TESIS
STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
TESIS
STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
TESIS
STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
TESIS
STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH ENPASAR
I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
TESIS
STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH ENPASAR
I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
TESIS
STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH ENPASAR
I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
dalam Program Studi Teknik Elektro pada Program Pascasarjana Universitas Udayana
I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
Lembar Pengesahan
Tesis Ini Telah Disetujui Tanggal 7 Januari 2016
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof.Ir. Rukmi Sari Hartati, MT., PhD I Nyoman Satya Kumara, S.T., M.Sc., PhD
NIP. 195308131979032001 NIP: 197002011997021002
Mengetahui
Ketua Program Magister Teknik Elektro Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof.Ir. I. A. Dwi Giriantari, M.Eng,Sc., PhD Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 7 Januari 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No : 0240/UN.14.4/HK/2016, Tanggal 7 Januari 2016
1. Ketua : Prof. Ir. Rukmi Sari Hartati, MT., PhD
Anggota
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : I Dewa Ayu Putu Widya Artati
NIM : 1391761016
Program Studi : Magister Teknik Elektro
Judul Tesis : Studi Terhadap Manajemen Energi Di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI no. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 7 Januari 2016 Yang membuat pernyataan
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya/kurnia-Nya, Tesis yang berjudul STUDI TERHADAP
MANAJEMEN ENERGI DI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR ini
dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Ir. Rukmi Sari Hartati, MT., PhD, pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian Tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak I Nyoman Satya Kumara, ST., MSc., PhD, Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
dan Ir. Linawati, M Eng.Sc., PhD, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Direktur RSUP Sanglah dan jajarannya atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghormatan setinggi-tinginya kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ucapan terima kasih yang tulus kepada orangtua tersayang dan atas restu Beliau yang sudah tenang di sana. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga kecil tersayang, suami dan anak-ana, karena tanpa pengertian dan dukungannya, semua ini tidak terwujud. Tak lupa terimakasih penulis ucapkan pada rekan-rekan seperjuangan jurusan Manajemen Energi 2013 atas segala bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materiil,
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini.
Denpasar, Januari 2016
ABSTRAK
RSUP Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pemerintah terbesar di Bali yang telah terakreditasi Joint Commision International (JCI) dan menjadi rujukan nasional. Dalam menjalankan fungsinya sebagai layanan public, rumah sakit mengeluarkan biaya yang cukup tinggi.untuk tagihan listrik yaitu Rp. 7,348,275,430 sepanjang tahun 2013. Dengan menggunakan data histori rumah sakit, dilakukan audit energi awal dan didapatkan nilai IKE sebesar 272,44 kWH/m2/Thn. Kondisi Base case ini menjadi dasar dilakukannya studi terhadap pengelolaan energi eksisting untuk menentukan rekomendasi, prioritas dan kebijakan yang tepat.
Studi diawali dengan pola operasi peralatan di semua ruangan untuk menentukan komposisi komponen energi. Komponen energi terbesar adalah pengkondisian udara, sebesar 67%, disusul sistem pencahayaan (38%), alat kesehatan, elevator, Berdasarkan audit rinci dengan dasar pola operasi ini didapat nilai Indek Konsumsi Energi (IKE) sebesar 2,83 kWH/thn. Nilai ini berada pada rentang yang sama dengan IKE audit energi awal.
Dari hasil analisa pengelolaan energi eksisting, diketahui bahwa sebagian besar peralatan telah menggunakan teknologi hemat energi. Instalasi AC yang tidak sesuai aturan disebabkan kurangnya pengawasan dan konstruksi bangunan lama yang tidak dirancang dengan AC. Kerusakan AC dan lampu lebih sering terjadi di ruang perawatan yang dihuni oleh pasien dan keluarganya (80%).
ABSTRAK
Sanglah Hospital is the largest government hospital in Bali accredited Joint Commission International (JCI) and become a national reference. In carrying out its function as a public service, the hospital issued a considerable cost high.For electricity bills, Rp. 7,348,275,430 during the year 2013. Using historical data the hospital, performed the initial energy audit and obtained IKE value of 272.44 kWh / m2 / yr. Conditions "Base case" became the basis for the study of existing energy management to determine recommendations and policy priorities right. The study begins with the pattern of all the equipment in the unit to determine the composition of the energy component. The energy comsumption of the air conditioning, at 67%, followed by the lighting system (38%), medical equipment, elevators, Based on a detailed audit on the basis of this operation pattern obtained values Energy Consumption Index (IKE) of 2.83 kWh / yr. This value is in the same range with IKE initial energy audit.
From the analysis of existing energy management, it is known that most of the equipment have been using energy-saving technologies. Installing air conditioner installed is not according to the rules due to the lack of supervision and construction of old buildings that were not designed with air-conditioning. Damage to the AC and lights are more common in the treatment room that is occupied by patients and their families (80%).
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PRASYARAT GELAR...ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v
UCAPAN TERIMAKASIH...vi
ABSTRAK DAN RINGKASAN...viii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR...xiv
DAFTAR SINGKATAN... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaat Penelitian... 8
1.5 Batasan Masalah ... .8
1.6 Sistematika Penulisan...9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of the Art ... 10
2.2 Manajemen Energi ...13
2.2.1. Prinsip-prinsip umum manajemen energi ...14
2.2.2. Perencanaan program manajemen energi 16 2.2.3. Langkah-langkah manajemen energi 18
2.3 Intensitas Komsumsi Energi (IKE ...19
2.4 Audit Energi...20
2.4.1 Audit energi awal ...20
2.5. Bangunan Hemat Energi ..23
2.6. Tingkat Kenyamanan 24
2.7 Rumah Sakit ...26
2.8. Sistem Kelistrikan Rumah Sakit
2.9 Sistem Pencahayaan Rumah Sakit 34
2.10 Sistem tata Udara Rumah Sakit ..36
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian 38
3.2 Jenis dan Sumber data ... 38
3.2.1 Sumber Data ... 38
3.2.2 Jenis Data ...38
3.3 Metode Pengumpulan Data 38
3.4. Langkah-langkah penelitian ....39
3.5 Diagram Alur Penelitian .40
BAB IV : PEMBAHASAN ... 4.1 Profil Umum RSUP Sanglah ...42
4.2. Komposisi Bangunan RSUP Sanglah ..43
4.3. Data Kunjungan Pasien 48
4.4. Belanja Energi RSUP Sanglah .50
4.5 Audit Energi Awal .51
4.5.2 Data Historis Kelistrikan .. ..51
4.5.2. Perhitungan IKE Audit Energi Awal .53
4.6. Audit Energi Rinci 54
4.6.1 Sistem Kelistrikan ..54
4.7.4 Pemeliharaan ...79
4.7.5 Perilaku .79
4.8 Pengelolaan energi Eksisting di RSUP Sanglah Denpasar ..79
4.8.1 Pengkondisian udara ...80
4.8.2 Sistem pencahayann ...82
4.8.3 Peralatan Kesehatan ...87
