• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM ZAKAT PERBANKAN SEBAGAI BADAN HUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM ZAKAT PERBANKAN SEBAGAI BADAN HUKU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

HUKUM ZAKAT PERBANKAN

SEBAGAI BADAN HUKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Fiqih Kontemporer

Dosen Pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Oleh:

Nurul Khasanah

NPM.

141270510

Kelas A

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) METRO

(2)

NAMA: NURUL KHASANAH

NPM

:141270510

A. PENDAHULUAN

Zakat merupakan salah satu praktek ibadah dari rukun Islam. Selain itu zakat

merupakan bentuk ajaran yang menuntut umat Islam untuk senantisa peduli

terhadap nasib saudara-saudaranya yang mengalami kesusahan dalam hal

ekonomi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka pemasyarakatkan ibadah zakat

yang dituntunkan oleh Syariah Islam perlu ditingkatkan.

Pemberdayaan ekonomi Umat Islam melalui pelaksanaan ibadah zakat

masih banyak menemui hambatan yang bersumber terutama dari kalangan

Ummat Islam itu sendiri. Kesadaran pelaksanaan zakat di kalangan Umat Islam

masih belum diikuti dengan tingkat pemahaman yang memadai tentang ibadah

yang satu ini, khususnya jika diperbandingkan dengan ibadah wajib lainnya

seperti sholat dan puasa. Kurangnya pemahaman tentang jenis harta yang waib

zakat dan mekanisme pembayaran yang dituntunkan oleh syariah Islam

menyebabkan pelaksanaan ibadah zakat menjadi sangat tergantung pada

masing-masing individu. Hal tersebut pada gilirannya mempengaruhi

perkembangan institusi zakat, yang seharusnya memegang peranan penting

dalam pembudayaan ibadah zakat secara kolektif agar pelaksanaan ibadah harta

ini menjadi lebih efektif dan efisien.

Seiring dengan perkembangan pola kegiatan ekonomi saat ini terdapat

berbagai permasalahan seputar hukum zakat utamanya terdapat ketentuan harta

kekayaan yang wajib untuk di zakati. Pada umumnya ulama-ulama salaf sesuai

dengan nash yang ada mengategorikan bahwa harta yang kena zakat yaitu

binatang ternak, emas dan perak, barang dagangan, harta galian, dan yang

terakhir adalah hasil pertanian. Namun demikian, para ulama salaf berbeda

pendapat tentang kewajiban zakat selain dari yang telah disebutkan tersebut,

sebagian mewajibkan dan sebagian yang lain tidak mewajibkan. Ibnu Hazm

mengatakan bahwa tidak wajib zakat kecuali pada delapan macam harta, yaitu

emas, perak, gandum, sya’ir, korma unta, lembu, kambing dan biri-biri.

Permasalahan zakat yang sangat kompleks, membutuhkan dasar hukum dan

(3)

dizakati, sistem perhitungan dengan ketentuan harta yang harus dizakati, sistem

perhitungan dan golongan-golongan yang berhak mendapatkannya. Dan

(4)

B. KONSEP DASAR ZAKAT

1. Definisi Zakat

Zakat menurut bahasa, berarti nama’ berarti kesuburan, thaharah berarti

kesucin, barakah berarti keberkatan dan berarti juga tazkiyah tathhir yang artinya mensucikan. Syara’ memakai kata tersebut untuk kedua arti ini.

Pertama, dengan zakat diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala. Karenanya dinamakanlah “harta yang dikeluarkan itu” dengan zakat. Kedua,

zakat merupakan suatu kenyataan jiwa yang suci dari kikir dan dosa.1

Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah

harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah

untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan

persyaratan tertentu pula.2 Selain itu menurut istilah fiqih, zakat adalah shodaqoh yang sifatnya wajib, berdasarkan ketentuan nishab dan haul dan

diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya, yakni 8 ashnaf.3

Istilah zakat secara syari’at adalah Al-Quran dan As-Sunnah kadang

menggunakan kalimat “shadaqah”. Dalam hal ini menurut Imam Mawardi

dikutip oleh Muhammad Hasbi, mengungkapkan, “kalimat shadaqah kadang

yang dimaksud yaitu zakat, dan zakat yang dimaksud adalah shadaqah, dua

kata yang berbeda akan tetapi memiliki makna substansi yang sama”. Hanya

saja ‘urf telah mengurangi nilai kata shadaqah sebab dipergunakan untuk pemberian yang diberikan kepada peminta-minta. Sesungguhnya kata

shadaqah itu melambangkan kebenaran iman dan melambangkan pula

bahwa orang yang member shadaqah itu membenarkan adanya hari

pembalasan.4Pernyataan tersebut diperkuat dengan firman Allah SWT;5



M. Hasbi ash-Shiddieqy,Pedoman Zakat,(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 3

2

Didin Hafidhuddin,Zakat Infaq Sedekah,(Jakarta: Gema Insani Perss, 2004), h. 13 3M. Darmawan Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF), 1999), h. 475

