• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK NO. 13 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN ZAKAT, INFAK DAN

SHADAQAH (ZIS)

Oleh: Irmawati Sagala

(Executive summary Tesis S2 Polokda Unand, 2007)

ABSTRACT

Local regulation of Solok Regency No. 13 year 2003 about Management of Religious obligatory, Infak and Shadaqah ( ZIS) is one of Perda with Islamic nuance which born in regional autonomous era. One of its primary target is to improve the prosperity of society. More than 30% resident of Solok Regency was in the poverty category since 2001, and continually increasing even Perda about Management of ZIS has legalized for 4 year. Through qualitative approach, this research evaluates the Perda and its impact in improving the economic values of mustahik. The datas were collected by interview, observation and also

documentation study. For analysis, this research used Public Policy Analysis theory, and also Indonesia’s Law System.

The research explain that formulation process of Perda had done well, but not at its implementation. Executor organization, work plan, and also monitoring and evaluation system were unfavorable, and aggravated by the problems of mustahik’s mentality. This Condition of implementation caused Perda did not give major effect in improving the economic values of mustahik yet. At the last, the result of research recommends that Perda is worthy to be defended with several improvements of implementation, and completing some points of content.

A. Latar Belakang Dan Masalah Penelitian

(2)

setempat.1 ke dalam Perda untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lahir-batin.2 Salah satu nilai- yang kemudian mengemuka dalam Perda-Perda pada era otonomi sekarang adalah nilai-nilai yang bernuansa Islam, khususnya di beberapa daerah yang merupakan daerah basis Islam. Salah satu daerah yang dianggap sebagai pelopor menerapkan Perda-Perda semacam ini adalah Propinsi Sumatera Barat melalui Perda No. 11 tahun 2001 tentang Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat).3

Setelah Perda No. 11 tahun 2001, Peraturan Daerah sejenis semakin banyak lahir di Sumatera Barat, khususnya di tingkat Kabupaten/Kota. Peraturan-peraturan ini tidak hanya berbentuk Perda, tapi juga Keputusan Kepala Daerah, baik yang bersifat peraturan pelaksana yang biasa disebut ‘keputusan’, maupun yang bersifat peraturan kebijaksanaan berupa ‘himbauan, instruksi atau surat edaran’.4 Sampai tahun 2006, terdapat 20 (dua puluh) Perda dan 13 (tiga belas) Keputusan Kepala Daerah bernuansa Islam di Sumatera Barat yang tersebar di 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota. Secara umum, landasan pembuatan Perda/Keputusan ini adalah sebagai upaya penyelamatan atas semakin tercerabutnya masyarakat Minang dari jati dirinya yang berlandaskan filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

1 Jaminan memasukkan nilai budaya lokal terdapat dalam UUD 1945 Bab VI tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

2 Setiap Kebijakan Publik yang dibuat oleh pemerintah adalah untuk menciptakan kondisi

yang kondusif bagi masyarakat untuk memperoleh kebutuhan lahir batin, sehingga terwujud kesejahteraan umum yang merupakan tujuan lahirnya NKRI sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

3 Sebelum Perda propinsi ini lahir, telah lebih dulu lahir Perda Kota Bukittinggi dengan

muatan yang sama pada tahun 2000. Namun, Perda propinsi ini lebih mendapat perhatian dari masyarakat luas, tidak hanya di Sumatera Barat tapi juga nasional dan internasional.

4 Untuk efisiensi penulisan, selanjutnya kedua jenis keputusan Kepala Daerah ini disebut

(3)

Di camping tujuan tersebut, Perda Islami juga dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, misalnya Perda tentang pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqah. Kabupaten Solok hádala daerah yang termasuk lebih dulu mengeluarkan Perda jenis ini.

Pemulihan ekonomi Kabupaten Solok menunjukkan perbaikan pada periode 2000-2004 dengan pertumbuhan ekonomi 4,63 %, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi propinsi yang sebesar 4,12 %. Namun, sampai saat ini kemiskinan dan kesejahteraan sosial di Kabupaten Solok masih merupakan masalah yang mendesak untuk diselesaikan. Kemampuan ekonomi pemerintah yang terbatas adalah salah satu masalah inti dalam menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut. Kemampuan unit kerja pengelola PAD dalam merealisasikan potensi riil PAD masih rendah. Realisasi PAD hanya sebesar 40%. Kontribusi PAD terhadap PDRB hanya sebesar 4, 89%, selebihnya berasal dari dana perimbangan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

Untuk mengatasi masalah-masalah kesejahteraan sosial tersebut, pemerintah Kabupaten Solok berusaha mengoptimalkan partisipasi aktif masyarakat dan pranata-pranata yang ada. Salah satu peluang yang ditangkap untuk partisipasi tersebut adalah optimalisasi potensi zakat, infak dan shadaqah. Meskipun, sistem zakat tidak sama persis dengan filantropi. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Solok telah melahirkan sebuah Peraturan Daerah No. 13 tahun 2003 tentang Pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqah.