4.9 Analisa Pengelolaan Energi Eksisting di RSUP Sanglah ..89
4.9.1 Pengkondisian Udara ...89
4.9.2 Sistem Pencahayaan ...94
4.9.3 Peralatan Kesehatan ...95
4. 10 Rekomendasi Pengelolaan Energi ...95
4.10.1 Rekomendasi Pengkondisian Udara ...96
4.10.2 Rekomendasi Sistem pencahayaan ...97
4.10.3 Rekomendasi Pengelolaan peralatan listrik...98
BAB V: PENUTUP 5.1 Simpulan... 105
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penyediaan Daya Listrik RS... 30
Gambar 2.2 Sistem Radial... 31
Gambar 2.3 Sistem Loop/Ring... 33
Gambar 2.4 Sistem Spindel... 34
Gambar 3.1 Diagram Alur Analisis... 41
Gambar 4.1 Denah RSUP Sanglah... 44
Gambar 4.2 Pie Chart Komposisi Bangunan... 47
Gambar 4.3 Kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2013... 48
Gambar 4.4 Pie chartbelanja energi RSUP Sanglah tahun 2013... 52
Gambar 4.5 Grafik Konsumsi energi litrik RSUP Sanglah tahun 2013... 53
Gambar 4.6 Single linediagram sistem kelistrikan RSUP Sanglah ... 57
Gambar 4.7 Pie chartkomposisi konsumsi energi peralatan... 74
Gambar 4.8 PemasanganOutdooryang tidak sesuai standar ... 76
Gambar 4.9 Standar Pemasangan Outdoor dan Indoor ... 77
Gambar 4.10 Pemasangan outdoor yang terpapar matahari... 78
Gambar 4.11. Instalasi saluran pembuangan AC ... 79
Gambar 4.12 Standar refrigerant piping... 79
Gambar 4.13 Lampu TL yang terpasang di koridor... 81
Gambar 4.14 Pemasangan outdoor di posisi yang sulit dicapai oleh teknisi ... 82
Gambar 4.15 Pencahayaan tambahan dengan pengendali manual... 83
Gambar 4.16 Pencahayaan umum... 83
Gambar 4.17 Pencahayaan di ruang operasi ... 84
Gambar 4.18 Pencahayaan umum ruang rawat inap ... 84
Gambar 4.19 Kartu pemeliharaan rutin panel listrik... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Pencahayaan... 35
Tabel 2.2 Intensitas Cahaya Rumah Sakit... 35
Tabel 2.3 Indeks angka kuman menurut fungsi ruang atau unit ... 37
Tabel 4.1 Luas arearoom... 45
Tabel 4.2 Luas areanon room... 46
Tabel 4.3 Luas Fasilitas Lain ... 47
Tabel 4.4 Komposisi Bangunan RSUP Sanglah ... 47
Tabel 4.5 Jumlah Kunjungan Pasien Tahun 2013... 48
Tabel 4.6 Tingkat hunian RSUP Sanglah tahun 2013... 49
Tabel 4.7 Belanja energi RSUP Sanglah tahun 2013... 51
Tabel 4.8 Pemakaian energi dan biaya tagihan listrik tahun 2013... 53
Tabel 4.9 Nama ruangan dalam pembagian wilayah distribusi AC... 59
Tabel 4.10 Inventarisasi AC berdasarkan tipe... 59
Tabel 4.11 Inventarisasi AC berdasarkan merk ... 60
Tabel 4.12 Rekapitulasi titik lampu di RSUP Sanglah Denpasar ... 60
Tabel 4.13 JumlahLiftdi RSUP Sanglah... 62
Tabel 4.14 Jumlah water heater di RSUP Sanglah... 63
Tabel. 4.15 Jumlah pompa air terpasang di lingkungan RSUP Sanglah... 64
Tabel 4.16 Jumlah dan lokasi peralatan Binatu, Dapur dan R. Steril... 65
Tabel 4.17 Utilitas di RSUP Sanglah ... 65
Tabel 4.18 Konsumsi energi sistem pengkondisian udara ... 67
Tabel 4.19 Konsumsi energi sistem pencahayaan... 68
Tabel 4.20 Rekapitulasi komsumsi energi peralatan kedokteran... 69
Tabel 4.21 Konsumsi energi Lift selama 1 bulan... 70
Tabel 4.22 Konsumsi energiwater heaterper bulan ... 71
Tabel 4.23 Konsumsi energi pompa air selama 1 bulan... 72
Tabel 4.24 Konsumsi energi peralatan sterilisasi, Kitchen dan Laundry... 73
Tabel 4.26 Rekapitulasi jenis peralatan dan konsumsi energi listrik
sebulan... 74
Tabel 4.27 Persentase Pemeliharaan AC tahun 2013... 86
Tabel 4.28 Laporan kerusakan AC... 88
Tabel 4.29 Jumlah penggantian lampu... 88
Tabel 4.30 (a) Spesifikasi AC terpasang di Ruang Flamboyan ... 91
Tabel 4.30 (b) Spesifikasi AC terpasang di Ruang Cempaka ... 92
Tabel 4.30 (c) Spesifikasi AC terpasang di Ruang Anggrek ... 93
Tabel 4.31 Rekomendasi pengelolaan energi untuk system pengkondisian udara... 103
Tabel 4.32 Rekomendasi pengelolaan energi untuk system pencahayaan... 104
DAFTAR SINGKATAN
IKE : Indeks Konsumsi Energi
PHE : Peluang hemat Energi
BTU : British Thermal Unit
KVA : Kilo Voltage Ampere
KWH : Kilo Watt Hour
BOR : Bed Occupancy Rate
LHE : Lampu Hemat Energi
EER : Energi Efficiency Ratio
COP : Coeffisien Of Performance
CCTV ; Close Circuit Television
SPO : Standar Prosedur Operasional PLN : Perusahaan Listrik Negara
AC : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
JCI : Joint Commision Acreditation
ICU : Intensive Care Unit
NICU : Neonatal Intensive Care Unit IBS : Instalasi Bedah Sentral PJT : Pelayanan jantung Terpadu
IPGPS : Instalasi Pemeliharaan Gedung Prasarana dan Sarana
TL : Tubular lamp
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rekapitulasi Konsumsi energi AC
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
.
Latar belakangEnergi adalah salah satu kebutuhan manusia di jaman modern yang sangat
utama. Perkembangan teknologi dengan tujuan memudahkan semua aktifitas dan
kegiatan manusia telah menimbulkan ketergantungan yang cukup tinggi terhadap
energi. Kebutuhan energi di suatu negara akan meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk.. Di Indonesia, dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar
1,4% setiap tahun.(www.kabarenergi.com) menghasilkan pertumbuhan konsumsi
energi 7 % per tahun. Angka tersebut berada di atas pertumbuhan konsumsi energi
dunia yaitu 2,6 % per tahun. (Gita, 2013).
Konsumsi energi Indonesia yang cukup tinggi disebabkan oleh pola konsumsi
yang tidak terkendali dan berlebihan. Hal ini ditunjukkan dari nilai intensitas dan
elastisitas energi, yang cukup tinggi. Kedua parameter ini dipakai untuk mengukur
pemborosan energi di suatu negara. Elastisitas adalah perbandingan pertumbuhan
konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan intensitas energi adalah
perbandingan antara jumlah konsumsi energi di suatu negara dengan Pendapatan
Domestik Bruto (PDB). Indonesia berada pada nilai 400 yaitu 4 kali lebih boros
daripada Jepang dengan intensitas energinya 100. Negara-negara Amerika Utara 200
2
pertumbuhan penduduk yang tidak terbendung, menimbulkan kebutuhan energi yang
terus meningkat. Dari total kebutuhan energi di Indonesia, hampir 95% dipenuhi dari
bahan bakar fosil dan 50%-nya merupakan bahan bakar minyak (BBM) yang
digunakan dalam sektor industri (bahan bakar mesin), transportasi (bensin, solar dan
avtur) dan rumah tangga (minyak tanah). Bahan bakar fosil adalah sumber daya alam
yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam. Dalam pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik, bahan bakar fosil digunakan untuk
menggerakkan turbin melalui proses pembakaran. Pembakaran ini akan menghasilkan
karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab terjadinya
pemanasan global. (www.wikipedia.com). Berbeda halnya dengan energi fosil yang
tidak bisa diperbaharui dan jumlahnya terbatas, energi non fosil adalah sumber energi
yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, prosesnya berkelanjutan
sehingga ketersediaannya menjadi tidak terbatas. Contohnya adalah air, matahari dan
angin.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dilakukan
eksploitasi sumber energi fosil secara besar-besaran, namun dengan potensi cadangan
energi fosil yang terbatas dan tingkat pencarian yang sangat sulit, hasil yang didapat
tidak optimal. Realisasi lifting tahun 2013 yang ditargetkan sebesar 840 ribu bph
hanya dapat direalisasi 826 ribu bph. (Wangi, 2013). Saat ini, Indonesia hanya
memiliki cadangan minyak 3,7 miliar barel atau 0,3% dari cadangan dunia. (Gita,
3
minyak bumi hanya mampu bertahan 20 tahun mendatang sedangkan gas bumi masih
dapat bertahan hingga 70 tahun. (www.esdm.go.id).
