• Tidak ada hasil yang ditemukan

108946418 Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penjadwalan Kuliah Berdasarkan Kesediaan Waktu Dosen Mengajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "108946418 Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penjadwalan Kuliah Berdasarkan Kesediaan Waktu Dosen Mengajar"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

KELOMPOK I

MULYONO AGUS SAPUTRA SISKA RAYUSMI

NELVIA ROZA NURMAINI

OPI AJI

SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

(2)

1. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN KULIAH BERDASARKAN KESEDIAAN WAKTU DOSEN MENGAJAR (Studi Kasus Pada STIE SBI Yogyakarta)

proses pengambilan keputusan melalui tahapan : 1) Tahap Penelusuran ( Intelligence)

Dari penelitian yang dilakukan melahirkan rumusan masalah penelitian berupa Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penjadwalan Kuliah Berdasarkan Preferensi Kesediaan Waktu Dosen Untuk Mengajar, hasil tahapan penelitian ini tertuang pada (Yuhilda, 2007).

2) Tahap Perancangan ( Design)

Setelah perumusan masalah, dilanjutkan dengan pencarian data-data dan informasi berupa sistem dan prosedur penjadwalan kuliah yang telah dipakai, data-data dosen, data-data-data-data matakuliah, data-data-data-data kelas, data-data-data-data ruang dan dampak dari hasil penjadwalan. Pencarian dan pengumpulan data didominasi melalui wawancara dengan staf pada Bagian Akademik yang mengurusi penjadwalan kuliah. Dari kesemua informasi yang diperoleh, kemudian dapat dibuat penetapan kriteria-kriteria evaluasi untuk calon dosen yang diutamakan penjadwalannya melalui pertimbangan jabatan dosen, status dosen, pertimbangan diampu, jumlah SKS matakuliah yang diampuh dan kebutuhan fasilitas dan ruang kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan matakuliah (Yuhilda, 2007).

3) Tahap Pemilihan (Choice)

Dengan mengacu pada kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan, dibuat model-model penilaian secara matematis, sejumlah model penilaian seperti ditunjukan pada gambar 1 yang masing-masing akan diuraikan pada pembahasan.

4) Tahap Implementasi (Implementation)

(3)

2007). Sedangkan komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan yang digunakan adalah :

a. Subsistem manajemen data, menyediakan data bagi sistem yang berasal dari data internal dan data eksternal.

b. Subsistem manajemen model, berfungsi sebagai pengelola berbagai model.

c. Subsistem antar muka pengguna, merupakan fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif.

Perancangan basis data sistem pendukung keputusan yang akan memberikan pemahaman secara keseluruhan berupa hubungan antar objek data, aliran informasi dan transformasi dari data input menjadi output yang digambarkan secara grafik berupa Entitas

Relationship Diagram dan Data Flow Diagram yang secara lengkap dibahas pada (Yuhilda, 2007).

Secara keseluruhan Sistem Pendukung Keputusan yang akan dibangun, memperhatikan kriteria-kriteria dengan bobot tertentu, yang dapat digambarkan seperti tabel-tabel dibawah ini:

2.1 Model dan Bobot Penilaian Sistem Pendukung Keputusan

Model Sistem Pendukung Keputusan Penjadwalan Kuliah berdasarkan preferensi kesediaan waktu dosen untuk mengajar, dibuat dalam 7 jenis penilaian, yaitu model penilaian status dosen, model penilaian jabatan (untuk dosen tetap), model penilaian tingkat pendidikan dosen, model penilaian masa kerja, model penilaian jenis matakuliah, model penilaian SKS matakuliah, dan model penilaian kebutuhan ruang. Dimana masing-masing unsur tersebut memiliki beberapa elemen penilaian yang akan menentukan hasil akhir sistem pendukung keputusan yang akan digunakan oleh para pengguna dalam menentukan suatu keputusan.

(4)

2.1.1 Model Penilaian Status Dosen

Penilaian elemen ini dilakukan dengan memanfaatkan hasil pengambilan data status dosen. Penilaian kebutuhan ini berbobot 20%, dengan nilai 100 untuk klasifikasi dosen tetap, 80 untuk tidak tetap dan 60 untuk dosen tamu seperti ditunjukkan pada tabel 1

2.1.2 Model Penilaian Jabatan Internal

Model penilaian jabatan internal yang ditujukan untuk dosen tetap dengan bobot penilaian 15 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk ketua 100, Pembantu Ketua (Puket) 90, Ketua Jurusan (Kajur) 80, Kepala Bagian (Kabag) 70, dan Staff biasa 60 seperti

ditunjukkan pada tabel 2.

