• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KETERLAMBATAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAKDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KETERLAMBATAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAKDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA

DENGANKETERLAMBATAN BICARA DAN BAHASA

PADA ANAKDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

SANGLAH DENPASAR

I GUSTI AYU DIAH KUMARA DEWI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA

DENGAN KETERLAMBATAN BICARA DAN

BAHASA PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT SANGLAH DENPASAR

I GUSTI AYU DIAH KUMARA DEWI NIM. 1114058103

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(3)

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA

DENGAN KETERLAMBATAN BICARA DAN

BAHASA PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT SANGLAH DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GUSTI AYU DIAH KUMARA DEWI NIM. 1114058103

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 28 MARET 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, SpA(K) NIP. 196912091999032001

Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih M.Sc, SpGK NIP. 195805211985031002

Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, SpS(K) NIP. 195902151985102001

(5)

TESIS INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 28 Maret 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 1222/UN.14.4/HK/2016

Tertanggal 23 Maret 2016

Ketua : Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp. A(K) Anggota :

1. dr. I Gusti Ayu Endah Ardjana, Sp.KJ(K) 2. dr. Wayan Westa, Sp.KJ(K)

(6)
(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankan penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-Nya maka tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini adalah tugas akhir pendidikan sebagai persyaratan memperoleh gelar Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa pada Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

(8)

Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Kepala Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ dan dr. I Nyoman Ratep, Sp.KJ (K) selaku kepala Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah periode sebelumnya sekaligus sebagai pembimbing akademis penulis, dr. I Wayan Westa, Sp.KJ(K), Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, selaku pembimbing akademik penulis selama pendidikan PPDS 1 Ilmu Kedokteran Jiwa dan dr. Nyoman Hanati, Sp.KJ(K) selaku Ketua Program Studi periode sebelumnya,atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Dokter Spesialis I Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua TKP PPDS I FK UNUD/ RSUP Sanglah,dr. Nyoman Semadi, Sp. BTKV atas segala dorongan, bimbingan dan saran yang sangat berarti bagi penulis selama mengikuti pendidikan ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp. A(K) sebagai pembimbing pertama dan dr. I Gusti Ayu Endah Ardjana, Sp.KJ(K), sebagai pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti pendidikan, khususnya dalam menyelesaikan tesis ini.

(9)

Jaya Lesmana, Sp.KJ(K) dan Dr. dr. I Made Muliarta, M.Kes yang telah membantu dorongan semangat, saran, dan koreksi dari tahap praproposal, ujian proposal, seminar hasil penelitian, hingga ujian akhir tesis.

Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh supervisor di Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/ RSUP Sanglah, dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ, dr. I Wayan Westa, Sp.KJ(K), dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ, dr. Alit Aryani, Sp.KJ, dr. Nyoman Hanati, Sp.KJ(K), dr. IGusti Ayu Endah Ardjana, SpKJ(K), dr. I Nyoman Ratep, Sp.KJ(K), dr. Lely Setyawati, Sp.KJ(K), Dr.dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ, dr. I A Kusuma Wardani, Sp.KJ, MARS, dr. IGusti Ayu Indah Ardani, Sp.KJ, dr. Putri Ariani, Sp.KJyang telah memberikan segala arahan, dorongan, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti pendidikan ini.

Ungkapan terima kasih yang sebesar- besarnya penulis sampaikan kepada dr. I Made Wedastra, Sp.KJ, M.Biomedyang telah memberikan bimbingan selama pengerjaan penulisan penelitian ini serta terima kasih kepada dr. Fatimah yang sudah meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam menskrining sampel.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada dr. I Gusti Ngurah Sugitha Adnyana, Sp.A dan Kepala Poliklinik Anak yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini serta kepada pasien-pasien yang terpilih sebagai sampel atas bantuan dan kerjasamanya selama melaksanakan penelitian ini.

(10)

kakak I Gusti Putu Ari Pramesti, Psi, suami dr. Sunanto, kedua buah hati tercinta Rafi Arya Saputra dan Naufal Arya Dharmaputera atas segala pengorbanan, dukungan moril dan materiil.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, tesis ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan pada tulisan berikutnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat-Nya pada semua yang terlibat dalam penyelesaian tesis ini dan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, 28 Maret 2016

(11)

ABSTRAK

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGANKETERLAMBATAN BICARA

DAN BAHASA PADA ANAK DI

`RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

Latar Belakang. Keterlambatan bicara dan bahasa pada anak adalah keluhan utama yang sering dikeluhkan orang tua kepada dokter dan keluhan ini meningkat pesat. Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan dan keluarga). Keluarga yang dapat memenuhi semua fungsi dasar keluarga mempunya pembagian tugas yang jelas, serta tanggung jawab yang baik merupakan keluarga yang berfungsi dengan efektif.

Tujuan. Mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

Metode. Desain penelitian studi analitik observasional dengan rancangan cross-sectionalstudy, pengambilan sampel dilakukan dengan metodesystematic random samplingpurposive sampling yang dilakukan di Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar dengan sampel seluruh anak usia 1-3 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 60 orang pada bulan Januari- Februari 2016. Alat skrining keterlambatan bicara dan bahasa menggunakan caput scale(CAT/CLAMPS) dan fungsi keluarga menggunakan family assessment device (FAD).