Berbagai permasalahan terkait bahan bakar fosil ini akan bermuara pada
kondisi dimana produksi minyak nasional tidak mampu memenuhi permintaan
sehingga pemerintah mengambil berbagai kebijakan demi terjaminnya stabilitas sosial
dan ekonomi, diantaranya adalah pemberian subsidi dan import migas. Harga minyak
dunia yang cukup tinggi dan bersifat fluktuatif serta terpuruknya nilai rupiah
membuat perekonomian negara mengalami defisit karena subsidi yang membengkak
setiap tahun. Pada tahun 2012 realisasi subsidi adalah sebesar Rp. 64,97 trilyun dan
meningkat sekitar 17% pada tahun 2013 menjadi Rp. 78,63 trilyun
(www.pln.co.id/sulselrabar, 2014).
Sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia, perkembangan sosial
ekonomi di Pulau Bali berkembang sangat pesat. Banyaknya fasilitas hiburan, hotel,
villa rumah sakit dan event-event internasional yang diselenggarakan di Bali, menjadikan Bali menempati urutan tertinggi dalam konsumsi energi diantara system
kelistrikan Jawa dan Bali (www.liputan6.com, 2014). Beban listrik di Bali saat ini
cukup tinggi, beban puncak tahun 2014 mencapai 759.5 MW yang dipasok dari tiga
pembangkit utama yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk yang
berkapasitas 130 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pemaron dengan
kapasitas sebesar 215 MW, Pesanggaran yang berkapasitas 250.5 MW serta pasokan
4
Semua pembangkit listrik di Bali menggunakan BBM dengan konsumsi per tahun
mencapai Rp.8 trilyun atau sekitar 2,5 juta liter solar perhari (www.balibisnis.com)
dan konsumsi minyak di Bali per Juni 2014 mencapai 1,2 juta kiloliter (Wicaksono,
2014). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa Bali sebagai penyumbang devisa negara
dalam sektor pariwisata ternyata membebani pemerintah dengan subsidi BBM yang
cukup tinggi.
Dari hasil studi Balifokus bersama P2PL Kementerian Kesehatan dan WHO pada tahun 2010 terhadap 6 rumah sakit di 3 kota besar yaitu Bandung, Medan dan
Makasar menunjukkan bahwa pemakaian air di rumah sakit bervariasi dari 200
sampai 950 m3 per tempat tidur. Angka ini jauh lebih besar daripada pemakaian di
hotel berbintang. Pengeluaran listrik pun bervariasi yaitu antara Rp.86.000 sampai
Rp.380.000 per tempat tidur. (www.balifokus.com). Untuk mengetahui konsumsi
energi suatu gedung atau bangunan, digunakan nilai IKE (Intensitas Konsumsi
Energi) yang telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC) dinyatakan
dengan kWH/m2 pertahun. Untuk bangunan rumah sakit, nilai IKE yang ditetapkan
adalah 380 kWH/m2/tahun.
RSUP Sanglah adalah salah satu rumah sakit pemerintah terbesar di Bali
dengan 740 tempat tidur yang diresmikan pada tahun 1959. Pada tahun 1962, RSUP
Sanglah menjadi rumah sakit pendidikan yang bekerjasama dengan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Tahun 1978 menjadi rumah sakit pendidikan tipe
5
RSUP Sanglah menjadi rumah sakit unit swadana dan tahun 2000, pemerintah
kembali mengubah status RSUP Sanglah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN).
Pada tanggal 11 Agustus 2005, bersama 13 rumah sakit eks Perjan, RSUP Sanglah
diubah menjadi Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dan menjadi UPT Depkes. Pada
bulan Desember 2005, RSUP Sanglah ditingkatkan statusnya dari rumah sakit kelas
B menjadi rumah sakit kelas A dan selanjutnya tahun 2011, RS Sanglah ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Pendidikan Utama. Usaha RSUP Sanglah untuk meningkatkan
mutu pelayanan tidak berhenti sampai disitu, setelah melalui perjuangan dan usaha
yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal 24 April 2013, RSUP Sanglah
memperoleh akreditasi dari Joint Commision International (JCI) yaitu lembaga akreditasi internasional yang berbasis di Singapura. Akreditasi standar RS dari The
Joint Commision International ini bermaksud melakukan stimulasi yang
berkelanjutan, sistematis dan peningkatan secara luas (internasional) dalam performa
keseharian dan berujung pelayanan terbaik pada pasien. Berdasarkan hal tersebut
diatas maka dengan Permenkes 659/MENKES/PER/VIII/2009, RSUP Sanglah
dicanangkan menjadi rumah sakit Indonesia berstandar kelas dunia pada tahun 2014.
RSUP Sanglah ini berdiri di atas tanah seluas 13,5 Ha dengan luas bangunan
55.192,65 m2 dan luas fasilitas lain sebesar: 69.925,80 m2.Beberapa unit pelayanan
beroperasi selama 24 jam perhari dan 7 hari dalam seminggu yaitu Pelayanan
6
IPGPS, sedangkan Pelayanan Rawat Jalan dan seluruh administrasi perkantoran
beroperasional pada hari kerja dari pukul 07.00 s/d 14.00 wita.
Dari segi kelistrikan, RSUP Sanglahmendapat supply dari PLN berupa trafo
tegangan menengah sebesar 2.300 KVA, ditambah genset dengan kapasitas 1.815
KVA. Sumber Air bersih didapat dari PDAM di 5 titik, sumur bor 3 buah dan
dilengkapi 4 buah reservoir. Terdapat 2 sumber gas medis yaitu di IRD dan Wing
Internasional. RS mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam pemakaian energi
listrik, yaitu sebesar Rp.7.348.275.430 selama tahun 2013 dan merupakan
pengeluaran terbesar dibandingkan biaya air dan telepon.
Besarnya biaya energi listrik tersebut, merupakan tantangan bagi manajemen
RSUP Sanglah karena pada awal tahun 2014 telah diberlakukan sistem JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional) di seluruh Indonesia. Dengan sistem ini, setiap
penduduk yang datang ke rumah sakit untuk berobat akan dibayar oleh negara
dengan harga tertentu per tindakan. Sebagai contoh untuk suatu tindakan operasi,
akan dibiayai Rp.5000,- sehingga apabila rumah sakit tidak bisa melakukan efisiensi,
dapat dipastikan rumah sakit akan merugi. Untuk itu setiap rumah sakit harus
menerapkan sistem kendali mutu dan kendali biaya dengan cara mengelola sumber
daya baik sumber daya manusia, material, peralatan, teknologi dan keuangan secara
tepat, efektif,dan efisien.. Terkait biaya energi listrik RSUP Sanglah yang tinggi,
perlu dilakukan penelitian memungkinkan dilakukan efisiensi penggunaan energi.
7
penghematan pemakaian listrik harus dilakukan secara bijaksana dalam artian tidak
mengurangi aktifitas rumah sakit dan kenyamanan bagi pasien, penunggu dan
karyawan.
Pada dasarnya seluruh kegiatan yang terkait efisensi dan penghematan energi
dalam suatu instansi pemerintahan telah dimunculkan dalam beberapa peraturan
pemerintah, seperti dalam PP no 23 tentang Badan Layanan Umum (BLU) dan
Peraturan Menteri Dalam negeri no 61 tahun 2007 tentang Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) menuntut rumah sakit berbenah dari segi keuangan, Instruksi
Presiden (INPRES) no 10 tahun 2005 tentang penghematan energi di Instansi
perkantoran, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia nomor 14 tahun 2012
tentang Manajemen Energi, yang mengatur tentang penghematan energi melalui
system tata udara, system tata cahaya, peralatan pendukung, proses produksi dan
peralatan pemanfaat energi.
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam usulan penelitian tesis ini akan
dilakukan studi terhadap pengelolaan energi di RSUP Sanglah Denpasar melalui
proses audit energi untuk mengetahui Intensitas Konsumsi Energi Listrik (IKE) dan
pemantauan terhadap pengelolaan energi di RS. Nilai IKE ini akan memberikan
informasi tentang profil dan tingkat efisensi konsumsi energi. Dengan dasar ini dapat
8
pihak manajemen RS Sanglah untuk merencanakan dan melaksanakan program
pengelolaan energi yg efektif dan efisien.
1.2. Rumusan permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana tingkat konsumsi energi di RSUP Sanglah Denpasar ?
2. Bagaimana pengelolaan energi eksisting di RSUP Sanglah Denpasar?
3. Bagaimana model pengelolaan energi yang baik (efektif dan efisien) di
RSUP Sanglah Denpasar?
