Daftar Pustaka
[1] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 70. Konservasi Energi. Jakarta. 2009.
[2] Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK) UI. Teknik Audit Energi. Depok. 2006.
[3] Badan Standardisasi Nasional SNI 03-6196-2000. Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta. 2000
[4] Rianto, Agus. Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara.Hotel Santika Premiere. Semarang.
2007
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/manajemen-energi.html
[6] Young So, Park. Implementasi Kebijakan Konservasi Energi Di Indonesia. E-Journal Graduate Unpar. Bandung. 2014.
[7] Sujatmiko, Wahyu. Penyempurnaan Standar Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Bandung. 2008
[8] Peraturan Menteri No. 09. Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh PT Perusahaan Listrik Negara. Jakarta. 2014.
[9] Jufri, Fauzan Hanif. Konservasi Energi Listrik Pada Industri Baja Dengan Meningkatkan Efisiensi Dan Kualitas Daya Listrik. Universitas Indonesia. Depok.
2008
[10] Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 13. Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik. Jakarta. 2012.
[11}http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-207-1381096493-bab%20i-daftar%20pustaka.pdf.
[12] Konservasi energi listrik Universitas Sumatera Utara. Penelitian Ilmiah. Medan. 1997.
[13] Pedoman Pencahayaan di Rumah Sakit oleh Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta. Januari 1992
[15] Winasis, Satria Ardhi Permana. Analisis Penggunaan Ballast Elektronik Untuk Penghematan Energi Listrik pada Beban Penerangan. Universitas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Jalan Dr. Mansyur No. 66 Medan memiliki kapasitas daya terpasang 3.456.000 VA. Rumah sakit USU tergolong tarif listrik S3 (Sosial 3). Rumah Sakit USU memiliki Backup untuk suplai listrik dua buah Genset dengan kapasitas masing-masingnya 800 kVA.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11-23 April 2016 pukul 08.00 WIB s/d 16.00 WIB sesuai jam kerja yang berlaku dilokasi penelitian (Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
3.3 Jenis Penelitian.
Dalam menyusun suatu penelitian diberlakukan langkah-langkah yang benar sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi.
3.4 Sumber Data
Data-data yang akan diperlukan nantinya dalam proses pembuatan laporan Tugas Akhir diperoleh dari:
a. Observasi
Observasi yang dilakukan dengan pengukuran langsung dilapangan, pengambilan data, mengamati secara langsung ditempat operator dan mencatat data-data yang diperlukan untuk dianalisis.
b. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan dengan cara menanyakan hal-hal yang sekiranya belum penulis ketahui kepada pembimbing di lapangan.
c. Studi Pustaka
d. Bimbingan
Metode ini dilakukan dengan cara meminta bimbingan untuk hal yang berkaitan dengan analisa dari penelitian dari pembimbing, baik dosen maupun orang yang mengerti akan topik penelitian.
3.5 Data dan Peralatan yang digunakan 3.5.1 Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: a. Data secara umum Rumah Sakit USU
b. One line diagram instalasi kelistrikan Rumah Sakit USU c. Denah Ruangan RS. USU
d. Data rekening pembayaran listrik RS. USU e. Data beban pada setiap distribution bar 3.5.2 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain. a. 1 (satu) unit Laptop
b. 1 (satu) unit alat ukur multimeter merk Fluke
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur dalam melakukan kegiatan konservasi energi listrik pada Rumah Sakit USU dilakukan sebagai berikut :
1. Pengumpulan Dan Penyusunan Data Historis Pemakaian Energi Berikut ini data-data yang dibutuhkan dalam penelitian:
- Dokumentasi Bangunan yang terdiri dari
Denah Bangunan gedung seluruh lantai
Diagram satu garis, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listrik dan penyambungan daya listrik PLN serta besar daya listrik cadangan dari diesel generating set.
Data listrik saat perencanaan
Daya beban harian yang tertera pada Kwh dan Kvarh rumah sakit USU - Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung Rumah Sakit USU
2. Hitung perbandingan pemakaian beban saat ini dengan daya terpasang saat perencanaan.
3. Hitung IKE tahun sebelumnya
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah kWH/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara lain ASEAN dan APEC.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi)
a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWH/m2 per tahun b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/ m2 per tahun
c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWH/ m2 per tahun d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWH/ m2 per tahun
Mulai
Penyusunan Data Historisis Energi Tahun Sebelumnya
Data Energi Tahun Sebelumnya
Menghitung Besarnya IKE
Periksa IKE Target
Me ge ali Ke u gki a PHE
A alisa PHE Reko e dasi PHE
Stop Tidak
Lakukan Penelitian dan Pengukuran Konsumsi Energi
Data Konsumsi Energi Hasil Pengukuran
Periksa IKE Target
Ya
YA
Tidak
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.7 Teknik Analisa data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
4.1.1 Profil Gedung
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara terletak di Jalan Dr. Mansyur No. 66 Medan. Rumah Sakit ini resmi beroperasi 28 maret 2016. Rumah Sakit USU meleyani kegiatan UGD 24 jam, klinik umum, klinik ibu dan anak, Klinik gigi, layanan klinik spesialis dasar (penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri, dan ginekologi), klinik spesialis lainnya (mata, telinga, hidung, tenggorokan, syaraf, kulit, kelamin, kedokteran jiwa, paru, jantung, dan pembuluh darah), layanan farmasi, rawat inap dengan kapasitas 400 tempat tidur dan perawatan intensif.
Gambar 4.1 Peta Lokasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
berperan sebagai rumah sakit pelayanan rujukan dan riset klinik di wilayah Indonesia Barat, khususnya kota Medan.
4.1.2 Nama Ruangan pada Rumah Sakit USU
Denah gedung secara detail bisa dilihat di lampiran, Setiap lantai pada gedung ini memiliki jumlah ruangan yang berbeda. Berikut pembagiannya tiap lantai:
1. Lantai 1 memiliki 193 ruangan. (Terlampir) 2. Lantai 2 memiliki 195 ruangan. (Terlampir) 3. Lantai 3 memiliki 244 ruangan. (Terlampir) 4. Lantai 4 memiliki 201 ruangan . (Terlampir) 5. Lantai 5 memiliki 119 ruangan. (Terlampir)
4.1.3 Sistem Distribusi Energi
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara menggunakan sumber energi listrik yang di suply dari PLN dengan golongan tarif Sosial 3 (S-3). Adapun pendistribusian energi listrik pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Suplai listrik dari PLN yang merupakan listrik tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan menengah melalui trafo penurun tegangan (step down trafo) dan masuk ke MVMDB (Medium Volt Main Distribution Bar).
antara genset dengan suplai listrik dari PLN saat ini masih dilakukan secara manual. Dan untuk peralatan-peralatan yang penting seperti komputer memiliki backup UPS (Power Suply) masing-masing dengan kapasitas sesuai dengan yang dibutuhkan.
4.2 Diagram Satu Garis Distribusi Listrik
MCCB 400A
DB – Pump
DB – Medical Gas DB – Outdoor Lighting
DB - Utility DB - Mortuary
DB – 5th Floor DB – Roof Floor
DB – 3rd Floor DB – 4th Floor
DB – 1st Floor DB – 2 Floor
DB – H. Equipment
G
TRAFO 1 2500 kVA
20 kV/380V, 3 Phasa, 50 Hz
G
TRAFO 2 2500 kVA20 kV/380V, 3 Phasa, 50 Hz
Cap. Bank 880 kVAR
Genset 1 800 kVA, 3 Phasa, 50Hz
Genset 2 800 kVA, 3 Phasa, 50Hz
DB - Chiller
ACB 2500 A
MCCB 40 A MCCB 40A
MCCB 40 A
MCCB 40 A
MCCB 800 A
MCCB 160 A
MCCB 320 A
MCCB 320 A
MCCB 320 A
MCCB 400 A
MCCB 800 A
LBS 800 A
Cap. Bank 880 kVAR LBS 800 A
Dalam keadaan normal listrik masuk ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara disupply oleh dua buah trafo distribusi berkapasitas 2 × 2500 kVA, setiap trafo menyuplai masing-masing panel yang telah ditentukan. Apabila terjadi kegagalan disalah-satu trafo, maka akan dilakukan pengalihan beban ke trafo yang masih beroperasi. Untuk backup genset, di Rumah Sakit USU masih menggunakan manual atau tanpa (automatic switch). Dalam keadaan normal dua genset yang menyuplai backup listrik Rumah Sakit USU dalam keadaan parallel.