(4)

membaik, malah cenderung terus meningkat. Dalam RPJM Kabupaten Solok tahun 2006-2010 juga disebutkan berbagai permasalahan sosial seperti rendahnya derajat kesehatan dan gizi, rendahnya pelayanan dan kualitas pendidikan, meningkatnya jumlah penggaguran terbuka terutama pada usia muda masih dan peningkatan kemiskinan tiap tahunnya menjadi agenda utama pembangunan lima tahun ke depan (2006-2010).

Jumlah penduduk miskin misalnya, terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2001 sampai 2004 menurut RPJMD terjadi peningkatan penduduk miskin 0,78 %. Untuk tahun 2005 sampai tahun 2006, terjadi perbedaan data menurut website Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Solok dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Solok. Jika merujuk pada data website, terjadi penambahan jumlah penduduk miskin dari 21,05 % pda tahun 2005 menjadi 25,16 % tahun 2006, sedangkan jika merujuk pada data RPJMD terjadi penurunan dari 37,03 % tahun 2004 menjadi 26 % tahun 2006. Namun demikian, analisa rasional dan keterangan tambahan Kabag Kesra Kabupaten Solok mengarah pada kesimpulan bahwa jumlah penduduk miskin tahun 2005-2006 masih meningkat atau setidaknya tetap dari tahun sebelumnya.

(5)

bencana alam dan lainnya tentu turut berpengaruh. Namun demikian, pegelolaan ZIS tersebut apabila terlaksana sebagaimana mestinya idealnya dapat memberikan pengaruh signifikan

Dengan latar belakang demikian, penelitian ini membahas evaluasi Perda Kabupaten Solok No. 13 tahun 2003 tentang Pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS), pada tahap perumusan dan implementasi Perda.

B. Kerangka Teori

Untuk kebutuhan kerangka teoritis dalam penelitian ini, digunakan dua kerangka teoritis yaitu Kebijakan Publik dan Sistem Hukum Indonesia serta konsep Filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

1. Kebijakan Publik dan Analisis Kebijakan Publik

Dari berbagai defenisi yang ada, dalam penelitian ini yang dimaksud Kebijakan Publik adalah serangkaian proses pembuatan keputusan terhadap apa yang akan atau tidak akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuannya, yang akan melahirkan berbagai konsekuensi terhadap pemerintah dan lingkungannya. Kebijakan Publik sebenarnya dapat disebut sebagai hukum dalam arti luas yaitu dalam pengertian “sesuatu yang mengikat dan memaksa”.5

Keseluruhan proses Kebijakan Publik dapat dibedakan menjadi perumusan/formulasi, implementasi dan evaluasi.

Sementara Analisis Kebijakan Publik dipakai pengertian yang diberikan Lasswell yaitu analisa kebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan

5 Lihat antara lain Suharto, Edi, 2005. Analisis Kebijakan Publik; Panduan Praktis

(6)

tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan

tentang proses pembuatan kebijakan, analis kebijakan meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan program publik.6

Proses pembuatan kebijakan adalah serangkaian tahap pembuatan kebijakan yang saling bergantung yang diatur menurut ukuran waktu, meliputi penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.7 Model-model perumusan Kebijakan Publikadalah Model Kelembagaan, Model Proses, Model Teori Kelompok, Model Teori Elit, Model Teori Rasionalisme, Model Inkrementalis, Model Pengamatan Terpadu, Model Demokratis, Model Stategis, Model Teori Permainan, Model Pilihan Publik, Model Sistem.8

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Langkahnya ada dua jenis: langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan turunan dari kebijakan tersebut.9 Kegiatan implementasi dapat dilhat dalam tabel berikut:

Tabel 2 Kegiatan implementasi kebijakan secara berurutan

No. Tahap Isu Penting

6 William N. Dunn, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, terj. Samodra Wibawa,

dkk., Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.,hal. 1.

