Perbandingan Uji Kuat Tekan Beton Yang Menggunakan Air Bersih Dengan Air
Payau Sungai Indragiri Di Kabupaten Indragiri Hilir
Comparison of concrete compressive strength test using brackish water of indragiri river in Indragiri hilir
Iswanto dan Yolly Adriati
Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl.Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284
ABSTRACT
Brackish water has a high salinity level that provides a salty taste to the water. Salinity is the
saltiness level or levels of dissolved salts in water. In the casting process - the environment in
remote areas in the province of Indragiri Hilir, alternative use of brackish water as a concrete
mixer is often done in order to produce a concrete construction in accordance with the needs
of the field. In this study will be reviewed compressive strength of concrete using brackish
water as a concrete mixer.
Testing by comparing the compressive strength of concrete using clean water and brackish
water taken from the river Indragiri Indragiri Hilir. The method used is SNI 03-2834-2000.
Cylindrical test specimen diameter of 150 mm and a height of 300 mm. Testing of materials
and planning the examination of concrete (mix design), quality of concrete fc '15 MPa with a
mixed composition of water, 100% brackish water, brackish water 95% plus 5% water, 90%
brackish water plus 10% water, 85 % brackish water plus 15% water and 80% plus 20% of
brackish water.The results showed that the compressive strength of concrete using clean water
of 25.671 MPa, 100% brackish water mixture of 27.772 MPa, brackish water mixture 95% of
27.137 MPa, brackish water mixture 90% of 25.232 MPa, brackish water mixture 85% of
25.186 MPa and brackish water mixture 80% of 24.725 MPa. Compressive strength of
concrete using a mixture of brackish water of 100% and 95% exceed the compressive strength
of concrete using a mixture of clean water. For brackish water mixture 90%, 85% and 80%,
the compressive strength of the concrete is still above the limit SNI 03-2834-2000 for quality
concrete fc '15 MPa at 22 MPa. It shows that the concrete mix using brackish water as a
concrete mixer may be used in non-structural concrete mix (do not use concrete reinforcing
steel).
PENDAHULUAN
Daerah – daerah terpencil di Kabupaten Indragiri Hilir menggunakan beton untuk jalan – jalan lokal sebagai penghubung dari suatu daerah kedaerah lainnya. Beton yang digunakan adalah beton tanpa tulangan dengan mutu beton sebesar fc’ 15 Mpa. Sulitnya air bersih yang didapat pada daerah tersebut maka pada campuran betonnya terkadang menggunakan air dari kanal - kanal yang ada atau membuat sumur dengan menggali tanah yang berada dekat lokasi pekerjaan. Air yang berada pada daerah – daerah terpencil di Kabupaten Indragiri Hilir terasa agak asin bila dirasa atau biasa disebut air payau.
Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah berapa nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air bersih (beton normal) dan nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air payau pada beton mutu fc’ 15 Mpa, dan kelayakan penggunaan air payau sebagai pengganti air bersih untuk campuran betonnya.
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air bersih dan nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air payau pada beton mutufc’ 15 Mpa,dan juga kelayakan penggunaan air payau sebagai pengganti air bersih.
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah maka diadakan batasan – batasan masalah sebagai berikut :
1. Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Beton Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.
2. Portland Cementyang dipergunakan adalah semen serbaguna Tipe I (PCC)dengan merek Semen Padang kemasan 50 kg.
3. Pemilihan bahan agregat halus dan agregat kasar berasal dari Teratak Buluh, Kabupaten Kampar. 4. Air bersih yang digunakan diambil dari sumur bor Laboratorium Teknologi Bahan dan Beton
Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.
5. Pengambilan air payau di sungai Indragiri, parit tiga Tembilahan yang tertelak di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
6. Untuk air payau, masing – masing sampel dibuat dengan campuran 100% air payau, 95% air payau ditambah 5% air bersih, 90% air payau ditambah 10% air bersih, 85% air payau ditambah 15% air bersih dan 80% air payau ditambah 20% air bersih.
7. Air bersih dan air payau diasumsikan mempunyai spesifikasi dan berat jenis yang sama.
8. Semen, agregat halus, agregat kasar, air bersih dan air payau tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan kimiawi.
9. Mix Designdan pelaksanaan pengujian kuat tekan karakteristik beton yang direncanakan adalah fc’ 15 Mpaberdasarkan SNI 03-2834-2000.
