengukuran Variabel Penelitian

No Variabel Penelitian

Defenisi Operasional Indikator Pengukuran

1 Kinerja Auditor

Kinerja Auditor adalah hasil kerja atau usaha yang dilakukan auditor terhadap beban tugas yang diberikan padanya

Lima pertanyaan yang berkaitan dengan sumberdaya, pelatihan, pengawasan, hasil kerja.

Skala likert

2 Motivasi Motivasi merupakan dorongan terhadap perseorangan/kelomp ok agar berperilaku

sesuai yang diinginkan

Lima puluh lima pertanyaan yang berkaitan dengan : kebutuhan dasar yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, dan tempat tinggal; kebutukan keselamatan dan keamanan yaitu : jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas; kebutuhan social yaitu : dicintai, mencintai, hubungan yang akrab dan hangat,

kesetiakawanan; kebutuhan penghargaan yaitu : kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri, kemandirian, status, ketenaran, dominansi, kebanggaan, dianggap penting, apresiasi dari orang lain; kebutuhan aktualisasi diri yaitu : kebenaran, kebaikan, keteraturan,

kesederhanaan, kekayaan, berkehidupan, keunikan, kesempurnaan, penyelesaian, santai,

mencukupi diri sendiri.

Skala likert

3 Stres Stres adalah gangguan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar (lingkungan)

Sepuluh pertanyaan yang berkaitan dengan konflik yang terjadi di kantor, beban pekerjaan, karekteritik pekerjaan, dukungan keleompok, dukungan pimpinan.

Skala likert

4 Rekan Kerja Rekan Kerja adalah seorang atau sekelompok orang yang bekerja dalam satu organisasi baik yang bekerja secara individu maupun berkelompok

Dua belas pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar rekan sejawat, hubungan dengan pimpinan

(54)

Keempat variabel penelitian tersebut membentuk persamaan regresi yang

ditujukan untuk melihat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat baik

secara bersama-sama maupun individual.

3.5. Prosedur Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer yang diperoleh

melalui penyebaran kuisioner kepada para auditor yang bekerja di berbagai KAP di

kota Medan dan data skunder yang diperoleh melalui studi dokumenter terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan subyek penelitian. Kuisioner penelitian diantar langsung

ke kantor-kantor Akuntan Publik yang menjadi subyek penelitian, setelah beberapa

hari kuisioner tersebut diambil kembali oleh peneliti. Metode ini digunakan karena

dengan metode ini hal-hal yang tidak dapat diungkapkan dengan metode lain yang

sifatnya sangat pribadi dan perbuatan-perbuatan masa yang lalu dapat diungkapkan

(Hadi, 2000). Peneliti memberi tenggang waktu pengisian kuisioner selama dua

minggu, jika telah lewat dari waktu tersebut kuisioner dianggap tidak kembali. Jenis

kuisioner yang digunakan adalah kuisioner langsung yaitu daftar pertanyaannya

dikirimkan atau diserahkan langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat,

keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang dirinya sendiri (Hadi, 2000).

Masing-masing jawaban dalam kuisioner akan diberi skor satu sampai empat, dengan

tujuan agar item-item dalam pertanyaan yang diajukan dapat diubah menjadi data

kualitatif sehingga dapat dilihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel

(55)

diuji reabilitas dan validitasnya dengan menyebarkannya pada sampel yang memiliki

sifat yang identik dengan sampel penelitian yang disebut sebagai pilot project

sebanyak 30 orang. Item-item pertanyaan dalam kuisioner penelitian ini diadaptasi

dari beberapa penelitian sejenis yang dimodifikasi oleh peneliti dengan permasalahan

yang diteliti, yaitu dari penelitian yang dilakukan oleh Bahagia (2004), dan Ariadi

(2002).