7 William N Dunn, Loc. Cit. hal. 22-25.

8 Riant Nugroho D., 2003. Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi dan Evaluasi,

Jakarta: Elex Media Komputindo. hal. 108-139.

(7)

Menggunakan prosedur untuk memudahkan

4. Pengendalian Desain pengendalian

Sistem informasi manajemen Pengendalian anggaran/keuangan Audit

(8)

1. menggunakan pendekatan (model) yang sesuai dengan masalah yang hendak disesuaikan

2. mengarah pada penyelesaian inti masalah

3. mengikuti prosedur yang diterima secara bersama (misalnya apakah kebijakan berupa undang-undang atau perda, dan lainnya)

4. mendayagunakan sumber daya yang ada secara optimal

Sofyan Effendi mengemukakan tujuan evaluasi implemantasi kebijakan untuk menjawab tiga pertanyaan:

1. Bagaimana kinerja impelementasi Kebijakan Publik? Bagaimana variasi outcome nya?

2. Faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu?

3. Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi Kebijakan Publik?

Evaluasi lingkungan Kebijakan Publik memberikan sebuah deskripsi yang lebih jelas bagaimana konteks kebijakan dirumuskan dan konteks kebijakan diimplementasikan, sehingga dapat dilihat faktor-faktor lingkungan apa saja yang membuat kebijakan gagal atau berhasil diimplementasikan.

2. Sistem Hukum Indonesia

Hukum didefenisikan produk pengambilan keputusan yang ditetapkan oleh fungís-fungsi kekuasaan negara yang mengikat subyek hukum dengan hak-hak dan kewajiban hukum berupa larangan, keharusan atau kebolehan.10 Pembuatan produk hukum harus didasarkan pada landasan Filosofis, Sosiologis, Yuridis dan

10 Jimly Asshiddiqie, 2006. Perihal Undang-Undang di Indonesia, Jakarta: Sekretariat

(9)

Politis. Landasan Filosofis berarti hukum dibuat dengan memperhatikan cita-cita atau nilai-nilai filosofis yang ada di tengah masyarakat. Nilai-nilai ini bersifat baik-buruk, benar-salah. Landasan Sosiologis berarti hukum dibuat dengan mempertimbangkan kondisi sosial yang riil ada di tengah kehidupan masyarakat. Landasan Yuridis berarti setiap produk hukum yang dibuat harus memiliki landasan hukum yang jelas yang ada sebelumnya. Sedangkan landasan Politis berarti hukum dibuat berdasaran pertimbangan cita-cita dan kebijakan politis Indonesia.11

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.12 Dalam UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan bahwa hirarki peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-undang/Peraturan Pemeritah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah.

Adapun peraturan perundang-undangan daerah, sebagaimana disebutkan Bagir Manan dalam Latief13, adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Pemeritah Daerah atau salah satu unsur Pemerintah Daerah yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan. Produk hukum daerah yang dibuat atas

11 Mengenai landasan pembuatan produk hukum ini, ada yang menambahkannya dengan

landasan lain seperti administratif oleh Jimly Asshiddiqie dan lainnya. Namun yang paling umum adalah empat landasan ini. Penjelasan lebih jauh tentang landasan pembuatan produk hukum ini dapat ditemukan dalam Jimly Asshiddiqie (Jakarta, 2006: 170-173), Yuliandri dalam Teknik Penyusunan Produk Hukum Daerah (Padang, 2001: 88-90)

12 UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pasal 1.

13 Abdul Latif, 2005. Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel) Pada

(10)

persetujuan bersama legislatif dan eksekutif disebut Peraturan Daerah. Di samping Peraturan Daerah, ada pula produk hukum daerah berupa Keputusan Kepala Daerah, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota.

Dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan, perlu diperhatikan partisipasi publik yang diatur dalam Mekanisme Konsultasi Publik. Betuk MKP dapat berupa diskusi (seminar, lokakarya dan lainnya), plebisit/jajak pendapat, kotak pos saran.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Solok, dengan unit analisis organisasi yaitu terutama Setda dan BAZ Kabupaten Solok. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Informan ditentukan secara purposive, meliputi:

 Pimpinan DPRD Kabupaten Solok diwakili oleh Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Solok.

 Anggota DPRD Kabupaten Solok periode 1999-2004 dan periode 2004-2009.

