• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Modernisasi Alutsista Pengemban alutsista

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Korelasi Modernisasi Alutsista Pengemban alutsista "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Senjata Dalam Negeri dengan Pertumbuhan Ekonomi Makro untuk

Indonesia

Ditulis dalam rangka memenuhi tugas akhir Makroekonomi

Oleh: Gigih Surya Prakasa

1. Abstraksi

Negara yang kaya harus bias menjaga aset-aset dan kekayaan yang dimilikinya. Indonesia sebagai negara berkembang yang mengalami peningkatan signifikan dalam perekonomiannya dalam satu dekade terakhir dilihat dari pertumbuhan ekonomi lebih dari 6,5% per tahun dan berhasil bertahan dalam krisis ekonomi 2008 dewasa ini tengah giat-giatnya melakukan modernisasi angkatan perangnya yang sudah lebih dari dua puluh tahun tidak diganti. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri tentu harus dibarengi dengan peningkatan kekuatan militer. Jalannya perekonomian baik di pusat maupun di perbatasan dapat berjalan lancer dengan bertambahnya alat utama sistem senjata (alutsista) sebagai alat penjaga dan pengamanan sumber daya di kawasan regional.

Pemerintah tidak bisa lagi memilih untuk memprioritaskan antara gun and butter dimana faktor produksi hanya berfokus pada salah satu produk senjata atau kesejahteraan masyarakat saja. Mereka harus berkembang besama-sama karena seiringan dengan meningkatnya pendapatan dan produksi dalam negeri harus diikuti kapasitas dan kapabilitas Negara itu untuk mempertahankan sumber daya ekonominya. Pengeluaran pemerintah terutama untuk pembelian produk alutsista dalam negeri tentunya dapat membantu perkembangan dan revitalisasi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) di bidang produksi alat pertahanan sehingga menciptakan efek pengganda dan menggeser beberapa model ekonomi dalam ekonomi makro ke kanan. Pergeseran kurva ini akan menstimulasi faktor produksi domestik dalam memenuhi permintaan dalam negeri sehingga produksi dalam negeri meningkat dan faktor Y dalam pendapatan Negara juga ikut meningkat. Hal ini didukung dengan anggaran untuk Kementerian Pertahanan tertinggi dengan nilai yang mencapai 150 triliun dari 2010-2014 dan realisasi dalam penyerapan anggaran juga tertinggi di banding kementerian lain.

Tentunya dengan peningkatan anggaran pertahanan harus disesuaikan dengan arahan presiden dalam mengoptimalkan industri pertahanan dalam negeri untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) sampai 2024 yang tertuang dalam Keppres no 54 tahun 2010 sehingga diharapkan akan didapatkan keuntungan berantai dalam peningkatan pengeluaran pemerintah di bidang pertahanan.

2. Pendahuluan

(2)

Perekonomian indonesia sudah jauh berkembang pasca masa reformasi tahun 1998. Pondasi pertumbuhan ekonomi indonesia disusun dari ekonomi mikro seperti berkembangnya UKM dengan baik, arus modal masuk yang memadai, reformasi di bidang pajak, perbaikan sarana dan prasarana di tiap daerah, perbaikan regulasi dan birokrasi mengenai perekonomian dan perdagangan, dan penekanan untuk menggunakan produk dalam negeri menjadi faktor utama dalam perbaikan ekonomi pasca krisis 14 tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif 6,5% dan tidak hanya berhasil bertahan tetapi juga menduduki peringkat ketiga setelah RRC dan India dalam hal pertumbuhan ekonomi pada krisis ekonomi 2008 silam. Indonesia juga menjadi salah satu negara G-20 yang berarti kemampuan ekonomi dan produksi Indonesia harus diperhitungkan dunia. Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang melimpah ruah dapat dilihat di tiap provinsi di Indonesia mempunyai sumber daya seperti minyak di Aceh, emas di Papua, batu bara di Kalimantan, sawit di Sumatera dan lain sebagainya.

