BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pendahuluan
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara, sebagai bentuk pengumpulan data dan informasi-informasi dengan narasumber. Hasil penelitian berasal dari analisis data dari wawancara. Partisipan yang menjadi narasumber terdiri dari 7 guru dan 1 kepala sekolah.
Pada bab ini pembaca dapat mengetahui bagaimana hasil penelitian cara guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender terhadap siswa/siswi.
B. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog 1) Sejarah singkat Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
Berawal dari desakan masyarakat kampung nagrog kepada tokoh masyarakat setempat, dimana masyarakat menginginkan adanya sekolah dasar yang bernuansakan islami. Tokoh masyarakat setempat setuju dan diberikanlah tanah wakaf oleh K.H Samirin sebagai tokoh masyarakat yang dikenal memiliki tanah untuk dijadikan sekolah oleh masyarakat. Pada zaman dahulu sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan yang tinggi untuk masayarakat pedesaan dikarenakan setelah lulus sekolah dasar banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya, bahkan banyak yang berhenti ditengah perjalanan belajar. Pada tahun 1968 didirikanlah Madrasah yang diberikan nama Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog dibawah naungan Yayasan As Sufiyah karena terletak di Kampung Nagrog dan memiliki harapan bahwa kampung tersebut dijadikan dan dikenal sebagai kampung pendidikan oleh masyarakat luar kampung nagrog.
Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog terletak di daerah pedesaan bawah kaki gunung salak yang masih menganut kepada ajaran-ajaran adat yang mereka percayai. Pada awalnya madrasah tersebut hanya memiliki 5 murid ditahun pertama dimulainya sekolah, lambat laun madrasah tersebut semakin banyak mendapatkan murid, hingga saat ini karena banyaknya sekolah-sekolah tingkat dasar maka semakin banyak saingan dalam mencari siswa yang ingin sekolah di Madrasah.
2) Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog ikut bertanggung jawab mewujudkan Pendidikan Nasional, mencerdaskan kehidupan bangsa, mempertinggi budi pekerti melalui akhlakul karimah agar dapat menumbuhkan insan-insan kamil yang mempunyai ilmu pengetahuan, serta iman dan taqwa, bertanggung jawab kepada dirinya, agama, bangsa dan negara.
3) Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog memiliki tanah seluas 360 m2 yang merupakan milik masyarakat kampung nagrog yang dikelola oleh keluarga Yayasan As Sufiah dengan luas bangunan 250 m2, berikut keterangan sarana dan prasarana yang terdapat di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog:
Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog Tabel 4.1
Luas Tanah Menurut Status Sertifikat (m2)
Status
No. Jenis Bangunan Jumlah Ruangan Menurut Kondisi Status Kepemilikan 1)
Total Luas Bangunan (m2)
Rusak
Ringan SedangRusak RusakBerat
1. Ruang Kelas 1 5 1
2. Ruang Kepala Madrasah 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang Tata Usaha 5. Laboratorium IPA (Sains) 6. Laboratorium Komputer 7. Laboratorium Bahasa 8. Laboratorium PAI 9. Ruang Perpustakaan 10. Ruang UKS
11. Ruang Keterampilan 12. Ruang Kesenian 13. Toilet Guru
14. Toilet Siswa 1
15. Ruang Bimbingan Konseling (BK)
16. Gedung Serba Guna (Aula) 17. Ruang OSIS
18. Ruang Pramuka 19. Masjid/Mushola
20. Gedung/Ruang Olahraga 21. Rumah Dinas Guru
22. Kamar Asrama Siswa (Putra) 23. Kamar Asrama Siswi (Putri) 24. Pos Satpam
25. Kantin
Kondisi bangunan Madrasah Ibtidaiyah Mathlau Anwar Nagrog tidak memiliki banyak sarana dan prasaran yang mendukung dalam proses pembelajaran maupun dalam proses sosialisasi perbedaan dan peran gender kepada siswa. Madrasah Ibtdaiyah
siswa dan siswi, dan Ruang Kelas yang tidak memiliki cukup sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran yang ada.