(11)

 Organisasi pelaksana yaitu Pengurus BAZ Kabupaten Solok; Ketua, Ketua II, Sekretaris I, Kasi Pendistribusian.

 Organisasi lain: Ketua DPD PAN dan PKS Kabupaten Solok, LAZ Ar-Risalah, Ketua Yayasan Garda Anak Nagari.

 Masyarakat sasaran/yang dikenai Perda yaitu Muzakki (pembayar zakat) dan Mustahik (penerima zakat).

Data penelitian kemudian dianalisis dengan tahapan:

 Pengumpulan data: mengumpulkan seluruh data terkait baik dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

 Mengolah data: mengelompokkan temuan data berdasarkan tahapan proses kebijakan dan menilai keakuratan data dengan cara triangulasi, memperbandingkan data dari berbagai sumber. Data hasil wawancara dikomparasikan dengan hasil obseravasi langsung dilengkapi catatan-catatan dari hasil dokumentasi.

 Interpretasi data: memahami dan menterjemahkan data, dengan menggunakan teknik emik dan etik. Analisa etik dilakukan berdasarkan pandangan peneliti, sedangkan analisa emik dilakukan berdasarkan pandangan informan dengan dukungan teori-teori yang ada.14

 Penyimpulan data: setelah diinterpretasikan, maka dibuat kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

14 Lexy Moleong, 1997. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda

(12)

D. Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu Perumusan Perda dan Implementasi Perda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perumusan Perda telah berjalan baik, yang diukur dengan beberapa indikator berikut ini:

1. Berjalannya tahap perancangan Perda. Tata peraturan pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia menentukan perumusan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) sebagai langkah awal dalam pembuatan Peraturan Daerah (Perda). Pekerjaan pada tahap ini meliputi kajian dan pengumpulan informasi landasan filosofis, sosiologis dan hukum terkait tema Perda yang akan dibuat. Di samping itu, prosesnya juga harus mengikuti alur-alur proses legislasi yang diatur dalam UU No. 10 tahun 2004 dan Tata Tertib DPRD. Secara filosofis masyarakat Kabupaten Solok, lahirnya Perda ini sesuai dengan cita rasa dan nilai yang hidup di masyarakat, yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS – SBK). Peran zakat sangat penting dalam Islam, tidak hanya untuk membentuk keshalehan individu tapi juga keshalehan sosial. Kuntowijoyo menulis bahwa komunitas Islam terbentuk melalui empat pilar Islam yaitu shalat, zakat, puasa dan haji.15 Pengaturan pengelolaan ZIS untuk optimalisasi potensi dalam pengentasan kemiskinan dan membangun ekonomi kerakyatan sebagai salah satu dari tiga pilar pembangunan Kabupaten Solok, dipandang baik dan

(13)

prospektif. Secara Sosiologis, muatan Perda secara konseptual memberikan solusi bagi lemahnya pengelolaan zakat di masyarakat selama ini. Sebelum lahirnya Perda, pola pembayaran zakat masih tradisional -langsung pada mustahik atau melalui panitia mesjid- dan lembaga pengelola belum profesional sehingga hasilnya kurang optimal. Sebagai solusinya, Perda memandu pembentukan lembaga professional pengelola ZIS. Secara hukum tata perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, pembuatan Perda-Perda Islami tidaklah menyalahi aturan. Meskipun urusan agama adalah termasuk urusan yang diserahkan pada pemerintah pusat, bukan berarti pemerintah daerah otonom tidak berhak membuat aturan yang bernuansa agama. Menurut Huda, sebenarnya tidak ada alasan bagi siapapun untuk merasa khawatir terhadap maraknya Perda syariat di Indonesia pada masa otonomi daerah, apalagi munculnya pandangan bahwa gerakan tersebut sebagai kelanjutan gerakan yang ingin merubah negara Indonesia menjadi negara Islam.16 Hal yang perlu diperhatikan dalam setiap pembentukan peraturan perundang-udangan daerah adalah:

 tidak bertentangan dengan aturan perundang-undangan yang lebih tinggi

 sesuai dengan nilai filosofis dan kondisi sosiologis masyarakat, dalam artian dipandang baik dan perlu untuk diterapkan

16 Yasrul Huda, 2007. ”Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi dan Implikasi Pembuatan

(14)

 menjamin tidak adanya muatan yang bersifat diskriminatif terhadap sekelompok orang yang menganut tata nilai berbeda, serta menjamin adanya ketegasan sanksi bagi pelanggaran implementasi Pembuatan Perda juga telah melalui proses legislasi sebagaimana peraturan yang berlaku, dengan pembuatan kebijakan model Proses. Artinya, proses pembuatan Perda adalah proses politik yang menyertakan rangkaian kegiatan dari identifikasi masalah, agenda formulasi kebijakan, perumusan proposal kebijakan, legitimasi, implementasi dan evaluasi.