Kekayaan dan kemampuan ekonomi di atas sudah selayaknya ditunjang dengan kemampuan negara untuk menjaga setiap aset yang dimilikinya. Sumber daya yang tersedia di Indonesia harus digunakan dan diamankan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat sehingga membutuhkan pengamanan yang komprehensif untuk menjaga aset tersebut. Namun pada kenyataannya, TNI sebagai alat pertahanan dan penjaga kedaulatan yang bertugas menjaga obyek vital dan aset negara ini masih jauh tertinggal dalam hal kualitas dan kuantitas alutsista yang digunakan dibanding dengan negara se-regional. Indonesia yang luasnya 13% dunia pun masih kalah jika dibandingkan baik kekuatan darat, laut, maupun udara dari segi kuantitas dan kualitas dengan negara kecil seperti Singapura.

2.2 Ancaman Terhadap Aset Ekonomi

(3)

Negara dengan sumber daya alam dan manusia yang besar seperti Indonesia sangat rentan incaran negara asing sehingga faktor hankam harus ditingkatkan untuk melindungi Indonesia beserta bumi dan manusia di dalamnya. Negara seperti Libya dan Irak yang memiliki persenjataan lebih lengkap dibandingkan TNI masih bisa diporak-porandakan oleh invasi negara asing apalagi Indonesia yang kesiapan tempurnya masih setengah dari armada yang dimilikinya, ditambah lagi jumlah armada yang digunakan masih sangat kurang untuk menutupi dan menjaga seluruh wilayah darat, laut dan udara Indonesia. Contoh sederhana seperti alutsista yang paling tua yang dimiliki adalah AD adalah meriam gunung dan ranpur buatan tahun 1950-an, latihan menggunakan peluru tajam dijatah 30 butir per tahun, AL yang masih menggunakan kapal pendarat tank veteran perang dunia II, AU yang jumlah pesawat baik tempur maupun angkutnya masih sangat kurang untuk menutupi luasnya teritorial udara indonesia, dan masih banyak lagi.

2.3 Negara yang Hidup Dari Perang

Amerika serikat sebagai negara adikuasa saat ini merupakan salah satu contoh negara yang berhasil mengoptimalkan industrinya baik di bidang perekonomian maupun di bidang pertahanan. Industri pertahanan dalam negeri Amerika Serikat sejak pecah Perang Dunia II memberikan kontribusi yang tidak sedikit untuk perekonomian Amerika. Perusahaan seperti Armalite; General Dynamic; Colt Manufacturing Company; Boeing Defense, Space, and Security; Lockheed Martin; Springfield Armory, dan lain-lain merupakan produsen senjata besar dan sudah lama menjadi penopang kebutuhan alutsista Amerika Serikat. Pengeluaran pemerintah Amerika Serikat untuk anggaran pertahanan sejumlah $698 milyar sekitar 4.8% dari GDP-nya atau sekitar 42,8% dari seluruh anggaran pertahanan di seluruh dunia.

2005-10 Top 5 Rank

Supplier 2005

200

6 2007 2008 2009 2010

1 United States 6700 7453 8003 6288 6658 8641

2 Russia 5134 5095 5426 5953 5575 6039

3 Germany 2080 2567 3194 2500 2432 2340

4 France 1724 1643 2432 1994 1865 1834

(4)

Table: peringkat eksportir senjata di dunia

Amerika Serikat juga menjadi pengekspor alutsista terbesar di dunia dengan nilai ekspor $8,641 milyar. Nilai ekspor dalam bidang alutsista yang sangat besar dalam sekali transaksinya menjadikan perdagangan senjata sangat membantu dalam perekonomian dan menggerakan industri di Amerika Serikat. Tenaga kerja dapat diserap ke dalam industri pertahanan sehingga mengurangi jumlah pengangguran karena pemerintah Amerika Serikat melakukan order pembelian alutsista ke dalam negeri dengan nilai yang sangat besar setiap tahunnya. Amerika serikat juga melakukan operasi militer di banyak tempat di seluruh dunia seperti waktu Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk 1 dan 2, Krisis Libya, Operation Enduring Freedom di Afganishtan, dan lain-lain untuk menjaga industri pertahanan tetap hidup.

