• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM DAN ETIK DALAM PELAYANAN GERIATRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM DAN ETIK DALAM PELAYANAN GERIATRI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM DAN ETIK

DALAM PELAYANAN GERIATRI

(2)

Pendahuluan

Etika sangat penting dalam perawatan

geriatri

Ethics a fundamental part of geriatrics.

While it is central to the practice of

medicine itself, the dependent nature of

(3)

Dilematis!!! penting!!!!!

Apakah pengobatan diteruskan atau

dihentikan

Apakah perlu tindakan resusitasi

Apakah makanan perinfus tetap diberikan

pada kondisi penderita yang sudah jelas

akan meninggal?

(4)

Prinsip Etika Pelayanan pada Lansia

Empathy

Non-maleficence and beneficence

Otonomi

Keadilan

(5)

Prinsip etika pelayanan kesehatan

pada lansia

Empati

memandang seorang lansia yang

sakit dengan pengertian, kasih sayang dan

memahami rasa penderitaan yang dialami

oleh penderita tersebut

(6)

Prinsip etika pelayanan kesehatan

pada lansia

Yang harus dan yang “jangan” (non

-malefience and beneficence)

Perawatan gerirtari

mengerjakan yang baik

untuk penderita dan harus menghindari

tindakan untuk menambah penderitaan (harm)

bagi penderita

Adagium primum non nocere

yang penting

jangan membuat seseorang menderita

(7)

Prinsip etika pelayanan kesehatan

pada lansia

Otonomi

seseorang individu

mempunyai hak untuk menentukkan

nasibnya dan mengemukakan keinginannya

sendiri.

Prinsip otonomi berupaya untuk melindungi

penderita yang fungsional masih kapabel

Aspek penting

memakai prinsip

(8)

Prinsip etika pelayanan kesehatan

pada lansia

Keadilan

memberikan pelayanan atau

perawatan yang sama bagi semua

penderita

Kesungguhan hati

prinsip untuk

(9)

Aspek etika pada pelayanan geriatri

berdasarkan pada prinsip otonomi :

Penderita harus ikut berpartisipasi dalam proses

pengambilan keputusan dan pembuatan

keputusan. Pengambilan keputusan

bersifat

sukarela

Penderita harus mendapatkan penjelasan cukup

tentang tindakan atau keputusan yang akan

diambil secara lengkap dan jelas

Keputusan yang diambil hanya dianggap sah bila

penderita secara mental kapabel

(10)

Informed Consent

Penderita berhak menolak tindakan medis

yang disarankan oleh dokter/perawat, tetapi

tidak berarti boleh memilih tindakan, apabila

berdasarkan pertimbangan dokter yang

bersangkutan tindakan yang dipilih tersebut

(11)

Kapasitas untuk mengambil

Keputusan

Aspek hukum dan etik yang sangat rumit

Penilaian kapasitas pengambilan keputusan

penderita haruslah dari kapasitas fungsional bukan

atas label diagnosis :

◦ Apakah penderita bisa buat/tunjukkan keinginan secara benar?

◦ Dapatkah penderita memberikan alasan tentang pilihan yang dibuat?

◦ Apakah alasan penderita tersebut rasional (artinya setelah penderita mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar)

◦ Apakah penderita mengerti implikasi bagidirinya?

(12)

Pendekatan fungsional tersebut memang

sukar karena seringkali terdapat fungsi yang

baik dari 1 aspek, tetapi fungsi yang lain

sudah tidak baik

Pertimbangan pada lansia

gangguan

komunikasi akibat menurunnya

(13)

Prinsip Etika dibatasi

Oleh realitas klinik adanya gangguan

proses pengambilan keputusan

Pada kasus berat

keputusan dialihkan

kepada wali hukum atau wali keluarga

(istri/anak (de facto)/pengacara (de jure)

(14)

Arahan Keinginan penderita

(advance directives)

Ucapan atau keinginan penderita yang

diucapkan pada saat penderita masih dalam

keadaan kapasitas fungsional yang baik.

Arahan ini sebaiknya direkam atau dicatat.

