PENGUKURAN MATURITAS PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MELALUI
PENDEKATAN INTEGRASI CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION
DAN SIX SIGMA
BAYU WASESO
Dosen Tetap STMIK Eresha email: bwaseso@gmail.com
ROMI SATRIA WAHONO
Dosen STMIK Eresha email: romi@romisatriawahono.net
ABSTRAK
Kebutuhan akan sistem informasi berupa sistem informasi berbasiskan komputer
dapat di kembangkan sendiri ataupun membeli perangkat lunak jadi yang sudah tersedia di
pasar. Setiap organisasi memiliki karakteristik sistem informasi yang berbeda-beda, sehingga
setiap perangkat lunak yang diimplementasikan perlu di sesuaikan dengan kebutuhan yang
ada. Proses pengembangan suatu perangkat lunak menjadi bagian terpenting dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut.
Dari beberapa standar untuk mengevaluasi proses pengembangan suatu perangkat
lunak antara lain Capability Maturity Model Integration dan Six Sigma. Dari integrasi kedua
standar ini akan dihasilkan suatu standar evaluasi proses pengembangan perangkat lunak
yang lebih baik dan detil terhadap proses pengembangan perangkat lunak. Maka diperlukan
suatu alat bantu untuk mempermudah melakukan evaluasi terhadap pengukuran maturitas
pengembangan perangkat lunak. Hal ini akan membantu pihak pengembang dan
menguntungkan pengguna akhir bahwa proses pengembangan perangkat lunak sudah sesuai
dengan standar dan menghasilkan suatu produk perangkat lunak yang baik.
Aplikasi pengukuran maturitas merupakan tools bantu yang dapat digunakan untuk
dalam proses mengukur maturitas suatu pengembangan perangkat lunak dengan
menampilkan beberapa pertanyaan. Ditampilkan dalam bentuk berbasiskan web sehingga
memudahkan pengguna untuk melakukan pengukuran maturitas dimana saja dan membantu
mempermudah melakukan evaluasi proses pengembangan perangkat lunak.
1. PENDAHULUAN
Pemakaian sistem informasi saat ini sudah tidak dapat dihindari oleh setiap perusahaan. Bahkan di beberapa perusahaan, pemakaian sistem informasi merupakan suatu hal yang mutlak untuk kelancaran operasional, mengatasi persaingan dan keunggulan kompetitif. Kegagalan pengembangan dan implementasi sistem informasi atau perangkat lunak bisa berakibat fatal sekaligus menghabiskan biaya dengan sia-sia.
Dalam pemenuhan kebutuhan sistem informasi suatu perusahaan bisa mengembangkan sendiri atau membeli dari suatu penyedia sistem informasi (application vendor). Vendor bisa dari perusahaan lokal (kecil, menengah dan besar), perusahaan asing atau campuran. Secara global, dunia pengembangan aplikasi masih di dominasi oleh perusahaan-perusahaan dari Amerika, Eropa, dan beberapa negara di Asia seperti India. Vendor dari Indonesia saat ini masih lebih banyak bergerak di negeri sendiri bahkan mulai memasuki tahap bersaing ketat dengan perusahaan asing di negeri sendiri.
Masuknya perusahaan asing terutama dari India dengan produk dan pelayanan yang baik diiringi dengan harga yang murah patut untuk dipelajari oleh perusahaan lokal sejenis. Secara sekilas kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Akan tetapi
kenyaataan di lapangan menunjukkan sangat sedikit vendor lokal mampu berbicara di dunia international, bahkan bahkan ada indikasi mulai tersisih di negara sendiri. Setelah diamati ternyata terdapat beberapa perbedaan mencolok antara vendor India dan Indonesia, yaitu salah satunya adalah pencapaian kualitas dalam pengembangan dan implementasi perangkat lunak.