1.3.Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi di RSUP Sanglah
2. Untuk mengetahui pengelolaan energi eksisting di RSUP Sanglah
3. Untuk mengetahui model pengelolaan energi yang baik di RSUP
Sanglah
1.4. Manfaat Penelitian
9
2. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan terkait
pengelolaan energi secara bijaksana dan bertanggungjawab tanpa
mengurangi kualitas pelayanan.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Dalam penelitian tugas akhir ini akan dibatasi pembahasannya pada masalah
sebagai berikut :
1. Energi yang akan dibahas adalah energi listrik di RSUP Sanglah,
2. Pelaksanaan Audit mengacu pada SNI 03-6196-2000 tentang prosedur
Audit Energi Pada Bangunan Gedung dan Pedoman teknis system tata
udara rumah sakit
3. Analisa PHE dan rekomendasi hanya sebatas usulan, tidak sampai
pada implementasi.
1.6.Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang
10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi: teori-teori tentang audit energi, perhitungan IKE dan
kebijakan manajemen rumah sakit yang menunjang usulan tugas akhir
ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Meliputi: tempat dan waktu penelitian, sumber data, jenis data dan
analisis data. Hasil dari audit energi ini akan digunakan oleh pihak
manajemen rumah sakit mengambil kebijakan untuk konservasi dan
efisiensi energi
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan dan análisis terhadap masalah yang telah
dirumuskan, mulai dari gambaran umum objek penelitian, análisis
konsumsi energi listrik serta análisis pengelolaan energi listrik pada
RSUP Sanglah Denpasar
✁ ✂✂
✄ ✂☎ ✆ ✁✝ ✁☎✞ ✝✟ ✄✁✠ ✁
✡☛☞✟tate of The Art Review
✌✍ ✎✏✑ ✍ ✒✓✍ ✔ ✓✕ ✔ ✎✏ ✑✍ ✒✓ ✒✖✕✑ ✖ ✎✗✔ ✘ ✙✔ ✚✑ ✍ ✙ ✎✏ ✔ ✘ ✏✑ ✛✔ ✚✎ ✚✔✓ ✜✛ ✒ ✘ ✢ ✒✢ ✒✖✔ ✣✔
✣ ✒✓ ✒✛ ✑ ✍✑ ✏ ✑✔ ✓✍ ✔ ✖✔✓✔ ✤y ✥ ✎✙ ✎✦ ✧★✩ ✪★ ✫ ✬ ✎✏✑ ✍ ✭ ✓ ✒✖✕✑ ✮ ✌✯ ✰ ✯✛ ✑ ✓ ✱ ✲✔ ✙✑ ✛ ✔ ✎✏✑ ✍ ✏✑ ✖ ✎✗✔ ✘
✙ ✔ ✚✑ ✍✑ ✓✑ ✗ ✒✓✎✓✳ ✎✚✚✔ ✓✣✒✍ ✔ ✚✜✓ ✙ ✎✗✙✑ ✙ ✒✢✔ ✕✔ ✑ ✢ ✒✖✑ ✚✎✍ ✴ ✣ ✒✓ ✕ ✚✜✓✏✑ ✙ ✑✔ ✓ ✎✏✔ ✖✔✙ ✒✢ ✒✙ ✔✖
✵✩ ✶ ✤✣ ✒✖✔ ✛ ✔ ✍✔ ✓ ✗ ✒✏✑ ✙ ✏✔ ✓ ✣ ✒✖ ✚✔ ✓✍ ✜✖✔ ✓ ✪✷✶✤ ✣ ✒✓✒✖✔ ✓ ✕✔✓ ✪✵✶✤ ✛ ✑ ✦✍ ✸✶ ✏✔ ✓ ✛ ✔ ✑✓ ✓✔y
✹✶✱ ✺ ✒✖✏ ✔✙ ✔ ✖ ✚✔ ✓ ✘✔ ✙✑ ✛ ✔ ✎✏✑ ✍ ✒✓ ✒✖✕✑ ✍ ✒✖✙✒✢ ✎✍ ✤ ✏✑ ✏✔ ✣✔ ✍ ✖ ✒ ✚✜✗✒✓✏ ✔✙ ✑ ✔ ✻✔ ✛ ✎✓ ✍ ✎✚
✗ ✒✛✔ ✚✎ ✚✔ ✓ ✣ ✒✓✕ ✘✒✗✔✍ ✔ ✓ ✒✓ ✒✖✕✑ ✏✔ ✛ ✔ ✗ ✣ ✒✓ ✕ ✚✜✓✏✑ ✙✑ ✔ ✓ ✎✏✔ ✖✔ ✱ ✥ ✜✕✔ ✼✖✑ ✗✔ ✙ ✍ ✘✔
✧★✩✪★ ✫✤ ✼✜✍ ✒✓✙✑ ✣ ✒✓✕ ✘✒✗✔ ✍✔ ✓ ✭ ✓ ✒✖✕✑ ✽ ✔ ✗✣ ✎ ✤ ✬ ✾✏✔ ✓ ✿✓✙✍ ✔ ✛ ✔✙ ✑ ✽✑ ✙✍ ✖✑ ✚ ✮ ✎✗✔ ✘ ✌✔ ✚✑ ✍
✯ ✗ ✎✗ ✰✔ ✒✖✔ ✘ ✺✔ ✓✎✗✔ ✙y ✤ ✣ ✒✓ ✒✛ ✑✍ ✑ ✔ ✓ ✑ ✓✑ ✣✔ ✏✔ ✔ ✚✘✑ ✖✓✔y ✗ ✒✓✕ ✘✔✙ ✑ ✛ ✚✔✓ ✢ ✒✢ ✒✖✔ ✣✔
✖ ✒ ✚✜✗ ✒✓✏✔ ✙✑ ✣ ✒✛ ✎✔ ✓✕ ✘✒✗✔✍ ✒✓ ✒✖ ✕✑ ✔ ✑✍ ✎y ✗ ✒✓ ✕✕✔✓ ✍✑ ✢✔ ✛ ✛ ✔✙ ✍ ✚✜✓❀ ✒✓✙✑ ✜✓ ✔✛ ✏ ✒✓✕✔ ✓
✢✔ ✛ ✛ ✔✙ ✍ ✒✛ ✒ ✚✍✖ ✜✓✑ ✚✤ ✗ ✒✓ ✕✕✔ ✓✍✑ ✕✔ ✙ ❁✖ ✒ ✜✓ ✏ ✒✓✕ ✔✓ ✕✔ ✙ ✘✑✏✖ ✜ ✚✔ ✖✢ ✜✓ ✣✔ ✏✔ ✬✾ ✏✔ ✓
✗ ✒✛✔ ✚✎ ✚✔ ✓ ✙ ✜✙ ✑ ✔✛ ✑ ✙✔ ✙✑ ✙ ✑ ✚✔ ✣ ✘ ✒✗✔ ✍ ✱ ✼ ✒✓ ✒✛ ✑ ✍ ✑ ✔✓ ✙✒✳ ✒✓✑ ✙ ✔ ✓ ✕y ✏✑ ✚✒✗✢ ✔✓ ✕ ✚✔ ✓ ✏ ✒✓✕✔ ✓
✗ ✒✓✕✕ ✎✓ ✔ ✚✔✓ ✙ ✎✔ ✍ ✎ ✗ ✒✍ ✜✏ ✒ ✣ ✒✖✔ ✓✕ ✚✑ ✓✕✔ ✓ ✏✔ ✛ ✔ ✗ ✗ ✒✓ ✒✓✍ ✎✚✔ ✓ ✍ ✑ ✓✏✔ ✚✔ ✓ ✒✦✑ ✑ ✙ ✒✓✙ ✑
✏✑ ✛ ✔ ✚✎✚✔ ✓ ✜✛ ✒ ✘ ✮✑zkani Thoriq (2012), Audit Energi dengan Pendekatan Metode
MCDM-PROMETHEE untuk Konservasi serta Efisiensi Listrik di Rumah Sakit Haji Surabaya. Dari hasil audit energi didapat nilai IKE sebesar 176,48 kwh/m2//tahun ,
termasuk dalam kategori cukup efisien. Berdasarkan hasil audit tersebut, didapatkan beberapa rekomendasi untuk tindakan efisensi yaitu: (1) perubahan SOP fasilitas
12
hemat energi (4) pelatihan dan pengembangan SDM. Dari keempat alternatif tersebut dipilih alternatif terbaik menggunakan metode MCDM. Metode
PROMETHEE merupakan metode yang paling cocok untuk kasus ini karena dapat merangkingkan alternatif sesuai dengan kriteria yang didapat. Terdapat 8 (delapan) kriteria yang mempengaruhi pemilihan alternatif, dimana setiap kriteria terlebih
dahulu dihitung bobotnya menggunakan metode ANP. Dari hasil perangkingan, diketahui alternatif penghematan yang direkomendasikan pada RSU Haji Surabya adalah perubahan SOP fasilitas rumah sakit. Penelitian sejenis dilakukan oleh Weda Setyawan (2012), Manajemen Energi di Rumah Sakit Surya Husada Denpasar,
melakukan audit pada salah satu rumah sakit swasta di Bali, didapatkan nilai IKE sebesar 245,40 kWh/m2 per tahun. Konservasi energi ditekankan pada AC dan
lampu. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa rumah sakit belum memiliki acuan
untuk menyusun suatu rancangan manajemen energi, sehingga perlu dilakukan pemetaan terhadap kebijakan dan sistem, organisasi, motivasi,sistem informasi,promosi dan investasi. Dari hasil matrik manajemen energi didapatkan
hasil bahwa manajemen energi di Rumah Sakit Surya Husada belum dikelola dengan baik, namun dalam hal teknologi dan sistem pemeliharaan AC dan lampu sudah terkelola dengan baik, bahkan dapat dijadikanbest practice
Penelitian tentang usaha untuk melakukan efisiensi energi di rumah sakit
13
energi ini ada pada peningkatkan kinerja pengatur suhu ruang, mengganti jendela dan pintu, memperbaiki instalasi di atap dan dinding, instalasi pompa dan pipa pengatur
aliran panas, hingga penggantian radiator. Seluruh RS yang dijadikan sample penelitian menerapkan lebih dari dua kombinasi upaya untuk meningkatkan efisiensi energi, namun yang paling banyak dilakukan adalah penggantian jendela.