Hasil. Pada fungsi keluarga buruk terdapat 22 anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa dan 6 anak normal, sementara pada fungsi keluarga baik didapatkan 4 anak mengalami keterlambatan bicara dan bahasa dan 28 anak normal. Hubungan yang signifikan didapatkan pada fungsi komunikasi (OR 35,778; 95%IK=8,050-159,008, P=0,000) dan pengendalian tingkah laku (OR 25,667; 95%IK=6,438-102,319, P=0,000).

Simpulan. Fungsi keluarga berhubungan dengan keterlambatan bicara dan bahasa anak pada fungsi komunikasi dan pengendalian tingkah laku.

(12)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN FAMILY FUNCTION AND SPEECH AND LANGUAGE DELAY AMONG

PEDIATRIC PATIENTS OF DEPARTMENT SANGLAH GENERAL HOSPITAL AT DENPASAR

Background. Speech and language delay have been the main complaints presented by parents to the physicians and their occurrence have been increasing lately. Children’s language and speech ability is affected by intrinsic (from the children themselves) and extrinsic (from the environment and family) factors. A family with a capacity to meet its basic needs, a well-defined job description among family members, and a sufficient role responsibility is considered to be functionally effective.

Aim. To determine the correlation of family function and the speech and language delay in children.

Methods. The research was an observational analytic study with cross-sectionaldesign. Sampling was conducted by systematic random samplingpurposive sampling method on children 1-3 years old at Pediatric out-patient department Sanglah General Hospital who met inclusion and exclusion criteria. Sample size was 60. Speech and language delay were examined with caput scale (CAT/CLAMPS) and family function examined were examined by family assessment device.

Results. Among subjects with poor family function, a number of 22 children were suspected to experience speech and language delay and 6 normal, while among subjects with good family function these numbers were 4 and 28, respectively. There was a significant result shown in the domain of communication (OR 35,778; 95%CI=8,050-159,008, P=0,000) and behavioral control (OR 25,667; 95%CI=6,438-102,319, P=0,000).

Conclusion. Correlation was found between family function and speech and language delay as shown in the domain of communicative function and behavioral control.

(13)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... 2

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... 4

UCAPAN TERIMA KASIH ... 5

ABSTRAK ... 9

DAFTAR ISI ... 11

DAFTAR GAMBAR ... 14

DAFTAR TABEL ... 15

DAFTAR SINGKATAN ... 16

DAFTAR LAMPIRAN ... 17 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan masalah... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.1 Tujuan umum ... Error! Bookmark not defined. 1.3.2 Tujuan khusus ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(14)

2.1.1 Etiologi keterlambatan bicara dan bahasa ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2. Faktor risiko keterlambatan bicara pada anak .... Error! Bookmark not defined.

2.2 Fungsi keluarga ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengertian fungsi keluarga ... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Faktor-faktor terkait fungsi keluarga.. Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Dimensi McMaster Model of Family Functioning (MMFF) ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Keluarga dengan anak terlambat bicara dan bahasa ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Family Assessment Device (FAD) ... Error! Bookmark not defined. 2.5 Caput Scale ... Error! Bookmark not defined. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP ... Error! Bookmark not defined.

(15)

4.3.5 Teknik pengambilan sampel... Error! Bookmark not defined. 4.4 Variabel penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.5 Definisi operasional variabel... Error! Bookmark not defined. 4.6 Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined. 4.7 Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.8 Analisis data ... Error! Bookmark not defined. BAB V HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1. Data responden ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Hubungan faktor risiko dengan keterlambatan bicara dan bahasa ... Error! Bookmark not defined.

5.3. Hubungan subskala fungsi keluarga dengan gangguan bicara dan bahasa Error! Bookmark not defined.

BAB VI PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 6.1 Data deskriptif subyek penelitian ... Error! Bookmark not defined. 6.2. Hubungan faktor risiko dengan keterlambatan bicara dan bahasa ... Error! Bookmark not defined.

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan bicara dan bahasa ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2.2 Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan bicara dan bahasa

... Error! Bookmark not defined. Tabel 5.1. Karakteristik subyek ... Error! Bookmark not defined. Tabel 5.2. Subskala fungsi keluarga ... Error! Bookmark not defined. Tabel 5.3. Analisis hubungan faktor risiko dengan keterlambatan bicara dan

... Error! Bookmark not defined. bahasa ... Error! Bookmark not defined. Tabel 5.4. Analisis hubungan subskala fungsi keluarga dengan keterlambatan

(19)

DAFTAR SINGKATAN

Cognitive adaptive test/clinical linguistic auditory milestone

scale

Dan Kawan Kawan

Early Milestone Scale -2 Fakultas Kedokteran

MMFF The McMaster of Family Functioning

PPDGJ RM RSUP UMR UNUD

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Retardasi Mental

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Etichal Clearance ...65 Lampiran 2 Surat Ijin ...66 Lampiran 3 Formulir Persetujuan Tertulis Setelah Penjelasan (Informed

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak dalam perkembangannya dapat berkembang normal atau mengalami gangguan dalam tumbuh kembang. Keterlambatan bicaradan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara dan bahasa adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat (Sunanik, 2013). Penelitian di Kanada mendapatkan angka 3% sampai 10% sedangkan penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2001-2002 mendapatkan hasil prevalensgangguan bicara sekitar 3,8% pada anak usia 6 tahun dengan angka paling tinggi pada anak yang lebih muda. Gangguan berbahasa pada anak taman kanak kanak sekitar 7,4%. Anak usia sekolah dasar dengan gangguan bicara akan mengalami gangguan membaca sekitar 5% (Korbin JE, 2008).