4) Data Guru
Data guru Madrasah Ibtidaiyah mathlaul Anwar Nagrog Tahun Pelajaran 2016-2017, sebagai berikut:
Tabel 4.1
NIP / NIGNP NUPTK / PegId Nama Lengkap
Personal NIK/No. KTP
003 9845756657200022 WAWAN GUNAWAN, S.PD.I 3201151305780005 BOGOR 13/05/1978 L 195803011990031
004 6633734638200002 JEANUDDIN, S.PD 3201150103580002 BOGOR 01/03/1958 L 111232010232320
002 2163755657300033 TUTI HERAWATI .SOS.I 3201157108770003 BOGOR 31/08/1977 P 111232010232320
004 5933764666300012 LATIFAH, S.PD.I 3201154106860002 BOGOR 01/06/1986 P 111232010232320
006 4834750653210042 KHOTIMATUL WILDAH,S.AG 32030542057205287 BOGOR 02/05/1972 P 111232010232320
005 7839756658300052 KOMARIAH, S.PD.I 32030547057803367 BOGOR 07/05/1978 P 111232010232290
008 Id20230078194001 WINDIANA PUSPITA DEWI 3201155411940003 BOGOR 14/11/1994 P LUSI CITRA
YUREZA 3201153110940004 BOGOR 31/10/1994 P
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat delapan guru, yang salah satunya adalah sebagai kepala sekolah. Berdasarkan tabel di atas peneliti mendapatkan keterangan bahwa di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar dalam Administrasi memiliki kekurangan yang cukup disayangkan, karena di Madrasah tersebut tidak memiliki cukup guru untuk membantu berlangsungnya administrasi di sekolah. Seperti halnya diketahui bahwa hanya ada Kepala Sekolah, Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran saja, tidak ada TU (Tata Usaha), Wakil Kepala Madrasah bagian Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan lain sebagainya dalam membantu proses administrasi di Madrasah tersebut, selama ini semua pekerjaan yang bersangkutan dengan hal-hal tersebut diambil alih oleh Kepala Madrasah. 5) Data Siswa
2 2 1 2 9 7 Kholimatul Wildah
3 3 2 3 9 11 Komariah
4 4 1 4 14 10 Lusy Citra Yureza
5 5 1 5 15 9 Jaenuddin
6 6 2 6 17 6 Tuti Herawati
1) Tingkat/Kelas : 1 : Kelas
1 2 : Kelas 2 3 : Kelas 3 4 : Kelas 4 5 : Kelas5 6 : Kelas 6
2) Kurikulum Yang
Digunakan : 1 : Kurikulum 2013
2 : KTSP 2006
3 : Mandiri
Berdasarkan tabel di atas jumlah keseluruhan siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog yaitu 123 siswa, meliputi : 69 Siswa laki-laki dan 54 Siswi perempuan.
C. Informasi Partisipan
Dalam penelitian ini partisipan sebanyak 8 orang yang terdiri dari 7 guru dan 1 Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.
Informasi partisipan penelitian dijabarkan pada bab ini agar pembaca dan penguji dapat memahami situasi dan hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif kesimpulan penilitan tidak bisa disamakan, oleh karena itu siapa yang diwawancarai dan kapan diwawancarai itu sangat penting karena kesimpulan dari penelitian ini akan berbeda dari setiap orang yang diwawancarai maupun jika dilakukan dengan waktu yang berbeda dan mewawancarai orang yang berbeda, informasi partisipan yang telah peneliti wawancarai sebagai berikut:
Partisipan WG adalah Kepala Sekolah dari Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, partisipan WG berusia 39 tahun dan berjenis kelamin laki-laki, partisipan WG sudah menjabat sebagai Kepala Sekolah selama 3 tahun dan mengajar di Madrasah selama 14 tahun, partisipan selain menjabat sebagai Kepala Sekolah partisipan pun mengajar pelajaran Matematika di kelas 4, 5 dan 6.
