• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME REKRUTMEN HAKIM AD HOC DI PENGADILAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEKANISME REKRUTMEN HAKIM AD HOC DI PENGADILAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEWENANGAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DALAM PENGELUARAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN VILLA DI KABUPATEN PESISIR BARAT

(Jurnal Ilmiah)

Oleh

SELLY PERMATA BUNDA

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi : KEWENANGAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DALAM PENGELUARAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN VILLA

DI KABUPATEN PESISIR BARAT Nama Mahasiswa : Selly Permata Bunda

No. Pokok Mahasiswa : 1412011398

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H.,M.H. Nurmayani, S.H.,M.H. NIP. 19630916 198703 1 005 NIP. 19611219 198803 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(3)

ABSTRAK

KEWENANGAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DALAM PENGELUARAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN VILLA DI KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

Selly Permata Bunda, Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H.,M.H., Nurmayani, S.H.,M.H. Email : Sellypb@yahoo.com

Salah satu syarat pembangunan sebuah villa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 1 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung yaitu harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Penerbitan IMB berfungsi agar Pemerintah Daerah dapat melakukan kontrol dalam rangka pendataan fisik Kabupaten Pesisir Barat sebagai acuan bagi perencanaan, pengawasan dan penertiban pembangunan serta ketertiban bagi masyarakat dalam pembangunan sebuah villa. Dalam kenyataan saat ini masih ditemukan beberapa villa di Kabupaten Pesisir Barat yang masih belum memiliki izin. Oleh karena itu yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimanakah kewenangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam pengeluaran IMB Villa di Kabupaten Pesisir Barat, 2) apakah faktor penghambat kewenangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam pengeluaran IMB Villa di Kabupaten Pesisir Barat.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan hukum normatif dan empiris. Jenis data terdiri dari data sekunder dan data primer, dilakukan dengan studi lapangan dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian, bahwa 1) kewenangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam pengeluaran IMB Villa di Kabupaten Pesisir Barat yaitu, a) pemeriksaan kelengkapan administrasi. b) pemeriksaan lapangan. c) penerbitan Izin Usaha. d) pemberian surat peringatan. e) pencabutan Izin Usaha. 2) faktor penghambat kewenangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam pengeluaran IMB Villa di Kabupaten Pesisir Barat yaitu, a) kurangnya jumlah pegawai DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat khususnya bidang pelayanan perizinan untuk menangani sekitar 47 jenis izin yang ada. b) kurangnya kesadaran masyarakat atau pemilik bangunan-bangunan villa yang berada di Kabupaten Pesisir Barat akan arti pentingnya memiliki Surat Izin. c) Sarana dan Prasarana yang kurang memadai yang dimiliki Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Pesisir Barat.

(4)

ABSTRACT

THE AUTHORITY OF THE CAPITAL INVESTMENT AND INTEGRATED SERVICE ONE DOOR IN THE EXPENDITURE OF LICENSE

TO BUILD THE VILLA IN THE WEST COAST DISTRICT By

Selly Permata Bunda, Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H.,M.H., Nurmayani, S.H.,M.H. Email : Sellypb@yahoo.com

One of the requirements for the construction of a villa based on West Coastal District Regulation No. 1 of 2016 on Building Buildings that must have Building Permit (IMB). The issuance of IMB serves to enable Local Government to control in order to physically collect the West Coast District as a reference for the planning, supervision and control of the development and order for the community in the construction of a villa. In fact, there are still some villas in West Coast District that still do not have permit. Therefore, the formulation of the problem in this research is 1) how is the authority of One Stop Investment Service and One Stop Service in the expenditure of Villa IMB in West Coastal District, 2) what is the obstacle factor of Capital Investment Department and One Stop Integrated Service in IMB Villa expenditure in West Coast District.

The problem approach used is the normative and empirical legal approach. This type of data consists of secondary data and primary data, conducted by field study and literature study.

Result of research, that 1) authority of Investment Service and One Stop Integrated Service in expenditure IMB Villa in West Coastal District that is, a) examination of administrative completeness. b) field inspection. c) Issuance of Business License. d) issuing warning letters. e) revocation of Business License. 2) Inhibiting factor of authority of One Stop Investment Service and One Stop Service in IMB Villa expenditure in West Coastal District is, a) lack of DPMPTSP of West Coast Regency especially licensing service to handle 47 types of permit. b) lack of awareness of the community or owners of villa buildings located in the West Coast District would be the importance of having a License. c) Inadequate Facilities and Infrastructure owned by the One Stop Door Pioneer and Investment Service in West Coast District.