Departemen Rehabilitasi Medis RSCM tahun 2006 mendapatkan data dari 1125 pasien anak yang berkunjung didapatkan 13 %pasien anak yangmengalami keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun dilaporkan pada rentang 2,3%-19%(Jane & Tunjungsari, 2015). Gangguan bicara dan berbahasa yang berat pada anak akan berakibat buruk untuk jangka pendek dan jangka panjang ke depannya dalam hal prestasi sekolah. Anak dengan masalah keterlambatan bicara dan bahasa usia 2,5-5 tahun meningkatkan kemungkinan

(22)

sulit membaca pada usia sekolah dasar dan meningkatkan insidens gangguan pehatian dan sosial di masa dewasa ( Maura, 2011).

Laporan di Poliklinik Tumbuh Kembang RS Dr. Sarjito, Yogyakarta menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 2,3%-24,6%. Keterlambatan bicara pada anaksekolah di Indonesia adalah antara 5%–10% (Suparmiati dkk, 2013). Penelitian di tempat penitipan anak Werdhi Kumara I Denpasar dengan menggunakan Early Languange Milestone Scale-2 mendapatkan prevalens keterlambatan bicara sebesar 8,6%(Beyeng dkk, 2012). Pada penelitian keterlambatan perkembangan global yang dilakukan di Poliklinik anak di RSUP Sanglah didapatkan 24% anak mengalami keterlambatan bicara (Melati dkk, 2012).

(23)

Capute scales adalah salah satu alat skrining yang dapat menilai secara akurat aspek-aspek perkembangan utama termasuk komponen bahasa dan visual-motor pada anak usia 1-36 bulan. Capute scales terdiri dari pemeriksaan CAT (Cognitive Adaptive Test) dan CLAMPS (Clinical Linguistic Auditory Milestone Scale) telah digunakan secara luas untuk clinical assessment oleh neurodevelopmental pediatricians dan dengan latihan yang singkat alat ini dapat dikerjakan dengan baik ditingkat pelayanan primer (Dhamayanti dkk, 2009).

Kemahiran dalam bahasadan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan).Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejaklahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibatdalam kemampuan bahasa dan berbicara. Faktor ekstrinsik dapat berupa stimulus yang adadi sekeliling anak, misalnya perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak (Hartanto dkk, 2011).

Keluarga dapat sebagai faktor risiko terjadinya keterlambatan bicara dan bahasa serta dapat juga sebagai pendukung keberhasilan terapi pada anak dengan keterlambatan bicara. Keluarga yang dapat memenuhi semua fungsi dasar keluarga mempunya pembagian tugas yang jelas, tanggung jawab serta peran yang baik maka dapat dikatakan keluarga berfungsi dengan efektif. (Sanchez dkk, 2011).

(24)

responsivitas afektif, keterlibatan afektif, kontrol prilaku, dan fungsi umum (Mansfield dkk, 2015).

Family Assessment Device (FAD) merupakan self reportinstrument yang mudah diaplikasikan dalam mengukur fungsi keluarga. Instrumen tsb menilai persepsi pasien (orangtua) mengenai kemampuan keluarga dalam hal pemecahan masalah, komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif, dan pengendalian tingkah laku (Mansfield dkk, 2015).

Pada penelitian keterlambatan bicara yang dilakukan di Jakarta Timur oleh Hartanto dkk (2009), didapatkan adanya hubungan antara bentuk keluarga dengan status perkembangan, angka kejadian status perkembangan tidak normal pada subyek dengan tipe keluarga inti. Pada keluarga dengan bentuk keluarga majemuk atau extended jumlah anggota keluarga umumnya lebih banyak sehingga stimulasi terhadap subyek lebih banyak.

Kedua orangtua yang bekerja berisiko lebih besar menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan, hal ini disebabkan perhatian keluarga menjadi berkurang sehingga stimulasi juga berkurang (Windiani dkk, 2010).

(25)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan fungsi keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasapada anak di RSUP Sanglah?

2. Adakah hubungan pemecahan masalah dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

3. Adakahhubungan komunikasi dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

4. Adakahhubungan peran dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

5. Adakah hubungan respon afektif dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

6. Adakah hubungan keterlibatan afektif dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

7. Adakah hubungan pengendalian tingkah laku dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

(26)

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui hubungan pemecahan masalah dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

2. Mengetahui hubungan komunikasi dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

3. Mengetahui hubungan peran dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

4. Mengetahui hubungan respon afektif dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

5. Mengetahui hubungan keterlibatan afektif dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

6. Mengetahui hubungan pengendalian tingkah laku dalam keluarga dengan keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Memberikan kontribusi untuk berkembanganya ilmu pengetahuan, khususnyadalam bidang ilmu kedokteran jiwa dan anak.