Pengukuran dilakukan selama dua bulan dan data yang diperoleh diekstrapolasi untuk mendapatkan gambaran selama setahun penggunaan energi. Hasil yang diperoleh adalah bahwa setelah adanya intervensi, terjadi penurunan penggunaan energi sebesar rata-rata 40% dari sebelumnya. Penurunan konsumsi energi di RS jauh
lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi di sekolah-sekolah, yaitu berkurang dari rata-rata 339 kWh/m2 menjadi 205 kWh/m2. Hal ini disebabkan karena rumah
sakit beroperasi selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu sedangkan sekolah hanya
beroperasi selama 8 jam perhari dan 5 hari seminggu, sehingga efiisensi yang dilakukan di sekolah tidak terlalu menghasilkan perubahan yang signifikan. Dibandingkannya sekolah dan rumah sakit karena peneliti berasumsi bahwa rumah
sakit dan sekolah sama-sama merupakan fasilitas umum dan tersebar di seluruh wilayah . Ada empat RS yang menunjukkan penurunan inefisiensi energi yang sangat signifikan (45%-55%), dan penurunan terendah ditunjukkan oleh satu RS (17%). Perbedaan utama terletak pada penggunaan pompa pada empat RS namun tidak
14
❂❃❂. Manajemen Energi
Manajemen energi adalah program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan sumber daya dan energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan
evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi/pelayanan. Awal mula manajemen energi adalah menyelaraskan strategi perusahaan dengan penerapan manajemen energi (wikipedia.org/wiki/manajemen energi) dengan demikian seluruh karyawan akan dapat berkomitmen terhadap penghematan energi di perusahaan.
Pendekatan secara sistematis dan terstruktur terhadap manajemen energi sangat dibutuhkan dalam usaha mengidentifikasikan dan merealisasikan potensi penghematan yang ada. Manajemen Energi memberikan manfaat pada perusahaan
atau organisasi melalui:
1. Penurunan biaya operasi. 2. Peningkatan keuntungan.
3. Meminimumkan pengaruh❄ ❅❆❇❈ ❉❊ ❇❇❋ ●❍■
4. Peningkatan potensi untuk kesinambungan pertumbuhan pasar.
5. Pemberian dasar pertimbangan dalam usaha memodernisasikan perusahaan atau organisasi.
15
1. Meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi penggunaan energi, khususnya pengurangan biaya.
2. Menanamkan suatu pemikiran yang peduli terhadap persoalan energi. 3. Melakukan suatu proses ❏❑ ▲▼ ◆❑❖ ▼ ▲P◗ ❖ ❘ ❙❑❖◆ ▼ ▲P◗ dan strategi
manajemen yang efektif untuk mendukung kebijakan penggunaan
energi.
4. Menemukan cara baru yang lebih baik agar bisa lebih meningkatkan manfaat dari investasi energi yang dilakukan melalui penelitian dan pengembangan.
5. Mengembangkan ketertarikan dan dedikasi pada program manajemen energi pada seluruh karyawan.
6. Mengurangi dampak dari gangguan-gangguan pada proses suplai
energi.
Secara umum, ada dua alasan utama yang mendorong dilaksanakannya program manajemen energi, yaitu (Capehart, B, et al 2006) :
1. Faktor ekonomi
Program manajemen energi dapat menekan biaya dan meningkatkan keuntungan finansial.
2. Kepentingan nasional
16
kondisi krisis energi. Selain itu program manajemen energi juga bisa memberikan dampak yang positif bagi lingkungan untuk generasi yang
akan datang.
❚❯❚ ❯❱❲❳insip-prinsip umum manajemen energi
Identifikasi prinsip-prinsip dasar manajemen energi adalah suatu hal yang
sangat luas jangkauannya karena dengan prinsip-prinsip dasar ini akan sangat membantu dalam cara pendekatan terhadap problem yang akan dihadapi. Prinsip-prinsip dasar itu dapat mempersiapkan dasar untuk pendekatan yang rasional dan penjabaran yang lebih terperinci tentang teknologi yang dibutuhkan. Prinsip yang
pertama adalah melihat data historis tentang pemakaian energi.
Terjadinya variasi beban musiman atau perubahan pemakaian energi yang mendadak, bisa saja terjadi karena kerusakan mesin atau kegagalan suatu
fungsi, bahkan penambahan suatu peralatan atau sistem yang tidak diketahui. Dengan melihat kembali data-data historis dapat diketahui hal-hal yang sebelumnya tidak jelas dan bahkan dapat memberikan saran untuk mengkombinasikan
beberapa proses operasi yang dapat menghemat pemakaian bahan bakar. Dengan energi audit akan didapat data pemakaian energi yang terinci dari suatu proses atau mesin tertentu dan dapat terlihat pemakaian energi yang tidak efisien. Dengan meningkatnya pemeliharaan pada suatu perusahaan atau organisasi biasanya
17
❨ ❩❬❭ ❪❫❴❵ ❩❛❜❫ ❩❝ ❬❩❛berusaha untuk memanfaatkan energi, mengurangi
kehilangan dan menggunakan kembali proses yang tersisa yang telah dibuang dari
suatu proses atau peralatan (❭ ❬ ❞❵ ❡ ❬❭ ❬❢ ❣❬❜ ❛). Bahan yang ekonomis maksudnya menggunakan kembali bahan bahan sisa, mengurangi sampah dan perencanaan bahan sisa (❢ ❬❤❫ ❪❩ ✐❵❭❤❜❥❡❜ ❪❬), perencanaan produksi (❢ ❬❤❫ ❪❩ ❦❭❵❢❧❞❛) yang
mempertimbangkan penggunaan kembali bagian yang terbuang.
Pemilihan kualitas bahan sangat penting karena bahan dengan kualitas yang baik biasanya memerlukan biaya yang lebih banyak. Penggabungan pemakaian energi dari beberapa proses atau peralatan dapat meningkatkan efisiensi sistem
secara keseluruhan pada kondisi tertentu.
Penilaian ekonomis (❬ ❞❵ ❩❵ ❝❫ ❞ ❬❡❜❥❧❜ ❛❫ ❵ ❩) adalah suatu alat yang penting di dalam energi manajemen. Peralatan baru, proses dan berbagai pilihan lainnya harus
dipelajari untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang diperlukan dan berapa keuntungan yang diperoleh untuk mendapatkan gambaran yang jelas.