(5)
(6)

I. PENDAHULUAN

Era globalisasi memberi pengaruh besar terhadap pesatnya perkembangan berbagai sektor di Indonesia, tidak terkecuali pada sektor pembangunan dan pariwisata. Selain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pembagunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara material dan spiritual sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dapat dikatakan bahwa tujuan pembangunan nasional ini, identik dengan cita-cita nasional1.

Untuk dapat merealisasikan dan melakukan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka pemerintah daerah diberikan suatu kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah, terkecuali urusan pemerintah yang ditentukan oleh undang-undang sebagai urusan pemerintah pusat. Hal tersebut diatur dalam Pasal 18 angka (5) Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi: “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat”.2

Kabupaten Pesisir Barat merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah Provinsi Lampung dan terletak di wilayah pantai barat

1

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1994, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid I, CV Haji

Massagung, Jakarta, hlm. 5.

2

Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Pulau Sumatera. Pesisir Barat merupakan Daerah Otonom Baru, pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat yang mempunyai luas wilayah 2.953,48 KM2 dan terdiri dari 11 kecamatan. Kabupaten Pesisir Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pesisir Barat Di Provinsi Lampung. Sebagai kabupaten baru, Kabupaten Pesisir Barat disebut telah memiliki Otonomi Daerah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Atas dasar prinsip daerah otonom, maka Urusan Pemerintahan di Kabupaten Pesisir Barat harus berorientasi pada rakyat dengan tujuan melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat. Dalam melaksanakan otonomi daerah, Kabupaten Pesisir Barat perlu melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi, penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia, serta pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas laut yang sangat berpotensi sebagai destinasi pariwisata.

(7)

pariwisata. Untuk itu harus dikembangkan potensi objek dan daya tarik wisata yang baru, sarana tersebut akan meningkatkan pembangunan di bidang pariwisata untuk mendukung potensi pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat, salah satunya adalah melalui Usaha Penyediaan Akomodasi yang tercantum pada Pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Usaha penyediaan akomodasi merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan dan diminati baik oleh masyarakat lokal atau investor asing yang terdiri dari usaha hotel, usaha bumi perkemahan, usaha persinggahan karavan, usaha villa, dan usaha pondok wisata. Kondisi tersebut mengakibatkan pesatnya pembangunan sarana akomodasi di Kabupaten Pesisir Barat, salah satu yang paling diminati oleh wisatawan kini adalah villa.

Villa merupakan alternatif penginapan yang lebih dipilih wisatawan terutama wisatawan asing dari pada hotel sebagai tempat peristirahatan, karena villa memberikan pelayanan yang lebih personal dan villa juga memberikan keamanan dan tingkat kenyamanan lebih pada wisatawan. Semakin banyak permintaan villa sebagai salah satu alternatif penginapan yang diinginkan wisatawan, menyebabkan peningkatan pelaku usaha penyediaan akomodasi berlomba-lomba untuk memenuhi permintaan, khususnya di Kabupaten Pesisir Barat. Perkembangan villa ini memberi pengaruh yang cukup besar dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat. Dalam mendirikan sebuah bangunan, tentu harus ada Izin Mendirikan Bangunan

yang menyertai proses pembangunan tersebut atau yang biasa disebut dengan IMB.3

Secara jelas diperlihatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Izin Mendirikan Bangunan, dalam Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan bahwa izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang diberikan pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dalam persyaratan teknis yang berlaku.4

Permohonan Izin Mendirikan Bangunan untuk bangunan gedung yang dibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atau prasarana dan sarana umum harus mendapatkan persetujuan dari instansi terkait.5 Dalam hal ini Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu berperan penting dalam hal perizinan demi menjalankan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pendelegasian Kewenangan Bupati Di bidang Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Kepada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

3

Pasal 5 ayat 1 Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor1 Tahun 2016 tentang

Bangunan Gedung.