2.1.3 Model Penilaian Tingkat Pendidikan

(5)

2.1.4 Model Penilaian Masa Kerja

Model penilaian masa kerja dosen dengan bobot 10 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk masa kerja >10 tahun 100, 8-10 tahun 80, 5-7 tahun 60 dan 1-4 tahun 1-40 seperti ditunjukkan pada tabel 1-4.

2.1.5 Model Penilaian Jenis Matakuliah

Model penilaian jenis matakuliah dengan bobot 20 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk matakuliah wajib 100 dan matakuliah pilihan 50 seperti ditunjukkan pada tabel 5.

2.1.6 Model Penilaian SKS Matakuliah

(6)

2.1.7 Model Penilaian Kebutuhan Ruang Kelas Matakuliah

Model penilaian Kebutuhan ruang kelas matakuliah dengan bobot 10 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk kebutuhan ruang tipe A 100, tipe B 90 dan Tipe C 80 seperti ditunjukkan pada tabel 7.

2.2 Hasil Pemrosesan Sistem Pendukung Keputusan

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dibangun untuk menentukan prioritas urutan dosen dalam menentukan penjadwalan kuliah berdasarkan preferensi kesediaan masing-masing dosen untuk mengajar pada perguruan tinggi STIE SBI Yogyakarta, dalam menghasilkan keluaran tersebut sistem secara keseluruhan melakukan pemrosesan sebagai berikut :

- Pemrosesan Input, terdiri dari pemasukan data dosen, pemasukan data matakuliah, pemasukan data kelas, pemasukan data ruang dan pemasukan data kesediaan berisikan sebagian data yang menjadi syarat-syarat untuk penjadwalan kuliah berdasarkan preferensi kesediaan waktu masing-masing dosen.

- Pemrosesan Penilaian yang terdiri dari Penilaian berbagai macam bobot nilai kriteria atau parameter.

(7)

Dari hasil yang telah ditunjukkan diatas dapat diketahui bahwa total keseluruhan hasil penilaian untuk untuk masing-masing dosen Izzah dan dosen Wawan adalah 91,50 dan 88,00. Sehingga untuk mengukur prioritas penjadwalan, dosen yang diutamakan penjadwalannya terlebih dahulu adalah dosen dengan point tertinggi. Baru kemudian diikuti dengan dosen-dosen berikutnya. Disini dosen dengan point tertinggi yang dimaksudkan adalah Izzah. Gambar 3

(8)

Mengacu pada gambar 2 yang menunjukkan point dosen Izzah 91,50 lebih tinggi dari point dosen Marwadi 73,00, maka kesediaan dosen Izzah lebih diprioritaskan untuk dijadwalkan terlebih dahulu dibandingkan dengan dosen Marwadi. Mengacu pada gambar 3 dapat kita lihat bahwa penjadwalan untuk dosen Izzah sesuai dengan waktu kesediaannya. Yakni mengajar pada hari selasa dan kamis. Sedangkan hasil penjadwalan final untuk dosen Marwadi dapat dilihat pada gambar 5.

3. Penutup

Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :

1. Sistem Pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan berbagai faktor yang dipakai sebagai kriteria penilaian dan pemberian bobot diantaranya penilaian status dosen, jabatan, tingkat pendidikan, masa kerja, matakuliah, SKS matakuliah, dan penilaian kebutuhan ruang yang dianggap relevan dengan kondisi dan realita pada STIE SBI Yogyakarta.

2. Sistem Pendukung Keputusan ini memiliki kriteria-kriteria yang dapat dirubah bobot nilainya sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan

(9)

2. ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN (SIPUS) TERPADU VERSI 3 DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)

Latar Belakang Masalah

Penggunaan sistem informasi Perpustakaan saat ini sudah tidak asing lagi. Banyak perpustakaan mulai menggunakan sistem informasi perpustakaan sebagai bagian penting untuk meningkatkan kinerja staf perpustakaan dan organisasi perpustakaan. Sistem informasi perpustakaan pun berkembang sedemikian pesat baik yang disediakan secara gratis atau tidak sampai dengan sistem yang dikembangkan sendiri oleh perpustakaan. Perpustakaan diberi kebebasan untuk memilih sistem informasi perpustakaan yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Pemilihan sistem informasi menjadi pertaruhan bagi perpustakaan dalam menghadapi globalisasi informasi dan perkembangan teknologi informasi. Perpustakaan harus dapat menentukan sistem informasi yang mampu terimplementasi dengan baik dan mampu diterima penggunanya.