Perang juga menjadi alat pemerintah Amerika Serikat untuk mengurangi pengangguran dengan merekrut tentara untuk melakukan operasi dan perang sesuai dengan kebijakan politik luar negeri mereka. Perang juga menjadi perpanjangan tangan dari politik Amerika Serikat untuk menundukkan negara-negara yang dianggap mengancam eksistensi mereka. Amerika Serikat juga dapat dengan mudah mengeksplorasi sumber daya negara pendudukannya karena alur politik negara yang bersangkutan sudah disetir sehingga perusahaan-perusahaan amerika serikat mendapatkan kontrak eksplorasi dengan mudah dan murah. Kekuatan Amerika juga menjadi nilai tawar tersendiri dalam melakukan bisnis dan menjaga aset-asetnya di seluruh dunia.

2.4 Keadaan Industri Pertahanan Dalam Negeri

Hambatan apa yang dihadapi oleh industri pertahanan dalam negeri? Hambatan pertama adalah Indonesia bukanlah negara yang hobi perang seperti Amerika Serikat. Tujuan dan arah politik luar negeri Indonesia sudah jelas tercantum dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945 yaitu "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." dan alinea kempat yaitu "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…”. Hal di atas cukup menjelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara yang cinta perdamaian dan menjunjung tinggi hak kemerdekaan setiap negara.

(5)

arah kebijakan politik luar negeri Indonesia dan tugas pokok TNI jauh berbeda dibandingkan Amerika Serikat.

Kedua, anggaran riset, penelitian, dan pengembangan pada industri pertahanan tidak sebesar anggaran riset yang dikeluarkan Amerika Serikat. Amerika Serikat dan negara maju lainnya sangat menghargai ilmuwan, peneliti dan dosen. Ilmuwan, peneliti dan dosen hidup dan mendapat uang dari royalti hasil penelitian mereka sedangkan di Indonesia ilmuwan, peneliti dan dosen hanya hidup dari gaji dan proyek sampingan saja. Hal ini menyebabkan banyak ilmuwan dari Indonesia memilih hidup dan bekerja di luar negeri yang menghargai dan membayar mereka dengan layak.

Ketiga, Hingga saat ini Indonesia belum memiliki industri pertahanan yang mandiri, yang ada adalah industri penghasil produk komersial plus produk industry pertahanan. Contohnya : PT. Pindad (senjata & Ranpur), PT. PAL (kapal), PT. LEN Industries (Alkom & elektronik), PT. DI (pesawat terbang), PT. KS (bahan baku baja) dan lain-lain. Presentase produk Alutsista dari setiap Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) tersebut diatas angkanya berbeda-beda, tetapi pada umumnya produk Alutsista/Ranahan masih dibawah 30% (kecuali PT. Pindad). Tentu sangat jauh jika dibandingkan dengan industri pertahanan Amerika Serikat yang sudah berpengalaman jauh sebelum Perang Dunia I dimulai.

2.5 Arah Modernisasi Alutsista dan Revitalisasi Industri Pertahanan Dalam Negeri

Arah modernisasi alutsista pertama kali dibeberkan dalam Indonesian Defence White paper tahun 2003 tentang pemenuhan “Kekuatan Minimum yang Diperlukan” atau Minimum Required Essential Forces. Namun istilah tersebut tentunya masih digunakan hanya dilingkup Kementerian Pertahanan dan belum menjadi kebijakan pemerintah. Baru pada tahun 2007, melalui UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 bab III tentang pertahanan menyebutkan “Pembangunan kekuatan pertahanan melampaui kekuatan esensial minimum”. Pada tahun 2008 pemerintah kembali menegaskan komitmennya untuk membangun kekuatan pertahanan Negara dengan memasukan istilah kekuatan pokok minimum (minimum essential forces) dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.7/2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara.

Point 9 dalam Perpres tersebut yang membahas mengenai kebijakan pembangunan pertahanan nasional menyebutkan bahwa:

(6)

Senjata (Alutsista) dan peralatan lain diprioritaskan untuk menambah Kekuatan pokok minimal dan/atau mengganti Alutsista/alat peralatan yang sudah Tidak layak pakai.”

Untuk memenuhi MEF yang dimaksud, Komisi I DPR bersama Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pertahanan, dan TNI bersepakat menganggarkan dana modernisasi alutsista rencana strategis (Renstra) Tahap I (2011-2014) total Rp150 triliun. Rencananya pemerintah berusaha untuk memenuhi MEF sampai tahun 2024.