4

Pasal 1 ayat (6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

5

(8)

Adanya IMB berfungsi agar Pemerintah Daerah dapat melakukan kontrol dalam rangka pendataan fisik Kabupaten Pesisir Barat sebagai acuan bagi perencanaan, pengawasan dan penertiban pembangunan. Selain itu, bagi pemilik bangunan, IMB memberikan kepastian hukum atas berdirinya bangunan dan memudahkan pemilik bangunan apabila terdapat keperluan, seperti pemindahan hak bangunan kepada orang lain serta untuk mencegah tindakan penertiban apabila tidak memiliki IMB. Selain hal tersebut, villa juga memerlukan surat izin usaha agar dapat beropersi. Namun kenyataan saat ini masih ditemukan beberapa villa di Kabupaten Pesisir Barat yang masih belum memiliki izin.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengkaji hal tersebut, maka dituangkanlah ke dalam skripsi yang berjudul Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Barat.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Barat?

2. Apakah faktor penghambat Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Barat?

II. METODE PENELITIAN 2.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.6 Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan secara normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti pada penelitian ini.

2. Pendekatan secara empiris, yaitu dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang di anggap dapat memberikan informasi mengenai Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Barat.

2.2. Sumber dan Jenis Data

(9)

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung berupa keterangan dan pendapat dari para responden dan kenyataan-kenyataan yang ada di lokasi penelitian melalui wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat yang berwenang dan berkompeten.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

2.3.Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Pustaka (Library Research) Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan objek penelitian.

2. Studi Lapangan (Field Research) Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan responden yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dan akan

dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.

2.4. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara Deskriptif Kualitatif yaitu analisis yang menggunakan kalimat-kalimat untuk menjelaskan data yang telah tersusun secara logis, rinci dan jelas, sehingga memudahkan untuk dimengerti guna menarik kesimpulan tentang masalah yang diteliti. Kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan seraca indukatif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum guna memperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan Villa di Kabupaten Pesisir Barat

Hasil wawancara dengan Suryadi, Kepala Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, bahwa tugas pokok dari bidang pelayanan perizinan meliputi penerbitan Perizinan, Penandatangan Perizinan, serta Penetapan besarnya Retribusi dan/atau Biaya Perizinan. Telah sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan Bupati Di Bidang Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Kepada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat.

(10)

kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan wewenang (bevoegdheid) hanya mengenai suatu bagian tertentu saja dari kewenangan.7 Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.8 Perizinan merupakan pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Izin ialah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga.9 Pembahasan mengenai pembangunan suatu villa menggunakan jenis Izin Usaha Kepariwisataan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten/Kota atas nama Walikota untuk kegiatan Usaha Kepariwisataan dalam wilayah Kabupaten/Kota setempat.

Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Barat adalah sebagai berikut:

A.Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi

B.Pemeriksaan Lapangan C.Penerbitan Izin

7

Ateng Syafrudin, 2000, Menuju

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Universitas Parahyangan, Bandung, hlm. 22.

8

Philipus M. Hadjon, 2005, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm. 48.

99

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Yuridika, 1993, hlm.2.

D.Pemberian Surat Peringatan E. Pencabutan Izin Usaha

Secara rinci kewenangan tersebut diuraikan di bawah ini :

A. Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi

Hasil wawancara dengan Bapak Depi Putra, Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat bahwa untuk mendirikan sebuah villa, berkas yang harus dipenuhi yaitu:

1) Badan Hukum

Usaha villa harus berupa badan usaha dan harus tunduk pada hukum yang berlaku, sebelum mendirikan suatu villa para pengusaha wajib untuk memiliki akta pendirian yang berupa : a. Akta Pendirian oleh Notaris

b. Ada Pengesahan Badan Hukum Perseroan dari MenHum & HAM RI atas Akta Pendirian dimaksud. 2) Surat Keterangan Domisili

Perusahaan

(11)

3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP merupakan nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. NPWP biasanya akan dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan. Hal ini bertujuan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan. Untuk mendapatkan kelengkapan usaha berupa Nomor Pokok Wajib Pajak, seorang wajib pajak baik secara pribadi maupun lembaga dapat mengajukan permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) di wilayah wajib pajak tinggal.

4) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

SIUP adalah surat izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. Suatu perusahaan dianggap mulai menjalankan usahanya pada saat menerima Surat Izin Usaha Perdagangan dari instansi yang berwenang. Fungsi dari izin ini juga agar adanya kepastian hukum bagi perusahaan yang dijalankan.