4.3 Audit Energi Awal
Konservasi energi erat kaitannya dengan audit energi listrik. Untuk mengetahuai intensitas penggunaannya maka proses audit energi dilakukan. Dalam perhitungan audit energi awal ini, akan dicari nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, dengan memanfaatkan data historis energi (data yang diperoleh tanpa hasil pengukuran) serta data-data bangunan. Dari data pemakaian listrik akan didapatkan nilai IKE pada Rumah Sakit, Apabila standar IKE diatas rata-rata. maka pelaksanaan audit energi akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu audit energi rinci.
4.4 Kondisi Kelistrikan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara 4.4.1 Daya Listrik Terpasang
Tabel 4.1 Estimasi Beban Terpasang pada Rumah Sakit USU
No Trafo Nama Panel Daya Aktif
(Watt)
Daya Semu (VA) 1
Trafo 1
DB Lantai 1 204.087 225.108
2 DB Lantai 2 234.334 292.917
3 DB Lantai 3 190.019 237.523
4 DB Lantai 4 222.853 278.566
5 DB Lantai 5 117.950 147.437
6 DB Lantai Atap 372.726 465.907
7 DB Utility 11.354 14.192
8 DB Peralatan RS 666.552 833190
9
Trafo 2
DB Chiller 1.053.224 1.316.530
10 DB Pump 212.977 226.221
11 DB Kamar Mayat 16.500 20.625
12 DB Penerangan L. 16.965 21.206
13 DB Gas Medik 16.500 20.625
14 Total 3.336.041 4.100.047
Sumber : Data Proyek Waskita (RS.USU) Dari tabel 4.1 diatas dinyatakan bahwa daya terbesar digunakan untuk DB-Chiller yaitu 1.316.530 VA (Setengah dari total daya terpasang Rumah Sakit USU). Daya aktif total perencanaan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mencapai 3.336.041 watt, dan daya semunya adalah 4.100.047 VA. Beban terpasang pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara masih banyak yang belum beroperasi, sehingga daya tertinggi pemakaian listrik masih dibawah beban puncak yang apabila semua peralatan beroperasi.
4.5 Diagram Pembagian Beban RS. USU
4.5.1 Distribution Bar (DB-Lantai 1)
Pada Distribution Bar lantai 1 terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
1. Penerangan 2. Stop Kontak
3. FCU (Pendingin ruangan) 4. Whirpool
c
Zona 1 A
Zona 1 B
Zona 1 C
Penerangan
Stop Kontak Penerangan
Stop Kontak Penerangan
Stop Kontak
c
FCU ZONA 1 A
FCU ZONA 1 B
FCU ZONA 1C
SDB - WHIRPOOL SDB – FCU 1 st SDB – LIGHTING 1 st
DB - 1st FLOOR
c
Pompa Spa
Pompa Blower
Pompa Spa
Tabel 4.2 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Lantai 1 Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
lighting zona A Penerangan 26.406
Stop Kontak 39.200
lighting zona B Penerangan 23.928
Stop Kontak 26.100
lighting zona C Penerangan 23.414
Stop Kontak 28.562
FCU (Pend. Ruangan)
Zona A 6.539
Zona B 19.620
Zona C 7.264
Whirpool
Pompa Spa 550
Pompa Spa 550
Pompa Blower 1.100
Jumlah 203.233
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar lantai 1 adalah 203.233 watt.
4.5.2 Distribution Bar (DB-Lantai 2)
Pada Distribution Bar lantai 2 terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
1. Penerangan 2. Stop Kontak
c Zona 2 A
Zona 2 B
Zona 2 C
Penerangan Stop Kontak Penerangan Stop Kontak Penerangan Stop Kontak c FCU ZONA 2 A
FCU ZONA 2 B
FCU ZONA 2 C SDB – FCU 1 st
SDB – LIGHTING 2 st
DB - 2nd FLOOR
Gambar 4.4 Pembagian dari Distribution Bar Lantai 2
Tabel 4.3 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Lantai 2 No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1
lighting zona A Penerangan 22,372
2 Stop Kontak 51,600
3
lighting zona B Penerangan 18,910
4 Stop Kontak 38,973
5
lighting zona C Penerangan 20,752
6 Stop Kontak 49,400
7
FCU (Pendingin Ruangan)
Zona A 10,288
8 Zona B 16,821
9 Zona C 9,043
Jumlah 238,159
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar lantai 2 adalah 238.159 watt.
4.5.3 Distribution Bar (DB-Lantai 3)
Pada Distribution Bar lantai 3 terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
2. Stop Kontak
3. FCU (Pendingin ruangan) 4. EF OT. 3 rd (Kamar Bedah) 5. EF (Peralatan Bedah)
c Zona 3 A
Zona 3 B
Zona 3 C
Penerangan
Stop Kontak
Penerangan
Stop Kontak
Penerangan
Stop Kontak
c FCU ZONA 3 A
FCU ZONA 3 B
FCU ZONA 3 C SDB – FCU 3 rd
SDB – LIGHTING 3 rd
DB – 3rd FLOOR
SDB – EF OT. 3 rd
SDB – EF
Gambar 4.5 Pembagian Dari Distribution Bar Lantai 3
Tabel 4.4 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Lantai 3
NO Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1 lighting zona A Penerangan 27,194
2 Stop Kontak 24,080
3 lighting zona B Penerangan 20,402
4 Stop Kontak 22,600
5 lighting zona C Penerangan 23,676
6 Stop Kontak 30,180
7 FCU (Pendingin Ruangan) Zona A 9,853
8 Zona B 13,118
9 Zona C 7,416
NO Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
11 SDB – EF 1,000
12 Jumlah 190,019
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar lantai 3 adalah 190.019 watt.
4.5.4 Sub Distribution Bar (DB-Lantai 4)
Pada Distribution Bar lantai 4 terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
1. Penerangan 4. Control Room
2. Stop Kontak 5. Dome (Atrium)
3. FCU (Pendingin ruangan) 6. Hemodialis
c Zona 4 A
Zona 4 B
Zona 4 C
Penerangan
Stop Kontak Penerangan
Stop Kontak Penerangan
Stop Kontak
c
FCU ZONA 4 A
FCU ZONA 4 C SDB – FCU 4 th
SDB – LIGHTING 4 th
DB – 4th FLOOR
SDB – Control Room
FCU ZONA 4 B
SDB – Dome (Atrium)
SDB – Hemodialis
Tabel 4.5 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Lantai 4 No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W) 1
lighting zona A Penerangan 23,462
2 Stop Kontak 37,000
3
lighting zona B Penerangan 16,784
4 Stop Kontak 28,800
5
lighting zona C Penerangan 21,752
6 Stop Kontak 31,400
7
FCU (Pendingin Ruangan)
Zona A 11,304
8 Zona B 18,243
9 Zona C 9,108
10 SDB - Control Room 25,000
11 SDB - Dome (Atrium) 10,532
12 SDB – Hemodialis 96,000
Jumlah 329,385
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar lantai 4 adalah 329,385 watt.
4.5.5 Sub Distribution Bar (DB-Lantai 5)
Pada Distribution Bar lantai 5 terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
1. Penerangan 2. Stop Kontak
c
Zona 5 A
Zona 5 B
Zona 5 C
Penerangan
Stop Kontak Penerangan
Stop Kontak Penerangan
Stop Kontak
c
FCU ZONA 5 A SDB – FCU 4 th
SDB – LIGHTING 5 th
DB – 5th FLOOR
FCU ZONA 5 B
Gambar 4.7 Pembagian Dari Distribution Bar Lantai 5
Tabel 4.6 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Lantai 5
No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1 lighting zona A Penerangan 9,278
2 Stop Kontak 23,400
3 lighting zona B Penerangan 10,178
4 Stop Kontak 8,800
5 lighting zona C Penerangan 11,240
6 Stop Kontak 25,400
7 FCU (Pendingin Ruangan) Zona A 14,435
8 Zona B 15,219
Jumlah 117,950
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar lantai 5 adalah 117,950 watt.