Partisipan WPD adalah guru mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Inggris di kelas 3, 4 dan 6, partisipan WPD berusia 23 tahun dan berjenis kelamin perempuan, partisipan WPD mengajar di madrasah ibtidaiyah mathlaul anwar nagrog selama 3 tahun.
Partisipan KW adalah wali kelas 2, partisipan KW berusia 45 tahun dan berjenis kelamin perempuan, partisipan KW sudah mengajar di madrasah ibtidaiyah mathlaul anwar nagrog selama 10 tahun.
Partisipan J adalah guru mata pelajaran PKN, Fikih dan Bahasa Sunda tetapi pada ajaran baru di semester 2 partisipan J ditunjuk menjadi wali kelas 5 menggantikan wali kelas yang berhenti dari sekolah, partisipan J berusia 59 tahun dan berjenis kelamin laki-laki, partisipan J sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 31 tahun.
Partisipan K adalah wali kelas 3, partisipan K berusia 39 tahun dan berjenis kelamin perempuan, partisipan K sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 10 tahun.
Partisipan TH adalah wali kelas 6, partisipan TH berusia 40 tahun dan berjenis kelamin perempuan, partisipan TH sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 15 tahun.
Partisipan L adalah wali kelas 1, partisipan L berusia 31 tahun dan berjenis kelamin perempuan, partisipan L sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 12 tahun.
D. Paparan Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil penelitian terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu mendeskripsikan bagaimana cara guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender terhadap siswa/siswi.
Untuk membuat paparan hasil lebih mudah dibaca dan dimengerti, maka peneliti membagi pembahasan menjadi tiga bagian, sesuai dengan tema yang dibahas oleh partisipan, yaitu: (1) guru tidak memberikan sosialisasi khusus mengenai perbedaan dan peran gender; 2) guru tidak mengerti perbedaan dan peran gender; 3) sarana dan prasarana sekolah tidak mendukung.
1. Guru tidak memberikan sosialisasi khusus mengenai perbedaan dan peran gender
Tidak adanya perbedaan secara khusus yang dilakukan oleh guru kepada siswa menjadikan salah satu faktor utama alasan siswa berperilaku tidak sesuai dengan peran gendernya masing-masing, di mana siswa tidak diberikan sosialisasi khusus mengenai perbedaan dan peran gender. Pengenalan gender kepada siswa dianggap penting oleh guru tetapi sosialisasi yang dilakukan tidak terlaksana dengan baik, hingga gurupun tidak menyadari yang mereka ajarkan mengenai pengenalan gender kepada siswa.
Seperti yang dikatakan langsung oleh partisipan WG sebagai Kepala Sekolah pada saat diwawancarai, berikut pemaparannya:
“Kalau untuk mensosialisasikan gender itu sendiri sebetulnya belum yah. Tetapi kita selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi, mungkin dengan adanya penelitian seperti ini kan dijadikan acuan untuk sekolah hmm untuk memperhatikan lagi mengenai pengenalan gender gitu yah. Karena selama ini kita lebih terfokus kepada hal yang namanya bully gitu, dikhawatirkan namanya anak-anak mah ya suka aja bercandanya keterlaluan mau itu anak laki-laki apa perempuan sama aja.”1
Hal serupapun dikatakan oleh partisipan LCY, bahkan ia mengatakan baru mengetahui apa itu gender, berikut pemaparan LCY:
“Belum yah, karena di IPA itu juga hanya jenis kelamin aja karena gender itu juga saya baru tahu sekarang makanya kaget oh ternyata gender dan jenis kelamin itu berbeda, mungkin dengan adanya penelitian begini jadi perhatian tersendiri untuk kedepannya dalam memperkenalkan gender dan jenis kelamin.. Secara khususnya mah ga ada ya dikasih tau ke anaknya gitu mah ga ada sama aja semuanya juga.”2
1 Partisipan WG, Wawancara Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28
April 2017 di Ruang Guru
2 Partisipan LCY, wawancara Wali Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