Saat ini ada beberapa institusi yang telah mengeluarkan standar kualitas seperti ISO Quality Management, Total Quality Management (TQM), Malcolm Baldridge, dan lain sebagainya. Selain itu dikenal beberapa standarisasi metodologi yang dikembangkan untuk industri perangkat lunak di berbagai bidang seperti project management (PMBOK, PRINCE II), proses manajemen (analisa, desain, coding, testing) seperti UML, Extreme Programming, dan Agile. Salah satu standar pengembangan perangkat lunak yang digunakan saat ini adalah Capability Maturity Model Integration (CMMI) dari
Software Engineering Institute (SEI) dan metoda Six Sigma untuk perangkat lunak (Six Sigma for Software Engineering).
sehingga India semakin dipercaya oleh dunia International untuk pengembangan aplikasi. Sementara itu di Indonesia penerapan CMMI belum terlalu berarti. Hanya satu dua perusahaan campuran (asing dan lokal) yang menerapkan hal ini. Itu pun mungkin disebabkan penerapan yang wajib di penuhi (mandatory) dari kantor pusatnya di luar negeri atau memang perusahaan tersebut mulai masuk ke pasar luar negeri yang mensyaratkan adanya sertifikasi CMMI. Penelitian ini berupaya membantu mengukur maturitas pengembangan perangkat lunak dengan menggunakan pendekatan terintegrasi antara CMMI dan Six Sigma di salah satu perusahaan pengembangan lokal. Hal ini diharapkan dapat memberikan pandangan agar memudahkan perusahaan sejenis mampu menerapkan kualitas pengembangan perangkat lunak yang lebih baik. Harapan dengan adanya penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas pengembangan perangkat lunak yang sesuai dengan standar internasional.
Penelitian dilakukan pada salah satu perusahaan konsultan pengembang sistem informasi di Jakarta. PT. Buditama Ciptamas Perkasa (BCP) sebagai salah satu pengembang sistem informasi lokal telah memiliki berpengalaman lebih dari 10 tahun sebagai sebuah perusahaan jasa konsultansi yang independen. Banyak lembaga pemerintahan ataupun non pemerintah yang telah menjadi
pelanggannya. Perangkat lunak yang telah dikembangkan merupakan hasil dari pengembangan sendiri dari awal dan ada juga hasil dari kustomisasi dari aplikasi jadi (open source) yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.
2. DASAR TEORI
2.1. Tinjauan PustakaIntegrasi CMMI dan Six Sigma pertama kali dilakukan oleh Motorola pada awal-awal tahun 2002 (Siviy, 2008:19), hal ini dirasakan bahwa Six Sigma akan membantu mentransformasikan perusaha-an dengperusaha-an peningkatperusaha-an bisnis yperusaha-ang lebih baik. Universitas Motorola pun berpar-tisipasi dalam mengindentifikasikan area yang ber-singgungan dan bersinergi antara CMMI dan Six Sigma. Motorola melakukan beberapa kegiatan antara lain:
a. Pemetaan
Melakukan pemetaan Six Sigma dan metode pada area proses CMMI untuk menyediakan sejumlah data detil dalam meyakinkan manajemen untuk meng-gunakan sinergi kedua pen-dekatan tersebut.
b. Pelatihan
Pelatihan dilakukan agar memudahkan pemahaman pada masing-masing metode yang digunakan dan melakukan implementasi integrasi kedua metode tersebut.
Untuk melancarkan proses implementasi dikembangkan suatu komunitas agar setiap individu yang terlibat mampu mewujudkan integrasi kedua metode tersebut.
d. Workshop
Mekanisme lain untuk mempercepat proses penyebaran integrasi kedua metode adalah dengan mengadakan workshop.
Perjalanan Motorola dalam mensinergikan kedua metode CMMI dan Six Sigma terutama pemetaan untuk implementasi kedua metode tersebut patut mendapatkan perhatian dan dapat digunakan untuk pengembangan penelitian.
Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari dua sudut pandang (IEEE Standard Glossary of Software
Engineering Technology), yaitu berdasarkan sudut pandang proses pengembangan dan sudut pandang hasil produk yang dihasilkan.
Untuk hasil produk yang dihasilkan dapat menggunakan standar ISO 9126 atau menggunakan best practice yang dikembangkan oleh para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Sedangkan untuk sudut pandang proses dapat menggunakan ISO 9001, CMM, Bootstrap, dan SPICE.
Gambar 1
Model Process Framework (Sumber Gartner)
2.2. CMMI
Capability Maturity Model Integration
(CMMI) adalah suatu proses untuk meningkatkan kesempurnaan suatu model pada pengembangan suatu produk dan jasa (CMMI-DEVVer.1.2, 2002:3).