10. Benda uji dibuat dalam bentuk silinder ukuran diameter 150 mm dengan tinggi 300 mm sebanyak 5 buah sampel untuk masing – masing campuran.
11. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari perawatan. 12. Pengujian tidak membahas kuat tarik dan kuat belah beton.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002).
Tabel 1. Mutu Beton dan Penggunaan
Jenis
Beton
fc’ (MPa)
σbk’
(Kg/cm2)
Uraian
Mutu
tinggi
35 – 65
K400 – K800
Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya.
Mutu
20 – < 35
K250 – <K400
sedang
jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang, bangunan bawah jembatan.Mutu rendah
15 – <20
K175 – <K250
Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
10 – <15
K125 – <K175
digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan
kembali dengan beton Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2007
2. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta sebagai pelumas antara butiran - butiran agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organik atau bahan lain yang dapat merusak beton dan tulangan dalam jumlah yang membahayakan (SK SNI 03-2847-2002).
Tabel 2. Penentuan Banyaknya Air per m3 Beton
Banyaknya Semen (Kg)
Air untuk pasir dan kerikil alam yang bulat (Liter)
Air untuk pasir dan kerikil batu pecahan (Liter)
Beton Plastis Lembab Beton Plastis Lembab
150 160 140 195 180
200 165 145 200 185
250 170 150 205 190
300 175 155 210 195
350 180 160 215 200
Sumber: Heinz, 1999
3. Air Payau
Air payau adalah air yg kandungan garamnya lebih rendah dari air laut, tetapi lebih tinggi dari pada air tawar (terutama air disekitar muara). Air payau memiliki campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin (Apriani, 2013).
4. Semen
Semen merupakan suatu material yang memiliki sifat adhesi dan kohesi yang digunakan untuk mengikat fragmen – fragmen mineral menjadi satu kesatuan. Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen portland, berupa semen hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan susun beton. Jenis semen tersebut diperlukan air guna berlangsungnya reaksi kimiawi pada proses hidrasi. Proses hidrasi semen mengeras dan mengikat bahan susun beton membentuk massa padat (Dipohusodo, 1991).
Menurut Tjokrodimuljo (1996), porltand cement merupakan bahan utama atau komponen beton terpenting yang berfungsi sebagai bahan pengikat anorganik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik. Porltand cementharus memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam PBI (1971). Portland Cement inilah yang dapat menyatukan antara agregat halus dan agregat kasar sehingga mengeras menjadi beton.
5. Agregat
Persyaratan – persyaratan agregat halus mulai dari pengujian, standar yang digunakan dan nilai dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Material mengandung bahan plastis dengan
cara setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks 8%
Berat jenis agregat halus
SNI 03-1970-1990 Maks 2,5%
Penyerapan Maks 3%
Material lolos saringan No.200 SNI 03-4428-1997 Maks 8% Sumber: Bina Marga, 2002
Persyaratan – persyaratan agregat kasar mulai dari pengujian, standar yang digunakan dan nilai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persyaratan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
natrium dan magnesium SNI 03-3407-1994 Maks 12 %
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks 40 % Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min 95 % Angularitas kedalaman dari permukaan <
10 cm ) DoT’s Pennsylvania Test
Method, PTM No. 621
95/90
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥
10 cm ) 80/75
Partikel pipih ASTM D-4791 Maks 25 %
Partikel lonjong ASTM D-4791 Maks 10 %
Material lolos saringan no. 200 SNI 03-4142-1996 Maks 1 % Aggregate Impact Value (AIV) BS 812:part 3:1975 Maks 30%
Berat Jenis dan Penyerapan SNI 03-1969-1990 Maks 3%
Sumber: Bina Marga, 2002
6. Pengujian Material a. Analisa Saringan
Analisa saringan adalah suatu usaha untuk mendapatkan distribusi ukuran butir tanah dengan menggunakan analisis saringan (SK SNI 03-3423-1994). Analisa saringan dengan rumus yang diperoleh dari buku panduan praktikum teknologi bahan beton yang diterbitkan oleh unit laboratorium teknologi bahan beton teknik sipil Universitas Islam Riau.
Jumlah berat tertahan
Persentase (%) tertahan = x 100
Berat bahan kering
Persentase (%) lolos = 100% - Persentase (%) tertahan b. Pemeriksaan Berat Isi
Berdasarkan buku panduan praktikum teknologi bahan beton, pengujian berat isi dimaksud
untuk menentukan berat isi agregat halus dan agregat kasar atau campuran dari kedua
agregat.