2. Mekanisme Konsultasi Publik. Tahap ini telah berjalan sebagian, hanya saja terdapat kelemahan dimana stakeholders yang terlibat dalam perumusan Ranperda sangat minim, hanya dari unsur Dinas/Kentor/lembaga pemerintah yang membidangi masalah hukum dan agama, serta satu LSM. Hal ini disebabkan paradigma lahirnya Perda hanya sebagai penjabaran undang-undang dan juga sudah familiarnya tema ZIS di tengah masyarakat. Paradigma ini pada akhirnya menyebabkan tidak terakomodirnya beberapa poin yang merupakan evaluasi terhadap substansi undang-undang serta rendahnya rasa kepemilikan masyarakat terhadap Perda.

(15)

pembuatan Perda bisa jadi justeru mejadikan tema-tema Perda Islami sebagai komoditas politik.

Tahap perumusan yang sudah berjalan cukup baik, kemudian belum diikuti dengan impelementasi yang baik, yang dijelaskankan dengan beberapa indikator:

1. Minimnya sosialisasi Perda setelah diundangkan. Dalam penelusuran yang dilakukan, penulis tidak menemukan proses sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun pertama diundangkannya Perda. Setelah diundangkannya Perda, yang dilakukan Pemda segera memperbaharui kepengurusan BAZ melalui SK No. 144/BUP-2004 tanggal 14 Mei 2004, yang disusul penetapan Keputusan Bupati sebagai aturan pelaksanaan Perda lima bulan setelah itu. Sosialisasi Perda No. 13 tahun 2003 tentang Pengelolaan ZIS kemudian mulai dilaksanakan oleh struktur baru pengurus BAZ sebagai unit kerja/organisasi pelaksana. Artinya, sosialisasi Perda baru dimulai sekitar satu tahun setelah diundangkannya Perda. Kepala Kandepag Kabupaten Solok menjelaskan sosialisasi awal berlangsung selama dua tahun, dengan sasaran utamanya PNS.

(16)

pengelolaan zakat. Padahal, kondisi masyarakat sendiri sudah terbiasa mengelola ZIS. Ini juga berarti mengurangi kemandirian dan partisipasi masyarakat. Akibatnya, pengembangan LAZ belum terperhatikan. Dalam penelitian, penulis menemukan 1 LAZ yang aktif yaitu LAZ Yayasan Ar-Risalah. Keberadaan LAZ ini kemudian penulis jadikan pembanding dalam beberapa poin bagi kinerja BAZ.

(17)

pengurus, jika hak semua pengurus ditunaikan, maka maksimal dana insentif yang harus dikeluarkan adalah Rp. 7.050.000,- per bulannya, atau Rp. 84.600.000,- per tahun. Biaya ini belum termasuk biaya operasional berkisar dua juta rupiah per bulan. Artinya, biaya operasional pengurus dari alokasi amilin terpenuhi hanya berkisar 50 %.17 Sisanya, Pemerintah Daerah harus mengeluarkan dari anggaran daerah, yang untuk tahun 2007 ini dianggarkan sejumlah Rp. 80 juta. Secara matematis, Pemerintah Daerah mengeluarkan modal untuk upaya penanggulangan kemiskinan melalui pengelolaan dana zakat sebesar Rp. 80 juta satu tahun. Seberapa besar nilai modal ini, ditentukan oleh sejauh mana pengelolaan dana zakat bisa memenuhi sasarannya. Jika kondisi ekonomi masyarakat mustahik tidak mengalami perbaikan dan jumlah penduduk miskin terus saja bertambah, artinya modal yang dikeluarkan tersebut menjadi sangat mahal. Pembahasan hal ini akan diuraikan lebih dalam pada pembahasan dampak Perda.