4.5.6 Sub Distribution Bar (DB-Hospital Equipment)
Pada Distribution Bar Hospital Equipment terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
3. Non Toxic 4. Kitchen 5. Radiology
CT-SCAN
MRI
Mammografh
Mobile X-Ray
Angiografi 6. OT 1 st Floor
Emergency Surgery 1
Emergency Surgery 2
Emergency Surgery 3 7. OT 3 rd Floor
OT 1 – OT 6
OT 7 – OT 12
c
SSDB 0T1 – OT 6 SDB – TOXIC LAUNDRY
SDB - POLYCLINIC
DB – HOSPITAL EQUIPMENT
SDB – KITCHEN
SDB – NON TOXIC LAUNDRY
SDB - RADIOLOGY
SSDB – MRI SSDB – CT-SCAN
SSDB – MOBILE-X-RAY
SSDB – MAMMOGRAFH
SDB – OT 1st FLOOR
SDB – OT 3rd FLOOR
SSDB 0T7 – OT 12 SSDB – ANGIOGRAFI
SDB – EMERGENCY SUGERY 2 SDB – EMERGENCY SUGERY 3 SDB – EMERGENCY SUGERY 1
Tabel 4.7 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Hospital Equipment No Nama Sub
Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1 Polyclinic Peralatan 15,950
2 Toxic Laundry Peralatan 41,520
3 Non Toxic Peralatan 51,040
4 Kitchen Peralatan 65,000
5 Radiology Peralatan 287,090
6 OT. 1 St Floor Peralatan 18,000 7 OT. 3 rd Floor Peralatan 187,952
Jumlah 666,552
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar Hospital Equipment adalah 666,552 watt.
4.5.7 Sub Distribution Bar (DB-Outdoor Lighting)
Pada Distribution Bar Outdoor Lighting terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
1. Penerangan Zona A 2. Penerangan Zona B 3. Penerangan Zona C
c Zona A
Zona B
Zona C DB – OUTDOOR LIGHTING
Tabel 4.8 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Outdoor Lighting No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1 Zona A Penerangan 6,280
2 Zona B Penerangan 5,045
3 Zona C Penerangan 5,604
Jumlah 16,929
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar Outdoor Lighting adalah 16,929 watt.
4.5.8 Sub Distribution Bar (DB-Pump)
Pada Distribution Bar Pump terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
1. Boiler 2. Incinerator 3. Chemical Pump 4. FF
SDB – INCINERATOR SDB - BOILER
SDB – FIRE FIGHTING
SDB – CHEMICAL PUMP
DB - PUMP
SDB – OTHER PUMP
Gambar 4.10 Pembagian Dari Distribution Bar Pump
Tabel 4.9 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Pump No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1 Boiler Peralatan 14,541
2 Incinerator Peralatan 9,000
No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
4 Fire Fighting Peralatan 137,498
5 Other Water Pump Peralatan 48,458
Jumlah 212,977
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar Pump adalah 212,977 watt.
4.5.9 Sub Distribution Bar (DB-Mortuary/Kamar Mayat)
Pada Distribution Bar Mortuary/kamar mayat terdiri dari beberapa sub yang disupply, yaitu:
SDB – GROUP 2 SDB – GROUP 1
SDB – GROUP 3
DB - MORTUARY
Gambar 4.11 Pembagian dari Distribution Bar Mortuary/kamar mayat
Tabel 4.10 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Mortuary/Kamar Mayat No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1 Group 1 Peralatan 5,500
2 Group 2 Peralatan 5,500
3 Group 3 Peralatan 5,500
Jumlah 16,500
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar Mortuary/Kamar Mayat adalah 16,500 watt.
4.5.10 Sub Distribution Bar (DB-Chiller/Pendingin Ruangan)
SDM
–
CHILLER 1
DB
–
CHILLER
SDB
–
CWP 2
SDB
–
DEEP WELL
SDB
–
CONDENSER PUMP
SDB
–
CHILLER 2
SDB
–
COOLING TOWER 1
SDB
–
COOLING TOWER 2
SDB
–
COOLING TOWER 3
SDB
–
CWP 1
SDB
–
COOLING TOWER 4
SDB
–
COOLING TOWER 5
SDB
–
COOLING TOWER 6
Gambar 4.12 Pembagian Dari Distribution Bar Chiller/Pendingin Ruangan
Tabel 4.11 Daya Terpasang Setiap Sub Distribution Bar Chiller/Pendingin Ruangan
No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
1 Chiller 1 Peralatan 360,000
2 Chiller 2 Peralatan 360,000
3 Cooling Tower 1 Peralatan 7,500
4 Cooling Tower 2 Peralatan 7,500
5 Cooling Tower 3 Peralatan 7,500
6 Cooling Tower 4 Peralatan 7,500
7 Cooling Tower 5 Peralatan 7,500
No Nama Sub Distribution Pembagiannya Daya Terpasang (W)
9 CWP 1 Peralatan 90,000
10 CWP 2 Peralatan 90,000
11 Deep Well Peralatan 7,500
12 Condenser Pump Peralatan 50,000
12 Condenser Pump Peralatan 50,000
13 TL Peralatan 724
Jumlah 1,053,224
Total suplai daya terpasang untuk setiap subdistribution bar Chiller/Pendingin ruangan adalah 1,053,224 watt.
4.6 Pengambilan Data Pemakaian Beban 4.6.1 Hasil Pengambilan Data Arus Listrik
[image:30.595.122.508.83.272.2]Data pengukuran arus untuk trafo satu dan dua yang dilakukan pada hari kamis, tanggal 21 April 2016 jam 10 pagi untuk tiap fasa di setiap titik pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.12 dan 4.13 sebagai berikut:
Table 4.12 Data Beban Arus Pada Trafo PLN 1 dan Pembagiannya
No Nama Panel Arus (Ampere)
1 DB Pump 0
2 DB Chiller 1.500
3 DB Outdoor Lighting 81,17
4 DB Medical Gas 0
5 DB Mortuary (Ruang Mayat) 0 Jumlah (Trafo PLN 1) 1.581,17
Tabel 4.13 Data Beban Arus Pada Trafo PLN 2 dan Pembagiannya
No Nama Panel Arus (Ampere)
1 DB Utility 0
2 DB Roof Floor 55
3 DB 1st Floor 415
4 DB 2nd Floor 220
5 DB 3rd Floor 485
6 DB 4th Floor 320
7 DB 5th Floor 25
8 DB H. Equipment -
Jumlah (Trafo PLN 2) 1520
Dari tabel 4.13 diatas dinyatakan bahwa arus pada trafo dua lebih besar dibandingkan dari trafo pertama. Karna pada trafo pertama masih banyak yang belum dioperasikan. Arus terbesarnya yaitu pada lantai 1 yaitu 415 Ampere, dan total beban pada trafo 2 yaitu 1.520 Ampere.
4.6.2 Hasil Pengambilan Data Tegangan Listrik
[image:31.595.156.469.502.656.2]Berikut ini adalah data-data tegangan fasa-fasa di setiap titik pembagian beban ditunjukkan pada tabel 4.14 dan 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.14 Data Tegangan Pada Pembagian Trafo PLN 1
No Nama Panel Tegangan (Volt) L-L
1 DB Pump 380
2 DB Chiller 379
3 DB Outdoor Lighting 378
4 DB Medical Gas 378
5 DB Mortuary (Ruang Mayat) 378
Tabel 4.15 Data Tegangan Pada Pembagian Trafo PLN 2 No Nama Panel Tegangan (Volt)
1 DB Utility 380
2 DB Roof Floor 378
3 DB 1st Floor 380
4 DB 2nd Floor 380
5 DB 3rd Floor 378
6 DB 4th Floor 380
7 DB 5th Floor 380
8 DB H. Equipment 380
(Trafo PLN 2) 380
Dari tabel 4.14 dan 4.15 diatas dinyatakan bahwa tegangan pada setiap bagian pembagian beban masih normal yaitu masih mendekati 380 Volt.