1.4.2 Manfaat praktis Manfaat penelitian ini adalah:

(27)

2. Bagi orang tua, dapat mendeteksi keterlambatan bicara dan bahasa pada anaknya secara dini.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keterlambatan bicara dan bahasa

Bicara adalah produksi verbal bahasa, sedangkan bahasa adalah pengolahan konseptual komunikasi. Kemampuan terdiri atas bahasa reseptif (pemahaman) dan bahasa ekspresif (kemampuan untuk menyampaikan informasi, perasaan, pikiran, dan ide-ide). Bahasa umumnya dianggap dalam bentuk lisan, tetapi juga dapat mencakup bentuk visual, seperti American Sign Language(McLaughlin, 2011).

Beberapa terminologi penting keterlambatan bicara dan bahasa yang perlu untuk dipahami, antara lain (Schum, 2007):

1. Bicara merupakan produksi suara untuk berkomunikasi.

2. Bahasa merupakan kemampuan berkomunikasi yang terdiri dari empat domain yaitu semantik (memberikan makna terhadap kata), sintaks (menggabungkan kata menjadi kalimat), fonologi (menggabungkan suara dari bahasa), dan pragmatik (penggunaan sosial dari bahasa).

3. Bahasa reseptif merupakan kemampuan pembicaraan terhadap orang lain. 4. Bahasa ekspresif merupakan kemampuan berbicara atau mengeluarkan kata

dan kalimat.

American Academy of Pediatricsmerekomendasikan agar melakukan

surveilans perkembangan pada setiap kontrol anak sehat dan melakukan skriningperkembangan pada anak yang kontrol pada usia 9, 18, dan 30 bulan atau pada anak-anak yang dicurigai memiliki keterlambatan atau kelainan

(29)

perkembangan(yang ditemui saat surveilans perkembangan) (Dhamayanti dkk, 2009).

Bayi saat lahir membuat suara-suara, seperti menangis, tetapi mereka tidak dapat berbicara sampai umur 8 minggu. Bayi membuat respon terhadap ibunya dengan membuatsuara pekak dan ocehan secara spontan. Perkembangan yang terus menerus di kemudian hari pada vokalisasi anak tergantung pada dorongan orang tua(Sadock dkk, 2015).

Mekanisme produksi bicara terdiri atas empat proses (Shetty, 2012):

1. Pemrosesan bahasa: dimana isi dari sebuah ucapan diubah menjadi simbol fonem di pusat bahasa otak.

2. Pembangkitan perintah motorik menuju organ-organ vokal di pusat motorik otak.

3. Gerakan artikulatoris untuk produksi bicara oleh organ vokal perintah motorik tersebut.

4. Emisi udara yang dikirim dari paru-paru dalam bentuk bicara.

(30)

Studi faktor risiko untuk keterlambatan bicara dan bahasa menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sehingga The US Preventive Services Task Force tidak dapat mengembangkan daftar faktor risiko tertentu untuk memandu dokter perawatan primer dalam penyaringan selektif. Faktor risiko yang paling konsisten dilaporkan adalah riwayat keluarga bicara dan keterlambatan bahasa, jenis kelamin laki-laki, prematuritas, dan berat lahir rendah. Faktor risiko lain yang dilaporkan kurang konsisten termasuk tingkat pendidikan orang tua, penyakit masa kanak-kanak, urutan kelahiran terlambat, dan keluarga besar (McLaughlin, 2011).

(31)

Tabel 2.1Perkembangan bicara dan bahasa

Umur Perkembangan bicara dan bahasa

1 Tahun  Mengenali nama sendiri

 Mengikuti perintah sederhana yang disertai bahasa tubuh (misalnya mengucapkan“bye-bye”)

 Mencampuradukkan kata-kata dan suara-suara jargon

 Menggunakan Bahasa tubuh yang komunikatif (misalnya menunjukkan sesuatu, menunjuk)

2 Tahun  Menggunakan hingga 300 kata

 Menggunakan frase yang terdiri atas dua kata atau lebih

 Menggunakan beberapa kata depan (misalnya di dalam, di atas), kata ganti (misalnya kamu, aku), akhiran kata, tetapi tidak selalu dengan benar.  Menikmati bermain dengan mainan yang dapat digunakan untuk bercerita 3 Tahun  Menggunakan hingga 1000 kata

 Menyusun kalimat yang terdiri dari tiga hingga empat kata, biasanya dengan subjek dan predikat tetapi dengan struktur yang sederhana

 Mengikuti perintah yang diberikan dalam dua langkah  Mengulangi klimt dengan lima hingga tujuh suku kata  Bicara biasanya bisa dipahami oleh anggota keluarga 4 Tahun  Menggunakan hingga 1600 kata

 Dapat mengulang kembali cerita dan kejadian-kejadian dari masa lalu yang belum lama terjadi

 Memahami sebagian besar pertanyaan tentang lingkungan di sekitarnya  Menggunakan kata penghubung (misalnya kalau, tetapi, karena)  Bicara biasanya dipahami oleh orang asing