Fiscal Year Budget (IDR) Budget (USD)

2005 Rp 21.97 trillion USD 2.5 billion

2006 Rp 23.6 trillion USD 2.6 billion

2007 Rp 32.6 trillion USD 3.4 billion

2008 Rp 36.39 trillion USD 3.8 billion

2009 Rp 33.6 trillion USD 3.3 billion

2010 Rp 42.3 trillion USD 4.47 billion

2011 Rp 47.5 trillion USD 5.2 billion

2012 Rp 64.4 trillion[13] USD 7.5 billion

Table: anggaran pertahanan 2005-2012

Menhan Purnomo Yusgiantoro berjanji akan menggunakan alokasi peningkatan anggaran Kemenhan 2012 sebesar Rp 72,5 triliun untuk berbagai keperluan bagi peningkatan kemampuan TNI dan modernisasi alutsista TNI. Anggaran yang cukup besar ini harus dioptimalkan sebaik-baiknya dalam rangka modernisasi alutsista tua dengan memprioritaskan alutsista produksi dalam negeri. Hal ini diatur dalam keppres no. 54 tahun 2010 yaitu:

(7)

negeri.

Ayat (4): Dalam hal alutsista dan almatsus belum dapat dibuat di dalam negeri, Pengadaan alutsista dan almatsus sedapat mungkin

langsung dari pabrikan yang terpercaya.

Ayat (5): Pabrikan Penyedia alutsista dan almatsus di luar negeri Sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sedapat mungkin bekerja Sama dengan industry dan/atau lembaga riset dalam negeri.”

Pemerintah berharap dengan kebijakan yang dikeluarkan dapat membantu industri pertahanan dalam negeri agar berkembang. BUMNIS yang tercatat dalam memasok kebutuhan TNI dalam memenuhi MEF sampai 2024 adalah PT. Pindad (ranpur dan senjata), PT. DI (pesawat), PT. PAL (kapal laut), PT. LEN (elektronik dan alkom), PT. KS (besi dan baja), PT. Dahana (bahan peledak), LAPAN (roket), dan lain-lain. BUMNIS ini terutama PT. Pindad dan PT. DI menyambut gembira dengan adanya peningkatan anggaran pertahanan yang fokus ke pemberdayaan produk dalam negeri.

Kebijakan di atas sesuai dengan teori makroekonomi yaitu jika pengeluaran pemerintah meningkat maka akan terjadi efek pengganda yang menggeser kurva permintaan jauh ke kanan daripada kurva aktual. Permintaan yang banyak tentunya diimbangi dengan penambahan faktor produksi karena insentif dari pemerintah untuk membeli produk dalam negeri sehingga produksi ikut bertambah dan kurva penawaran bergeser ke kanan. Pemerintah berharap rencana seperti inilah yang dapat membantu Pembangunan, pengembangan dan revitalisasi BUMNIS sebagai penggerak ekonomi khususnya industri pertahanan dan militer berjalan lancar.

2.6 Prestasi Industri Pertahanan Dalam Negeri

(8)

Indonesia termasuk memimpin dalam industri pertahanan regional Asean bersama Singapura dan Malaysia. Hanya sedikit negara-negara Asean lainnya yang memiliki kemampuan membuat alutsista sendiri sebut saja Singapura dengan ST Kinetic dan Malaysia dengan Boustead Naval Shipyard Bhd. Kemampuan industri pertahanan Indonesia yang bisa memproduksi berbagai jenis alutsista darat, laut, dan udara sangat diperhitungkan di regional Asia Tenggara ditambah lagi dengan suntikan modal yang ada, industri pertahanan dalam negeri bisa saja memproduksi alutsista dalam kapasitas maksimum per tahunnya. Sudah banyak produk alutsista baik yang sudah di produksi masal maupun masih prototip yang dihasilkan di dalam negeri contohnya senapan SS series, APS-3 Anoa, LPD kelas Makasar, CN-235 series, KC40, roket R-HAN 122mm, roket pengorbit satelit yang bisa dikonversi menjadi rudal balistik RX-520, hovercraft, UAV dan sebagainya.