4Aristoni dan Junaidi Abdullah, “Reformulasi Harta Sebagai Sumber Zakat dalam perspektif ulama kontemporer” dalam Jurnal Ziswaf, Vol. 2, No. 2, Desember 2015, h. 299

5

(5)

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. At-Taubah 9 : 103).

Zakat adalah salah satu rukun yang memiliki muatan sosial ekonomi dari

lima rukun Islam yang ada. Sesorang dianggap telah sah sebagai pemeluk

umat Islam jika ia telah menunaikan zakat disamping juga berikrar tauhid

(syahadat) dan juga shalat. Zakat ditinjau dari sisi bahasa merupakan kata

dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik.

Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka,

berarti orang itu baik. Menurut lisan Arab sebagaimana dikutip oleh

al-Qardhawi dalam bukunya Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat “Hukum

Zakat” ditinjau dari sisi bahasa berarti adalah suci, tumbuh, berkah, dan

terpuji. Semua makna tersebut digunakan di dalam al-Qur’an dan Hadis.

Tetapi yang terkuat menurut Wahidi dan lain-lain, kata dasar zaka berarti

bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan tanaman itu zaka, berarti

tanaman itu tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zaka

artinya bertambah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat maka kata zaka di

sini berarti bersih. Bila seseorang diberi sifat zaka dalam arti baik, maka

berarti orang itu lebih banyak mempunyai sifat yang baik. Seorang itu disebut

zaki, berarti orang tersebut memiliki lebih banyak sifat-sifat orang baik, dan

kalimat hakim-zaka-saksi berarti hakim menyatakan jumlah saksi-saksi

diperbanyak (Qardawi,2011: 34).6

Imam An-Nawai mengatakan bahwa zakat mengandung makna

kesuburan. Kata zakat dipakai untuk dua arti yaitu subur dan suci. Ibnul

‘Arabi mengatakan bahwa zakat digunakan untuk sedekah yang wajib,

sedekah sunat, nafakah, kemaafan dan kebenaran. Abu Muhammad Ibnu

Qutaibah mengatakan bahwa lafadh zakat diambil dari kata zakah yang

berarti nama’ atau kesuburan dan penambahan. Harta yang dikeluarkan

disebut zakat karena menjadi sebab bagi kesuburan harta (Ash-Shiddiqy,

2006: 5).7

6Abdul Karim. “Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat” dalam ZISWAF. Vol. 2, No. 1, Juni 2015. (2-22). h. 2.

(6)

Sedangkan zakat dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak, disamping

berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Jumlah yang dikeluarkan

dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu, menambah

banyak, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.

Sebagaimana imam Nawawi mengutip pendapatnya imam Wahidi yang

dikutip oleh Yusuf Qardawi dalam kitab “Hukum Zakat”. Zakat adalah bagian

dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada

pemiliknya (muzakki), untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya

(mustahik) dengan persyaratan tertentu pula. Zakat merupakan ibadah

maliyah ijtima’iyyah yang artinya merupakan ibadah di bidang harta yang

memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membangun masyarakat.

Karena itu, di dalam Al-Qur’an dan Hadist, banyak perintah untuk berzakat,

sekaligus pujian bagi yang melakukannya. Di samping itu ada beberapa

definisi terminologis (istilah) zakat oleh para ulama sebagai berikut :8 a. Menurut Hanafi

Mereka mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta

tertentu untuk orangb tertentu, yang ditentukan oleh syari’ah karena

Allah.

b. Mazhab Syafi’

Mereka mendefinisikan zakat sebagai sebuah ungkapan keluarnya

harta sesuai dengan cara khusus.

c. Mazhab Hanbali

Zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus

untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang diisyaratkan

dalam Al-Qur’an.