Tidak hanya itu, WPD, KW, J, K, dan TH juga mengatakan bahwa belum ada sosialisasi secara khusus mengenai perbedaan peran gender, berikut pemaparannya pada saat diwawancarai:
“Belum ada (hahaha). Disini tuh sama sekali tidak mendukung gitu, (haha). Justru kalau kita punya kreativitas sendiri aja belum didukung malahan tidak didukung. Jadi, guru-gurunya juga ga ada yang sosialisasiin secara khusus gitu loh ke anak-anak tentang peran-peran mereka bagaimana, kalaupun ada kayanya itu mah emang ngalir aja kayanya guru-gurunya aja semuanya ga ada yang ngerti deh (hehe).”3
“Kayanya sama aja engga ada sosialisasi khusus gitu yahh yang dilakukan oleh sekolah gitu untuk gender mah. Ya ngajar kaya biasa aja gitu yah (hehe).”4
“Kalau saya liat yah mengenai gender serpetinya ga ada yang kita sosialisasikan secara khusus. Tapi, ya mungkin ada guru kali ya yang ngerti gender dia memberikan pengarahan khusus gitu. Setau saya sih ga ada ya sama aja semuanya juga.”5
“Saya liat di sekolah ini belum ada usaha sendiri mengenai pengenalan gender kepada siswa, palingan juga guru-gurunya menyelipkan di pelajarannya masing-masing yang mereka ajarkan ya walaupun sebenarnya ga semua guru faham kalau yang mereka sampaikan ternyata mengenai gender gitu (hehehe).”6
“(hmm) mungkin ya kalau dari pihak guru mah melakukan sosialisasinya secara ga disadari aja yaah, dari metode pengajarannya mungkin kan udah membedakan antara anak laki-laki sama anak perempuan. Kalau dari pihak sekolah mah mungkin belum ada sosialisasi khusus (hehehe) pernah ada sosialisasi itu tentang bully neng soalnya disini bully itu sering terjadi yang dilakuin sama anak perempuan atau laki-laki.”7
Dari paparan partisipan di atas menunjukkan bahwa guru tidak pernah mensosialisasikan secara khusus tentang pemahaman peran gender pada siswa, hal
3 Partisipan WPD, Wawancara Guru Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,
Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru
4 Partisipan KW, Wawancara Wali Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru
5 Partisipan J, Wawancara Wali Kelas 5Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April 2017
di Rumah Partisipan
6 Partisipan K, Wawancara Wali Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
7 Partisipan TH, WawancaraWali Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
tersebut membuat siswa berperilaku tidak sesuai dengan peran gendernya masing-masing.
2. Guru tidak mengerti perbedaan dan peran gender
Kurangnya pengetahuan guru tentang perbedaan dan peran gender menjadikan tidak adanya sosalisasi kepada siswa, sehingga siswa tidak mempunyai pengetahuan lebih tentang perbedaan dan peran gender. Seperti yang dikatakan langsung oleh partisipan LCY, berikut pemaparannya :
“Maksudnya buat anak-anak? baru tau juga ya gender sama jenis kelamin itu berbeda gitu, ternyata gender itu berarti tanggung jawabnya yaah peran penting untuk si laki-laki dan si perempuan. (Eeeehmm) ya mungkin kalau laki mah umum ya maksudnya mereka harus tanggung jawab dan laki-laki itu tanggung jawabnya besar untuk perempuan mungkin apa ya perempuan itu? Hanya mampu menerima kali yah (hahaha). Makanya saya kaget juga kalau ternyata gender dan jenis kelamin berbeda, gender lebih fungsi laki-laki dan perempuan sedangkan jenis kelamin itu ternyata vagina dan penis yah.”8
Hal serupa disampaikan pula oleh partisipan WPD, KW, J, mereka mengatakan bahwa benar baru mengetahui bahwa gender dan jenis kelamin itu berbeda, berikut pemaparannya:
“Jadi gini (hmm) saya aja baru paham gitu kalau gender sama jenis kelamin itu beda (hehe) ya mungkin apa yang saya pahami tentang gender disini bagaimana siswa dan gurunya itu mengetahui gitu (hmm) perannya itu lebih jelas maksudnya siswa tuh terhadap guru bagaimana, dan guru kepada murid harus bagaimana gitu, berdasarkan fungsinya masing-masing lah gitu.”9