3.6.Model dan Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Data

A. Uji kualitas data

Seluruh pertanyaan dalam kuisioner terlebih dahulu disebarkan kepada 30 orang

pilot project dan hasilnya dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas. Uji reliabilitas

suatu pengukuran menurut Sekaran dalam Jogiyanto (2007) menunjukkan stabilitas

dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep dan berguna untuk

mengakses “kebaikan” dari suatu pengukuran. Reliabilitas suatu konstrak variabel

dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Azwar dalam Jogiyanto

(2007) mengartikan validitas sebagai sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika

(56)

B. Uji asumsi klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi nomal

dengan E(ui) = 0. Metode yang digunakan untuk melakukan uji normalitas adalah

Kolmogorov-Smirnov (KS).

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah di dalam model regresi

linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel independen. Untuk

mendeteksinya dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari tiap-tiap

variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar

variabel independen masih dapat ditolerir.

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari data pengamatan ke pengamatan lain.

Cara yang dipakai untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam penelitian dengan

melihat pola sebaran pada grafik scatter plot. Jika ada pola tertentu, seperti

titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah

(57)

3.6.2 Uji Hipotesis

Model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = a + b1Mt + b2St + b3Rk + e

Dimana : Y = Kinerja Auditor

Mt = Motivasi St = Stres

Rk = Rekan Kerja

a = Konstanta

b = Koefisien

e = Error

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh

seluruh variabel independen dalam model terhadap variabel dependen dengan

menggunakan uji statistik F dengan kriteria pengambil keputusan sebagai p-value

(pada kolom Sig.) lebih kecil dari Level of significant (α) 5% (Nugroho, 2005).

Melalui pengujian ini juga dapat diketahui pengaruh variabel independen secara

parsial terhadap variabel dependen menggunakan uji statistik t dengan ketentuan bila

p-value (pada kolom Sig.) pada masing-masing variabel bebas lebih kecil dari Level

(58)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Pendahuluan

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian yang dilakukan terhadap

auditor yang bekerja di 22 Kantor Akuntan Publik di kota Medan. Kuisioner telah

disebarkan kepada sebanyak 85 orang responden dan kuisioner yang kembali

sebanyak 42 buah. Tingkat pengembalian kuisioner sebesar 49,4%.

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini dirancang sendiri dengan

memperhatikan kuisioner yang dibuat oleh Bahagia (2004) dan Ariadi (2002) dengan

jumlah pertanyaan sebanyak 160 butir pertanyaan dengan rincian :

Tabel 4.1. Jumlah Pertanyaan pada setiap Variabel Penelitian

Jumlah Pertanyaan Sebelum diuji

No. Variabel

Favorable Unfavorable

Setelah diuji

validitas dan

reliabilitas

1. Kebutuhan dasar 10 10 14

2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan 10 10 8

3. Kebutuhan sosial 10 10 13

4. Kebutuhan penghargaan 10 10 11

5. Kebutuhan aktualisasi diri 10 10 9

6. Stres 10 10 10

7. Rekan kerja 10 10 12

8. kinerja 10 10 5

Gambar

Gambar 2.1. Proses Timbulnya Motivasi  (Ahmadi, 1991)
Gambar 2.2. Diagram Hirarki Kebutuhan Maslow
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar.2.4. Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan pada Tabel 1, permukaan pada bidang lembaran menunjukkan hampir dari semua variasi jumlah bulu ayam menghasilkan lembaran yang baik dan tidak tampak cacat, hanya

– Sebuah protokol mendefinisikan format dan urutan pesan yang dipertukarkan antara dua atau lebih entitas berkomunikasi, serta tindakan yang diambil pada transmisi dan /

Kesimpulan dalam penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Puzzle dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah

[r]

Penerapan Metode Simple Additive Weighting (SAW) pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi untuk Cabang Baru Toko..

objek sikap yakni perubahan perangkat keras organisasi ( hard system.. tools ) atau yang biasa disebut dengan perubahan struktural, yang. meliputi perubahan strategi,

Kemampuan tertentu tersebuat antara lain: kemampuan untuk kesadaran etis; b\ kemampuan untuk berpikir secara etis; kemampuan untuk berperilaku secara etis;

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti sampai sejauh mana pengaruh penerapan sistem reward dan punishment terhadap kedisiplinan kerja karyawan dengan