4.6.3 Hasil Pengambilan Data pada Trafo Rumah Sakit USU a. Data Cos Phi
[image:32.595.192.432.103.318.2]Berikut ini adalah data cos phi pada trafo 1 dan 2 yang ditunjukkan pada Tabel 4.16 sebagai berikut:
Tabel 4.16 Data Cos Phi Pada Trafo PLN 1 dan 2 No Nama Trafo Cos Phi
1 Trafo 1 0,95
2 Trafo 2 0,96
Dari tabel 4.16 diatas dinyatakan bahwa cos phi yang ditunjukkan pada trafo 1 dan 2 sangat bagus karena mendekati 1
b. Data Daya Aktif
[image:32.595.206.423.483.549.2]Tabel 4.17 Data Daya Aktif Pada Trafo PLN 1 dan 2 No Nama Trafo Daya Aktif (KW)
1 (Trafo PLN 1) 412,8
2 (Trafo PLN 2) 306,9
Jumlah 719,7
Dari tabel 4.17 diatas dinyatakan bahwa total daya aktif dari kedua trafo adalah 719,7 kW, penggunaan pada trafo PLN 1 lebih besar dibandingkan dengan trafo PLN 2.
c. Data Daya Reaktif
[image:33.595.178.445.365.455.2]Berikut ini adalah data daya aktif pada trafo 1 dan 2 yang ditunjukkan pada Tabel 4.18 sebagai berikut:
Tabel 4.18 Daya Reaktif Pada Trafo PLN 1 dan 2 No Nama Trafo Daya Reaktif (kVAR)
1 (Trafo PLN 1) 113,8
2 (Trafo PLN 2) 90,9
Total 204,7
Dari tabel 4.18 diatas dinyatakan jumlah dari penggunaan dari daya reaktif pada rumah sakit Universitas Sumatera Utara adalah 204,7 kVAR.
d. Data Daya Semu
[image:33.595.191.435.589.676.2]Berikut ini adalah data daya semu pada trafo 1 dan 2 yang ditunjukkan pada Tabel 4.19 sebagai berikut:
Tabel 4.19 Data Daya Semu Pada Trafo PLN 1 dan 2 No Nama Trafo Daya Semu (kVA)
1 (Trafo PLN 1) 428,2
2 (Trafo PLN 2) 320,1
Jumlah 748,3
sangat sedikit dibandingkan dengan daya semu total terpasang pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Perbandingannya antara lain sebagai berikut:
Perb. beban harian dengan VA terpasang=
Perhitungan diatas menjelaskan bahwa penggunaan energi listrik di Rumah Sakit Universitas Sumatera masih sedikit atau hanya 21,5% dari energi total yang terpasang.
4.7 Beban Harian Pada Rumah Sakit USU
[image:35.842.85.759.175.349.2]Data pengukuran beban harian dilakukan pengukuran selama ditunjukkan pada tabel Tabel 4.12 sebagai berikut: Tabel 4.20 Data Beban Harian Pada Trafo 1 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
No. Nama Panel Data beban terukur (KW)
08.00am 10.00am 12.00am 14.00pm 16.00pm 18.00pm 20.00pm 22.00pm
1 DB Pump 0 0 0 0 0 0 0 0
2 DB Chiller 304,9 406,5 406,58 406,58 406,58 304,9 304,9 304,9
3 DB Outdoor Lighting 87,153 0 0 0 87,153 87,153 87,153 87,153
4 DB Medical Gas 0 0 0 0 0 20 20 20
5 DB Mortuary (Ruang Mayat) 0 0 0 0 0 15 15 15
TrafoPLN 1 392,053 406.5 406,58 406,58 493,733 427,0 427,053 427,053
Gambar 4.13 Kurva Beban Harian Pada Pembagian Trafo 1
Tabel 4.21 Data Beban Harian Pada Trafo 2 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
No Nama Panel Data beban terukur (kW)
08.00am 10.00am 12.00am 14.00pm 16.00pm 18.00pm 20.00pm 22.00pm
1 DB Utility 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 DB Roof Floor 92,64 75,12 75,11 75,11 92,64 92,64 92,64 92,64 3 DB 1st Floor 66,75 86,74 89,90 92,00 85,00 86,90 86,00 66,75 4 DB 2nd Floor 40,78 42,06 45,40 45,98 45,30 40,90 40,34 40,45 5 DB 3rd Floor 100,99 101,60 102,37 102,56 101,37 101,12 100,49 100,24 6 DB 4th Floor 65,89 66,69 72,97 71,68 71,98 69,57 69,12 69,43 7 DB 5th Floor 51,00 54,00 53,20 54,00 54,20 53,00 50,07 49,56
8 DB H. Equipment 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Trafo II 418,04 426,20 438,95 441,33 450,49 444,13 438,66 419,06
Dari tabel diatas diketahui daya pada setiap pembagian beban tidak semua peralatannya beroperasi. Seperti DB-Hospital Equipment. Total beban pada jam 08.00am yang disuplai dari trafo 2 adalah 418,04 kW, untuk jam 10.00am total daya yang disuplai dari
disuplai trafo 2 adalah 441,33kW, untuk jam 16.00pm total daya yang disuplai trafo 2 adalah 450,49kW, untuk jam 18.00pm total daya yang disuplai trafo 2 adalah 444,13kW, jam 20.00pm total daya yang disuplai trafo 2 adalah 438,66kW, dan untuk jam 22.00am total daya yang disuplai trafo 2 adalah 419,06kW
[image:38.842.172.671.195.373.2]Kurva beban harian Rumah Sakit USU:
4.8 Efektif Penggunaan Tenaga Listrik Berdasarkan Beban Harian Terhadap Daya Total
Tabel 4.22 Penggunaan listrik yang di suplai PLN
Beban Beban (kW)
08.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.0 22.00 Trafo 1 392,053 406,5 406,58 406,58 493,733 427,053 427,053 427,053 Trafo 2 418,04 426,2 438,95 441,33 450,49 444,13 438,66 419,06 Jumlah 810,093 832,7 845,53 847,91 944,223 871,183 865,713 846,113
[image:39.595.136.491.322.597.2]Dari data 4.22 penggunaan energi listrik Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara beban maksimalnya terjadi pada jam 16.00pm yaitu 944,223 kW. Sedangkan total daya terpasang 3.110.400 Watt. perbandingan antara beban maksimum dan daya terpasang adalah:
Gambar 4.15 Grafik perbandingan Pola beban maksimal dengan daya terpasang
[image:39.595.170.493.572.706.2]Dari gambar 4.15 dan 4.16 diatas menjelaskan bahwa Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara masih belum beroperasi penuh. Daya yang terpasang watt, sedangkan pemakaian masih watt. Efisiensi daya terpakai 30%.
Harga minimum pembayaran rekening energi listrik berdasarkan tarif Sosial 3:[Lampiran]
RM = 40 (jam nyala) × Daya tersambung KVA × biaya pemakaian blok LWBP RM = 40 × 3.456 × Rp. 925 = Rp. 127.872.000,-
Jadi saat Rumah Sakit resmi terpasang listrik, maka diasumsikan pembayaran yang harus di keluarkan oleh USU adalah Rp. 127.872.000,-
Pembayaran biaya rekening energi listrik pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara ini terlalu berlebihan, tidak sesuai yang diinginkan. Saat ini pemakaiannya mubazir karena sedikitnya pemakaian dibandingkan daya terpasang.
4.9 Intensitas Konsumsi Energi Listrik
Intensitas konsumsi energi listrik pada Rumah Sakit USU dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.17, yaitu persentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas lantai total rumah sakit lebih dari 90%, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan konsumsi energi per luas lantai pada Rumah Sakit USU.
[image:40.595.163.461.561.756.2]Konsumsi energi Rumah Sakit USU Mei 2015 – april 2016 dapat dilihat pada tabel 4.23 dibawah ini:
Tabel 4.23 Pemakaian Energi Listrik Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Bulan Energi (KWh) Pembayaran (Rp)
Mei-15 187.600 142.598.500
Jun-15 192.000 142.598.500
Jul-15 196.900 161.708.500
Agust-15 201.500 138.291.400
Sep-15 206.600 171.998.500
Okt-15 211.000 142.598.500
Nop-15 215.000 130.836.000
Des-15 219.200 136.718.500
Jan-16 171.200 133.881.400
Feb-16 175.100 127.898.500
Bulan Energi (KWh) Pembayaran (Rp)
Apr-16 183.200 152.888.500
Jumlah 2.337.900 1.693.742.800
rata-rata 194.825 141.145.233
a. Harga Listrik per kWh pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara:
b. Konsumsi energi per luas lantai menggunakan AC
Intensitas konsumsi energi 3,37 tergolong dalam kategori efisien, ini karna masih banyak pemakaian energi listrik yang belum dioperasikan.
c. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi Listrik, Intensitas Konsumsi Energi adalah jumlah penggunaan energi tiap meter persegi luas gross bangunan dalam suatu kurun waktu tertentu. Untuk IKE tahunan Rumah Sakit Universitas Sumateara dapat dihitung dengan persamaan berikut :
4.10 Perbandingan Pembayaran rekening listrik pada Rumah Sakit USU 4.10.1 Saat Sekarang dan Beroperasi 70%
[image:42.595.111.514.231.335.2]Rumah Sakit USU memiliki kapasitas daya 3.456.000 VA, dan masih banyak yang belum beroperasi. Berikut perbandingan pembayaran rekening saat ini dengan kondisi pemakaian energi listrik Rumah Sakit 70% dari total daya terpasang.