“(hmmm) gimana yah (hehe) ternyata gender itu beda yah sama jenis kelamin. Jadi, kaayanya ini apa (hmm) laki-laki sama perempuan gitu yah, ya beda sih karakternya gitu yah kalau perempuan mungkin agak apa penurut gitu yah, kalau laki-laki biasanya kalau kita suruh ini itu yah agak susah ada yang nurut ada yang engga gitu. Kalau anak laki-laki gitu yah berani gitu yah misalnya tanggung jawabnya juga kan beda kan yah. Kalau anak perempuan mah lebih ke keibuan kali yah sikapnya.”10
8Partisipan LCY, wawancara Wali Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru
9 Partisipan WPD, Wawancara Guru Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,
Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru
10Partisipan KW, Wawancara Wali Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
“Jujur aja ya neng saya aja baru tau kalau emang namanya gender sama jenis kelamin itu beda (hehehe). Yang saya pahami dari pengertian gender itu tadi ternyata mengenai peran, tanggung jawab gitu, sifat sama fungsinya antara laki-laki sama perempuan itu berbeda, ya mungkin lebih kepada itunya kali. Kalau peran laki-laki biasanya mah ya dikenalnya orang yang bertanggung jawab terhadap perempuan, gagah dan berani, kemudian perannya adalah untuk mencari nafkah dan sebagai pemimpin atau imam. Kalau peran perempuan mah ya itu dikenalnya tugasnya mengasuh anak, mendidik anak, dan memiliki sifat yang lemah lembut gitu.”11
Tidak hanya itu K, TH dan L, juga mengatakan hal yang sama berikut pemaparannya:
“Yang saya pahami tentang gender tadi ternyata berbeda sama jenis kelamin, gender yang saya pahami disini (mikir) kayanya tentang bagaimana seseorang bersikap, seseorang melakukan hal yang sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang yang tidak melakukan hal yang menyimpang dari apa yang sudah ditakdirkan tuhan kepada dia. Peran laki-laki harus berani, tanggung jawab dan tidak bersikap seperti halnya perempuanyang kemayu yang lemah lembut dalam berbicara dan tugasnya menjadi istri yang (hmmm) mendidik anak di rumah, memasak dan lain-lainnya.”12
“(hehe) saya takut salah juga nih yah tapi saya coba jawab yah mudah-mudahan aja bener (hehe). Gender yang saya pahami mungkin mengenai tentang peran, fungsi dan tanggung jawabnya seseorang baik itu untuk laki-laki maupun perempuan dan itu memiliki fungsi dan peranannya masing-masing yang berbeda gitu yah. Jika laki-laki memiliki peran sebagai seorang imam atau pemimpin, memiliki tanggung jawab untuk bekerja memberikan nafkah kepada keluarga, memiliki sikap atau sifat yang berani dan maskulin atau gagah. Sedangkan perempuan memiliki peran sebagai seorang yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga, memasak dan membersihkan rumah, sikap dan sifatnya lemah lembut dan kemayu.”13
“(hmmm) gender yah (hehe) saya baru faham gender dengan jenis kelamin itu beda, (hmm) gender yang saya fahami disini ternyata sebagai pembeda antara tugas dan fungsinya laki-laki dan perempuan yang ini bukan hanya untuk anak-anak bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Peran laki-laki
11 Partisipan J, Wawancara Wali Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
12Partisipan K, Wawancara Wali Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
13Partisipan TH, Wawancara Wali Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
sebagai pemimpin dan perempuan sebagai makmum. Tugasnya pun berbeda jika laki-laki dianjurkan untuk mencari nafkah dan perempuan mengurus rumah tangga, sifatnyapun berbeda kalau laki-laki gagah berani dan perempuan lemah lembut dan memiliki keayuan dalam bersikap.”14
Dari pemaparan partisipan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru mengatakann tidak mengetahui apa itu perbedaan peran gender, dengan tidak mengetahui apa itu perbedaannya, secara otomatis mereka tidak akan bisa mensosialisasikan kepada siswa-siswinya.