Kalaupun tidak dicatat

yg penting ada

saksi

Testamen Kematian (living will)

pernyataan penderita saat masih kapabel

didepan pengacara atau notaris dapat

(15)

Life Sustaining Device ( Pemberian

peralatan perpanjangan hidup)

Contoh : ventilator atau RJP

Pada penedrita dewasa muda

diharapkan

hidup penderita masih lama bila ditolong

Lansia

dianggap tindakan yang kejam

if

(futile treatment)

Kekejaman fisiologik

bila terapi/tindakan yang

diberikan tidak akan memberikan perbaikan

(plausible effect)

Kekejaman kuantitatif

tindakan atau terapi

terapi tidak ada gunanya

(16)

Tindakan ini seringkali menimbulkan

tanggapan emsoional dari keluarga,

penghentian peralatan perpanjangan hidup

harus diberikan pertimbangan yang sama

Dokter harus menjelaskan hal ini kepada

keluarga penderita dan memberikan

(17)

Perumatan Penderita terminal dan

Hospis

Penderita yang secara medik didiagnosa dalam

keadaan teminal tidak terbatas hanya pada

penderita lanjut usia, akan tetapi tidak bisa

dipungkiri bahwa sebagian besar merupakan

penderita lanjut usia

Perawatan Hospis atau perawatan bagi

penderita terminal atau menuju kematian

(18)

Lanjutan

Bagi penderita yang keadaannya tidak

sadar/koma dalam, semua fungsi organ sudah

jelas tidak bisa membaik dengan berbagai

pengobatan, nafas agonal dan keadaan yang

jelas ”tidak memberi harapan”, mas

alahnya

mungkin tidak begitu sulit.

Akan tetapi pada penderita yang masih sadar

(19)

Pada penderita ini (misalnya dengan

diagnosis karsinoma metastasis lanjut),

beberapa hal perlu ditimbangkan :

Apakah penderita perlu diberitahu

Kalau jelas-jelas semua tindakan

(20)

ASPEK HUKUM DAN ETIKA

 Produk hukum tentang Lanjut Usia dan penerapannya

disuatu negara merupakan gambaran sampai berapa jauh perhatian negara terhadap para Lanjut Usianya.

Baru sejak tahun 1965 di indonesia diletakkan landasan

hukum, yaitu Undang-Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Bantuan bagi Orang Jompo.

 Bila dibandingkan dengan keadaan di negara maju, di

(21)

Perawatan Lansia di Dunia

Di Australia, misalnya, telah diundangkan Aged

Person Home Act (1954), Home Nursing

Subsidy Act (1956), The Home and Community

Care Program (1985), Bureau for the Aged

(1986), Outcome Standards of Residential Care

(1992), Charter for Resident’s Right (1992),

(22)

Perawatan Lansia Dunia

 Di Amerika Serikat di undangkan Social Security Act

yang meliputi older American Act (Title III), Medicaid (Title VII), Medicare (Title XIX, 1965), Social Service

block Plan (Title XX) dan Supplemental Security Income (Title XVI). Selanjutnya diterbitkan Tax Equity and Fiscal Responsibility Act (1982), Omnibus Budget

(23)

Berbagai nproduk hokum dan perundang-undangan yang langsung mengenai Lanjut Usia atau yang tidak langsung terkai dengan kesejahteraan Lanjut Usia telah diterbitkan sejak 1965. beberapa di antaranya adalah :

 Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang Jompo (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 2747).

 Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.

 Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

 Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.

 Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.

 Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.

 Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

 Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

 Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.]

 Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

 Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.

 Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

 Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan.

(24)

Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 ini

berisikan antara lain :

◦ Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan.

◦ Upaya pemberdayaan.

◦ Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak potensial.

◦ Pelayanan terhadap Lanjut Usia.

◦ Perlindungan sosial.

◦ Bantuan sosial.

◦ Koordinasi.

◦ Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.

(25)

Permasalahan

Produk Hukum

◦ Walaupun telah diterbitkan dalam jumlah banyak, belum semua produk hokum dan perundang-undangan mempunyai Peraturan Pelakisanaan.

◦ Begitu pula, belum diterbirkan Peraturan Daerah, Petunjuk Pelaksanaan serta Ptunjuk Teknisnya, sehingga penerapannya di lapangan sering menimbulkan permasalahan.