Dalam hal pemberian izin SIUP Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat juga harus memperhatikan dampak lingkungan yang akan muncul atas pemberian SIUP tersebut. Pasal 36 ayat (1) Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa "Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan". Dimana harus memperhatikan dampak lingkungan yang akan timbul pada lingkungan sekitar apakah akan merusak lingkungan atau tidak, karna analisis dampak lingkungan memeperhatikan komponen-komponen lingkungan hidup sebelum penerbitan SIUP.

5) Tanda Daftar Perusahaan ( TDP ) TDP adalah tanda bukti badan usaha yang telah melakukan kewajibannya dalam melakukan pendaftaran perusahaan dalam Daftar Perusahaan. Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang bersangkutan, atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan surat kuasa. Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk Badan Hukum, Koperasi, Persekutuan (Komanditer/CV, Firma, PT), dan Perorangan.

6) Pembelian Lokasi Tanah

(12)

untuk menghindari kerugian yang mungkin dihadapi. Tujuan penentuan lokasi dengan tepat adalah untuk dapat membantu villa melakukan aktivitas usaha atau berproduksi secara lancar, efektif dan efisien. Pada lokasi yang akan di bangun villa harus mengantongi surat dan izin yang lengkap sebagai syarat pembangunan suatu villa, berikut tata lokasi yang dimiliki Villa Monalisa: Lokasi : Jalan Wisata, Pekon Way

Redak, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat

Luas : 4.643 m2

Hak Kepemilikan : Hj. Monalisa 7) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

dan Izin Gangguan

a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Izin Mendirikan Bangunan adalah perizinan yang diberikan pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dalam persyaratan teknis yang berlaku.10 Tujuan adanya IMB adalah untuk menciptakan tertib bangunan dan tata guna lahan agar sesuai dengan peruntukannya, sehingga setiap orang tidak leluasa membangun walau di atas tanah hak milik sendiri kalau tidak sesuai peraturan. Dalam hal ini harus memperhatikan Garis Sempadan Pantai dan Sempadan Bangunan. Pada wilayah Pesisir Barat

10

Pasal 1 ayat (6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

ada beberapa pengecualian pada jarak bangunan dengan jalan raya dan pinggir pantai, untuk pengaturannya sendiri masih dikaji oleh Bagian Hukum Pesisir Barat.

b. Izin Ganguan (HO)

Hinderordonnantie (HO) atau yang

sering disebut Surat Izin Gangguan adalah surat keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu tempat. Surat izin ini di keluarkan oleh Dinas Perizinan Domisili Usaha di daerah tingkat dua Kabupaten/Kota, setiap daerah memiliki aturan yang berbeda dalam mengeluarkan Surat Izin Gangguan. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah, yang menyatakan : “Izin Gangguan diatur dalam peraturan daerah” yang kemudian di pertegas dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah, yang menyatakan bahwa “pemberian Izin Gangguan (HO) merupakan kewenangan Bupati/Walikota.”

Izin ini dikeluarkan untuk mereka yang memiliki kegiatan usaha, baik usaha pribadi maupun badan usaha di lokasi tertentu yang berpotensi menimbulkan bahaya kerugian dan gangguan, ketentraman dan ketertiban umum.

(13)

Amdal merupakan kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal yaitu usaha/kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup dengan kata lain perusahaan besar. Sedangkan perusahaan menengah harus mempunyai dokumen UKL/UPL.11

Dalam suatu pembangunan villa perlu diperhatikan persyaratannya, baik persyaratan Amdal maupun persyaratan lainnya agar tidak terjadi dampak yang akan merugikan masyarakat sekitar villa tersebut. Jika salah satu persyaratan tidak terpenuhi maka Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat tidak akan mengeluarkan izin pendirian villa tersebut.12

B. Pemeriksaan Lapangan

Hasil wawancara dengan Depi Putra, Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, bahwa seksi Pemrosesan dan Survei Bidang Pelayanan Perizinan bersama Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata dan Dinas-dinas terkait lainnya akan melakukan survei lokasi terlebih dahulu ke lapangan untuk mengetahui daerah tersebut layak atau tidak untuk

11

Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1),(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan

12

hasil wawancara dengan Bapak Suryadi, S.IP, M.M. selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat

dikeluarkan izinnya sesuai dengan peruntukannya. Pemeriksaan atau survei lapangan dilakukan pada saat sebelum bangunan tersebut didirikan sampai selesai didirikan.