Tabel 4.24 Penggunaan listrik suplai PLN untuk saat ini dan kondisi 70%
Jangka Waktu
KWH per bulan
Pembayaran Listrik kWh * Rp.724,47,- % dari total daya kWh *
24 jam* 30hari
Pemakaian rata-rata saat ini 194.825 Rp. 141.145.233
Saat Beroperasi 70% 1.741.824 Rp. 1.261.899.233
Dari tabel 4.24 diatas menjelaskan bahwa Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara saat beroperasi 70% listrik yang harus dibayarkan dalah Rp. 1.261.899.233,- dan ini menyatakan bahwa listrik itu mahal. Maka diharuskan untuk dilakukannya penghematan.
4.11 Sistem Pencahayaan pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Sistem pencahayaan dirumah sakit untuk setiap lantainya menggunakan beberapa jenis lampu dan intensitas yang berbeda-beda. Karna penggunaan lampu pada suatu gedung atau Rumah Sakit. Untuk melihat perbandingan jumlah lampu pada ruangan di rumah sakit Universitas Sumatera Utara berdasarkan nilai fluks kapasitas ruangan dengan jumlah aktualnya ada di lampiran:
Tabel 4.25 Penggunaan Lampu Pada Rumah Sakit USU
No
Jumlah Lampu Daya Pemakaian Nama
Lantai analisis aktual
daya terpasang (Watt) aktual (Watt) Kelebihan Daya 1 lantai 1 868,96 1078,5 73.662 36.900 36.762
2 lantai 2 817,54 965,5 62.007 32.688 29.319
3 lantai 3 1.438,37 1.765 71.332 58230 13.102 4 lantai 4 9.63,81 1.202 61.998 39.654 22.344
[image:42.595.104.524.583.755.2]Nama
Lantai analisis aktual
daya terpasang (Watt)
aktual (Watt)
Kelebihan Daya
5 lantai 5 330,5 594 30.696 18.864 11832
Jumlah 4.419,18 5.605 299.695 186.336 113.359
Dari tabel 4.25 diatas dilihat pada pemakaian energi umumnya terjadi kelebihan daya peralatan penerangan yang terpasang yang terdapat pada masing-masing gedung di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Ini berarti penghematan energi dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah daya (watt) lampu terpasang. Karena energi (kWh) yang dikonsumsi adalah merupakan jumlah watt lampu terpasang dikalikan lamanya waktu nyala.
Dari tabel 4.25 juga menyatakan bahwa pemakaian lampu pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara masih banyak yang melebihi dari kapasitas penerangannya. Ini merupakan suatu pemborosan yang harus diminimalisir.
4.12 Mengidentifikasi Peluang Hemat Energi (PHE)
Dari data analisa pemakaian energi listrik pada Rumah Sakit USU untuk pencahayaan metode-metode yang dapat dilakukan antara lain:
1. Penggantian tipe lampu ke yang hemat energi
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara memiliki ruangan yang benyak menggunakan lampu TL, yang seharusnya dapat digantikan dengan lampu hemat energi. Beberapa ruangan yang bias menjadi referensi dalam penghematan energi dengan penggantian jenis lampu antara lain:
a. Ruang Rawat Inap b. Gudang Penyimpanan c. Ruang Staff dan Locker d. Ruang Istirahat dokter
e. Kantor Pegawai seperti direktur, kepala departemen, dan lain-lain
2. Penambahan saklar seperti pada gudang atau area yang besar dan mengelompokkannya lebih banyak agar lampu yang tidak dipergunakan tidak ikut hidup/on
3. Mematikan lampu yang tidak dipergunakan.
4. Penggantian ballast lampu dari elektromagnetik menjadi elektronik. 5. Melakukan pembersihan pada kipas AHU dan FCU serta menjaga ruangan
dalam keadaan nyaman.
4.13 Implementasi Peluang Hemat Energi
Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni. Analisa peluang hemat energi dilakukan dengan usaha–usaha yang tanpa merubah sistem antara lain:
a. Mengurangi sekecil mungkin penggunaan energi (Mengurangi kW dan jam operasi).
b. Memperbaiki kinerja peralatan.
c. Penggunaan sumber energi yang murah.
Untuk penghematan yang memerlukan waktu dan investasi antara lain bisa disarankan pada Rumah Sakit antara lain:
a. Analisa besar penghematan pembayaran tagihan listrik Dengan penggantian lampu ke model hemat energi
b. Analisa besar penghematan pembayaran tagihan listrik dengan penggantian ballast lampu
4.13.1 Analisa Besar Penghematan Pembayaran Tagihan Listrik Dengan Penggantian Lampu ke Model Hemat Energi
Gambar 4.17 Penggunaan lampu TL yang bisa diganti ke lampu hemat energi
Besar Penghematan yang dapat dilakukan adalah: a. Jika menggunakan lampu TL 36 Watt
Berikut perhitungan pembayaran rekening listrik selama satu bulan dengan menggunakan lampu tl 36 watt:
= (43 watt × 4000 × 7 jam)/1000
= 1204 kWh
Jika diasumsikan dalam satu bulan terdapat tiga puluh hari maka didapatkan besarnya konsumsi energi listrik dalam satu bulan sebesar:
kWh per bulan = kWh per hari × 30 hari = 1204 kWh × 30 hari = 36.120 kWh
Selanjutnya besarnya pembayaran energi listrik dalam satu bulan dapat diketahui, yaitu:
kWh per bulan = kWh per hari × biaya per kWh = 36.120 kWh × Rp. 724,47,- = Rp. 26.167.856,-
Berikut perhitungan pembayaran rekening listrik selama satu bulan dengan menggunakan lampu hemat energy 23 watt:
= ( 23 watt × 5000 × 7 jam)/1000
= 805 kWh
Jika diasumsikan dalam satu bulan terdapat tiga puluh hari maka didapatkan besarnya konsumsi energi listrik dalam satu bulan sebesar:
kWh per bulan = kWh per hari × 30 hari = 805 kWh × 30 hari = 24.150 kWh
Selanjutnya besarnya pembayaran energi listrik dalam satu bulan dapat diketahui, yaitu:
kWh per bulan = kWh per hari × biaya per kWh = 24.150 kWh × Rp. 724,47,- = Rp. 17.495.950,-
Besar penghematan yang dapat dilakukan dengan penggantian bola lampu ke model hemat energi adalah:
Besar penghematan adalah = Rp. 26.167.856 - 17.495.950 = Rp. 8.671.905,- setiap bulannya
[image:46.595.122.510.554.666.2]4.13.2 Analisa Besar Penghematan Pembayaran Tagihan Listrik Dengan Penggantian Ballast Lampu
Tabel 4.26 Perbandingan konsumsi daya lampu 18 dan 36 watt pada kedua jenis ballast
Spesifikasi Daya aktif terukur
Penghematan Daya
Daya Ballast
Elektromagnetik
Ballast Elektronik
36 Watt 43 Watt 35,9 Watt 28,96%
18 Watt 25,2 Watt 17,9 Watt 16,50%
alat kWh meter, sehingga penurunan daya aktif yang terukur sama dengan penurunan biaya pembayaran listrik.
1. Penerangan menggunakan Ballast elektromagnetik untuk lampu 36 Watt Berikut perhitungan daya terpakai pada ballast elektromagnetik 36 watt:
= (43 watt × 4000 × 7 jam)/1000
= 1.204kWh
Jika diasumsikan dalam satu bulan terdapat tiga puluh hari maka didapatkan besarnya konsumsi energi listrik dalam satu bulan sebesar:
kWh per bulan = kWh per hari × 30 hari = 1204 kWh × 30 hari = 36.120 kWh
Selanjutnya besarnya pembayaran energi listrik dalam satu bulan dapat diketahui, yaitu:
kWh per bulan = kWh per hari × biaya per kWh = 36.120 kWh × Rp. 724,47,- = Rp. 26.167.856,-
2. Jika menggunakan Ballast elektronik 36 Watt
Berikut perhitungan faktor daya pada ballast elektronik Pada pengukuran didapatkan bahwa besarnya daya aktif rata-rata dari ballast elektronik 36 watt sebesar:
= (35,9 watt × 4000 × 7 jam)/1000
= 1005,2kWh
Jika diasumsikan dalam satu bulan terdapat tiga puluh hari maka didapatkan besarnya konsumsi energi listrik dalam satu bulan sebesar:
Selanjutnya besarnya pembayaran energi listrik dalam satu bulan dapat diketahui, yaitu:
kWh per bulan = kWh per hari × 30 hari = 30156 kWh × Rp. 724,47,- = Rp. 21.847.117,-
Tabel 4.27 Perbandingan dari segi ekonomi penghematan menggunakan ballast elektronik
Jenis Lampu Jml. Lampu Jenis Ballast (Rupiah) Besar Penghematan Elektronik Elektromagnetik
Lampu 36
Watt 4000 21.847.117 26.167.856 4.320.739
Dari tabel 4.27 penghematan untuk lampu 36 watt adalah Rp. 4.320.739,- setiap bulannya.