3. Sarana dan prasarana sekolah tidak mendukung sosialisasi perbedaan dan peran gender
Sarana dan prasarana sekolah yang tidak mendukung dijadikan alasan utama guru dalam tidak tercapainya proses sosialisasi perbedaan dan peran gender kepada siswa. Seperti yang dikatakan oleh partisipan WG, berikut pemaparannya:
“Belum ada dan masih jauh. Kalau berkaitan dengan sarpras belum, mungkin yang masih bisa kita lakukan adalah dengan adanya tindakan-tindakan persuasive aja dulu yah, sosialisasi misalnya begitu. Kemudian, yang paling penting adalah perlakuan sekolah yah, perlakuan-perlakuan guru terhadap anak untuk mendukungnya perbedaan gender gitu.”15
Hal serupapun dikatakan oleh partisipan LCY, WPD dan J yang mengatakan bahwa sekolah tidak menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk proses sosialisasi perbedaan dan peran gender, jangankan untuk peran gender dan jenis kelamin sarana untuk mata pelajaran saja tidak memadai, Berikut adalah pernyataan dari LCY, WPD, J:
“Kalau boleh jujur sih yaah sebenarnya tidak memadai (hehehe). Jangankan untuk peran gender sama jenis kelamin untuk mata pelajaran yang lain pun tidak, sepintar-pintarnya guru lah, lihat sendiri lah bagaimana situasi di sekolah untuk medianya aja engga disiapin yaah mau gimana lagi ya namanya sekolahan di kampung segini aja udah alhamdulillah masih bisa dapet rezeki disini (hahaha).”16
14 Partisipan L, Wawancara Wali Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
15Partisipan WG, Wawancara Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28
April 2017 di Ruang Guru
16Partisipan LCY, wawancara Wali Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
“Sama sekali tidak ada yang ngedukung sarana dan prasarananya. Untuk mengajar aja ga ada alat peraganya, situasi di sekolahnya juga ga ada kata ngedukung dari mulai kelas , toilet terus sama peralatan yang lainnya di sekolah ini mah masih jauh ketinggalan deh.”17
“Engga ada juga yah, itu mungkin masih kurang lah kelemahan di sekolah ini. Jadi, ya gimana yah susah juga yah (hehe), kalau kita bahasnya sarana prasarana sekolah di kampung mah yaah begini ada toilet aja masih bersyukur gitu (hehe).”18
Tidak hanya sarana untuk belajar mengajar saja yang tidak mendukung, partisipan KW, K, TH dan L juga pengatakan toilet yang hanya ada 1 di sekolah mengakibatkan siswa dan siswi menyatu, kemudian tidak adanya baliho-baliho yang membedakan peran laki-laki dan peran perempuan, pemberian tugas di sekolah disamakan antara laki-laki dan perempuan. Gurupun harus menyediakan media sendiri jika ingin proses kegiatan belajar dan mengajarnya berbeda dari biasanya. Berikut pemaparan KW, K, TH dan L:
“(mikir) (hehehe) Belum ada sarana dan prasarana di sekolah yang mendukung sosialisasi gender ya neng, bisa diliat sendiri sekolahnya gimana, namanya juga sekolah swasta di kampung ya kaya gini, bantuan dari pemerintah aja jarang ada bahkan hampir ga ada neng. Toilet ya cuman 1 idealnya kan 2 ya neng anak laki-laki sama anak perempuan dipisah gitu, terus dari fasilitas lainnya juga yang namanya olahraga kan idealnya dipisah alat-alatnya antara laki-laki sama perempuan. Yaah, masih jauh deh pokoknya untuk menuju kata ideal dalam mensosialisasikan gender yang sebenarnya ini sangat penting yah dalam mendidik siswa dan siswi.”19