(9)

Gambar: Beberapa produk alutsista buatan dalam negeri (Senapan SS, Anoa APC, Makassar Class LPD)

3. Metodologi

(10)

3.1 Kurva AD-AS

10

O

u

tp

u

t

(Y

)

A

D

'

A

(11)

Bagan 1 Kurva Permintaan Agregat

Kurva AD di atas bergeser saat terjadi perubahan jumlah uang. Kurva AD didasari teori kuantitas uang yaitu MxV=PxY. Dengan asumsi V tetap, maka pemerintah dapat mengubah faktor P (harga) dan Y (Output atau pendapatan) untuk mengatur jumlah uang yang beredar. Pemerintah mengatur jumlah uang yang beredar dengan kebijakan mengubah G (pengeluaran pemerintah) dan mengatur tarif T (pajak). penambahan jumlah uang dalam rangka mendukung dan membeli produk alutsista dalam negeri akan menambah nilai nominal P dan Y. Disetiap tingkatan P, nilai Y menjadi lebih besar. Sehingga peningkatan jumlah uang beredar mengeser kurva AD’ ke AD

Bagan 2 Kurva ekulibrium AD-AS

Kurva ini terdiri dari Kurva permintaan agregat (AD), penawaran agregat jangka panjang (LRAS), dan penawaran agreagat jangka pendek (SRAS). Perekonomian dimulai di titik A ekulibrium jangka panjang. Saat kurva AD bergeser ke AD’ karena pertambahan M yang sudah dijelaskan sebelumnya akan menggeser perekonomian ke titik B dimana output lebih tinggi dari sebelumnya. Di jangka panjang, harga-harga menjadi naik menyebabkan tingkat output kembali ke tingkat semula dan menggeser perekonomian dari titik B ke titik C.

3.2Perpotongan Keynesian

An increase in the money supply M

raises the nominal value of output

PY. For any given price level P,

output Y is higher. Thus, an increase

in the money supply shifts the AD

curve outward from AD to AD'.

AD

(12)

Bagan 3 Kurva Perpotongan Keynesian

Bagaimana pengeluaran pemerintah dalam pembelian alutsista dalam negeri mempengaruhi ekonomi? Pengeluaran pemerintah (G) adalah salah satu komnponen pengeluaran (E), semakin tinggi pengeluaran pemerintah berakibat meningkatnya pengeluaran yang direncanakan pada setiap tingkat pendapatan. Ekulibrium berpindah dari A ke B dan menaikkan pendapatan. Sebagai catatan bahwa peningkatan pendapatan Y lebih besar daripada peningkatan dalam pengeluaran pemerintah ΔG.

(13)
(14)

Bagan 4 Pergeseran Kurva IS-LM

Kenaikan pengeluaran pemerintah menggeser kurva IS ke kanan. ekulibrium bergerak dari titik A ke B. Pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2, dan tingkat bunga naik dari r1 ke r2. Pengeluaran pemerintah seperti

yang sudah dijelaskan sebelumnya akan menaikkan pengeluaran yang direncanakan sehingga mendorong produksi barang dan jasa dan menyebabkan peningkatan Y (kurva IS). Pada pasar uang, kenaikan pendapatan menyebabkan peningkatan permintaan akan uang sedangkan penawaran uang tetap mengakibatkan naiknya tingkat bunga (kurva LM). Tingkat bunga yang tinggi akan menjadi pembalik dalam pasar barang karena biaya investasi yang mahal, pemerintah harus menambah jumlah uang beredar dan menggeser kurva LM jika kasusnya seperti itu.

4. Hasil dan Eksperimen

Penambahan anggaran kementerian pertahanan untuk pembelian alutsista terutama produksi dalam negeri menunjukkan peningkatan pendapatan dan produksi di dalam negeri. Efek samping dari peningkatan pendapatan itu sendiri adalah kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga akan mengurangi insentif pengusaha dalam melakukan produksi untuk itu pemerintah harus segera menerapkan kebijakan fiskal atau moneter. Kebijakan tersebut diharapkan dapat menurunkan tingkat bunga sehingga pengusaha tetap termotivasi untuk melakukan produksi. Menurut hukum okun, Meningkatnya pendapatan negara (PDB riil) akan mengurangi tingkat pengangguran. Angkatan kerja yang menganggur dengan modal dan dana yang diberikan dapat bekerja dan menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dapat menambah kesejahteraan masyarakat.