(10)

Landasan Teori

Definisi Teoritis

Lucas (1987) mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu2. Sedangkan Indrajit3 mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya. Sedangkan Zwass4 menyatakan sistem adalah “Set of components (subsystems or elementary parts) that operate together to achieve a common objective (or multiple objectives).” Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem adalah merupakan suatu hal yang saling terkait satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan yang sama.

Istilah informasi, menurut Davis5 adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Sedangkan menurut Zwass6 adalah “an increment in knowledge. May be obtained by processing data into meaningful and useful content and form.” Berdasar definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah informasi adalah data yang mempunyai makna, artinya ketika sesuatu hal (data) tidak mempunyai makna maka belum dapat dikatakan sebagai sebuah informasi.

Definisi ini menggambarkan adanya interaksi diantara elemen yang sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan melakukan control terhadap jalannya perusahaan (perpustakaan). Sedangkan Indrajit (2000) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi

Tingkatan Sistem Informasi

(11)

1. Sistem pemrosesan transaksi atau Transaction Processing Systems (TPS) merupakan bentuk perkembangan dari kantor elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin diotomatisasi termasuk untuk pemrosesan transaksi. TPS ini merupakan pemrosesan data transaksi yang menghasilkan informasi yang akurat yang akan digunakan sesuai kebutuhan. Pada kasus perpustakaan, maka tingkatan sistem ini adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi yang dilakukan di bagian pengadaan, pengolahan, sirkulasi dan keanggotaan.

2. Sistem informasi manajemen disini adalah sebuah kelengkapan pengelolaan dari proses-proses yang menyediakan informasi untuk manajer guna mendukung operasi-operasi pembuatan keputusan dalam organisasi. Pada tingkatan ini masukan yang diberikan berupa data transaksi yang telah diproses yang akan dijadikan sebuah laporan ringkas, keputusan-keputusan rutin, dan jawaban dari permintaan yang diberikan.

3. Sistem pendukung keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari SIM dengan penyediaan prosedur-prosedur khusus dan pemodelan yang unik yang akan membantu manajer dalam memperoleh alternative-alternatif keputusan.

4. Sistem Informasi E-Business dibangun karena ada kebutuhan untuk menjawab tantangan pengintegrasian data dan informasi dari proses bisnis berbasis internet atau jaringan global.

Penerimaan terhadap Sistem Informasi

Salah satu unsur penting dalam penerapan sebuah sistem informasi adalah penerimaan terhadap sistem informasi tersebut. Bagi sebuah organisasi, sistem informasi berfungsi sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi.

Metode Analisis

(12)

Uji prasyarat (instrumen/kuesioner) dilakukan dengan menggunakan uji validitas data dan uji realibiltas data. Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua pertanyaan (instrumen) penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi masing-masing instrumen. Sedangkan pengujian realibilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (CA).

3. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

1.1. Latar Belakang

Setiap individu mahasiswa memiliki hard skills dan soft skills yang berpotensi dalam menunjang masa depannya. Namun, tidak semua individu tersebut memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengekplorasi potensi yang dimilikinya tersebut.

Dalam era persaingan bebas, dibutuhkan lulusan yang memiliki kemampuan hard skills dan soft skills yang seimbang, sehingga mahasiswa dituntut dapat aktif dan memiliki prestasi di bidang akademik dan non akademik, ekstra dan intra kurikuler. Oleh karena itu, disetiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya dan diberikan penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi, yakni dengan melakukan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi.

(13)

pihak perguruan tinggi untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan dimasa mendatang.

Dalam pelaksanaannya pemilihan mahasiswa berprestasi ini menggunakan beberapa komponen atau kriteria (multikriteria) yang nantinya akan dinilai. Perumusan kriteria-kriteria tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional (DIKTI). Kriteria-kriteria tersebut memiliki intensitas kepentingan (bobot) yang berbeda. DIKTI telah menetapkan komponen-komponen atau kriteria-kriteria yang akan dinilai pada pemilihan mahasiswa berprestasi ini. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 1. 1 Parameter atau Kriteria yang Digunakan Dalam Pemilihan

N o

Nama Kriteria Bobot

1. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 20%

2. Karya Tulis 30%

3. Kegiatan Intra-Ekstrakurikuler 25% 4. Kemampuan Bahasa Inggris 25%

Keempat komponen atau kriteria di atas digunakan sejak tahun 2006, yakni awal diadakannya pemilihan mahasiswa berprestasi diseluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Salah satu metode sistem pendukung keputusan yang multikriteria adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya.