“(mikir) (hehehe) sarana dan prasarana di sekolah amat sangat jauh dari kata sempurna, jangankan untuk mensosialisasikan gender untuk hal-hal yang lainnya aja engga gitu. Guru aja kalau mau ngajar yam au pake alat peraga apapun ya modal sendiri ga pernah dikasih dari sekolah (hehehe) toilet aja udah jelek banget, bangkunya aja jelek-jelek. Ya pokoknya jauh deh dari kata sempurna.”20
17 Partisipan WPD, Wawancara Guru Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,
Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru
18 Partisipan J, Wawancara Wali Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
19Partisipan KW, Wawancara Wali Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
“(mikir) kalau kita ngbahasnya sarana prasarana yah sebenernnya di sekolah ini masih belum sempurna (hmm) ga sempurna malah yah, dari segi bangunan masih jauh toilet aja liat sendiri aja neng kaya gimana (hehe), mungkin untuk bangku sekolah kali yah udah ngedukung sosialisasi gender kan salnya dibedain laki-laki sama perempuan. Untuk alat peraga yang mendukung juga belum ada maklum lah neng namanya sekolah di kampung mah, segini aja alhamdulillah ada bantuan bangunan ya semoga kedepannya ditingkatkan lagi sarana dan prasarananya, dari segi alat olahraga juga kita disamakan antara laki-laki sama perempuan.”21
(mikir) (hehe) sarana dan prasarana di sekolah ini masih sangat kurang yah teh untuk mendukung peran dan perbedaan gender mah, kalau yang bisa kita liat jelas mah dari toilet aja cuman ada 1 dan bisa dibilang kurang layak untuk anak-anak (hehe), palingan ya kalau ruangan kelas dikasih pembeda sendiri yaitu tempat duduknya dipisahkan, untuk situasinya mah sama aja lah namanya anak-anak negbaur aja kalau udah istirahat mah tapi banyak juga yah yang anak perempuan emang ga mau main sama anak laki-laki.” 22
Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana tidak mendukung untuk mensosialisasikan perbedaan peran gender, jangankan untuk itu, untuk kegiatan belajar-mengajar saja sarana dan prasarana tidak memadai.
E. Diskusi
Pada bagian ini peneliti membandingkan data hasil dengan teori ataupun hasil penelitian yang sebelumnya. Beberapa teori dan hasil penelitian yang digunakan sudah dijelaskan pada Bab 2 Kajian Teori, namun beberapa lainnya peneliti cari setelah data lapangan terkumpul. Hal ini sesuai dengan prinsip penggunaan teori pada penelitian kualitatif.
Partisipan WG sebagai kepala sekolah mengatakan kalau untuk mensosialisasikan gener itu belum ada, beliau mengataakan lebih terfokus kepada bully, hal serupapun diperkuat dengan pernyataan guru lainnya seperti LCY, WPD, KW, J, K dan TH yang mengatakan bahwa tidak ada sosialisasi secara khusus yang diberikan kepada siswa dan siswi mengenai apa itu peran gender, partisipan WPD mengatakan bahwa pihak sekolah tidak mendukung apabila kita sebagai guru mempunyai kreativitas lebih, partisipan K dan
20Partisipan K, Wawancara Wali Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
21Partisipan TH, Wawancara Wali Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
22Partisipan L, Wawancara Wali Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
TH mengatakan bahwa secara tidak disadarai guru hanya menyelipkan di sela-sela pelajaran saja tidak ada sosialisasi khusus untuk gender. Hal ini sesuai dengan teori ………… yang mengatakan bahwa :
Sebagian besar partisipan mengatakan bahwa tidak mengetahui perbedaan peran gender itu sendiri, bagaimana mereka bias mensosialisasikan kepada siswa siswinya apabila mereka sebagai guru tidak mengetahui konsep dari peran gender itu. Hal ini sesuai dengan teori ……… yang mengatakan bahwa :