Berat bersih benda uji :
W3 = W2 – W1W1= Berat tempat (gr)
W2= Berat tempat + benda uji (gr)
W3= Berat benda uji (gr)
Berat isi tempat (W4) :
W4=
¼ . π .
D2.
TDimana :
D
= Diameter tempat (gr)
T
= Tinggi tempat (gr)
W
4= Berat isi tempat (gr)
Berat isi lepas (
W
5) :
W
5= W
3+ W
4Dimana :
W
5= Berat isi lepas (gr)
c. Pemeriksaan Berat Jenis
Pengujian berat jenis ini dimaksud sebagai pegangan dalam pengujian yang bertujuan untuk mencari angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.
Berat jenis (
bulk
)
:
Berat jenis permukaan jenuh :
Berat jenis Semu (
apparent
) :
Penyerapan (
absorption
)
:
Dimana :
Bj
= Berat benda uji kering oven (gr)
Bk
= Berat benda uji kering permukaan (gr)
Ba
= Berat benda uji kering permukaan jenuh (gr)
d. Pemeriksaan Kadar LumpurPemeriksaan kadar lumpur ini bertujuan untuk memperoleh persentase jumlah bahan
dalam agregat melalui saringan 200 (0,075 mm). jumlah bahan dalam agregat yang
lolos saringan 200 adalah bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm) sesudah
agregat dicuci sampai air cucian tidak keruh lagi.
Dimana :
Bk sebelum dicuci
= Berat benda uji kering sebelum dicuci (gr)
Bk sesudah dicuci
= Berat benda uji kering sesudah dicuci (gr)
7. Perancangan Beton (Mix Design)Perancangan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan -bahan penyusun beton. Proporsi campuran dari -bahan - -bahan penyusun beton ini ditentukan melalui sebuah perancangan beton (Mix design). Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI 03-2834-2000.
Tabel 5. Pedoman Awal Untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran
Jenis
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2007 8. Kuat Tekan Beton
Tabel 6. Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder
Jenis Beton
Mutu Beton
Kuat Tekan Minimum Rata-rata
Benda Uji Silinder (MPa) Diameter (150 – 300) mm
fc’(MPa) 3 hari 7 hari 28 hari
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2007
Nilai kuat tekan beton :
fc
=
Dimana:
Fc
= Kekuatan tekan (MPa)
P
= Beban tekan (N)
A
= Luas permukaan benda uji (mm
2)
Standar deviasi (simpangan baku) adalah standar satuan skala untuk kelompok data
yang diolah (dianalisis) atau suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi kelompok,
bisa juga diartikan sebagai ukuran standar penyimpangan dari reratanya. Satuannya mengikuti
satuan data yang diukur, dimana nilai dari standar deviasi ini untuk mengetahui kuat tekan.
S =
∑ ( ′ )
Dimana :
S = Standar deviasi fc = Kuat tekan beton
fc’r = Kuat tekan beton rata - rata
n
-1=
Jumlah 20 sampel beton atau lebihMETODE PENELITIAN
Prosedur pengujian mengikuti Buku Panduan Praktikum Teknologi Bahan Beton yang diterbitkan oleh Unit Laboratorium Teknologi Bahan Beton Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau
Tabel 7. Jumlah Benda Uji Penelitian
No Benda uji dengan masing - masing campuran Umur
Perawatan Jumlah
1 Air Bersih 28 hari 5
2 Air Payau 100% 28 hari 5
3 Campuran Air Payau 95% 28 hari 5
5 Campuran Air Payau 85% 28 hari 5
6 Campuran Air Payau 80% 28 hari 5
Total Benda Uji 30
Pengambilan jumlah benda uji rata – rata sebanyak 5 buah sampel berdasarkan metode pengujian kuat tekan beton SNI 03-1974-1990 yang menyatakan hasil pemeriksaan kuat tekan beton diambil rata – rata dari minimum 2 buah benda uji dengan ketentuan apabila jumlah benda uji kurang dari 15 contoh benda uji maka kuat rata – rata perlu ditambah dengan 7,0 Mpa.
Tahapan Pelaksanaan :
1. Persiapan
Dalam melaksanakan penelitian perlu dilakukan persiapan diantaranya mengurus
perizinan pemakaian laboratorium, pengumpulan bahan / mengambil sampel material,
persiapan alat penelitian dan persiapan blanko isian data.