♠♥ ♠.2 Perencanaan program panajemen energi
Dalam merencanakan suatu program manajemen energi, unsur-unsur yang penting antara lain (Capehart, B, et al 2006) :
1. Komitmen manajemen
18
mencapai tujuannya. Maka dari itu, peran dari seorang manajer energi sangatlah krusial dalam menjaga komitmen dari pihak manajemen tehadap
program manajemen energi yang akan dilaksanakan. Usaha-usaha yang perlu dilakukan manajemen dalam keterlibatannya dengan menajemen energi antara lain:
a. Menentukan sasaran yang penuh tantangan tetapi realistis dalam usaha untuk mengurangi biaya energi dalam periode tertentu.
b. Menetapkan kebijaksanaan yang dianggap perlu untuk mencapai sasaran tersebut.
c. Seorang Manajer Energi, sebagai penangggung jawab masalah manajemen dan pengawasan dalam pelaksanaan menajemen energi. d. Melibatkan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
e. Memantau kemajuan program menajemen energi dalam hal anggaran, jadwal dan penyelesaiannya.
f. Mengevaluasi secara periodik untung rugi program menajemen energi dan kalau perlu merubah sasaran program.
g.
Membandingkan♦♣ q rs t✉ t✈t✇♣ ①q ②♣ tq(ROI) investasi konversi deng
an ROI rencana investasi lainnya.
19
Untuk mengembangkan dan menjaga pelaksanaan program manajemen energi, suatu perusahaan harus menugaskan satu orang yang diberi
tanggung jawab sebagai koordinator dari program ini.
3. Staff pendukung
Dalam melaksanakan program manajemen energi, seorang manajer energi membutuhkan staff yang bisa mendukungnya dalam melaksanakan tugas. Secara garis besar, staff yang diperlukan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ③ ④ ⑤ ⑤⑥ ⑦ ⑧⑨ ⑩❶❷❷⑦ ④ ④⑤ ⑤, yang menentukan arah dari program ini, dan
④ ⑤⑩❸ ⑧⑦ ⑩❹❺⑩❶❷❷⑦④ ④ ⑤ ⑤yang bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis.
4. ❻ ⑤❼❶ ⑥ ④ ⑦ ⑧⑨❹ ⑧❽❷❶ ⑧⑦ ④❶⑥⑦⑧ ⑨
Tujuan dari laporan konsumsi energi (⑤ ⑧ ⑤⑥⑨⑦ ⑩❶⑧③ ❾❷❼④ ⑦❶ ⑧ ⑥ ⑤ ❼❶⑥④ ⑦⑧⑨)
adalah untuk menhitung konsumsi energi, kemudian membandingkannya dengan tujuan perusahaan atau standar konsumsi energi yang ada.
5. Pelatihan
Manajemen energi adalah suatu program yang dinamis. Maka dari itu, diperlukan suatu pelatihan terhadap seluruh tingkatan manajemen, untuk meningkatkan pengetahuan seluruh staff terhadap metode dan teknologi baru dalam suatu proses manajemen energi.
❿➀❿ ➀➁➂an➃kah -langkah manajemen energi
20
Untuk menghasilkan program manajemen energi yang sukses, audit energi mutlak dilaksanakan. Karena merupakan langkah awal dalam
mengidentifikasi potensi-potensi penghematan energi. Audit ini akan menghasilkan data-data penggunaan energi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam program efisiensi energi.
2. Menentukan target efisiensi
Hasi dari proses audit adalah target program manajemen energi. Cara termudah dalam menentukan target efisiensi yaitu melihat perbedaan intensitas energi dari standar yang berlaku.
3. Menyusun rencana Aksi
Rencana ini akan mencakup rincian langkah-langkah untuk mencapai setiap target efisiensi yang akuntabel.
4. Pengembangan diri dan motivasi staff
Partisipasi aktif dari seluruh staff hotel sangat penting bagi keberhasilan program manajemen energi. Pelatihan yang harus diberikan tidak terbatas
pada petunjuk teknis, namun juga pelatihan untuk meningkatkan motivasi staf Artinya ide program manajemen energi harus disosialisasikan hingga level paling bawah.
5. Monitoring
hal-21
hal yang tidak diinginkan seperti penurunan pelayanan atau kenyamanan yang mungkin muncul.
6. Menghitung penghematan energi
Untuk menghitung penghematan biaya dapat dilakukan dengan membandingkan tagihan listrik sebelum dan setelah pelaksanaan program.
7. Evaluasi
Evalusi dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada para staff
➄➅➆. Intensitas Komunitas energi (IKE)
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN,APEC), Perhitungan nilai IKE didapat
dengan pembagian antara konsumsi energi dengan luas banguan yang dinyatakan dalam satuan kWH/m per tahun. Sebagai target , besarnya IKE listrik untuk Indonesia, menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN- USAID
pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan rincian sebagai berikut :
a. IKE untuk perkantoran (komersial) : 240 kWH/m2/tahun.
b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/m2/tahun
c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWH/m2/tahun
22
➇➈➉ ➈ ➊udit Energi
Audit Energi bertujuan mengetahui "Potret Penggunaan Energi" dan mencari
upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi. Audit energi teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi dan mengenali cara-cara untuk penghematannya. Wikipedia, the free encyclopedia, menyatakan: An energi audit
is an inspection, survey and analysis of energi flows in a building, process or sistem with the objective of understanding the energi dynamics of the sistem under study. (wikipedia.org/wiki/Energi_audit). Jadi audit energi dapat dilakukan melalui suatu pemeriksaan (inspeksi), pendataan (survei), dan menganalisis aliran energi pada
suatu bangunan.
Proses audit energi terdiri dari Audit Energi singkat, audit energi awal dan audit energi terinci. Kegiatan audit energi awal dapat dilakukan dengan atau tanpa
rekomendasi audit energi singkat.
2.4.1. Audit energi awal (Preliminary audit)
Kegiatan audit energi awal meliputi persiapan, pengumpulan data energi
bangunan gedung, pengukuran singkat dan observasi visual. Dilanjutkan dengan perhitungan sederhana untuk profil dan efisiensi penggunaan energi dilakukan menggunakan data yang terkumpul sehingga menghasilkan :
a. Intensitas konsumsi energi (kWh/m2/ tahun)
23
d. Rekomendasi pilihan dengan urutan prioritas langkah penghematan energi
➣.4.2. Audit energi rinci
Audit energi rinci perlu dilakukan apabila audit energi awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar yang ditentukan atau adanya rekomendasi dari audit energi awal apabila ada objek khusus/spesifik yang memiliki potensi penghematan lebih besar. Proses Audit energi rinci dilakukan dengan cara:
a. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi
b. Pengukuran energi. Jenis alat ukur yang digunakan dapat berupa alat yang telah dipasang secara tetap atau permanen pada instalasi maupun alat ukur
yang portabel. Hasil pengukuran dapat diandalkan serta mempunyai tingkat kesalahan dalam batas tolerir dan berlaku ketentuan Standar Internasional (SI)
c. Identifikasi peluang Hemat Energi (PHE). Identifikasi peluang hemat energi dapat diperoleh dari pengolahan data pada audit energi awal sehingga secara umumdiperoleh gambaran tentang potensi penghematan baik pada peralatan maupun bangunan gedung. Bila nilai IKE melebihi standar, maka dilakukan
24
diteruskan untuk memperoleh nilai IKE yang lebih rendah (baseline) atau manajemen pengelolaan energi pada bangunan gedung tersebut dapat
dijadikan acuan ↔ ↕➙➛ ➜ ➝➞➟➠ ➜➡➠ ➙➢ atau ➝➞➟➠ ➜ ➡➠➟ ➤ ➟ ➝ ➝➞➥➟ ➠ ➦➙➛ pada bangunan gedung lainnya
d. Analisa peluang hemat energi. Menindaklanjuti PHE yang teridentifikasi
maka dilakukan suatu analisis PHE dengan cara membandingkan potensi penghematan energi dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk proses pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan. Beberapa bentuk usaha PHE yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengurangi daya terpasang dan jam operasional 2. Memperbaiki kinerja peralatan
3. Menggunakan sumber energi murah
e. Laporan. Dalam membuat suatu laporann audit terdapat beberapa pedoman yang tercakup dalam laporan tersebut yaitu ringkasan (➙➧➙➠➨➜ ➡➩➙➛➨➫➫➟ ➞➭), latar belakang, pengelolaan energi, pelaksanaan audit dan potret
penggunaan energi.
f. Rekomendasi. Rekomendasi yang dibuat mencakup masalah pengelolaan energi termasuk program manajemen yang perlu diperbaiki, implementasi audit energi yang baik dan cara meningkatkan kesadaran penghematan
25
peningkatan energi tanpa memerlukan pengeluaran (biaya), melakukan perbaikan dengan investasi kecil dan perbaikan dengan investasi besar.