◦ Undang-undang terakhir yang diterbitkan yaitu Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, baru mengatur kesejahteraan sosial Lanjut Usia, sehingga perlu dipertimbangkan diterbitkannya

(26)

Permasalahan

Keterbatasan prasarana

◦ Prasarana pelayanan terhadap Lanjut Usia yang terbatas di tingkat masyarakat, pelayanan tingkat dasar, pelayanan rujuikan tingkat I dan tingkat II, sering menimbulkanpermasalahan bagi para Lanjut Usia.

◦ Demikian pula, lembaga sosial masyarakat dan ortganisasi sosial dan kemsyarakatan lainnya yang menaruh minat pada

permasalahan ini terbatas jumlahnya.

◦ Hal ini mengakibatkan para Lanjut Usia tak dapat diberi

(27)

Permasalahan

Keterbatasan sumberdaya Manusia

Terbatasntya kuantitas dan kualitas tenaga

yang dapat memberi pelayanan serta

perawatan kepada Lanjut Usia secara bermutu

dan berkelanjutan mengakibatkan

(28)

Permasalahan

Hubungan Lanjut Usia dengan Keluarga

Menurut Mary Ann Christ, et al. (1993),

berbagai isu hukum dan etika yang sering

terjadi pada hubungan Lanjut Usia dengan

keluarganya adalah :

 Pelecehan dan ditentarkan (abuse and neglect)

 Tindak kejahatan (crime)

 Pelayanan perlindungan (protective services)

 Persetujuan tertulis (informed consent)

(29)

Pelecehan dan ditentarkan (abuse

and neglect)

 Pelecehan dan ditelantarkan merupakan keadaan atau

tindakan yang menempatkan seseorang dalam situasi kacau, baik mencakup status kesehatan, pelayanan kesehatan, pribadi, hak memutuskan, kepemilikan maupun pendapatannya.

 Pelaku pelecehan dapat dari pasangan hidup, anak lelaki

atau perempuan bila pasangan hidupnya telah meninggal dunia atau orang lain.

Pelecehan atau ditelantarkan dapat berlangsung lama

(30)

Penyebab pelecehan menurut International

Institute on Agening (INIA, United Ntions-Malta,

1996) adalah :

 Beban orang yang merawat Lanjut usia tersebut sudah terlalu berat.

 Kelainan kepribadian dan perilaku Lanjut usia atau keluarganya.

 Lanjut Usia yang diasingkan oleh keluarganya.

 Penyalahgunaan narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya.

 Faktor lainnya yang terdapat di keluarga seperti :

 Perlakuan salah terhadap Lanjut Usia.

 Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat Lanjut Usia.

 Konflik lama di antara Lanjut Usia dengan keluarganya.

 Perilaku psikopat dari Lanjut Usia dan atau keluarganya.

 Tidak adannya dukungan masyarakat.

 Keluarga mengalami kehilangan pekerjaan/pemutusan hubungan kerja.

(31)

Gejala yang terlihat pada pelecehan atau

ditelantarkan antara lain :

 Gejala fisik berupa memar, patah tulang yang tidak jelas sebabnya, higiena jelek, malnutrisi dan adanya bukti

melakukan pengobatan yang tidak benar.

 Kelainan perilaku berupa rasa ketakutan yang berlebihan menjadi penurut atau tergantung, menyalahkan diri,

menolak bila akan disentuh orang yang melecehkan,

memperlihatkan tanda bahwa miliknya akan diambil orang lain dan adanya kekurangan biaya transpor, biaya berobat atau biaya memperbaikik rumahnya.

(32)

Jenis pelecehan dan ditelantarkan adalah :

 Pelecehan fisik atau menelantarkan fisik.

 Pelecehan psikis atau melalui tutur kata.

 Pelanggaran hak.

 Pengusiran.

 Pelecehan di bidang materi atau keuangan.

(33)

Upaya pencegahan terhadap terjadinya

kelantaran pasif (passive neglect) dan

keterlantaran aktif (active neglect) pada lanjut

Usia dapat dekelompokan sebagai berikut :

 Teryhadap keterlantaran pasif atau tak disengaja:

 Mendapatkan orang yang di[ercaya untuk melakukan tindakan hukum atau melakukan transaksi keuangan.

 Mengusahakan bantuan hukum dari seorang pengacara.