4.13.3 Peluang Penghematan Dari Penggunaan Chiller
Berdasarkan beban terpasang yang terbesar diketahui pada penggunaan energi listrik pada Chiller dan komponen pendukungnya seperti FCU dan AHU.
Tabel 4.28 Profil Penggunaan Arus Listrik Untuk Sistem Pendingin Rumah Sakit USU
No Nama Sub
Distribution
Daya Terpasang (W)
%
1 Chiller 1 dan 2 720,000 65%
2 AHU 30.000 32%
3 FCU 360.000 3%
[image:48.595.115.508.252.337.2] [image:48.595.144.479.521.650.2]Gambar 4.18 Grafik Komposisi Nilai AHU, FCU, dan Chiller Sebagai Konponen Pendingin.
Dari data diatas bias dilihat bahwa chiller merupakan komponen yang menyerap energi terbesar. Namun hal ini akan difokuskan untuk mencari peluang penghematan konsumsi energi dimulai dari komponen AHU dan FCU, walaupun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa peluang penghematan justru akan didapat dari chiller setelah terlebih dahulu kinerja dari AHU dan FCU dianalisis. Hal ini sangat wajar karena unit chiller adalah sebagai unit pembangkit yang haya bertugas menyediakan air dingin untuk pendinginan, sedangkan seberapa besar tingkat pemakaian semua itu ditentukan oleh beban yang akan ditanggung oleh unit FCU dan AHU yaitu sebagai unit pemakai.
Beberapa hal yang melandasi pemilihan mencari peluang penghematan konsumsi energi diawali dengan AHU dan FCU adalah sebagai berikut:
[image:49.595.146.510.84.305.2]Hal ini dapat mengakibatkan rusaknya beberapa kompresor. Atas dasar perincian kondisi seperti di atas, dapat diprioritaskan usaha mencari peluang penghematan konsumsi energi listrik pada unit AHU dan FCU.
c. Unit chiller adalah unit pembangkit, sedangkan unit AHU dan FCU adalah sebagai unit pemakai. Besarnya kapasitas chiller ditentukan oleh beban yang akan ditanggung oleh AHU maupun FCU, sedangkan analisis peluang hemat bisa diawali dengan perhitungan kembali beban yang ditanggung oleh AHU dan FCU. d. Pihak manajemen rumah sakit menginginkan adanya usaha peningkatan efisiensi peralatan dan pengurangan konsumsi energi, diawali dengan jalan mengoptimalkan kerja peralatan dengan jalan yang simple, tidak memerlukan biaya yang besar dan yang pasti tidak perlu mengganggu atau bahkan menghentikan operasi peralatan pengkondisian udara yang pastinya akan mengganggu operasional Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan kenyamanan rumah sakit.
Berdasarkan analisis di atas, maka akan dilakukan pencarian peluang hemat energi yang terkait dengan kerja FCU. Setelah dilakukan observasi pada unit-unit FCU yang terdapat di Rumah Sakit USU dapat dikenali Peluang Hemat Energi (PHE) antara lain:
a. Dengan pembersihan pada unit FCU, yaitu meliputi pembersihan saringan udara (filter), sudu kipas, sirip (fin) evaporator dan kisi keluaran (grill) pada unit FCU. FCU yang telah lama digunakan akan terjadi pengotoran. Pengotoran tersebut diakibatkan adanya debu-debu yang menempel pada saringan udara (filter) yang berasal dari udara balik (return) dan juga debu pada grill pada ujung saluran udara. Adanya debu tersebut mengakibatkan kualitas atau debit udara yang dihasilkan oleh kipas menjadi berkurang.
berasal dari air chiller tidak sepenuhnya dapat dikirim ke udara yang dihembuskan dengan bantuan kipas.
b. Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperatur = LCWT) pada chiller. Dengan menaikkan LCWT dapat menyebabkan kapasitas pendinginan dari chiller menjadi berkurang. Pengurangan kapasitas chiller ini akan berdampak pada penurunan konsumsi listrik. Karena kenaikan LCWT datat menyebabkan naiknya suhu ruangan seluruh rumah sakit, maka dengan pengaturan LCWT sebaiknya perlu diatur agar temperature ruangan-ruangan masih berada di kondisi nyaman. Dari pengenalan peluang hemat energi (PHE) di atas diharapkan dapat menurunkan konsumsi energi listrik terutama pada sistem pendingin rumah sakit dan pada akhirnya dapat menurunkan nilai IKE listrik rumah sakit.
C. Analisis Peluang Hemat Energi
Setelah dilakukan pengenalan peluang penghematan energi, selanjutnya dilakukan analisis terhadap peluang hemat energi tersebut. Diketehui bahwa di Rumah Sakit USU tedapat 153 unit FCU yang tersebar di ruangan-ruangan mulai dari lantai lantai 1 sampai kelantai 5 dan unit FCU yang terbagi menjadi 2 kategori yaitu FCU dengan menggunakakn daya motor 20 watt dan 750 watt yang terletak di setiap kolidor.
Dalam peluang hemat ini akan dilihat seberapa besar perubahan laju aliran volume udara suplai yang terjadi akibat pengotoran debu pada kipas (fan) dan menentukan seberapa besar perbedaan konsumsi energi listrik untuk kondisi kotor dan bersih. Untuk pengukuran mula-mula diukur terlebih dahulu besar kecepatan keluar dari saluran udara (ducting) pada suatu unit FCU, kemudian dengan mengukur pula dimensi dari saluran udara (ducting), mengukur besar arus listrik dan waktu pengkondisisan suatu ruangan untuk mencapai kondisi nyaman. Setelah itu menghitung dan membedakan antara banyaknya udara yang dihasilkan kipas (fan) baik kondisi kotor ataupun kondisi bersih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka beberapa kesimpulan hasil konservasi energi, terkait dengan konsumsi energi listrik, pada Rumah Sakit Universitas Utara yang bisa penulis ambil antara lain:
1.Berdasarkan audit energi awal besarnya nilai intensitas konsumsi energi listrik yang diperoleh adalah 3 kWh/m2/bulan termasuk dalam kriteria efisien dan IKE tahunan Rumah Sakit USU masih
kWh/m2/bulan dan ini masih dibawah standar IKE untuk Rumah Sakit. 2.Saat ini pembayaran bulan mei 2016 biaya listrik adalah Rp.
152.888.500,-, dan analisa jika pemakaian 70% dari total daya terpasang maka pembayaran mencapai Rp. 1.261.899.233. untuk rekening listrik minimum yaitu pembayaran Rp. 141.145.233,- maka dari itu diperlukan penghematan listrik.
3.Pemakaian energi listrik saat ini tergolong mubazir pada penerangan dan pendingin ruangan, karena dari segi pengunjung atau pasien yang datang masih sedikit.
4.
Usaha–usaha yang dapat dilakukan dalam menghemat energi yaitu menggunakan sekecil mungkin penggunaan energi (Mengurangi kW dan jam operasi), memperbaiki kinerja peralatan, Penggunaan sumber energi yang murah.5.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1.Dapat melakukan konservasi energi saat Rumah Sakit USU beroperasi maksimal, karna saat ini masih banyak peralatan yang belum dioperasikan.
2.Menambahkan peluang penghematan yang bisa direkomendasikan saat operasi Rumah Sakit maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konservasi Energi Listrik 2.1.1 Pengertian
Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009 konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan dan meninggkatkan efisiensi penggunaannya. Konservasi energi berarti menggunakan energi secara efisien dengan tidak menurunkan fungsi energi itu sendiri secara teknis namun memiliki tingkat ekonomi yang serendah-rendahnya, dapat diterima oleh masyarakat serta tidak pula mengganggu lingkungan. Sehingga dengan konservasi energi maka energi listrik semakin efisien melalui langkah-langkah penurunan berbagai kehilangan (loss) energi listrik pada semua taraf pengolahan, mulai dari pembangkitan, pengiriman (transmisi), sampai dengan pemanfaatannya. Dengan kata lain yang lebih sederhana, konservasi energi listrik adalah penghematan energi listrik.
Banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam konservasi energi listrik, upaya tersebut dapat dilakukan baik di sisi penyedia listrik (supply) ataupun di sisi kebutuhan daya listrik (demand). Dalam skrifsi ini usaha konservasi energi listrik yang dibahas adalah pada sisi konsumen (demand) dan salah satu teknik konservasi energi listrik adalah auditing atau pemeriksaan tingkat penggunaan energi listrik[1].
2.1.2 Audit Energi Listrik
Audit merupakan bagian dalam melakukan konservasi energi, Audit energi listrik adalah suatu metode untuk mengetahui dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi pemakaian energi listrik di suatu tempat. Tahapan audit energi adalah adalah sebagai berikut [2] :
Survey data lapangan dan pengukuran
Analisis peluang penghematan
Analisa keuangan
Evaluasi dan perkembangan proyek 2.2Jenis Audit Energi
Secara umum, audit energi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu audit energi awal dan audit energi rinci
2.2.1Audit energi awal
Untuk melakukan audit energi awal dibutuhkan data rekening pembayaran energi dan pengamatan visual. Hal ini dapat dilakukan oleh pemilik ataupun pengelola bangunan gedung yang bersangkutan. Kemudian dari data yang diperoleh, dapat dihitung konsumsi energi bangunan gedung dan intensitas konsumsi energi bangunan gedung [3] hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan energi pada suatu area masih dalam kategori efisien atau tidak.
Dalam pedoman teknik audit energi dalam implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi. survei awal atau audit energi awal (AEA), terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Survei menejemen energi
Auditor energi atau surveyor mencoba untuk memahami kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek konservasi.
2. Survei energi (Teknis)
2.2.2 Audit Energi Rinci
Audit energi rinci dilakukan apabila nilai IKE bangunan lebih besar dari target nilai IKE standar. Rekomendasi yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yang dibentuk oleh pemilik/pengengola bangunan gedung dilaksanakan sampai diperolehnya nilai IKE sama atau lebih kecil dari target nilai IKE standar untuk rumah sakit di Indonesia dan selalu diupayakan untuk dipertahankan atau diusahakan lebih rendah di masa mendatang. Dan kegiatan audit energi rinci ini meliputi:
1. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi a. Penelitian energi
1) Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar yang ditentukan.
2) Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan, sehingga dapat diketahui peralatan penggunaan energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar.
3) Contoh profil penggunaan energi pada bangunan hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerintah ditunjukkan pada tabel 2.1 untuk peralatan perkantoran tabel 2.2 untuk hotel/apartemen dan tabel 2.3 untuk rumah sakit.
4) Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi adalah mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dan dari hasil penelitian dan pengukuran energi dibuat profil penggunaan energi bangunan.
[image:57.595.162.462.600.754.2]Berikut tabel contoh penggunaan energi pada bangunan hasil penelitian yang dilakukan pemerintah[4]:
Tabel 2.1 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)
Air Conditioning 66
Pencahayaan 17,4
Lift 3,0
Pompa Air 4,9
Lain-lain 8,7
Tabel 2.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)
Air Cconditioning 48,50
Pencahayaan 16,97
Lift 8,05
Cleaning and laundry 5,32
Utililitas 18,67
Lain-lain 2,49
Total 100
Tabel 2.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit Jenis Peralatan Penggunaan Energi
Air conditioning 56,00
Pencahayaan 18,99
Lift 3,46
Fasilitas medis 11,62
Utiliptas 3,82
Lain-lain 5,51
Total 100
2.3 Manajemen Energi
[image:58.595.162.462.315.490.2]yang maksimal melalui tindakan teknik secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi bahan baku dan pendukung.
Manajemen energi diterapkan untuk memaksimalkan kapasitas pembangkit yang ada dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, yaitu dengan melaksanakan program di sisi permintaan (Demand Side Management) dan di sisi penyediaan (Supply Side Management). Program Demand Side Management (DSM) dimaksudkan untuk mengendalikan pertumbuhan permintaan tenaga listrik, dengan cara mengendalikan beban puncak, pembatasan sementara sambungan baru terutama di daerah krisis penyediaan tenaga listrik, dan melakukan langkah-langkah efisiensi lainnya di sisi konsumen. Program Supply Side Management (SSM) dilakukan melalui optimasi penggunaan pembangkit tenaga listrik yang ada dan pemanfaatan captive power. Melalui upaya DSM dan SSM ini diharapkan keseimbangan antara sisi penyedia dan sisi konsumen tetap terjaga [10]. Di Indonesia, kebijakan pengelolaan energi lebih diprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat (SSM). Untuk itu, diperlukan perubahan paradigma konservasi energi dari Supply Side Management (SSM) ke arah Demand Side Management yang memfokuskan pada konservasi energi pada sektor pengguna [6].
Hal yang dapat dilakukan dalam menerapkan program manajemen energi antara lain:
a. Pada anggaran energi untuk menyiapkan sumber-sumber energi yang dibutuhkan.
b. Mengumpulkan dan menganalisis data pemakaian energi saat ini.
c. Melaksanakan audit energi untuk mengetahui dimana dan bagaimana mengefektifkan pemakaian energi.
d. Menerapkan penghematan energi.
e. Secara berkala melaporkan penghematan yang telah dicapai. Ada dua strategi pokok manajemen energi, yaitu:
1. Konservasi energi
2. Efisiensi energi
Pengurangan pemakaian energi pada saat penggunaan. Beberapa hal yang sangat mempengaruhi kesuksesan dari program manajemen energi, yaitu [7]:
1. Komitmen menyeluruh dari seluruh bagian dalam organisasi tersebut, mulai manajer senior sampai ke bawahan.
2. Sistem pelaporan yang efektif dimana dapat dipertanggungjawabkan pada manajer dalam penggunaan energi.
3. Perhatian dari staf dan program pelatihan.
Program manajemen energi ini merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Program ini akan lebih efektif jika dilaksanakan secara rutin, dan ditinjau ulang bila diperlukan. Di Indonesia, pelaksanaan manajemen energi diatur dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Energi. Pada Pasal 4 dalam peraturan ini dikatakan bahwa Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau energi kurang dari 6000 setara ton minyak per tahun agar melaksanakan manajemen energi dan/atau penghematan energi. Sedangkan pelaksanaan penghematan energi diatur secara terpisah dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik
2.4 Tarif Listrik
Tarif listrik merupakan besar nilai yang dikenakan kepada konsumen yang menggunakan energi listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014, tarif tenaga listrik ditetapkan berdasarkan golongan tarif.
Tarif tenaga listrik dibedakan atas beberapa golongan, sebagai berikut : 1. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Pelayanan Sosial
2. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Rumah Tangga 3. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Bisnis
5. Tarif tenaga listrik untuk keperluan kantor pemerintah dan penerangan jalan umum
6. Tarif tenaga listrik untuk keperluan traksi pada tegangan menengah, dengan daya diatas 200 KVA (T/TM) diperuntukkan bagi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kereta Api Indonesia[8].
Biaya listrik yang dibayarkan konsumen terdiri atas dua komponen, yaitu 1. Biaya Awal
Untuk mendapatkan suplai listrik oleh pihak penyedia listrik pertama kali, maka konsumen harus membayar biaya awal. Biaya awal terdiri atas biaya penyambungan dan biaya jaminan listrik.
2. Biaya Perbulan (pemakaian)
Biaya perbulan merupakan biaya yang dibayarkan oleh konsumen setiap bulan, biaya ini terdiri atas [9]:
a. Biaya beban (Abonemen) b. Biaya pemakaian (kWh)
c. Biaya kelebihan pemakaian kVarh d. Biaya Pemakaian trafo (jika ada) e. Biaya lain-lain yang terdiri dari :
Biaya pajak penerangan jalan
Biaya materai
Biaya pajak pertambahan nilai
2.5Konsep Energi Listrik 2.5.1 Energi listrik
Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya:[14]
Energi listrik menjadi energi kalor/panas, contoh seterika, solder, dan kompor listrik.
Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu.
Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu, peristiwa penyepuhan (peristiwa melapisi logam dengan logam lain.
Jika arus listrik mengalir pada suatu penghantar yang berhambatan R, maka sumber arus akan mengeluarkan energi pada penghantar yang bergantung pada:
Beda potensial pada ujung-ujung penghantar(v).
Kuat arus yang mengalir pada penghantar(i).
Waktu atau lamanya arus mengalir (t).