Menurut Nandyal (2004:8), CMMI adalah “a well-documented set of practices that enables the establishing and growth of
the organizational process framework
through addressing the diciplines of
software and systems engineering”. Tujuan dari CMMI adalah memberikan petunjuk bagaimana untuk meningkatkan proses dan kemampuan organisasi untuk mengatur pengembangan, dan pemeliharaan suatu produk dan jasa.
Pressman mengatakan (2005:74), “CMMI is a comprehensive process meta-model that describes the specific goals,
practives, and capabilities that should be
Menurut Siviy (2008:5), “The CMMI is model, a collection of process and product
development best practice, and a
framework for process infrastucture”. Hal ini mewakili suatu praktek terbaik pada dunia industri dan dapat digunakan sebagai suatu roadmap untuk proses implementasi dan peningkatan.
2.3. Six Sigma
Six Sigma merupakan suatu konsep yang paling cepat berkembang yang digunakan pada dunia industri saat ini. Nama “Six Sigma” diambil dari istilah statistik; Sigma (σ) adalah suatu istilah
statistik untuk menunjukkan penyimpangan standar (standard
deviation), suatu indikator dari tingkat variasi dalam seperangkat pengukuran atau proses.
Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif.
Secara harfiah, Six Sigma (6σ) adalah
suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3.4 buah dalam satu juta produk/jasa. Ada banyak kontroversi di sekitar penurunan angka Six Sigma
menjadi 3.4 DPMO (Defects Per Million Opportunities). Namun bagi kita, yang penting intinya adalah Six Sigma sebagai metrics merupakan sebuah referensi untuk mencapai suatu keadaan yang nyaris
bebas cacat. Dalam perkembangannya, 6σ
bukan hanya sebuah metrics, namun telah berkembang menjadi sebuah metodologi dan bahkan strategi bisnis.
Menurut Yang, K. (2003: 22), “Six Sigma is a process-focused approach to
business improvement”. Kata kuncinya pada peningkatan satu proses pada suatu waktu. Proses disini bisa saja sistem produksi, sistem penagihan pelanggan atapun pada produk itu sendiri.
Menurut Pande, Neuman, Cavanagh, (Pande, 2000: xi), Six Sigma merupakan sebuah sistem yang komprehensif dan flexibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan menanamkan kembali proses bisnis. Six Sigma dapat didefinisikan juga sebagai cara mengukur proses yang bertujuan mendekati proses sempurna.
a. Filosofi
b. Kumpulan berbagai ukuran kinerja c. Kumpulan dari berbagai kerangka kerja
(frameworks)
d. Sebuah perangkat analisa
2.4. Integrasi CMMI dan Six Sigma
2.4.1. Strategi
Menurut Siviy (2008:91), ada beberapa jalur (Sequencing scenarios) yang dapat di tempuh dalam pengimplementasian integrasi CMMI dan Six Sigma antara lain:
a. Jalur 1, implementasi CMMI pada level tertinggi maturitas, dan melanjutkan implementasi Six Sigma.
b. Jalur 2, implementasi Six Sigma secara penuh dan melakukan implementasi CMMI.
c. Jalur 3, menggabungkan implementasi Six Sigma dan CMMI dari awal.
d. Jalur 4, implementasi CMMI hingga level 3, selanjutnya Six Sigma dan melakukan proses penggabungan implementasi di akhir.
Gambar 2 Sequencing Scenario
Pada penelitian ini akan menggunakan jalur 3 dengan menggabungkan Six Sigma dan CMMI mulai dari awal, hal tersebut karena beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengembangan dari awal akan membantu untuk memudahkan untuk diimplementasikan sejak dini sehingga pencapaian maturitas akan lebih baik lagi.
2. Lebih fokus untuk memulai pengujian bila menggunakan integrasi keduanya sejak awal.
Beberapa perusahaan dunia yang telah mengimplementasikan sinergi antara Six Sigma dan CMMI antara lain:
Motorolla, Dell, Raytheon, JP Morgan Chase, University of Pittsburgh Medical Center, Locked Martin IS&GS, Northrop Grumman Mission Systems, dan The Gates Rubber Company.