 Terhadap keterlantaran aktif atau tindak pelecehan:

Mengusahakan agar Lanjut Usia tidak terisolir.

Anggota keluarga tetap dekat dan

memperhatikan Lanjut Usia selalu mendapatkan

informasi baik tentang keadaan fisi, emosi,

(34)

 Orang yang merawat lanjut Usia menyadari

keterbatasannya tidak ragu-ragu mencari pertolongan atau melimpahkan tanggung jawaabnya kepada fasilitas yang lebih mampu, manakala mereka tidak sanggup lagi merawatnya.

 Masyarakat mengemban sistem pengamatan terhadap

tindak pelecehan kepada Lanjut Usia (neighbourhood watch).

Melaksanakan program pelatihan tentang perawatan

(35)

Tindak intervensi bila telah terjadi tindak

pelecehan terhadap Lanjut Usia adalah

sebagai berikut :

 Memberikan dukungan kepada korban pelecehan.

 Lanjut Usia di rumah dan panti Tresna Wredha berhak menolak tindakan intervensi tertentu.

 Melatih keluarga untuk melaksanakan tindakan pelayanan tertentu.

 Memberikan pertolongan dan pengobatan kepada orang yang melecehakan Lanjut Usia tersebut.

(36)

Tindak kejahatan (crime)

 Lanjut usia pada umumnya lebih takut terhadap tindak kejahatan bila dibandingakan dengan

ketakutan terhadap penyalit dan pendapatan yang berkurang. Kerugian yang diderita oleh mereka tidak melebihi penderitaan yang dialami oleh kaum muda. Hanya akibat yang ditimbulkan pada Lanjut Usia

(37)

 Faktor yang mempengaruhi tindak kejahatan berupa

factor fisik, keuangan dan kedaan lingkungan di sekitar Lanjut Usia tersebut.

Jenis tindak kejahatan adalah:

◦ Penodongan.

◦ Pencurian dan perampokan.

◦ Penjambretan.

◦ Perkosaan.

◦ Penipuan dalam pengobatan penyakit.

(38)

Pelayanan perlindungan (protective

services)

 Pelayanan perlindungan adalah pelayanan yang dibeikan kepada para Lanjut Usia yang tidak mempu melindungi dirinya

terhadap kerugian yang terjadi akibat mereka tidak dapat merawat diri mereka sendiri atau dalam melakukan kiegiatan sehari-hari.

 Pelayanan perlindungan bertujuan memberikan perlindungan kepada para Lanjut Usia, agar kerugian yang terjadi ditekan seminimal mungkin. Pelayanan yang diberikan akan

(39)

Persetujuan tertulis (Informed consent).

 Persetujuan tertulis merupakan suatu persetujuan yang diberikan sebelum prosedur atau pengobatan diberikan kepada seorang lanjut usia atau penghuni panti.

 Syarat yang diperlukan bila seorang lanjut usia

memberikan persetujuan ialah ia masih kompeten dan telah mendapatkan informasi tentang manfaat dan risiko dari suatu prosedur atau pengobatan tertentu yan g diberikan kepadanya.

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Mengambil informasi dari isi teks sederhana untuk melengkapi tabel Disajikan teks sederhana / bacaan pendek berisi data (hasil pertanian di suatu desa; data siswa disuatu sekolah;

Keluarga yang berfungsi buruk karena pengabaian dan kesibukan orangtua sehingga anak dibekali dengan gadget untuk bermain sehingga tenang dan hal tersebut membuat kemampuan anak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan interaksi sosial teman sebaya dengan pengambilan keputusan karier pada remaja..

Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang Pra Produksi , Produksi , dan Pasca Produksi dalam Mekanisme kerja di

Kaburnya gambar akan masa depan remaja pada perode ini misalnya ketika penulis menanyakan pilihan sekolah yang akan dipilihs etelah lulus pada beberapa siswa kelas

Jika 2 t it ik let is mempunyai parit as yang sama maka sesuai sif at penj umlahan maka dapat dipast ikan kedua t it ik let is memiliki j arak mendat ar dan j arak vert

...,.... LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU. SMA

Sebuah segienam berat uran dan sebuah segit iga sama sisi mempunyai keliling yang sama.. Dua buah dadu dilemparkan