5 Tahun  Menggunakan hingga 2300 kata  Dapat mendiskusikan perasaan

 Memahami sebagian besar kata depan yang berhubungan dengan tempat dan waktu

 Mengikuti perintah yang diberikan dalam tiga langkah  Menulis nama sendiri

6 Tahun

8 Tahun

 Mendefinisikan kata-kata berdasarkan fungsi dan hal-hal yang terkait dengannya

 Menggunakan berbagai kalimat kompleks yang terbentuk dengan baik  Menggunakan semua bagian dari pembicaraan (misalnya kata kerja, kata

benda, kata keterangan, kata sifat, kata penghubung, kata depan)  Memahami suara-huruf yang berhubungan dalam bacaan  Membaca buku sederhana untuk kesenangan

 Menikmati teka-teki dan gurauan

 Dengan segera dapat melakukan verbalisasi ide dan masalah

 Memahami perintah tidak langsung (misalnya “Di sini panas” dipahami

sebagai permintaan untuk membuka jendela

 Memproduksi semua suara bunyi dengan cara seperti dewasa

(32)

Kriteria diagnosis gangguan berbahasa berdasarkan DSM-5 adalah :

A. Kesulitan yang menetap untuk memperoleh dan menggunakan bahasa pada berbagai modalitas (misalnya secara wicara, tertulis, bahasa isyarat, atau lainnya) karena adanya kekurangan dalam pemahaman atau produksi yang meliputi sebagai berikut:

1. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata)

2. Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk menyusun kata dan akhiran kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat berdasarkan aturan tata bahasa dan morfologi)

3. Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk menggunakan kosakata dan menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu topik atau serangkaian kejadian atau untuk melakukan percakapan)

B. Kemampuan berbahasa secara bermakna dan terukur berada di bawah yang diharapkan untuk usia yang sesuai, menyebabkan keterbatasan fungsional pada komunikasi efektif, partisipasi social, pencapaian akademik, atau performa dalam pekerjaan, secara individual atau dalam kombinasi.

C. Awitan gejala adalah pada periode perkembangan awal

(33)

(gangguan perkembangan intelektual) atau penundaan perkembangan global.

2.1.1 Etiologi keterlambatan bicara dan bahasa

Penyebab keterlambatan bicara sangat banyak dan bervariasi. Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat. Penyebab keterlambatan bicara bisa terjadi gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otot atau organ pembuat suara. Beberapa penyebab utama keterlambatan bicara diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional termasuk gangguan yang paling ringan dan saat usia tertentu akan membaik. Penyebab lain yang relatif jarang adalah kelainan organ bicara, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, afasia reseptif, dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan bisa disebabkan lingkungan sepi, dua bahasa, status ekonomi sosial, teknik pengajaran salah, sikap orangtua (Judarwanto, 2013).

Estimasi prevalens psikososial yang relevan secara klinis terlibat dalam gangguan bicara-bahasa pada anak-anak dilaporkan sebagai komorbiditas sebesar 50%. Indikasi keterlibatan psikososial tersering mencakup gejala yang berhubungan dengan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan perilaku

(seperti attention-deficit/hyperactivity disorder [ADHD], conduct disorder,

oppositional defiant disorder). Pada anak yang terdiagnosis dengan gangguan

psikiatri, ditemukan prevalens kejadian gangguan bicara-bahasa berkisar 40%

hingga 80%. Keterkaitan yang umum dilaporkan pada gangguan pemusatan

(34)

dari anak dengan ADHD tidak terdiagnosis dengan defisit bahasa. Datagangguan

psikiatri masih belum jelas dilaporkan sebagai konsekuensi dari gangguan

berkomunikasi atau apakah gangguan berkomunikasi merupakan gejala sekunder

dari gangguan psikiatri (Mclaughlin, 2011).

(35)

Tabel 2.2Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan bicara dan bahasa

2.1.2. Faktor risiko keterlambatan bicara pada a nak

Faktor risiko yang menyebabkan seorang anak menjadi terlambat bicara dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

A. Faktor internal a. Genetik

(36)

b. Kecacatan fisik

Cacat yang berhubungan dengan gangguan bicara adalah kondisi fisik yang menyebabkan gangguan penghantaran suara seperti gangguan pada telinga dan bagian pendengaran. Gangguan yang lain adalah yang memengaruhi artikulasi seperti abnormalitas bentuk lidah, frenulum yang pendek, atau adanya celah di langit-langit mulut (Perna, 2013).

c. Malfungsi neurologis

Gangguan neurologis juga dapat berkaitan dengan gangguan penghantaran suara di telinga akibat kerusakan sistem saraf. Proses pembentukan saraf selama masa prenatal yang terganggu merupakan penyebab tersering karena pemakaian obat-obatan selama kehamilan (Perna, 2013).

d. Prematur

Prematuritas dalam hal keterlambatan bicara pada anak berhubungan dengan berat badan lahir yang rendah. Berat badan lahir rendah merupakan indikasi bahwa nutrisi yang diedarkan ke dalam tubuh belum maksimal sehingga perkembangan beberapa bagian tidak optimal. Prematur juga menyebabkan belum sempurnanya pembentukan beberapa organ sehingga dalam perkembangannya mengalami keterlambatan (Amin dkk, 2009). e. Jenis kelamin

(37)

masa prenatal memperlambat pertumbuhan neuron di hemisfer kiri (Hidajati, 2009).