Dengan metode AHP ini penulis membuat sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi yang berbasis komputer yang diharapkan nantinya dapat membantu para pembuat keputusan di suatu perguruan tinggi dalam memutuskan alternatif-alternatif terbaik dalam pemilihan mahasiswa berprestasi.

1.2. Rumusan Masalah

(14)

1.3. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian, maka dibuat batasan dari perumusan masalah di atas, diantaranya sebagai berikut.

1. Sistem pendukung keputusan yang dibuat adalah sistem pendukung keputusan yang hanya membantu memberikan alternatif mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi.

2. Parameter atau kriteria pemilihan pengambilan keputusan yang digunakan merupakan hasil dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional (DIKTI), yakni IPK, Karya Tulis, Kegiatan Intra-Ekstrakurikuler, Kemampuan bahasa Inggris.

3. Untuk pemilihan mahasiswa berprestasi ini ditetapkan alternatif paling banyak adalah 12 orang (calon mahasiswa berprestasi), sedangkan paling sedikit 7 orang.

4. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan skala kepentingan 1-6.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini, diantaranya sebagai berikut.

Menerapkan metode AHP dalam membangun sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi. Membangun suatu prototype sistem pendukung keputusan untuk pemilihan mahasiswa berprestasi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, diantaranya.

1. Memodelkan sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi dengan metode AHP.

2. Memudahkan para pengambil keputusan dalam mengambil keputusan untuk memilih mahasiswa berprestasi yang diharapkan.

3. Memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya, baik untuk permasalahan serupa maupun permasalahan lainnya dengan menggunakan metode yang sama.

(15)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, metode pengumpulan data dan mahasiswa berprestasi tingkat universitas, dan metode AHP.

b. Metode wawancara

Dengan melakukan wawancara dengan lembaga atau instansi yang dijadikan objek penelitian, yakni untuk mendapatkan data-data atau

informasi-informasi yang diperlukan untuk penelitian dan pembangunan perangkat lunak.

2. Metode pengembangan perangkat lunak a. Metode pendekatan perangkat lunak

Metode yang digunakan adalah metode pendekatan terstruktur, yakni analisis yang terfokus pada aliran data. Pendekatan terstruktur mengenalkan beberapa alat untuk mengembangkan sistem terstruktur. Alat-alat tersebut diantaranya, data dictionary, entity relationship diagram (ERD), data flow diagram (DFD), process specification (Pspec).

b. Model Proses

Model proses yang digunakan untuk pembangunan perangkat lunak adalah model sekuensial linier.

Dasar-dasar Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Simon (Suryadi dan Ramdhani,2002,h.15-16) model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu sebagai berikut.

a. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengindentifikasi masalah.

(16)

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.

c. Choice

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif.

Dari tahapan-tahapan diatas disimpulkan bahwa konsep sistem pendukung keputusan terdiri dari.

a. Masalah terstruktur

Merupakan masalah yang memiliki struktur masalah pada 3 tahapan Simon. Hasil akhir ditentukan oleh proses terkomputerisasi tanpa campur tangan manajer.

b. Masalah semi struktur

Merupakan masalah yang memiliki struktur yang memiliki salah satu atau dua tahapan Simon. Penggabungan antara kebijakan manajer dengan rujukan dari proses terkomputerisasi.

c. Masalah tidak terstruktur

Merupakan masalah yang tidak memiliki struktur pada tahapan Simon. Masalah yang hanya mampu diselesaikan dengan kebijakan seorang manajer.

Proses pemilihan mahasiswa berprestasi ini merupakan masalah semi-struktur, karena sistem yang akan dibangun merupakan tools pembantu pihak perguruan tinggi untuk menentukan 3 alternatif dengan nilai tertinggi mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi.

Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

(17)

a. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management of perception.

b. Adanya interface manusia-mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan.

c. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.

d. Output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan.

e. memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem.

f. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen.

g. Pendekatan easy to use. Ciri suatu SPK yang efektif adalah kemudahannya untuk digunakan, dan memungkinkan keleluasaan pemakai untuk memilih atau mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas sistem yang dihadapi.

h. Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadapatasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.

4. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIAN KARYAWAN BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA ( Studi kasus pada UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK )

Pendahuluan

(18)

keputusan untuk menentukan karyawan berprestasi. Selain jumlah yang banyak, keheterogenan karyawan juga semakin komplek sehingga sangat sulit memilih karyawan yang berprestasi menurut lembaga dan sulitnya menentukan prioritasnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut: 1. Alat dan bahan

 Nama Karyawan UNIVERSITAS GUNADARMA Depok

 Faktor-faktor yang menentukan pemilihan karyawan berprestasi

 Ms. Access

 Ms. Visual Basic 6.0

2. Langkah-langkah dan cara penelitian:

 Studi pustaka

 Pengumpulan data karyawan dan faktor-faktor yang menentukan pemilihan karyawan berprestasi diambil dari departemen PSDM UNIVERSITAS GUNADARMADepok

 Analisis dan perencangan menggunakan AHP

 Implementasi perancangan ke dalam software Ms. Access dan Visual basic 6.0

 Pengujian untuk memilih karyawan berprestasi

Konsep Sistem Pendukung Keputusan

Konsep sistem pendukung keputusan diperlenalkan pertama kali oleh Michael S. Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System (Sprague,1982). SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif.

AHP (Analytic Hierarchy Process)

(19)

komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem (Saaty,2001)

Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP

1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x

2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru

3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya

4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap

(20)

Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).

Prosedur AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti Gambar 1. di bawah ini

2. Penilaian

kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam

Goal

Objectives

Sub-Objectives

(21)

mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

7

Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai

pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini :

Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan

A1 A2 A3

A1 1

(22)

A3 1

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1., Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya.

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.

3. Penentuan prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif.

Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan.

b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks.

(23)

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi & Ramdhani, 1998):

Hubungan kardinal : aij . ajk = aik

Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :

a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang.

b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.

Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang.

Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.

d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks.

e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n) / (n-1)

f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan.

Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 3.. Tabel 3. Nilai Indeks Random

Ukuran Matriks Nilai RI

(24)

3 0,58

Sistem yang dikembangkan adalah sebuah sistem yang berupa perangkat lunak yang membantu pengambil keputusan yakni Departemen Sumber Daya Manusia untuk pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerjanya. Dari analisis dokumen penilaian kinerja yang diisi oleh seluruh karyawan dan kepala bagian dari tiap-tiap departemen lalu diproses melalui pemodelan menggunakan AHP. Satu karyawan menilai teman se departemennya, dan seorang kepala bagian menilai seluruh karyawan yang ada di UNIVERSITAS GUNADARMA Depok.

Setiap form isian dianalisis berdasarkan kriteria- kriteria penilaian. Analisis dokumen-dokumen penilaian ini menghasilkan keluaran berupa nilai prioritas karyawan. Kemudian setelah semua penilaian dianalisis, setiap penilaian diberi bobot, untuk selanjutnya dilakukan analisis pada setiap karyawan.

(25)

T

Y mulai

Form penilaian

Analisis dokumen lagi?

SPK pemilihan karyawan berprestasi

selesai

pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk mengolah data yang ada sesuai model yang digunakan dan meminta sistem memberikan alternatif solusi setelah dimasukkan beberapa kriteria dan bobot yang diperhitungkan. Keluaran informasi sistem bisa dijadikan pertimbangan untuk menentukan karyawan yang berprestasi berdasarkan prioritas.

Diagram Alir (Flowchart) SPK

Untuk menggambarkan diagram alir algoritma semua proses yang dijalankan Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Diagram Alir Utama

Dalam diagram alir utama ini digambarkan algoritma secara umum semua proses yang ada dalam Sistem Pendukung Keputusan. Proses diawali dengan pengisian form penilaian, kemudian proses selanjutnya adalah proses Sistem Pendukung pemilihan karyawan berprestasi. Algoritma utama ini dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Utama

(26)

mulai

AHP Kriteria Penilaian

AHP Karyawan

Hasil Analisis Penilaian

selesai

Diagram alir yang digambarkan merupakan diagram alir Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi. Proses AHP ini digunakan untuk menghitung nilai intensitas kriteria dan karyawan. Proses yang terdapat dalam Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini adalah proses AHP kriteria penilaian, proses AHP karyawan dan proses hasil analisis.