Sebagai pembanding, dapat dilihat struktur organisasi LAZ Ar-Risalah. Struktur LAZ tidak jauh berbeda dengan BAZ, karena pembentukannya juga berpedoman pada UU No. 38 tahun 1999, yaitu terdiri dari Badan Pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana. Badan Pelaksana memiliki tiga divisi yaitu Pengumpulan, Pemberdayaan dan Humas. Fungsi pendistribusian, pendayagunaan dan sebagian fungsi pengembangan pada struktur BAZ disatukan dalam divisi

(18)

Pemberdayaan pada LAZ. Pengurus LAZ pada tahun 2006 sebanyak 14 orang. Dengan struktur demikian, pada tahun 2006, pengurus LAZ berhasil mengumpulkan dana sebesar 40 juta rupiah, dari target 100 juta rupiah. Hal menarik lainnya adalah pengelolaan dana zakat yang memang diarahkan untuk usaha produktif dan pemberdayaan mustahik dengan target menjadikan mustahik menjadi calon muzakki.

4. Kurang kondusifnya lingkungan Perda. Mentalitas mustahik kebanyakan konsumtif dan kurang memahami hakikat dana zakat. Alokasi bantuan untuk usaha produktif masih banyak yang belum digunakan dengan baik. Ditambah lagi, pembinaan dan pengawasan yang minim dari pemeritah. Faktor penting lainnya adalah masih minimnya keteladan pemimpin, terutama dari unsur legislatif. Peran lembaga/institusi lain dalam menyukseskan implementasi Perda juga masih minim dan belum terorganisasi.

5. Sistem monitoring dan evaluasi juga belum teroptimalkan. Pembahasan dan tanggapan komprehensif terhadap laporan kerja BAZ belum dilaksanakan baik oleh SKPD lain, pimpinan eksekutif, maupun legislatif.

(19)

BAZ sudah dibuat, dan meliputi berbagai aspek yang masih menjadi kekurangan selama ini. Namun demikian, kajian-kajian yang lebih strategis terhadap substansi Perda -misalnya penerapan sanksi pada muzakki, keterlibatan langsung Pemerintah Daerah dalam teknis pengelolaan ZIS dan lainnya- dan peningkatan kualitas SDM perlu segera dilakukan. Permasalahan SDM adalah permasalahan krusial. Dari segi lembaga hukum, kendala-kendala dalam implementasi sebagian besarnya menyangkut kualitas SDM. Dari segi lingkungan, kendalanya juga terutama terkait kualitas SDM. Kualitas di sini tentunya tidak hanya menyangkut kemampuan manajemen, tapi juga mental dan motivasi yang tentunya berkaitan dengan sistem keyakinan/agama.

E. Saran

Sebagai sebuah evaluasi, akhirnya perlu direkomendasikan masa depan kebijkan. Dari keseluruhan uraian dapat disimpulkan bahwa Perda memiliki peluang untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan di Kabupaten Solok. Namun, saat ini pencapaiannya belum optimal karena beberapa permasalahan implementasi. Untuk itu, Perda perlu tetap dipertahankan dengan pembenahan tataran implementasi dan penyempurnaan beberapa poin muatan Perda baik langsung merevisi Perda ataupun melalui Keputusan Kepala Daerah.

Secara lebih khusus, penelitian penelitian ini menghasilkan beberapa saran sebagai berikut:

(20)

Perda yang lebih baik. Kinerja dan inovasi program LAZ Ar-Risalah dalam mendayagunakan dana ZIS misalnya, layak mendapat apresiasi yang sesuai dari Pemerintah Daerah. Bagaimana pun, keberadaan LAZ disamping BAZ akan melahirkan iklim fastabiqul-khairat yang memacu kinerja. Disamping itu, keberadaan LAZ juga akan meminimalisir potensi intrik-intrik politik dan kekuasaan dari lembaga pengelola ZIS. Lebih jauh, penulis menyarankan Pemerintah Daerah cukup mengambil posisi dan peran pembinaan serta koordinasi dalam pengelolaan ZIS. Kemudian, program pembinaan SDM, terutama SDM pemerintahan perlu mendapat perhatian utama. Pembinaan disini dimaksud adalah pebinaan integral antara intelektual, emosial, dan spiritual.

 Kepada BAZ Kabuaten Solok: perlu terus meningkatkan inovasi dalam pengumpulan dan pendayagunaan ZIS. Keseriusan dan niat baik yang dimiliki sebagian besar pengurus akan semakin bermanfaat dengan disertai inovasi-inovasi dan manajemen yang lebih profesional. Program untuk membangun mental dan keterampilan masyarakat perlu mendapat perhatian lebih untuk tahap awal dengan kondisi masyarakat saat ini.