➯.5. Bangunan Hemat Energi
Pada umumnya gedung di daerah tropis ( Indonesia) , intensitas penggunaan
energinya terbagi menjadi (Kemen ESDM,2011) : 1. Sistem tata udara (45 70 %)
2. Sistem pencahayaan (10-20%) 3. Lift dan escalator ( 2 7 %)
4. Peralatan elektronik ( 2- 10 %)
Kriteria penggunaan energi (IKE) pada bangunan gedung untuk fungsi perkantoran menurut ➲ ➳➵ ➲ ➸➺➻ ➼➻➽➻ ➾➚➪ ➶ ➶➹ ➘➚ ➴➾➷➬➬➮➱✃ ✃ ➵ ❐❒❮ ❰Ï➮➮Ð Ñ❰terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu:
➷Ò ➵ Ó➚ ➴Ô➹❐Ó➼➚ Ó➾ ➹ Õ➚
Bangunan gedung ini termasuk kelompok yang memiliki tingkat IKE elektrik
sebesar 340 kWH/m2/tahun ± 5 %. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi
elektrik pada bangunan tersebut adalah boros
ÏÒ ❮➻➾ ➚Ö➻➾➚
IKE elektriknya berada pada angka 240 kWH/m2/tahun ± 5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa bangunan gedung tersebut tidak mengelola energi dengan baik, namun tidak dikategorikan boros.
26
Bangunan gedung dengan nilai IKE elektriknya sebesar 180 kWH/m2/tahun
± 5 %. menunjukkan pengelolaan energi telah dilakukan dengan baik dan
sudah melaksanakan program hemat energi.
ÙÚ Û ÜÝÞ ßàÛ á áà âà Ý Üâ ã
Bangunan gedung dengan nilai IKE 145 kWH/m2/tahun ± 5 % menunjukkan
bahwa pengelolaan energi telah dilakukan secara optimal sehingga menjadi hemat dan efisien.
ä. 6. Tingkat Kenyamanan
Tingkat kenyamanan dipengatuhi suhu udara ruangan, kelembaban ruangan dan kecepatan angin dalam ruangan. Kenyamanan merupakan suatu proses mengolah udara secara serentak dengan mengendalikan temperature, kelembaban nisbi,
kebersihan dan distribusinya untuk memperoleh kenyamanan penghuni dalam ruang yang dikondisikan. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal (rasa nyaman) seseorang adalah temperature udara kering, kelembaban relative dan pergerakan
udara. Untuk daerah tropis kenyamanan termal berdasarkan kelembaban udara yang dianjurkan antara 40 % -50 %, tetapi untuk ruangan yang jumlah orangnya padat seperti ruang pertemuan, kelembaban udara relative masih diperbolehkan berkisar antara 55 %-60 %. Berikut menurut standar Tata Cara Perencanaan Teknis
konservasi Energi pada bangunan Gedung dapat dibagi menjadi:
27
2. Nyaman Optimal, antara temperatur efektif 22,8º C 25,8º C dengan RH 70 % 3. Hangat Nyaman, antara temperature efektif 25,8 º C 27,1ºC dengan RH 70 %
å.7. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Depkes RI, 2009). Menurut Adisasmito (2007), rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa
kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pemerintah telah mengatur perihal rumah sakit melalui Undang Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992
tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan Rumah Sakit Umum (RSU) adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik. Pelayanan medik dasar adalah pelayanan medik umum dan kesehatan gigi. Pelayanan medik
28
Radiologi, Anestesiologi, Patologi Klinik dan Kesehatan Olah raga. Pelayanan medik sub spesialistik adalah pelayanan medik dengan pendalaman tertentu dalam salah
satu pelayanan spesialistik.
RSU mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Dalam menjalankan misi tersebut RSU mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut, RSU mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Menyelenggarakan pelayanan medis.
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis.
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
æçè çé çêlasifikasi rumah sakit pemerintah
Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasika menjadi
29
adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subpesialistik luas.
b. Rumah sakit umum kelas B
adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik
terbatas
c. Rumah sakit umum kelas C
adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
d. Rumah sakit umum kelas D
adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Siregar, 2004).
ëìí ìëìîadan layanan umum (BLU)
Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 tentang Penggelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pasal 9 tentang Tarif Layanan:
a. BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan dan barang/
30
b. imbalan atas barang/ jasa layanan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk tarif disusun atas dasar
perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.
c. Tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diusulkan oleh blu kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala skpd sesuai dengan
kewenangannya
d. usul tarif layanan dari menteri/pimpinan lembaga/kepala skpd sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya ditetapkan oleh menteri keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya
tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (4) harus mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan;
daya beli masyarakat;
asas keadilan dan kepatutan; dan
kompetisi yang sehat
ïðñ ð òistem Kelistrikan Rumah Sakit
Sistem kelistrikan dalam rumah sakit berasal dari Jaringan Tegangan
31
Rendah 400/231 volt 3 fasa. Sedangkan sumber cadangan dapat berupa:óô õô ö÷ø ù ö
set, No Break Set (NBS), Uninteruptible Power Supply (UPS), pembangkit Tenaga
Surya ataufoto Voltaic.
Untuk bagian pelayanan yang membutuhkan kontinuitas dan keandalan yang tinggi harus disediakan pembangkit sendiri dimana kapasitasnya dapat memenuhi
kebutuhan energi listrik ( Depkes RI,1992)
1. Ruangan kelompok 1 : merupakan suatu ruangan dimana terputusnya aliran listrik karena gangguan tidak menimbulkan bahaya baik bagi penderita maupun pekerja. Pemeriksaan dan pengobatan pada umumnya dapat
dihentikan atau diulangi. Missal: rawat inap atau rawat jalan
2. Ruangan kelompok 1E : merupakan ruangan yang memepergunakan peralatan elektromedik yang dayanya didapat dari jaringan listrik, yang pada
saat terputusnya aliran listrik harus tetap bekerja terus dengan bantuan catu daya pengganti khusus. Pemeriksaan dan pengobatan dapat terhenti beberapa detik tanpa membahayakan penderita. Misal: praktek kedokteran umum,
ruang bersalin, ruang endoskopi, ruang angiografi, ruang rawat darurat dan ruang pemeriksaan intensif.
3. Ruangan kelompok 2E: meruapakan ruangan dimana aliran listrik tidak boleh terputus sama sekali. Peralatan yang digunakan pada ruangan ini harus dapat
32
pemutusan) seperti pada pelayanan, persiapan bedah, bedah, ruang pemulihan, kateterisasi jantung, angiografi dan klinik bersalin.
úûü ûý û þumber daya listrik
Untuk menjamin tersedianya suplai daya listrik di rumah sakit antara lain
dengan penyediaan sumber daya cadangan berikut sistem atau perangkat yang dapat mengatur atau memantau suplai daya listrik secara berkesinambungan. Sumber listrik cadangan dilaksanakan secara berjenjang yaitu sumber daya listrik utama yaitu listrik PLN, sumber daya listrik cadangan yang berasal dari diesel atau generator sebagai
cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber daya listrik utama dan atau sumber daya listrik PLN yang belum terpakai. Sumber daya listrik yang melalui No Break Set yaitu sumber daya listrik yang berfungsi untuk mengatasi jeda waktu terputusnya
[image:50.595.152.524.521.641.2]suplai daya listrik utama sampai berfungsinya diesel generator secara penuh dan sumber daya internal pada masing-masing peralatan.
Gambar 2.1. Penyediaan daya listrik RS PLN
GENSET
33
Sistem penyediaan daya listrik rumah sakit harus mengikuti persyaratan sbb:
1. Selang waktu pemindahan sumber daya listrik antara terputusnya aliran
listrik PLN dengan berfungsinya genset maksimal 15 detik, selang waktu antara PLN padam dan beroperasinya NBS adalah 1 detik.