Gambar 3. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Berprestasi

Diagram alir AHP kriteria

(27)

mulai

Input Kriteria Penilaian

Set Skala Perbandingan

Analisis Kriteria Penilaian

selesai

Gambar 4. Diagram Alir AHP Kriteria Penilaian

(28)

mulai

Gambar 5. Diagram Alir Set Skala Perbandingan

(29)

mulai

n = banyaknya kriteria Penilaian

Kuadrat matriks

Normalisasi Matriks

Menghitung Konsistensi Rasio

selesai

tersebut, dan penghitungan konsistensi rasio. Gambaran umum mengenai proses analisis kriteria penilaian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Alir Analisis Kriteria Penilaian

(30)

mulai

selesai i = 1

i <= n

j = 1

j <= n

kuadrat[i,j] = 0; k = 1 i = i + 1

T

T

Y

Y

kuadrat[i,j]=kuadrat[i,j] + (skala_perbandingan[i,k]*skala_perbandingan[k,j])

k = k+1

k <= n T j = j + 1

Y

(31)

mulai

intensitas_kriteria_ penilaian [k] = temp[k] / jumlah

Tampil

(32)

mulai

temp[i]= jumlah[i] / intensitas_kriteria_ penilaian [i]; jumlah_rata=jumlah_rata+temp[i];

Pada proses analisis kriteria ini juga terdapat proses untuk menghitung nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang telah dilakukan. Nilai konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya kriteria penilaian yang ada. Gambaran umum algoritma untuk menghitung nilai konsistensi rasio ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 10. Diagram Alir Konsistensi Rasio

Diagram Alir AHP Karyawan

(33)

mulai

m = banyaknya kriteria Penilaian

k = 1

k <= m T

Y Tampil kriteria Penilaian

Tampil karyawan Kriteria Penilaian

karyawan

n = banyaknya karyawan

Input Bobot karyawan

Bobot Terhitung karyawan

selesai

k= k + 1

Gambar 10. Proses-proses yang terdapat dalam AHP karyawan ini adalah input bobot karyawan per kriteria dan hitung nilai intensitas karyawan per kriteria.

Gambar 10. Diagram Alir AHP Karyawan

(34)

mulai

selesai i <= n

jumlah[k] = jumlah[k] + bobot_karyawan [i,k]

i = i + 1 T

Y

Tampil bobot_karyawan [i,k] Input bobot_karyawan [i,k]

jumlah[k] = 0; i = 1

Simpan bobot_karyawan [i,k]

Gambar 11. Diagram Alir Input karyawan Per Kriteria

(35)

mulai

selesai i = 1

Baca bobot_karyawan [i,k]

bobot_terhitung_karyawan [i,k] = bobot_karyawan [i,k] / jumlah [k]

i <= n

Tampil bobot_terhitung_karyawan [i,k]

i = i + 1

T

Y

Simpan bobot_karyawan [i,k]

Gambar 12. Diagram Alir Bobot Terhitung karyawan Per Kriteria

Diagram Alir Hasil Analisis

(36)

mulai

karyawan

Tampil karyawan

n= banyaknya karyawan

i = 1

i <= n

Y T

bobot_total_karyawan [i] = 0

Kriteria penilaian

m= banyaknya kriteria penilaian; j = 1

j <= m T

i = i + 1 Y

bobot_total_karyawan [i] =

bobot_total_karyawan [i]+ (intensitas_kriteria_ penilaian [j] * bobot_terhitung_karyawan[i,j])

selesai

Tampil bobot_total_karyawan [i]

j = j + 1

Simpan bobot_total_karyawan [i]

(37)

Menetukan karyawan berprestasi

Kriteria ke-1 Kriteria ke-2

...

Kriteria ke-n

karyawan ke-1 karyawan ke-2 karyawan ke-3

...

karyawan ke-n Subsistem Manajemen Model

Subsistem manajemen model merupakan metode yang digunakan dalam proses analisis SPK ini.

Subsistem Manajemen Model SPK Pemilihan Karyawan Berprestasi Berdasarkan

Kinerja

Analisis pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerja dimodelkan oleh metode AHP. Tiap-tiap kriteria diperbandingkan berdasarkan metode AHP, selanjutnya masing-masing alternatif juga dianalisis dengan metode AHP. Penentuan kriteria pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dapat dilakukan oleh Departemen SDM.

Penilaian alternatif pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.

(38)

Keterangan Gambar 14 :

a. Hirarki terbawah adalah nama-nama karyawan yang ada di UNIVERSITAS GUNADARMA Depok.

b. Hirarki kedua adalah kriteria-kriteria yang dipakai untuk menganalisis karyawan. c. Hirarki ketiga adalah hirarki yang berisi karyawan dengan prioritas tertinggi.

Karyawan inilah yang layak mendapatkan reward atau penghargaan.

Implementasi

Pada gambar 15, merupakan cara menentukan perbandingan untuk tiap kriteria sesuai nilai perbandingannya.