Sebelum didirikannya bangunan villa tersebut, tim seksi Pemrosesan dan Survei Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat melakukan survei ke lokasi untuk pemeriksaan kelengkapan administrasi apakah berkas yang diserahkan oleh pemohon sudah sesuai fakta yang berada di lapangan atau tidak, setelah bangunan tersebut didirikan tim kembali melakukan survei lokasi untuk meninjau kembali apakah pembangunan villa tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak disalah gunakan sesuai dengan kegunaannya.

Dalam kasus Villa Monalisa yang berada di Jalan Wisata, Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat ini tim survei menyatakan memang villa monalisa tersebut tidak melanggar aturan-aturan yang memang sudah ditetapkan dalam proses pembangunannya, keberadaan villa monalisa ini juga tepat berada di kawasan wisata labuhan jukung. Hanya saja villa monalisa ini telah didirikan tanpa adanya surat-surat izin yang seharusnya dimiliki seperti (IMB, SIUP, SITU, HO, dan TDP). Oleh karena itu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat untuk sementara menghentikan kegiatan villa monalisa tersebut selagi pemilik dari villa monalisa mengurus segala jenis izin yang diperlukan.13

13

(14)

C. Penerbitan Izin Usaha

Setelah dilakukannya survei lapangan oleh tim seksi Pemrosesan dan Survei Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat dan terbukti bahwa fakta dilapangan sesuai dengan berkas yang diberikan dan bangunan tersebut telah sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku maka izin tersebut akan diterbitkan. Penerbitan izin usaha diberikan oleh Bupati yang telah direkomendasikan oleh Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat. Namun apabila terdapat suatu perubahan kondisi dari apa yang tercantumkan sebelumnya, maka pengusaha wajib untuk mengajukan permohonan pemutakhiran kembali atas perusahaannya secara tertulis kepada Bupati.

Dalam kasus Villa Monalisa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat ini penerbitan izin usaha dikeluarkan setelah bangunan villa tersebut telah selesai didirikan, dikarenakan pihak villa baru mengurus surat-surat izin yang diperlukan setelah dilakukan survei lapangan oleh Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat.14 D. Pemberian surat Peringatan Hasil wawancara dengan Depi Putra, Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, bahwa Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan

Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, tanggal 25 desember 2017

14

hasil wawancara dengan Bapak Depi Putra selaku Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, tanggal 25 desember 2017

Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat mempunyai kewenangan yaitu memberikan surat peringatan yang dikeluarkan sebanyak 3 kali. Batas waktu yang diberikan antara peringatan pertama dan kedua yaitu selama 1 minggu. Jika suatu bangunan villa yang telah diberikan teguran atau surat peringatan sebanyak 2 kali dan juga tidak segera memperbaiki ataupun mengurus segala keperluannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat akan melakukan tindakan tegas terhadap bangunan villa tersebut baik itu dilakukan pembongkaran maupun pencabutan izin.

Berdasarkan kasus penyegelan Villa Monalisa yang berada di Jalan Wisata, Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 13 Juni 2016 oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat beserta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, diketahui bahwa bangunan Villa Monalisa sejak berdiri hingga tanggal 13 Juni 2016 memang belum mengantongi izin, baik izin usaha, IMB, SIUP, SITU dan perizinan lainnya. Pernyataan itupun dibenarkan oleh pihak Villa Monalisa itu sendiri.15Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat telah memberikan teguran dan surat peringatan kepada pemilik bangunan Villa Monalisa yang isi teguran tersebut yaitu pihak Villa Monalisa diminta mengurus Surat Izin (IMB, SIUP, SITU/HO, dan TDP) pada Dinas Penanaman Modal Dan

15

(15)

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, dan diberi waktu 1 (satu) minggu sejak dikeluarkan teguran ke 1 (satu) ini, maka akan dikeluarkan teguran kedua. Namun sampai waktu yang telah ditetapkan berakhir, pemilik bangunan Villa Monalisa tersebut tidak menggubris teguran dari Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat dan belum juga mengurus surat-surat izin yang harus diselesaikan. Untuk itu Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat kembali memberikan surat teguran kepada pemilik bangunan Villa Monalisa untuk kedua kalinya yang berisi pihak Villa Monalisa diminta mengurus Surat Izin (IMB, SIUP, SITU/HO, dan TDP) pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, dan diberi waktu tiga (3) hari sejak dikeluarkannya teguran ke-2 ini maka akan dikeluarkan teguran ke-3 dan apabila tidak segera diurus Perizinannya maka akan ditutup operasi tempat usaha losmen/villa tersebut. Baru setelah mendapatkan surat peringatan yang kedua ini, pemilik bangunan Villa Monalisa yang berada di Jalan Wisata, Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat itu mengurus surat-surat izin yang telah ditetapkan.16