2. Pengujian material
Adapun pengujian material terdiri dari analisa saringan, berat isi agregat, berat jenis dan
penyerapan air agregat dan pemeriksaan kadar lumpur.
3. Perencanaan campuran beton (
mix design
)
Adapun metode yang dilakukan dalam perencanaan rancangan campuran beton ini
berdasarkan metode SNI 03-2834-2000.
4. Pembuatan beton segar
Dalam pembuatan beton segar ini ada dua cara yaitu pembuatan adukan dengan manual
dan dengan menggunakan mesin molen. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pembuatan
beton segar dengan menggunakan mesin molen.
5.
Slump test
Pemeriksaan
slump test
dimaksud sebagai tolak ukur kelecakan beton segar yang
berhubungan dengan tingkat kemudahan dalam pengerjaan beton.
6. Pembuatan benda uji
Benda uji dibuat dalam bentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Saat pembuatan benda uji ini perlu diperhatikan saat pemadatan sewaktu dimasukkan
kedalam mal karena sangat mempengaruhi kuat tekan benda uji tersebut.
7. Perawatan (
curring
)
Ada beberapa cara perawatan beton yaitu; menaruh beton segar dalam ruangan yang
lembab, menaruh beton segar dalam genangan air, menaruh beton segar di dalam air,
menyelimuti permukaan beton dengan karung basah, menggenangi permukaan beton
dengan air atau menyirami permukaan beton setiap saat secara terus – menerus. Disini
peneliti melakukan perawatan benda uji dengan merendam beton segar didalam bak
perendam.
8. Uji kuat tekan
Pengujian kuat tekan beton dimaksud mencari perbandingan kuat tekan rencana dengan
kuat tekan yang dihasilkan dengan menggunakan alat uji kuat tekan beton (
compressive
strength machine
).
9. Analisa data
Analisa data uji kuat tekan dan pembahasan didapat setelah pengujian benda uji.
10. Hasil dan Kesimpulan
Setelah analisa data, didapatlah hasil dan kesimpulan dari penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan dilakukan untuk memperoleh jumlah persentase lolos dan tidak lolos
agregat halus dan agregat kasar guna menentukan batas gradasi butir agregat dengan
menggunakan analisa saringan. Material yang digunakan dalam pembuatan benda uji pada
penelitian ini adalah agregat halus dan agregat kasar dari Teratak buluh kabupaten
Kampar.
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Persentase Lolos Analisa Saringan
Saringan
Persentase Lolos (%)
Nomor
Ukuran
(mm)
Standar DPU-2007
Halus
Kasar
Halus
Kasar
1½” 38 - 100 - 100
3/4" 19 - 90 - 100 - 96,94
3/8” 9,6 100 20 - 55 100 62,93
No # 4 4,8 95 - 100 0 - 10 97,50 22,75
No # 8 2,4 80 - 100 0 - 5 95,12 14,04
No # 16 1,2 50 - 85 - 90,89 10,62
No # 30 0,6 35 - 45 - 83,40 9,06
No # 50 0,3 10 - 30 - 50,82 5,76
No # 100 0,15 2 - 10 - 5,03 1,45
No # 200 0,075 - - 0,95 0,82
Tabel 9. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat
SNI 03-1970-1990
(gr)
SNI 03-1969-1990
(gr)
Hasil Pengujian
(gr)
Halus
Kasar
Halus
Kasar
Berat Jenis (
bulk
)
2,5
2,5
2,583
2,594
Berat
Jenis
Kering
Permukaan Jenuh
2,56
2,56
2,609
2,604
Berat Jenis Semu
(
Apparent
)
2,62
2,62
2,651
2,620
Tabel 10. Pemeriksaan Penyerapan Air Material
Material
Penyerapan Air
Bina Marga 1990
(%)
Penyerapan Air
Pengujian
(%)
Agregat Halus
< 5
0,989
Agregat Kasar
< 2
0,373
Tabel 11. Pemeriksaan Kadar Air Material
Material
Kadar Air
SNI 03-2834-2000 (%)
Kadar Air
Pengujian (%)
Agregat Halus
6,50
6,280
Agregat Kasar
8,80
2,591
Tabel 12. Pemeriksaan Kadar Lumpur Material
Material
Kadar Lumpur
SNI T-15-1991-03 (%)
Agregat Halus
< 5
0,950
Agregat Kasar
< 1
0,823
2. Analisa Beton
Tabel 13. Komposisi Campuran Beton
Proporsi
Adukan
Semen
(Kg)
Air
(Kg)
Agregat
Halus (Kg)
Agregat
Kasar (Kg)
Tiap m
3312
195
555,0
1295,0
Tiap benda uji
2,0666
0,9068
3,8706
8,7676
5 benda uji
10,333
4,534
19,353
43,838
Tabel 14. NilaiSlumpBeton.