Gambar 15. Form menghitung perbandingan tiap kriteria penilaian

(39)

Gambar 16. Form pengisian kriteria tiap karyawan Kesimpulan

Adapun kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan dalam penulisan ini:

1. Interval bobot yang dipakai dalam penilaian karyawan ini adalah 0-4, dimana 0 adalah buruk, 1 adalah kurang dari cukup, 2 adalah cukup, 3 adalah baik, dan 4 adalah sangat baik. Semakin tinggi nilai bobot penilaian dokumen maka semakin tinggi pula nilai intensitas total penilaian karyawan.

2. Hasil perhitungan AHP yang diterapkan ini akan menghasilkan keluaran nilai intensitas prioritas karyawan tertinggi sehingga karyawan yang memiliki nilai tertinggi layak untuk mendapatkan reward atau penghargaan.

5. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MEMILIH PERGURUAN TINGGI

SWASTA JURUSAN KOMPUTER MENGGUNAKAN METODE Analytical Hierarchy Process (AHP)

1.1 Latar Belakang

(40)

dibutuhkan. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Komputer di Yogyakarta Menggunakan Metode AHP ini dapat dijadikan sebuah sistem yang memberikan informasi dan mengatasi masalah kebingungan dalam pemilihan perguruan tinggi swasta jurusan komputer di Yogyakarta. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dalam proses pengambilan keputusan dengan peralatan utamanya adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan menggunakan hierarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompok–kelompoknya. Kemudian kelompok–kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hierarki. Oleh karena itu, metode AHP digunakan dalam Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Komputer di Yogyakarta.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan bagaimana

membangun suatu sistem pendukung keputusan pemilihan perguruan tinggi swasta jurusan komputer di Yogyakarta menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

1.3 Batasan Masalah

Dilihat dari luas ruang lingkup permasalahan yang dapat dipecahkan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap permasalahan yang ada, yaitu :

1. Skema hirarki yang dapat diproses oleh sistem ini dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan (level) saja, yakni tujuan, atribut, dan alternatif.

2. Sistem ini tidak memproses bagaimana suatu kasus direpresentasikan ke dalam bentuk hirarki, tetapi hanya mengolah bentukan hirarki dari kasus yang telah disusun dan direpresentasikan oleh user (pengguna) sendiri.

3. Data yang diterima sebagai input oleh sistem yang nantinya akan diproses merupakan data simulasi (data-data pengujian/percobaan), bukan berupa data riil.

4. Penyimpanan terhadap data kuisioner yang akan diproses maupun data yang telah diproses bersifat temporary (sementara). Hal ini berarti bahwa suatu data akan tetap berada di dalam basis data hanya pada saat data tersebut yang diproses. Data tersebut akan dihapus dari basis data atau dilakukan pengosongan pada basis data pada saat dilakukan pemrosesan terhadap data baru.

(41)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan memilih

perguruan tinggi swasta jurusan komputer dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), yang diharapkan dapat memberikan informasi perguruan tinggi swasta dan dapat menyelesaikan permasalahan dalam pemilihan perguruan tinggi swasta jurusan komputer di Yogyakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat membantu dengan memberikan pertimbangan, mempermudah dan mempercepat proses penentuan suatu alternatif/keputusan terbaik dari berbagai alternatif keputusan yang ada.

1.6 Metodologi Pengembangan Sistem

Metodologi yang dilakukan dalam pengembangan sistem atau pembangunan perangkat lunak yaitu metode Waterfall (siklus air terjun). Model ini juga dikenal dengan nama ”classic life code” (Pressman, 2002).

Tahapan dalam metode waterfall atau siklus air terjun adalah : 1. Rekayasa dan pemodelan sistem.

(42)

4.1 Perangkat Keras Yang Digunakan

Perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan sistem ini adalah perangkat komputer dengan spesifikasi sebagai berikut :

Processor : Pentium IV 2.4 GHz Memory : 512 Mb DDR

Vga Card : ATI Radeon 9550 Harddisk : 1 Tb

Perangkat keras minimum yang dapat digunakan untuk menjalankan apilkasi ini adalah sebagai berikut :

Processor : AMD Athlon XP atau Intel Pentium III Memory : 128 Mb

Vga Card : 8Mb dengan resolusi 1024 x 768 Harddisk : 20Gb

4.2 Pembahasan Aplikasi Program

Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi program komponen yang dibutuhkan program, proses – proses pada masing –masing scene program dan penulisan source code. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Komputer di Yogyakarta mempunya 14 antarmuka utama, yaitu :

4.2.1 Halaman Utama Sistem Ini

(43)

Gambar 4.1 Halaman Home

4.2.2 Halaman Pendaftaran Anggota

Halaman pendaftara anggota ini digunakan untuk melakukan proses pendaftaran bagi pengguna sistem yang ingin melakukan proses pemilihan perguruan tinggi. Tampilan pada halaman pendaftaran anggota dapat di lihat pada gambar 4.2.