B. Faktor Eksternal f. Urutan/jumlah anak

Anak pertama lebih sering mengalami terlambat bicara dan bahasa. Jumlah anak yang semakin banyak maka kejadian keterlambatan bicara makin meningkat atau insiden keterlambatan bicara sering terjadi pada anak yang memiliki jumlah saudara banyak karena berhubungan dengan komunikasi antara orangtua dan anak. Anak yang banyak akan mengurangi intensitas komunikasi anak dan orangtua (Hartantodkk, 2009).

g. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu yang rendah meningkatkan kejadian keterlambatan bicara pada anak. Penelitian mendapatkan angka sekitar 20% anak dengan ibu berpendidikandibawah SMAmengalami keterlambatan bicara.Pendidikan ibu yang rendah menyebabkan ibu kurang perhatian terhadap perkembangan anak dan kosakata yang dimiliki ibu juga kurang sehingga tidak mampu melatih anaknya untuk bicara (Hertantodkk, 2009).

h. Status sosial ekonomi

(38)

infeksi yang memungkinkan terjadinya gangguan saraf dan kecacatan (Perna, 2013).

i. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga berhubungan dengan pola asuh atau interaksi orangtua dengan anak dalam suatu keluarga. Fungsi keluarga berpengaruh terhadap perilaku anak dan juga insiden keterlambatan bicara pada anak. Keluarga dengan fungsi buruk maka di dalam keluarga tidak terdapat kehangatan dan hubungan emosi tidak terjalin dengan baik. Anak sering mengalami salah asuh atau perawatan yang salah dan pengabaian. Keluarga yang fungsinya baik tidak akan pernah terjadi kekerasan dalam rumah tangga terutama kehamilan yang berefek terhadap perkembangan mental anak. Keluarga yang berfungsi buruk karena pengabaian dan kesibukan orangtua sehingga anak dibekali dengan gadget untuk bermain sehingga tenang dan hal tersebut membuat kemampuan anak dalam bicara dan bahasa tidak terlatih dengan baik (Restiyani, 2013).

j. Bilingual

(39)

dihilangkan pada anak yang mengalami keterlambatan bicara (Mangunatmadja, 2010).

2.2 Fungsi keluarga

2.2.1 Pengertian fungsi keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Fungsi keluarga merupakan peran yang dimainkan oleh anggota dalam keluarga serta sikap dan perilaku yang ditampilkan saat bersama anggota keluarga lain(Defrain dkk, 2009).

Keluarga hendaknya dapat memberikan rasa nyaman serta dukungan bagi anggota keluarganya agar dapat berfungsi dengan baik. Fungsi keluarga dapat diartikan sebagaimana sebuah keluarga menjalankan peran dan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan fisik, sosial, psikologis, dan kesejahteraan anggota-anggotanya(Mansfield, 2015).

2.2.2 Faktor-faktor terkait fungsi keluarga

Area yang harus dihadapi oleh suatu keluarga dalam memenuhi fungsi keluarga(Mansfield, 2015), yaitu:

1. Area tugas dasar yang merupakan area yang terkait dengan kebutuhan dasar keluarga seperti bagaimana keluarga harus menyediakan makanan, uang, transportasi, dan tempat tinggal

(40)

Perkembangan ini bisa dilihat secara individu dalam keluarga seperti perkembangan anak dari bayi hingga dewasa yang terjadi secara keseluruhan seperti awal pernikahan, kehamilan pertama, hingga anak yang terakhir dalam keluarga meninggalkan rumah.

3. Area tugas risiko merupakan permasalahan yang melibatkan kondisi krisis dalam keluarga seperti ada anggota yang sakit, kecelakaan, dan kehilangan pekerjaan.

Fungsi keluarga menurut The McMaster of Family Functioning(MMFF) diartikan sebagai suatu keadaan dalam keluarga dimana setiap unit dari keluarga mampu menjalankan dengan baik tugas-tugas dasar dalam kehidupan keseharian di keluarga yang berkaitan dengan pemecahan masalah, komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku (Mansfield, 2015).

Aspek teori sistem keluarga yang menjadi dasar MMFF ini adalah: 1. Setiap bagian dari keluarga saling terkait satu sama lain

2. Satu bagian dari keluarga tidak dapat dimengerti sepenuhnya dengan hanya memahami setiap anggota keluarga

3. Struktur dan organisasi keluarga penting dalam mepengaruhi dan menentukan perilaku anggota keluarga

(41)

2.2.3 Dimensi McMaster Model of Family Functioning (MMFF)

McMaster Model of Family Functioning (MMFF)menggolongkan enam dimensi yang dianggap dapat menggambarkan fungsi suatu keluarga, dengan asumsi bahwa diperlukan banyak dimensi untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas suatu untuk yang kompleks seperti keluarga(Mansfield, 2015).