E. Pencabutan Izin Usaha

Hasil wawancara dengan Depi Putra, Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten

16

hasil wawancara dengan Bapak Depi Putra selaku Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, tanggal 23 desember 2017

Pesisir Barat, bahwa Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat mempunyai salah satu kewenangan melakukan pencabutan izin usaha apabila pemegang izin tidak memperpanjang izin usahanya dan terbukti tidak tertib administrasi dan melakukan pembangunan villa tanpa mendapatkan izin terlebih dahulu maka dinas terkait melakukan beberapa peringatan kepada para pemohon untuk melaksanakan administrasi ulang. Apabila sudah diberikan peringatan beberapa kali barulah Dinas DPMPTSP bisa melakukan pencabutan izin.

Dalam kasus Villa Monalisa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat tidak sampai dilakukan pencabutan izin dikarenakan villa tersebut pun sebelumnya belum terdaftar dan memang belum memiliki izin.

3.2. Faktor Penghambat Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Barat

Hasil wawancara dengan Depi Putra, Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, bahwa faktor penghambat bagi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan Villa di Kabupaten Pesisir Barat yaitu :

(16)

harus diimbangi dengan jumlah pegawai yang dimiliki, hal ini harus disesuaikan agar pembagian tugas dapat berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, pembagian kerja tentu harus didukung dengan jumlah pegawai yang mencukupi. Dalam proses penyelenggaraan pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, dibagi menjadi beberapa bagian tugas yaitu: bagian penanaman modal, bagian pendaftaran, bagian pemrosesan izin dan survei lapangan, bagian penetapan, bagian cetak dokumen izin, bagian data dan informasi, dan bagian-bagian lainnya. Setiap bagian tentu memiliki tugas masing-masing, dan tugas-tugas inilah yang dilaksanakan oleh setiap pegawai sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan. Kenyataan yang dihadapi bahwa jumlah tugas dan jumlah pegawaiDinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat kurang berimbang seperti halnya pada bidang pelayanan perizinan yang hanya memiliki sembilan orang pegawai dan harus menangani sekitar 47 jenis izin yang ada. Hal ini tentu akan menghambat kelancaran pelayanan perizinan di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat itu sendiri jika masih terus terjadi. 2. Faktor penghambat yang kedua

adalah kurangnya kesadaran masyarakat atau pemilik bangunan-bangunan villa yang berada di Kabupaten Pesisir Barat akan pentingnya memiliki Surat Izin itu sendiri, contohnya saja memiliki Surat Izin Mendirikan

Bangunan (IMB), dengan memilki IMB akan membuat pemilik bangunan memiliki kepastian hukum tentang bangunan yang akan ia dirikan, termasuk pula didalamnya adalah kelayakan, keamanan dan keyamanan bangunan yang sesuai fungsi dan gunanya. Kurangnya kesadaran masyarakat juga dibarengi dengan malasnya masyarakat untuk mengurus Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) karena banyaknya persyaratan yang harus diurus dalam mengantongi izin tersebut. Karna pemikiran masyarakat Pesisir Barat yang terpaku terhadap IMB tersebut yang selama masih bergabung dengan Kabupaten Lampung Barat tidak ada masalah dengan tidak adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

(17)

masih menyewa rumah penduduk sekitar dikarenakan kantor dinas yang masih dalam tahap pembangunan. Untuk sarana pelayanan sendiri masih terbilang cukup lama dikarenakan data yang tidak tersusun sesuai dengan pengelompokkannya sehingga kesulitan sewaktu mencari data yang diperlukan.17

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat di kesimpulan, sebagai berikut :

1. Kewenangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Baratadalah sebagai berikut: 1) Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi, petugas pelayanan perizinan melakukan pemeriksaan administrasi untuk memeriksa kelengkapan syarat-syarat yang diperlukan. 2) Pemeriksaan Lapangan oleh Seksi Pemrosesan dan Survei Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat bersama dinas-dinas terkait agar tidak terjadi ketidaksesuaian antara berkas yang diberikan dengan fakta di lapangan. 3) Penerbitan Izin Usaha yang diberikan oleh Bupati yang telah direkomendasikan oleh DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat. 4) Pemberian Surat Peringatan, dalam hal ini villa monalisa belum memenuhi

17

hasil wawancara dengan Bapak Depi Putra selaku Seksi Penetapan Bidang Pelayanan Perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat, tanggal 25 desember 2017

kelengkapan pemberkasan sehingga diberikan Surat Peringatan yang dikeluarkan sebanyak 3 kali. Batas waktu yang diberikan antara peringatan pertama dan kedua yaitu selama 1 minggu. 5) Pencabutan Izin Usaha dilakukan apabila pemegang izin tidak memperpanjang izin usahanya dan terbukti melanggar peraturan yang ditetapkan.

2. Faktor Penghambat Kewenangan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Dalam Pengeluaran Izin Mendirikan Bangunan Villa Di Kabupaten Pesisir Barat yaitu : 1) kurangnya jumlah pegawai DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat khususnya bidang pelayanan perizinan untuk menangani sekitar 47 jenis izin yang ada. 2) kurangnya kesadaran masyarakat atau pemilik bangunan-bangunan villa yang berada di Kabupaten Pesisir Barat akan arti pentingnya memiliki Surat Izin. 3) Sarana dan Prasarana yang kurang memadai yang dimiliki DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Perlunya penambahan pegawai di masing-masing bidang khususnya pada bidang pelayanan perizinan DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat agar efektifnya pekerjaan yang diamanahkan.

(18)

penyuluhan atau sosialisasi oleh DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat agar terciptanya masyarakat yang tertib akan peraturan yang berlaku.

3. Perlunya meningkatkan dan memperbaiki Sarana dan Prasarana yang dimiliki DPMPTSP Kabupaten Pesisir Barat agar terbentuknya keefisienan dan kenyamanan kerja antara pegawai maupun pemohon pembuatan berkas.

DAFTAR PUSTAKA

Hadjon, Philipus M, 2005, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.

Hadjon, Philipus M, Pengantar

Hukum Perizinan, Surabaya:

Yuridika,1993.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1994, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid I, CV Haji Massagung, Jakarta.

Muhammad, Abdul Kadir, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti. Syafrudin, Ateng, Menuju

Penyelenggaraan Pemerintahan

Negara yang Bersih dan

Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Universitas Parahyangan, Bandung, 2000. Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Bangunan Gedung. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor

2 Tahun 2015 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan Bupati Di Bidang Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Kepada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat.

https://www.lampungekspres- plus.com/2016/06/14/tak-berizin- penginapan-monalisa-krui-disegel/

Referensi

Dokumen terkait

Applications are processed instantly, no credit check required, and approved borrowers (almost anyone with proof of a stable income) receive a requested amount of money ˘ probably

75% 75% Hasil penggabungan 100% Dengan perpotongan 50% 55% 75% Hasil penggabungan 100% Dengan perpotongan 30% 55% 55% Hasil penggabungan 100% Dengan perpotongan 10% Tabel

Dari Grafik.diatas diperoleh bahwa bobot giblet ayam broiler yang diberikan ekstrak pegagan berkisaran antara 58.6 sampai 93.08 dengan rataan bobot giblet

Usaha Daya Tarik Wisata adalah upaya atau kegiatan yang mempergunakan sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dari alam maupun budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang

rumah tangga single pdrert Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional, maka semakin tinggi ftdrdiness pada ibu rumah tang9a single parent. Kata kuncir

Tabel 4 menunjukkan bahwa galur Patir 10 memiliki berat biji per malai lebih tinggi dibandingkkan seluruh genotipe sorgum manis yang diuji ; namun berbeda nyata dengan

Data raster dapat pula digunakan sebagai atribut dari suatu obyek, baik dalam foto digital, dokumen hasil scan atau gambar hasil scan yang mempunyai hubungan dengan obyek

Kami dari Wahana Visi Indonesia ADP Pantai Kasuari, secara khusus saya Wangsit Panglipur sebagai pengelola program, sangat berterima kasih atas banyak hal yang sudah