2. Disel generator harus terdiri dari 2 (dua) unit dengan jumlah kapasitas
minimal 60% dari jumlah daya terpasang. Diesel generator harus dapat berfungsi secara otomatis dan manual serta dapat berfungsi secara parallel 3. Kapasitas No Break Set atau UPS minimal harus dapat mensuplai daya
listrik untuk peralatan yang vital di ruang bedah, ICU/ICCU,alat penunjang
hidup, pusat computer serta lampu emergency
ÿ✁ÿ ✂istem distribusi listrik
Sistem distribusi kelistrikan di rumah sakit dapat memilih sistem ring (loop) atau sistem radial. Pemilihan kedua sistem tersebut sangat tergantung pada besar kecil beban, luas dan area rumah sakit serta kemampuan pengoperasian penyaluran
daya dari sumber utama listrik ke gedung-gedung dapat menggunakan sistem-sistem berikut (Depkes RI,1992):
1. Sistem Radial
Bentuk jaringan ini merupakan bentuk yang paling sederhana, banyak
34
✄ambar ☎.2. sistem radial
Catu daya berasal dari satu titik sumber dan karena adanya pencabangan
tersebut, maka arus beban yang mengalir disepanjang saluran menjadi tidak sama sehingga luas penampang konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak sama sehingga luas penampamg konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak sama karena arus yang paling besar
mengalir pada jaringan yang paling dekat dengan gardu induk. Sehingga saluran yang paling dekat dengan gardu induk ini ukuran penampangnya relatif besar dan saluran cabang cabangnya makin ke ujung dengan arus
beban yang lebih kecil mempunyai ukuran konduktornya lebih kecil pula. Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah :
a. Bentuknya sederhana. b. Biaya inverstasinya murah.
c. Kualitas pelayanan dayanya relatif jelek, karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif besar.
35
tersebut mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik gangguan selama gangguan belum teratasi.
Untuk melokalisisr gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi dengan peralatan pengaman, fungsinya untuk membatasi daerah yang mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik gangguan
selama gangguan belum teratasi.
2. Sistem Ring /Loop
Sistem jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk
jaringan ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring, seperti terlihat pada gambar 2.3 yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua arah saluran. Struktur jaringannya merupakan gabungan dari dua buah struktur
jaringan radial, dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) dan pemisah (PMS). Pada saat terjadi gangguan, setelah gangguan dapat diisolir, maka pemutus atau pemisah ditutup sehingga aliran
daya lidtrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak terhenti, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas dayanya menjadi lebih baik. Jaringan distribusi loop cocok digunakan pada daerah yang padat dan memerlukan keandalan tinggi namun membutuhkan biaya investasi yang
36
✆ambar ✝.3. sistem loop/ring
3. Sistem Spindel
Jaringan distribusi spindel (seperti gambar 2.4) merupakan saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) yang penerapannya sangat cocok di kota besar. Adapun operasi sistem jaringan sebagai berikut :
a. Dalam keadaan normal semua saluran digardu hubung (GH) terbuka sehingga semua SKTM beroperasi radial.
b. Dalam keadaan normal saluran ekspress tidak dibebani dan
dihubungkan dengan rel di gardu hubung dan digunakan sebagai pemasok cadangan dari gardu hubung.
c. Bila salah satu seksi dari SKTM mengalami gangguan, maka saklar beban di kedua ujung seksi yang terganggu dibuka. Kemudian seksi
37
Gambar 2.4. sistem spindel
✞✟✠. Sistem Pencahayaan Rumah Sakit
Untuk menghitung keperluan penerangan di rumah sakit,pencahayaan yang baik harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Keselamatan pasien
2. Peningkatan kecermatan
3. Kesehatan yang lebih baik dan suasana yang lebih nyaman
Tabel berikut merupakan pedoman nilai pencahayaan pada bidang kerja dalam ruang tertentu. Kategori pencahayaan pada masing-masing ruangan
diberi kode: A,B,C,D,E,F,G,H dan I ( Depkes RI,1992)
Tabel.2.1. kategori pencahayaan
No Kategori
penerangan Minimum Yang diharapkanIntensitas penerangan (Lux) Maksimal
1. A 20 30 50
2 B 50 75 100
3 C 100 150 200
4 D 200 300 500
5 E 500 700 1000
6 F 1000 1500 2000
7 G 2000 3000 5000
8 H 5000 7500 10,000
[image:55.595.167.464.566.705.2] [image:55.595.164.465.566.703.2]38
[image:56.595.149.531.198.548.2]Intensitas cahaya berdasarkan fungsi ruangan di rumah sakit adalah seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.2. intensitas cahaya rumah sakit
No Ruang/unit Pencahayaan
(lux) Kode Penerangan
1 Ruang pasien
Saat tidak tidur
Saat tidur 100-200Maksimum 50 CA Warna cahaya sedang
2. Ruang operasi Umum
Meja operasi 300-50010000-20000 DI Warna cahaya sedangTanpa bayangan
3 Anestesi,pemulihan,ruang balut 300-500 D
-4. Endoskopi,lab 300-500 D
-5 X ray 75-100 B
-6 Koridor Minimal 60 C Malam
7 Tangga Minimal 100 C
-8 Kantor/loby Minimal 100 C
-9 R alat/gedung Minimal 100 C
-10 R. farmasi Minimal 200 D
-11 dapur Minimal 200 D
-12 R. cuci Minimal 200 D
-13 Toilet Minimal 100 C
-14 Entrance Hall Minimal 100 C
-15 Administrasi Minimal 200 D
-16 Central counter Minimal 200 D
-17 Ruang tunggu Minimal 100 C
-18 Gudang Minimal 50 B
-19 Locker Minimal 100 C
-20 Oxondontia Minimal 500 E
-21 Ruang isolasi khususpenyakit
tetanus 0,1- 0,5 Warna cahaya biru
22 Ruang luka bakar 100-200
-✡☛☞✌. Sistem Tata Udara Rumah Sakit
Sistem tata udara adalah keseluruhan sistem yang mengkondisikan udara di dalam gedung dengan mengatur besaran termal seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta kesegaran dan kebersihannya, sedemikian rupa sehingga diperoleh
39
sumber dari berbagai jenis mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada petugas, perawat, dokter serta pasiennya yang berada di
rumah sakit tersebut, maka pengaturan temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan secara keseluruhan perlu mendapatkan perhatikan khusus. Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut, terutama di
ruangan-ruangan khusus seperti: ruang operasi, ruang isolasi, dan lain-lain, diperlukan pengaturan terhadap : 1) temperature (2) kelembaban udara relative (3) kebersihan dengan cara filtrasi udara ventilasinya (4) tekanan ruangan yang positif dan negatif (5) distribusi udara didalam ruangan.
Rumah sakit terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi yang berbeda beda tergantung pada jenis penyakit atau tingkat keparahan pasiennya, dan juga tergantung pada perbedaan tindakan medisnya. Perbedaan fungsi tersebut mengakibatkan setiap
fungsi ruangan membutuhkan pengkondisian udara yang berbeda-beda tingkat kebersihannya. Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan memperoleh tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan
kelembaban yang tepat untuk penyakit yang berbeda. Sistem redudansi menjadi masalah pokok pada sistem tata udara dan diperlukan pada ruang-ruang tertentu, hal ini mengingat bahwa ada tindakan-tindakan medik yang menginginkan tidak boleh berhentinya sistem tata udara untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang
40
udara. Menurut Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, standard kualitas udara ruang rumah sakit adalah
sebagai berikut ini:
1. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan amonia).
2. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata- rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/ m3, dan tidak mengandung debu asbes.
[image:58.595.176.484.375.633.2]3. Indeks angka kuman untuk setiap ruang atau unit seperti tabel berikut:
Tabel 2.3. Indeks angka kuman menurut fungsi ruang atau unit
No. Ruang atau unit Konsentrasi maksimum
mikroorganisme per m3udara
(CFU/ m3)
1. Operasi 10
2. Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4. Observasi bayi 200
5. Perawatan bayi 200
6. Perawatan premature 200
7. Intensif Care Unit (ICU) 200
8. Jenazah/ autopsi 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200