(21)

meningkatkan keteladanan kepemimpinan karena pada hakikatnya, anggota DPRD adalah jelmaan masyarakat.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an.

A, Ra. Hallen, 2005. ”Pelecehan dan Kekerasan Seksual terhadap Perempuan dan Anak di Sumatera Barat”, disampaikan dalam diskusi aktual Balitbang Sumbar tanggal 16 Juli 2005 di Gedung Balitbang Sumbar.

Abdullah, Taufik, 2003. ”Historis dan Filosofis ABS-SBK”, dalam Reaktualisasi Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah, Padang: PPIM Sumatera Barat.

Afrizal, 2003. ”Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah; Sebagai Visi Pembangunan Suku Bangsa Minangkabau”, dalam Reaktualisasi Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah, Padang: PPIM Sumatera Barat.

Agus, Bustanuddin, 2006. ”Kajian Penerapan Falsafah Adat Basandi Syarak -Syarak Basandi Kitabullah”, Laporan penelitian, Padang: Balitbang Sumbar.

_______________, 2006. Islam dan Ekonomi; Suatu Tinjauan Sosiologi Agama, Padang: Unand Press.

Al-Bugha, Mustahunafa Dieb, dan Muhyiddin Mitsu, 2003. Al-Wafi; Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah, terj. Muhil Dhofri, LC., Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.

Alsa, Asmadi, 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikoloci, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asshiddiqie, Jimly, 2006. Perihal Undang-Undang di Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Bungin, Burhan (ed.), 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali

Pers.

Devine, Fiona, 1995. “Qualitative Methode” dalam David Marsh dan Gerry Stoker (ed.,) Tahuneory and Metahunods in Political Science, London: Macmillan Press LTD.

(23)

Edi, Suharto, 2005. Analisis Kebijakan Publik; Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial, Bandung: Alfabeta

Faisal, Sanapiah, 1990. Penelitian Kualitatif; Dasar-Dasar dan Aplikasi, Malang: YA3.

Fakih, Mansour, 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Pustaka Pelajar dan Insist Press.

Hawwa, Said, 2002. Al-Islam, Jakarta: Al-I’ttishom Cahaya Umat.

Ibrahim, Muhammad Al-Jamal, 1999. Fikih Muslimah, terj. Zaid Husein Alhamid, Jakarta: Pustaka Amani.

Isra, Saldi, “Teknik Menganalisa dan Mengevaluasi Peraturan Perundang -Undangan” dalam Teknik Penyusunan Produk Hukum Daerah, ed. Saldi Isra dan Suharizal, 2001. Padang: Anggrek Law Firm bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Pasaman.

Kamal, Miko, 2001. “Mekanisme Konsultasi Publik, Pembuatan Perda dan Good Governance” dalam Teknik Penyusunan Produk Hukum Daerah, ed. Saldi Isra dan Suharizal, Padang: Anggrek Law Firm bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Pasaman.

Kuntowijoyo, 1997. Identitas Politik Umat Islam, Bandung: Mizan.

Latif, Abdul, 2005. Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel) Pada Pemerintaha Daerah, Yogyakarta: UII Press.

Made, Sjofyan Asnawi, 2003. ”Kepemimpinan Menurut Adat Minangkabau, dalam Reaktualisasi Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah, Padang: PPIM Sumatera Barat.

Marbun, B.N. 2005. Kamus Politik, Jakarta: Sinar Harapan.

Mughniyah, Muhammad Jawad, 2002. Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, Moleong, Lexy, 1997. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya

Muchtar dan Erna Widodo, 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avyroz: Jakarta.

(24)

Muthahhari, Mutadha, 2000. Wanita dan Hijab, terj. Nashib Mustafa, Jakarta: PT. Lentera Basritama.

Nurjaya, I Nyoman, 2005. Magersari; Dinamika Komunitas Petani-Pekerja Hutan dalam Perspektif Antropologi Hukum, Malang: UM Press.

P2TP2A, 2005. ”Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Sumatera Barat”, disampaikan dalam diskusi aktual Balitbang Sumbar.

Palma, Alvon Kurnia, 2007. ”Pluralitas dan Perda Syari’at”, Disampaikan dalam diskusi publik dengan tema ”Penyeragaman dan Totalitas Dunia Kehidupan Sebagai Ancaman terhadap HAM”, dilaksanakan di Padang oleh Imparsial dan LBH Padang.