5. Diskusi

Pemerdayaan alutsista dalam negeri dan kepercayaan pemerintah menggunakan produk sendiri di setiap operasinya sehingga mendapat cap battle proven seperti yang sudah dilakukan APS-3 Anoa dan SS-Series menjadi nilai tambah tersendiri bagi produk-produk tersebut. Alutsista yang sudah mendapat cap battle proven atau sudah digunakan di medan tempur menjadi motivasi bagi negara sahabat untuk membeli dan menggunakan alutsista dalam negeri. Semakin banyak negara sahabat membeli dan menggunakan produk alutsista dalam negeri maka nilai Ekspor meningkat dan pendapatan Y ikut bertambah.

Negara yang kuat dengan alutsista yang lengkap juga menjadi insentif tersendiri bagi para investor baik domestik maupun mancanegara untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Mereka akan mendapat rasa aman dalam menanamkan uangnya di Indonesia karena mereka menganggap dengan arah dan tujuan politik pemerintah yang baik dan kekuatan militer yang kokoh menjadikan Indonesia tempat yang aman dan nyaman dalam berinvestasi.

Actual expenditure, Y=E

Planned expenditure,

(15)

Militer yang kuat menjadi daya tawar bagi Indonesia untuk melakukan perjanjian dan kontrak baik dagang maupun politik. Dengan kekuatan militer yang mumpuni, negara lain tinggal memilih antara berperang atau berdagang jika berhadapan dengan Indonesia. Negara yang berdekatan dengan Indonesia juga akan merasa segan dan tidak berani lagi bermacam-macam seperti mencuri, melanggar batas, mencaplok wilayah, dan pelanggaran lain sebagainya.

6. Kesimpulan

Perekonomian dan kekuatan militer harus berkembang bersamaan. Peningkatan anggaran militer juga harus digunakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pengadaan alutsista harus diprioritaskan untuk pembelian dari dalam negeri. Jika industri dalam negeri tidak sanggup memenuhi spesifikasi alutsista yang diperlukan tersebut, diadakan pembelian ke luar negeri dengan syarat ada pengalihan teknologi agar kedepannya industri pertahanan dalam negeri bisa membuat alutsista tersebut secara mandiri. Pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri akan menambah jumlah produksi dalam negeri karena efek pengganda dan mengurangi pengangguran. Selain itu juga peningkatan kekuatan dan alutsista menjadi daya tawar Indonesia dalam melakukan hubungan bilateral baik bisnis dan politik dengan negara lain.

7. Referensi Sumber Bacaan

Keppres no. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Mankiw, N. Gregory. “Makroekonomi Edisi Keenam”. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2009 Prasetyono, Edy. “postur pertahanan: Kekuatan pokok minimum”

UU no. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara UU no. 34 tahun 2004 tentang TNI

(16)

http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/strategi-inovasi-dan-pengembangan-di-bidang-iptek-dan-industri-pertahanan

Referensi

Dokumen terkait

dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam iktikad baiknya terhadap kelompok. Lebih jauh lagi, disiplin berusaha untuk melindungi perilaku yang baik dengan

Setelah dibuat model awal/model geologi yang menunjukkan secara umum nilai impedansi akustik dalam lapisan yang ada, maka kemudian dilakukan proses analisis inversi

KB :Itu dari DUDI nanti yang menyampaikan misalnya usia berapa, kalau mau ke Malaysia harus sehat jasmani rohani. Misalnya dites sudah mantep-mantep tapi ternyata masalah

 Konsep rumah tangga pertanian mengalami perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha

Nama Field Tipe Data Panjang Deskripsi SupplierCode varchar 5 Kode supplier.. SupplierName varchar 50 Nama

Tujuan penelitian ini (1) Untuk mendeskripsikan elemen visual yang memperlihatkan karakteristik gambar anak-anak periode pra-bagan karya siswa Sekolah Laboratorium

Pada Tugas Akhir ini, terdapat berbagai macam permasalahan seperti pengacakan huruf-huruf untuk generate board yang dimaksudkan adalah bagaimana pola pengacakannya dapat

RPerpres pengadaan Alpalhankam dan percepatan masterplan modernisasi alutsista - rencana belanja pertahanan senilai Rp 1,7 kuadriliun; Narasi dukungan terhadap modernisasi