Gambar 3
CMMI Stage Representation dan Six Sigma
Janiszewski memandang suatu level CMMI dengan sebuah persektif Six Sigma sebagai berikut:
a. Berdasarkan persektif suatu bisnis, kinerja suatu proses yang diprediksi merupakan suatu aspek kunci dalam kapasitas proses dengan adanya: 1. Prediksi kinerja yang memerlukan
kestabilan proses
2. Langkah awal menuju kestabilan proses adalah dengan “mendefinisikan proses”
b. Perpindahan level CMMI membutuhkan:
1. Adanya kestabilan pada keseluruhan proses
2. Terpusatnya estimasi kinerja 3. Pengurangan variasi
4. Adanya peningkatan proses secara terus menerus dengan meningkatkan keterpusatan dan variasi
2.4.2. Desain
Adanya sinergi antara kerangka Six Sigma dengan CMMI Process Areas akan membantu mengimplementasikan di lapangan (Siviy, 2008: 107).
Gambar 4
CMMI Process Area dan Tahapan DMAIC
Pada gambar 4 terlihat beberapa CMMI Process Area, seperti Organizational Process Performance
(OPP), Measurement and Analysis (MA), Quantitative Project Management (QPM), dan Causal Analysis and Resolution (CAR), yang digabungkan pada setiap tahapan DMAIC.
2.5. Kerangka Pemikiran
mengembangkan dan mengimplemen-tasikan sistem informasi.
Gambar 5
Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan gambar 5, kerangka pikir penelitian dimulai dari adanya masalah pada adopsi CMMI yang berjalan lambat, sehingga di perlukan suatu pendekatan yang berbasiskan pada integrasi CMMI dan Six Sigma dan mengembangkan suatu aplikasi yang dapat membantu melakukan pengukuran maturitas. Dari pengem-bangan perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu mengukur suatu maturitas pengembangan perangkat lunak.
Adopsi CMMI dikatakan berjalan lambat dikarenakan beberapa hal seperti:
Belum banyaknya perusahaan pe-ngembang perangkat lunak Indonesia yang telah mengimplementasikan standar kualitas CMMI
Belum banyak perusahaan di Indonesia yang menyadari adanya suatu pengukuran kualitas proses dengan menggunakan CMMI
3. METODE PENELITIAN
3.1. Analisa Kebutuhan
Untuk keperluan penelitian ini, perlu dianalisa terlebih dahulu kebutuhan sebelum membuat suatu desain perangkat lunak agar sesuai dengan tujuannya. Obyektivitas dari analisa kebutuhan adalah untuk membantu pengumpulan informasi fungsional perangkat lunak, pembuatan model input dan output, pengaturan mekanisme instalasi, dan melakukan validasi terhadap sistem yang dikem-bangkan.
3.2. Perancangan Sistem
Perancangan sistem pada penelitian ini akan menggunakan permodelan UML, perancangan basis data, perancangan antar muka. Untuk permodelan UML akan menggunakan diagram Use Case beserta narasinya, melakukan identifikasi pelaku bisnis, diagram aktivitas, diagram kelas, diagram sequence. Untuk perancangan basis data menggunakan struktur tabel dan relasi tabel. Pada perancangan antar muka akan menjelaskan rancangan tampilan perangkat lunak yang akan digunakan oleh pengguna.
3.3. Teknik Analisis
Pada bagian ini akan dilakukan
proses pembandingan hasil
pengu-kuran penelitian yang telah didapatkan
sebelumnya. Adapun metode
T-Test. Metode ini digunakan karena
t-test
dapat digunakan untuk menguji
kecocokan atas perbedaan pada suatu
eksperimen yang menggunakan satu
kelompok sampel. Apabila sebelum
melakukan eksperimen, peneliti
melakukan pengukuran awal (pre test),
maka peneliti akan mempunyai dua
kelompok nilai yang berasal dari satu
kelompok sampel. Apabila eksperimen
itu mempunyai dampak terhadap hasil
(tujuan eksperimen), maka kedua
kelompok skor
tersebut akan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Apabila hasil perhitungan tersebut berbeda secara signifikan, maka hipotesa diterima. Untuk itu perlu diketahui beberapa variabel yang menjadi parameter perhitungan pada t-test.1. Derajat kebebasan (dk), yaitu suatu angka yang menjelaskan sekumpulan skor sampel yang bebas dari kesalahan.