Menurut beberapa pandangan ulama lainnya menjelaskan bahwa:

a. Imam Asy-Syaukani

Zakat adalah memberi suatu bagian dari harta yang sudah sampai

nishab kepada orang fakir dan sebagainya, yang tidak berhalangan

syara’ sebagai penerima.

b. Imam Nawawi

(7)

Zakat adalah “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT

diserahkan kepada orang-orang yang berhak”, di samping berarti

“mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.” Jumlah yang dikeluarkan

dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu

menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan

itu dari kebinasaan.

c. Imam Al-Mawardi

Zakat adalah sebutan untuk pengambilan tertentu dari harta yang

tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada

golongan tertentu.

Para pemikir ekonomi Islam kontemporer mendefinisikan zakat sebagai

harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang, kepada

masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat, tanpa mendapat

imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan

pemilik harta, yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan delapan

golongan yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an serta untuk memenuhi

tuntutan politik bagi keuangan Islam.9

2. Dasar Hukum Zakat

a. Al-Qur’an

Adapun dasar hukum dan dalil Al-Qur’an-nya diperoleh melalui

beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, di antaranya firman Allah SWT

(8)

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

b. Hadis

Sedangkan landasan dari hadis yaitu ketika Rasulullah saw.

mengutus Mua’adz bin Jabal ke Yaman, beliau memberikan wejangan

beberapa hal termasuk di antaranya zakat yang wajib ditunaikan jika

penduduk di sana telah masuk Islam. Beliau bersabda (al-Asqalani,

2007: 2):12

Artinya:

Dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW. mengutus Mu’adz RA ke Yaman seraya bersabda, “Serulah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mentaatinya, maka beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu setiap hari dan malam. Apabila mereka menaatinya, maka beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka sedekah dalam harta mereka yang diambil dari orang- orang kaya diantara mereka lalu diberikan kepada orang- orang miskin mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas menjelaskan bahwa, Rasulullah saw. mengutus

Mua’adz ke Yaman untuk memberitahukan bahwa tidak ada Tuhan

selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Setelah mereka

menyakininya, maka suruhlah mereka mengerjakan shalat lima waktu

sehari semalam. Dan setelah itu dikerjakan, maka Allah mewajibkan

12

(9)

atas mereka untuk membayar zakat dari harta mereka yang diambil

dari orangorang kaya untuk diberikan kepada orang- orang yang

miskin yang membutuhkan di antara mereka.13

c. Undang-undang

Hukum zakat juga dijelaskan dalam undang-undang terbaru

nomor 23 tahun 2011 tentang zakat, yang berbunyi:14 1) Pasal 1 ayat 2

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seseorang muslim

atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya sesuai dengan syariat islam, dan setiap warga

Negara Indonesia yang beragam islam dan mampu atau badan

usaha yang dimiliki oleh seseorang muslim berkewajiban

menunaikan zakat. Jika ada muslim yang enggan mengeluarkan

zakatnya, tetapi tidak mengingkari wajibnya zakat, maka dia

berdosa dan dikenai hukuman. Sanksi yang diterima muslim

tersebut adalah diambil hartanya secara paksa dan melebihi batas

kadar zakatnya, selagi muslim tersebut tidak menutupinya atau

tidak tahu atau tidak mengingkarinya.

2) Pasal 2

Pengelolaan zakat berdasarkan:

a) Syariat Islam;

b) Amanah;

c) Kemanfaatan;

d) Keadilan;

e) Kepastian hukum;

f) Terintegrasi; dan

g) Akuntabilitas.

3. Rukun dan Syarat Zakat

a. Rukun Zakat

13

Ibid.h. 4.

14

(10)

Adapun yang termasuk rukun zakat adalah:

1) Pelepasan atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang

dikenakan wajib zakat.

2) Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai

harta kepada orang yang bertugas atau orang yang mengurusi

zakat (amil zakat).

3) Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat

sebagai milik.

b. Syarat Zakat

Untuk membatasi pengertian syarat, penyusun berpegang pada

makna syarat yang berarti: hal-hal atau sesuatu yang ada atau tidak

adanya hukum tergantung ada dan tidak adanya sesuatu itu.15 Dari pengertian tersebut, syarat dalam zakat ada dua, yaitu:

1) Syarat zakat yang berhubungan dengan subyek atau pelaku

(muzakki : orang yang terkena wajib zakat) adalah Islam, merdeka, baliq dan berakal.