Keenam dimensi tersebut adalah penyelesaian masalah (problem solving), komunikasi (communication), peran (roles), responsivitas afektif (affectiveresponsiveness), kontrol perilaku (behavior control). Dimensi selain keenam dimensi tersebut, terdapat pula fungsi umum (general functioning) yang mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga secara keseluruhan. Berikut ini penjabaran dari keenam dimensi fungsi keluarga.

1. Penyelesaian masalah (problem solving)

McMaster Model of Family Functioning (MMFF)menilai kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mengancam integritas dan kapasitas fungsional keluarga (Setiawan, 2007).

2. Komunikasi (Communication)

(42)

sehingga terdapat empat gaya berkomunikasi. Keempat gaya tersebut adalah jelas dan langsung, jelas dan tidak langsung, terselubung dan langsung, maka keluarga tersebut semakin efektif (Mansfield, 2015).

3. Peran (Role)

Skala ini menilai kemampuan keluarga menetapkan pola tingkah laku dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga sehari-hari. Beberapa fungsi yang harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga agar keluarga tersebut dapat dikatakan berfungsi dengan baik dan sehat, yang fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima fungsi dasar keluarga, yaitu: (Mansfield, 2015) a. Penyedia kebutuhan dasar, meliputi tugas dan fungsi yang berkaitan

dengan penyediaan uang, sandang, dan papan

b. Pengasuhan dan dukungan, meliputi penyedian rasa nyama, kehangatan, dukungan bagi anggota keluarga

c. Pemenuhan kebutuhan seksual dewasa, dimana suami dan istri kebutuhan seksualnya dapat terpenuhi serta didukung dengan kedekatan secara emosi

d. Perkembangan pribadi, meliputi tugas-tuga yang berkaitan dengan perkembangan fisik. Emosi, akademis, dan sosial bagi anak-anak dan perkembangan karir dan hubungan sosial bagi dewasa.

(43)

perilaku, mengatur pengeluaran rumah tangga, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan anggota keluarga.

Dua fungsi tambahan selain fungsi dasar diatas sebagai pelengkap yang masih merupakan bagian dari dimensi itu, yaitu: (Defrain dkk, 2009)

a. Pembagian peran, yaitu pola keluarga dalam menentukan peran masing-masing anggotanya termasuk pertimbangan-pertimbangannya

b. Tanggung jawab peran, yaitu prosedur di dalam keluarga untuk melihat apakah tugas-tugas sudah dijalankan.

Keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga yang fungsi dasarnya tidak terpenuhi dan atau pembagian dan tanggung jawab peran tidak terjaga dengan baik.

4. Responsivitas afektif (Affective responsiveness)

Dimensi ini menilai tentang kemampuan keluarga dalam memberikan reaksi afektif yangsesuai terhadap berbagai macam rangsangan.

5. Keterlibatan afektif (Affective involvement)

Skala keterlibatan afektif menilai sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian dan melibatkan diri pada kegiatan anggota keluarga yang lain. Dimensi ini memfokuskan pada seberapa banyak dan bagaimana caranya seorang anggota keluarga menunjukkan rasa ketertarikannya kepada satu sama lain (Mansfield, 2015).

6. Kontrol perilaku (Behaviour control)

(44)

membahayakan secara fisik, situasi dalam pemenuhan dan ekspresi kebutuhan dan dorongan psikobiologis, dan situasi yang melibatkan perilaku sosialisasi interpersonal, baik di antara anggota keluarga maupun dengan orang lian yang bukan keluarga. Keluarga akan mengembangkan standar mereka masing-masing mengenai perilaku-perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima (Mansfield, 2015).

2.3 Keluarga dengan anak terlambat b icara dan bahasa

Anak yang dibesarkan di lingkungan dengan edukasi dan stimulasi orang tua yang rendah, miskin, jumlah anak yang banyak, stress sosial yang tinggi dan kurang ekspresif, seringkali tertinggal dalam perkembangan bicara dan bahasa (Simms, 2007).

Stimulasi merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap aspek perkembangan anak membutuhkan stimulasi lingkungan termasuk pada aspek perkembangan bicara. Salah satu stimulasi pada perkembangan bicara dilakukan dengan mengajak bayi bicara dalam setiap kesempatan seperti meniru ocehan bayi saat bayi berusia 0-3 bulan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hartanto dkk (2011) bahwa perilaku negatif orangtua berpengaruh terhadap perkembangan anak. Perkembangan bahasa berisiko terjadi jika terdapat masalah pada orangtua.

(45)

Orangtua di Indonesia telah lebih peduli tentang keterlambatan bicara sebagai salah satu perkembangan masalah pada anak-anak. Beberapa kasus keterlambatan bicara telah ditemukan di Indonesia, orang tua hanya memiliki sedikit informasi tentang keterlambatan bicara dan intervensinya(Jane & Tunjungsari, 2015)

Teknik pengajaran (cara dan komunikasi) yang salah merupakan salah satu penyebab terlambat bicara yang salah pada anak karena perkembangan anak terjadi dari proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan (Pusponegoro, 2010).