2. Alpha, yaitu tingkat signifikansi pengujian. Besaran nilai yang umumnya digunakan adalah 0,05.
3. Simpangan baku (Sd) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(3.1)
4. Standard error (sx) yang dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
(3.2)
5. Sedangkan untuk nilai t, dapat dihitung dengan rumus berikut:
(3.3)
Dari hasil perhitungan tersebut, maka t hitung akan dibandingkan dengan t tabel. Jika perbedaannya signifikan, maka disimpulkan bahwa hipotesa diterima. Untuk perhitungan ini, dapat di sederhanakan dengan menggunakan fungsi dari Microsoft Excel untuk Data Analysis. Microsoft Excel dapat digunakan untuk men-generate perhitungan t-test dengan lebih mudah dan cepat tanpa perlu melakukan perhitungan rumus secara detail dan manual.
4. PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Pembahasan akan menjelaskan tentang implementasi dari perangkat lunak yang dikembangkan berupa tempat, waktu, metode implementasi, dan instrumen penilaian. Hasil pengamatan implementasi sebelum dan sesudah implementasi berupa kuesioner akan di paparkan pada bagian ini.
4.3. Implikasi Penelitian
Dari data hasil pre-test dan post-test yang telah dilakukan sebelumnya dapat diringkas menjadi tabel berikut:
Gambar 6 Pre-Test dan Post-Test
Data tersebut adalah hasil rangkuman dari hasil kuesioner yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dari data tersebut akan dihasilkan suatu tabel yang menggunakan fungsi analisa data di Microsoft Excel sebagai berikut:
Gambar 7 Hasil t-Test
Dari tabel t-test tersebut dapat dilihat bahwa t tabel (t critical one-tail) bernilai 1.833112923 sedangkan t hitung (t Stat) bernilai -5.8 Terlihat bahwa terjadi perbedaan signifikan.
Dengan melihat nilai probabilitas P-value adalah 0.000259475 lebih kecil dari 0,05 berarti Ho ditolak atau penerapan aplikasi pengukuran maturitas efektif.
Apabila tabel hasil pre-test dan post-test digambarkan menjadi grafik, akan tampak perbedaan hasil dari sebelum dan sesudah penerapan pengukuran maturitas dengan pen-dekatan terintegrasi CMMI dan Six Sigma.
Gambar 8
Grafik Pre-Test dan Post-Test
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dengan diimplementasikan pengu-kuran maturitas pengembangan perangkat lunak dengan pendekatan integrasi CMMI dan Six Sigma maka:
a. Langkah-langkah untuk mengimple-mentasikan pengukuran maturitas dengan metode pendekatan terintegrasi CMMI dan Six Sigma antara lain:
1. Tetapkan dahulu pengembangan aplikasi apa, yang hendak dilakukan pengukuran maturitas pengembangan perangkat lunak 2. Lakukan pengukuran maturitas
pengembangan perangkat lunak dengan alat bantu dengan aplikasi pengukuran maturitas yang telah di desain ini
3. Analisa kekurangan proses pengembangan perangkat lunak, berdasarkan hasil dari catatan yang dihasilkan oleh alat bantu tersebut 4. Perbaiki proses pengembangan
perangkat lunak berdasarkan hasil analisa dan catatan
Langkah ini bisa di ulang lagi mulai dari langkah 2, sampai tercapainya suatu proses pengembangan perangkat lunak yang memadai.
b. Mengukur maturitas pengembangan perangkat lunak dengan metode integrasi CMMI dan Six Sigma dapat di nilai dengan dengan dua tahapan yaitu:
1. Melakukan pengukuran pada setiap detil dari proses pengembangan berdasarkan level-level maturitas CMMI.
2. Melakukan pengukuran detil dari setiap level berdasarkan metode DMAIC dari Six Sigma. Dari setiap level dan detil tersebut dapat kekurangannya dapat teridentifikasi dengan lebih mudah.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pe-nerapan pengukuran maturitas pengem-bangan perangkat lunak melalui pen-dekatan integrasi CMMI dan Six Sigma ini dapat membawa efek positif dalam proses pengembangan perangkat lunak di perusahaan, namun terdapat beberapa hal yang perlu penuli sarankan untuk pengembangan lebih lanjut aplikasi pe-ngukuran maturitas ini, antara lain:
a. Pengembangan aplikasi yang lebih baik dalam memberikan saran masukan untuk perbaikan proses pengembangan perangkat lunak
DAFTAR PUSTAKA
Anthes, Gary, Quality Model Mania, Diakses 28 Desember 2009, dari
Computer Word, http://www.computerworld.com/s/articl
e/print/90797/ Model_Mania
CMMI Product Team, Capability Maturity Model® Integration (CMMISM),Version 1.1, CMMISM for Software Engineering (CMMI-SW, V1.1 ), Carnegie Mellon Software Engineering Institute, Pittsburg.