4.2.3 Halaman Login Anggota

(44)

4.2.4 Halaman Info Perguruan Tinggi

Halaman infor perguruan tinggi ini hanya dapat di lihat oleh anggota yang telah berhasil login ke dalam sistem ini, dimana data – data seputar perguruan tinggi yang akan di pilih ada pada halaman ini. Tampilan pada halaman info perguruan tinggi dapat di lihat pada gambar 4.4.

4.2.5 Halaman Info Anggota

Halaman info anggota ini hanya dapat di lihat oleh anggota yang telah berhasil login ke dalam sistem ini dan data anggota tersebut yang akan di tampilkan pada system ini. Tampilan pada halaman info anggota dapat di lihat pada gambar 4.5.

(45)

Halaman ubah profil anggota ini hanya dapat di lihat oleh anggota yang telah berhasil login ke dalam sistem ini dan akan melakukan proses perubahan data anggota tersebut, seperti nama, jenis kelamin, pekerjaan, alamat dan email. Tampilan pada halaman ubah profil anggota dapat di lihat pada gambar 4.6.

4.2.7 Halaman Ganti Password Anggota

Halaman ganti password anggota ini digunakan untuk merubah password login anggota dan hanya dapat diganti oleh anggota yang berhasil login ke dalam sistem dan hanya merubah password anggota tersebut. Tampilan pada halaman ganti password anggota dapat di lihat pada gambar 4.7.

4.2.8 Halaman Perbandingan Kriteria

(46)

4.2.9 Halaman Hasil Perhitungan

(47)

4.2.10 Halaman Login Administrator

Halaman login administrator digunakan untuk proses login admin yang akan melakukan pengolahan data pada sistem ini. Tampilan pada halaman login admin dapat di lihat pada gambar 4.10.

4.2.11 Halaman Home Administrator

Halaman home administrator digunakan untuk halaman utama administrator yang berhasil login ke dalam sistem ini. Tampilan pada halaman home admin dapat di lihat pada gambar 4.11.

4.2.12 Halaman Data Perguruan Tinggi

(48)

4.2.13 Halaman Data Kriteria Pilihan

Halaman data kriteria pilihan digunakan untuk menampilkan seluruh data kriteria pilihan yang ada pada sistem ini dan akan dijadikan pertimbangan dalam kriteri pemilihan perguruan tinggi. Tampilan pada halaman data kriteria pilihan dapat di lihat pada gambar 4.13.

(49)

Gambar

tabel 6.
Tabel 1. 1 Parameter atau Kriteria yang Digunakan Dalam Pemilihan
Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan
Gambar 2.  Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Utama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menu Penentuan Nilai Keputusan, Setelah mendapat nilai prioritas masing-masing nasabah tiap kriteria, maka langkah terakhir yang harus dilakukan untuk mendapatkan

Karena itu kerap kali proses penjadwalan kuliah untuk suatu perguruan tinggi memakan waktu yang sangat lama sehingga mahasiswa kesulitan dalam menentukan

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa langkah untuk melakukan proses seleksi telah sesuai dengan langkah seleksi menggunakan buku Evaluasi Lahan yang

2) Pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat Perguruan Tinggi dilaksanakan oleh panitia yang dibentuk dan disahkan oleh pimpinan Perguruan Tinggi yang bersangkutan, sedangkan di

Proses II yaitu menginputkan data Mahasiswa beserta data nilai Mahasiswa, Proses III Perhitungan Nilai dengan bobot masing-masing kriteria dan Proses Perhitungan

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta merupakan sebuah sistem yang dapat menentukan perguruan tinggi mana yang akan di pilih oleh calon

Metode SAW Simple Additive Weighting dapat digunakan untuk memecahkan masalah pemilihan jurusan pada perguruan tinggi dengan perhitungan metode tersebut didapatkan bahwa kriteria yang

Penelitian lainnya menyebutkan metode moora sangat membantu dalam proses pemilihan fotografer terbaik, dimana dalam pemilihan ini terdapat satu kandidat yang dinyatakan memenuhi