Surveytentang kepedulian orang tua terhadap perkembangan dan perilaku anaknya membagi kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan anak(Irwanto dkk, 2006), sebagai berikut:

1. Emosi dan perilaku 2. Berbicara dan berbahasa

3. Ketrampilan sosial dan menolong diri sendiri 4. Motorik kasar

5. Motorik halus

6. Membandingkan dengan lingkungan

7. Masalah anak yang orang tuanya tidak mengeluh

Kualitas pengasuh yang baik dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak seperti kemampuan komunikasi yang lebih baik, kemampuan mengingat, dan memecahkan masalah dengan lebih baik (Suparmiati dkk, 2013).

(46)

disosiasi)pada masa bayi dan kanak-kanak dini, sehingga dapat segera dilakukan intervensi dini untuk memberikan hasil yang terbaik (Dhamayanti & Herlina, 2009).

Pandangan family systems theorymengatakanapapun yang terjadi terhadap seorang anggota keluarga akan mempunyai implikasi pada anggota keluarga yang lainnya. Anggota keluarga saling berhubungan dan berjalan layaknya sebuah kelompok, dimana kelompok tersebut sebagai sistem keluarga sehingga jika terjadi sesuatu di dalam keluarga, maka suka ataupun tidak, hal tersebut memberikan pengaruh terhadap semua anggota keluarga yang ada di dalamnya (Olson & DeFrain, 2006).

2.4 Family Assessment Device (FAD)

Instrumen ini bisa diadaptasi dan digunakan sesuai dengan konteks sistem sosialbudaya. Instrumen ini terdiriatas 60 item pernyataan yang dapat digunakanpada subyek klinikal dan non klinikal. Instrumenini mempunyai validitas dan realibilitas yangbaik dengan alpha untuk sub skala berkisardari 72 sampai 92. Instrumen tersebut terdiriatas tujuh sub skala yaitu; (1) Pemecahan masalah (Problem solving), (2) Komunikasi(Communication), (3) Peranan (Roles), (4)Rasa kebertanggungjawaban afektif (Affectiveresponsiveness), (5) Penglibatan afektif (Activeinvolvement), (6) Kontrol perilaku (Behaviorcontrol) dan (7) Kefungsian umum (Generalfunctioning) (Fahrudin, 2012).

(47)

yang diinterpretasi skala 1-7. Skala yang dibalik:Skala 1: soal no. 3, skala 2: soal no 2 dan 5, skala 3: soal no 3,5,8, skala 4: soal no1 dan 3, skala 5: soal no 2,4,6, skala 6: soal no. 1,4,6, skala 7: soal no. 1,3,5,7,9,11. Masing masing skala di jumlah dan dibagi jumlah soal per skala untuk mencari nilai rerata. Nanti nilai rerata di sesuaikan dengan cut offpointnya. Jika kurang atau sama dengan nilai cut off point maka fungsi skala tersebut baik sedangkan kalau diatas nilai cut off

berarti nilai fungsi skala tersebut buruk.Nilai cut off masing-masing skala: Skala 1 : 2,2, skala 2: 2,2, skala 3: 2,3, skala 4: 2,2, skala 5: 2,1, skala 6: 1,9, skala 7: 2. Untuk mencari nilai fungsi keluarga secara keseluruhan maka semua nilai item soal dibagi dengan total soal sampai skala 7 jika didapatkan nilai rerata 1 dan 2 berarti fungsi keluarga secara keseluruhan baik, jika mendekati 3 maka nilai fungsi keluarga mengarah ke buruk sedangkan jika nilainya 4 berarti nilai fungsi keluarga keseluruhan buruk(Mansfield, 2015).

Hasil penelitian reabilitas FAD di Indonesia pada uji ulang FAD menunjukkan nilai reabilitas yang cukup tinggi (apha= 0,70). Studi validitas FAD pada kelompok klinik dan non klinik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,02). Skala FAD dapat diterapkan dalam penelitian di Indonesia(Yolanda, 2012).

2.5 Caput Scale

Gangguan perkembangan khususnya keterlambatan bicara dapat diskrining dengan menggunakan metode Capute Scales (cognitive adaptive test/clinical linguistic auditory milestone scale-CAT/CLAMS). Uji skrining spesifik metode

(48)

Gambar

Tabel 2.1Perkembangan bicara dan bahasa
Tabel 2.2Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan bicara dan bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan kepada perawat anak khususnya agar dapat memfasilitasi keluarga dalam memberikan dukungan kepada anak yang menjalani proses hospitalisasi seperti membuat taman bermain

[r]

Cetuximab adalah sebuah chimera anti-EGFR monoclonal antibody ( IgG1 antibody ) yang memblokade EGFR dan terbukti efektif pada pengobatan kanker kolorektal pada

Pengalaman merawat anak membuat orangtua dapat memberikan perspektif yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat untuk menerima dan mendukung keluarga

Seluruh pasien anak dengan diagnosis SSD yang rawat inap di bangsal Jempiring, Pudak dan PICU RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Januari 2012- Desember 2013 dan memenuhi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode Juni 2015 sampai

60 keluarganya, sehingga orangtua yang kurang mendapatkan dukungan keluarga lebih mudah mengalami depresi. Berdasarkan hasil kategorisasi skala, menunjukkan tingkat

Hasil uji menunjukkan (p&lt;0,05), sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian senam asma tiga kali seminggu terhadap peningkatan