Diakses 25 Juli 2009, dari Software Engineering Institute, http://www.sei.cmu.edu/pub/documen ts/02.reports/pdf/02tr029.pdf
ExecutiveBrief, Pairing CMMI and Six Sigma for Optimal Results, Diakses 31 Juli 2009, dari IT Today,
http://www.ittoday.info/Articles/Pairing_CM MI_and_Six_Sigma.htm
Gartner, Balancing Six Sigma and the Capability Maturity Model (CMM/CMMI), Diakses 24 Juli 2009, dari Gartner, http://www.gartner.com/ 4_decision_tools/measurement/meas ure_it_articles/2002_10/six_sig.jsp
Gartner Analyst, IT Persepective: Balancing Six Sigma and the Capability Maturity Model (CMM/CMMI), Diakses 10 Desember
2009, dari Gartner, http://www.gartner.com/4_decision_to
ols/measurement/measure_it_articles/ 2002_10/six_sig.jsp
Hefner, Rick., Using Six Sigma to Accelerate CMMI Adoption (and Vice Versa), Presented at the Softeare Engineering Process Group Conference, Seattle, WA, March 7-10, 2005., Diakses 25 Juli 2009, dari Sofware Engineering Institute http://www.sei.cmu.edu/sema/present ations/hefner.pdf
Janiszewski, Steve, Introducing Six Sigma to Software Development. PS&J Software Six Sigma, New Jersey. Diakses 25 Juli 2009, dari Software Six Sigma,http://www.softwaresixsigma.c om/PDFs/0403%20NycPmi.pdf
Janiszewski, Steve and Ellen George, Six Sigma & Software Process Improvement. PS&J Software Six Sigma, New Jersey. Diakses 7 Agustus 2009, dari Software Six Sigma,
http://www.softwaresixsigma.com/PD Fs/WoodbridgeSixSigma.pdf
Land, Susan K and John W. Walz, Practical Support for CMMI-SW Software Project Documentation, John Wiley & Sons, New Jersey, 2006
Mongkolnam, Pornchai, et al, A Push for Software Process Improvement in Thailand, Di akses 11 Desember 2009, http://www.fishhorse.com/doc/
APSEC2009.pdf
Musa, John D. Software Reliability Engineering: More Reliable Software Faster and Cheaper, 2nd ed. New York, Osborne/McGraw-Hill, 2004
Persse, James R., Process Improvement Essentials, O’Reilly Media, Inc., Sebastopol, CA 95471, 2006
Pande, Peter S; Robert P. Newman and Roland P Cavanagh, The Six Sigma Way Team Fieldbook, McGraw-Hill, New York, 2002
Persse, James R., Implementing the Capability Model, John Wiley & Sons, Inc., 2001
Presman, Roger S. Software Engineering: A Practitioner’s approach, 6th Ed, McGraw-Hill, New York, 2006
Pyzdek, Thomas, The Six Sigma Handbook, McGraw-Hill Irwin, New York, 2001
System Enterprise, Tata McGraw Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 2004
Siviy, Jeannine M., et al., CMMI and Six Sigma: Partners in Process Improvement, Pearson Education, Inc., Boston, 2008
Siviy, Jeannine M., et al., Relationship between CMMI and Six Sigma, Software Engineering Institute, Diakses 25 Juli 2009, dari Software Engineering Institute,
http://www.sei.cmu.edu/publications/docu ments/05.reports/05tn005.html
Tayner, Christine B. Six Sigma Software Development, 2nd Ed, Auerbach Publication, New York, 2007
Wahono, Romi Satria, Teknik Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak, di akses 29 November 2009, dari blog Romi Satrio Wahono, http://romisatriawahono.net/
2006/06/05/teknik-pengukuran-kualitas-perangkat-lunak/