No. Sampel NilaiSlump
(mm)
NilaiSlumpRata-rata (mm)
1. Normal 58 54 42 51,33
2. 100% Payau 25 14 8 15,67
3. 95% Payau 36 19 12 22,33
4. 90% Payau 45 37 25 35,67
5. 85% Payau 60 54 38 50,67
6. 80% Payau 62 56 41 53,00
Tabel 15. Kuat Tekan Beton Rata - rata
Tabel 16. Kuat Tekan Beton
Umur
(hari)
Kuat Tekan (Mpa)
Perbedaan Kuat
Tekan (%)
Air Bersih
Air Payau
28
25,671
27,772
7,56
No
Air
Pencampur
Kuat Tekan Beton
Rata-rata (Mpa)
Jumlah
Sampel
1
Air Bersih
25.671 52
Air Payau 100%
27.7725
3
Air Payau 95%
27.1375
4
Air Payau 90%
25.2325
5
Air Payau 85%
25.1865
6
Air Payau 80%
24.7255
Jumlah
30
27,13725,232 25,186 24,725
25,671
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap beton
dengan campuran air bersih dan air payau, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai kuat tekan beton yang menggunakan campuran air bersih sebesar 25,671 Mpa,
campuran 100% air payau sebesar 27,772 Mpa, campuran 95% air payau ditambah 5% air
bersih sebesar 27,137 Mpa, campuran 90% air payau ditambah 10% air bersih sebesar
25,232 Mpa, campuran 85% air payau ditambah 15% air bersih sebesar 25,186 Mpa dan
campuran 80% air payau ditambah 20% air bersih sebesar 24,725 Mpa.
2. Penggunaan air payau sebagai pencampur beton pada beton mutu
fc’
15 Mpa dapat
menjadi alternatif sebagai pengganti air bersih pada daerah – daerah yang kesulitan air
bersih. Penggunaan air payau sebagai pencampur beton boleh digunakan pada beton
non
struktural
(beton yang tidak memakai tulangan baja).
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, 2013, Penurunan Salinitas Air Payau dengan Menggunakan Resin Penukar Ion, Skripsi, Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional, Jawa Timur
ASTM C125 (Standard Definition of Terms Relating to Concrete and Technology) ACI 318 (American Concrete Institute)
Bina Marga,Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen),Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Beton, Pusjatan - Balitbang PU
Dipohusodo I., 1991, Struktur Beton Bertulang, Edisi Pertama, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kusumahati, 1998, Studi Kemampuan Resin Kation Na+ dan H+ Sebagai Media Penukar Ion Untuk
Menurunkan Kandungan Tembaga,Skripsi, Teknik Lingkungan ITS, Surabaya
Mansyur, 2013, Pencampuran Beton dengan Menggunakan Air Laut,Thesis, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar
Mulyono T, 2004,Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta
Murdock L.J, dan Brook K.M, 1986,Bahan dan Praktek Beton, edisi keempat Erlangga, Jakarta Nawy G. dan Edward., 1990,Beton Bertulang, Penerbit PT. Eresco Bandung
Otsuki N., Furuya D., Saito T. and Todokoro Y, 2011, Possibility of Sea Water as Mixing Water in Concrete, 36th Conference on Our World in Concrete & Structures, Singapore
PBI, 1971,Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Direktorat Jenderal Cipta Karya
SNI 03-1974-1990,Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Standarisasi Nasional (BSN)
SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Standarisasi Nasional (BSN)
SNI 03-2847-2002,Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta Version), Badan Standarisasi Nasional (BSN)
Subakti, 1999, Teknologi Beton Dalam Praktek, ITS November, Surabaya
Tjokrodimulyo, 1992,Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta Unit Laboratorium Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Riau, 2011, Pedoman Praktikum
Teknologi Bahan dan Beton.