Berdasarkan pernyataan diatas, dan karena harga , maka persamaan energi listrik dapat dirumuskan dalam bentuk:
(2.1) (2.2)
Dan karena , maka persamaan energi listrik dapat pula dirumuskan dengan,
(2.3) (2.4) Keuntungan menggunakan energi listrik:
a. Mudah diubah menjadi bentuk lain. b. Mudah ditransmisikan.
c. Tidak banyak menimbulkan polusi/pencemaran lingkungan.
Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan berubah menjadi panas (kalor) pada penghantar.. Besar energi listrik yang berubah menjadi panas (kalor) dapat dirumuskan:[14]
(2.5) (2.6) (2.7)
percobaan joule, di dalam percobaan Joule menggunakan rangkaian alat yang terdiri atas kalorimeter yang berisi air serta penghantar yang berarus listrik. Jika dalam percobaan arus listrik dialirkan pada penghantar dalam waktu t detik, ternyata kalor yang terjadi karena arus listrik berbanding lurus beda potensial, kuat arus yang mengalir dan waktu arus mengalir ke beban.
2.5.2 Daya Listrik
Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu dimana pekerjaan sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu. Dari definisi ini, maka daya listrik (P) dapat dirumuskan:[14]
(2.8) (2.9) (2.10) (2.11) a. Satuan daya listrik: joule/detik
b. Kilowatt (kW): 1 kW = 1000 W
Dari satuan daya muncullah satuan energi lain yaitu: Jika daya dinyatakan dalam kilowatt (kW) dan waktu dalam jam, maka satuan energi adalah kilowatt jam atau kilowatt-hour (kWh).
(2.12)
Dalam satuan internasional (SI), satuan daya adalah watt (W) atau setara Joule per detik (J/sec). Daya listrik juga diekspresikan dalam watt (W) atau kilowatt (kW). Konservasi antara satuan HP dan watt, dinyatakan dengan formula sebagai berikut: 1 HP = 746 W = 0,746 kW
(2.13)
2.5.3 Faktor Daya
PLN memberikan biaya tambahan bagi kalangan industri berupa beban daya reaktif bila peralatan listriknya berfaktor daya rendah. Faktor daya yang rendah terjadi karena daya reaktif yang tinggi. Contoh peralatan yang dapat menimbulkan daya reaktif adalah peralatan yang menggunakan transformator dan kumparan.[14]
Faktor daya nilainya berkisar antara 0 hingga 1. PLN menetapkan faktor daya harus lebih besar dari 0,85 bagi pelanggan industri agar tidak dibebani biaya tambahan. Namun, PLN tidak membebankan biaya tersebut kepada pelanggan rumah tangga.
[image:64.595.108.514.324.735.2]Listrik bolak-balik (AC) memiliki dua buah komponen daya, yaitu daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). Daya aktif adalah daya yang dikonsumsi oleh bermacam-macam peralatan listrik. Daya aktif akrab dikenal dengan dengan satuan watt. Sedangkan daya reaktif muncul ketika arus listrik menggerakkan suatu peralatan listrik, daya ini tidak memberi dampak apapun terhadap kerja suatu peralatan. Biasanya, daya reaktif adalah daya yang membuat peralatan atau mesin menjadi panas. Artinya, daya reaktif ini terbuang sia-sia. Dimana :
Gambar 2.1 Segitiga Daya Rumus mencari daya aktif, reaktif dan daya semu adalah:
S = V x I (VA) (2.14)
Keterangan:
S = daya semu (VA) P = daya aktif (W) Q = daya reaktif (Var) V = Tegangan (Volt) I = Arus (Ampere)
Faktor daya sering disebut cos phi (cos ). phi ) adalah sudut antara daya aktif (P) dengan daya nyata (S). Jika perbandingan antara daya aktif (P) dengan daya nyata (S) lebih kecil daripada 0,85 maka PLN akan mengenakan denda. Semakin rendah faktor daya (kurang dari tetapan cos , maka semakin besar biaya yang dibebankan kepada konsumen. Daya aktif yang dikonsumsi pelanggan dicatat dengan kWh meter, sementara itu, untuk mengukur daya reaktif pelanggan industri menggunakan kVARh meter.
2.5.4 Kerugian bila faktor daya rendah
2.5.5 Meningkatkan faktor daya
Daya reaktif (Q) dapat terjadi karena induktansi atau kapasitansi. Induktansi diakibatkan oleh komponen berbentuk kumparan (misalnya motor listrikatau transformator step down pada adaptor). Sedangkan kapasitansi diakibatkan oleh komponen kapasitor.
Jika beban bersifat induktif maka perlu ditambahkan kapasitor, dan jika bersifat kapasitif maka perlu ditambahkan induktor agar daya reaktif (Q) mendekati nol. Bila daya reaktif mendekati nol artinya besar faktor daya mendekati 1, sebab selalu ada daya yang berubah menjadi panas. Dengan demikian, kunci untuk meningkatkan faktor daya adalah menambahkan kapasitor pada beban yang bersifat induktif atau menambahkan induktor pada beban yang bersifat kapasitif. Sebagian besar beban pada industri bersifat induktir, karena terdapat motor induksi dan transformator. Oleh karena itu, industri umumnya memasang bank kapasitor atau capacitor bank guna mengeliminasi daya reaktif (Q).[14]
Besarnya kemampuan kapasitansi yang dimiliki capacitor bank harus disesuaikan untuk beban induksi. Ukurlah secara tepat daya reaktif semula dan daya reaktif target. Kapasitas kapasitor yang berlebihan justru membuat beban yang semula bersifat induktif menjadi kapasitif. Artinya, daya reaktif tetap tidak mendekati nol. Meningkatkan faktor daya bukanlah berarti mengefisienkan energi. Meningkatkan factor daya hanyalah memastikan daya tersambung sesuai dengan beban yang dibutuhkan. Maka, bila di luaran sana terdapat alat yang dikatakan mampu menghemat biaya listrik sebab menghindari munculnya biaya beban tambahan.
2.6 Intensitas Konsumsi Energi Listrik
sebagai Intensitas konsumsi energi listrik menggambarkan banyaknya energi listrik yang dikonsumsi per satuan luas bangunan dalam rentang waktu tertentu. IKE dapat dirumuskan berikut:
Dari nilai IKE inilah nantinya ditentukan tingkat efisiensi penggunaan energi listrik berdasarkan standar yang digunakan.
Konsumsi energi spesifik per luas lantai menggunakan AC dan atau tidak menggunakan AC adalah sebagai berikut:[10]
a. Jika presentasi perbandingan luas lantai yang menggunakan ac terhadap luas lantai total gedung kurang dari 10%, maka gedung tersebut termasuk gedung yang tidak menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah :
(2.18)
b. Jika presentasi perbandingan luas lantai yang menggunakan ac terhadap luas lantai total gedung lebih dari 90%, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah:
(2.19)
c. Jika presentasi perbandingan luas lantai yang menggunakan ac terhadap luas lantai total gedung lebih dari 10% sampai dengan 90%, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan gedung tanpa AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah:
Standar IKE dari suatu bangunan gedung diperlihatkan pada tabel 2.5 dibawah ini:
Tabel 2.4 Standar IKE
Kriteria Ruangan Dengan Ruangan Non
AC (KWh/m^2) AC (KWh/m^2)
sangat Efisien 4,17 - 7,92 0,84 - 1,67
Efisien 7,92 - 12,08 1,67 - 2,50
Cukup Efisien 12,08 - 14,58 -
Cenderung Tidak Efisien 14,58 - 19,17 -
Tidak Efisien 19,17 - 23,75 2,50 - 3,34
Sangat Tidak Efisien 23,75 - 37,50 3,34 - 4,17
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya
di Lingkungan Depdiknas 2002
Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC), dinyatakan dalam satuan kWH/m2 per tahun. Sebagai “target”, besarnya IKE listrik untuk indonesia, menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEANUSAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan rincian sebagai berikut :
a. IKE untuk perkantoran (komersial): 240 kWH/m2 per tahun. b. IKE untuk pusat belanja: 330 kWH/m2 per tahun.
c. IKE untuk hotel / apartemen: 300 kWH/m2 per tahun. d. IKE untuk rumah sakit: 380 kWH/m2 per tahun.
Tidak menutup kemungkinan nilai IKE tersebut berubah sesuai dengan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi, seperti mahalnya Singapura yang telah menetapkan IKE listrik untuk perkantoran sebesar 210 kWH/m2 per tahun.
Dalam menghitung besarnya IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang digunakan, antara lain :
c. IKE persatuan luas ruang dari gedung yang disewakan ( net product)