2) Syarat-syarat yang berhubungan dengan jenis harta (sebagai

obyek zakat)

Mengenai jenis harta (kekayaan) yang menjadi obyek zakat

secara umum telah disebutkan dalam al-Quran, kemudian

diperincikan dan diperjelas dalam hadis-hadis nabi, menyangkut pada

kelompok harta, namun macam-macam jenis harta tersebut, tidak

sebagai pembatasan yang mutlak dan bersifat mati, akan tetapi

additionalyaitu sesuai dengan waktu itu.16

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pada prinsipnya jenis

(macam-macam) harta yang menjadi obyek zakat adalah harta yang

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:17 a) Milik penuh

Artinya penuhnya pemilikan, maksudnya kekayaam itu harus

berada dalam control dan dalam kekuasaan yang punya,

15

Abdul Wahab Khallaf,Ilmu Usul Fiqh,penerj. Iskandar al-Barsany, cet. Ke-3, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), h. 185.

16 Ibid. 17

(11)

(tidak bersangkut di dalamnya hak orang lain), baik kekuasaan

pendapatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.

b) Berkembang

Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan

sunatullah maupun bertambah karena ikhtiar manusia. Makna berkembang di sini mengandung maksud bahwa sifat

kekayaan itu dapat mendatangkan income¸ keuntungan atau pendapatan. Dengan begitu nampak jelas bahwa jenis atau

macam-macam harta (kekayaan) tidak hanya yang dijelaskan

dalam hadis nabi, melainkan pada harta yang mempunyai

potensi dapat dikembangkan atau berkembang dengan

sendirinya.

c) Mencapai nisab

Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan

zakatnya. Contoh: nisab ternak unta adalah lima ekor dengan

kadar zakat seekor kambing. Sehingga apabila jumlah unta

kurang dari lima ekor maka belum wajib dikeluarkan zakatnya.

d) Lebih dari kebutuhan pokok

Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu melebihi

kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya

untuk hidup wajar sebagai manusia.

e) Bebas dari hutang

Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih dari

hutang, baik hutang kepada Allah (nazar atau wasiat) meupun

hutang kepada sesame manusia.

f) Berlaku setahun

Suatu milik dikatakan genap setahun menurut al-Jazaili dalam

kitabnya Tanyinda al-Haqa’iq syarh Kanzu Daqa’iq,yakni genap satu tahun dimiliki.18

18

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. “Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat” dalam ZISWAF. Vol. 2, No. 1, Juni 2015. (2-22).

Abdul Wahab Khallaf, 1993.Ilmu Usul Fiqh,penerj. Iskandar al-Barsany, cet. Ke-3. Jakarta: Rajawali Press.

Al QS. At-Taubah (9): 103.

Aristoni dan Junaidi Abdullah, “Reformulasi Harta Sebagai Sumber Zakat dalam perspektif ulama kontemporer” dalam Jurnal Ziswaf, Vol. 2, No. 2, Desember 2015.

Didin Hafidhuddin. 2004.Zakat Infaq Sedekah.Jakarta: Gema Insani Perss. M. Darmawan Rahardjo. 1999. Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi.

Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF).

M. Hasbi ash-Shiddieqy. 2009. Pedoman Zakat. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Syauqi Isma’il Syahatin. 1986. Penerapan Zakat di Dunia Modern. Jakarta: Pustaka Dian Antar Kota.

Referensi

Dokumen terkait

“Ajaklah mereka kepada syahadat, bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah, jika mereka telah mematuhimu dalam hal itu, maka

Memilih dan memilah kompetensi yang relevan Menetapkan materi yang kontekstual Merancang Sistem Penilaian yang otentik Menjalin Kerjasama dengan Orang Tua/ Masyarakat

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan, saran, dan sumbangan pemikiran kepada penulis selama menjadi mahasiswa,

Melalui pendidikan bahasa dan sastra yang didukung dengan program pengarakteran, peserta didik dapat menjadi manusia yang cerdas, berkarakter, beradab, dan

8 SmartWealth Equity Liquiflex LQ45 Fund 9 Smartlink Rupiah Balanced Plus Fund 10 Smartlink Rupiah Balanced Fund 11 Smartlink Dollar Managed Fund. 12 Smartlink Guardia

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan

Nahl ayat 125, yang artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

tidak shanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulis. Peneliti saat ini melakukan penelitian dengan