Prayitno, Sudi, 2006. ”Perda Tibum dan Ramas (Menyelesaikan Masalah dengan Masalah?)”, Advokat LBH Padang.

Pruit, Dean G dan Jeffrey Z. Rubin (terj)., 2004. Teori Konflik Sosial. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Syarifuddin, Amir, 2003. “Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah”, dalam Reaktualisasi Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah, Padang: PPIM Sumatera Barat.

Tamin, Azian, dkk., 2005. Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru, Jakarta: PSPI FISIP UNAS dan PSP Maidani Institute.

Tangkilisan, Hossel Nogi S., 2005. Manajemen Publik, Jakarta: PT. Grasindo. Topatimasang, Roem, dkk., 2001. Merubah Kebijakan Publik, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Worl Bank, 2004. Keadilan di Desa-Desa Indonesia (Laporan).

Yuliandri, 2001. “Pembentukan Peraturan Daerah dan Produk Hukum Daerah Lainnya” dalam Teknik Penyusunan Produk Hukum Daerah, ed. Saldi Isra dan Suharizal, Padang: Anggrek Law Firm bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Pasaman.

Zainuddin, Musyair, 2003. “Efektifitas Adat Minangkabau Di Kenagarian Kotorantang, Kabupaten Agam”, Laporan Penelitian, Padang: Balitbang Sumbar.

(25)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, DOKUMEN PEMERINTAH

DPRD Kabupaten Solok, 2003. Risalah Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Solok tentang Pembahasan 12 (Dua Belas) Ranperda Kabupaten Solok. Himbauan Bupati Solok No. 451/200/Kesra-2006 tentang Penyaluran Zakat PNS

Melalui BAZ Kabupaten Solok.

Keputusan Bupati Solok No. 8 tahun 2003 tentang Pelaksanaan Perda Kabupaten Solok No. 13 tahun 2003 tentang Pengelolaan ZIS.

Keputusan Bupati Solok No. 375/BUP-2006 tanggal 28 Agustus 2006 tentang Kepengurusan BAZ Kabupaten Solok Periode 2006-2010.

Keputusan Bupati Solok No. 432/BUP/2006 tentang Penetapan Nama Kepala Rumah Tangga dan Jumlah Anggota Rumah Tangga Miskin Kabupaten Solok.

Keputusan Ketua Badan Pelaksana BAZ Kabupaten Solok No. 08/BAZ. Kab. Slk/III/2007 tanggal 1 Maret 2007 tentang Kaputusan Rapat Kerja Pengurus BAZ Kabupaten Solok Periode 2006-2010.

Keputusan Menteri Agama No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

Keputusan Menteri Agama No. 373 tahun 2003 tetang Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Mencabut Keputusan No. 581 tahun 1999).

Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 tentang BAZ Nasional

Pemerintah Kabupaten Solok, Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Solok tahun 2006-2010. Pemerintah Kabupaten Solok, 2005. Kabupaten Solok dalam Angka, Solok:

BAPEDA dan BPS Kabupaten Solok.

Pemerintah Propinsi Sumatera Barat, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sumatera Barat periode 2006-2010.

Perda Kabupaten Solok No. 13 tahun 2003 tentang Pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqah.TAP MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia 2010

(26)

UU RI No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah UU RI No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

UU RI No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. UU RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

SURAT KABAR, JURNAL DAN SITUS INTERNET

Padang Ekspres, Kamis 2 Agustus 2007. Republika, 21 Juni 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Anda yang pertama kali memasuki halaman ini dan belum mendaftarkan produk yang Anda jual, Anda akan melihat tampilah Dasbor dengan pilihan-pilihan pengisian

Tabel I.3 Data Hasil Survei Pendahuluan pada Pegawai Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Pangkalpinang .... Tabel I.4 Data Spesifikasi Jabatan Pegawai Struktural di

>akukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh 3 tokoh masyarakat, misalnya pamong desa, para petua 3 petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh pada pola

Ramuan Pelangsing Tradisional, Jamu Pelangsing Tradisional, Obat Herbal Pelangsing Perut, Obat Herbal Penurun Berat Badan, Obat Pelangsing Cepat Dan Aman,..

Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan KDRT kepada pihak kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.. Dalam

– Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

Dehidrasi yang dilakukan yaitu dengan cara adsorbsi menggunakan molecular sieve 3A, silica gel, dan kombinasi dari molecular sieve 3A + silica gel. Dari percobaan adsorbsi dari

Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun