SKRIPSI
H A D I
P EN EN TUAN KON SEN TR ASI EFEKTI F IN V I TR O
SEN YAW A BUTI L M ETOKSI D I BEN Z OI LM ETAN D ALAM
SEDI AAN GEL KAR BOM ER SEBAGAI TABI R SUR YA
M I L I S
PER ST A K A A N UN I V bK i i i l AS A i i ^ A N O G A ’
S U R A b A Y a ____
t
PENENTUAN KONSENTRASI EFEKTIF IN VITRO SENYAWA BUTIL METOKSIDIBENZOILMETAN DALAM
SEDIAAN GEL KARBOMER SEBAGAI TABIR SURYA
SKRIPSI
DIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT MENCAPA1 GELAR SARJANA FARMASI PADA FAKULTAS FARMASI
UNIVERS ITAS AIRLANGGA 1991
oleh :
HAD I 058610806
Disetujui oleh pembimbing :
DR. WIDJI SOERATRI Pembimbing Utama
KATA PENGAHTAR
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkat yang d i 1 impahkan selama saya mengikuti
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, se-
hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Perkembangan ilmu dalam dunia ke£armasian telah se-
demikian pesatnya. Sehubungan dengan pengaruh yang meru-
gikan dari sinar surya seperti : eritema, pigmentasi dan
kanker kulit telah ditemukan senyawa-senyawa baru yang
berperan dalam mencegah mencegah pengaruh buruk sinar
surya tersebut . Penelitian ini bertujuan untuk menyeli-
diki sejauh roana efektifivitas Butil metoksidibenzoil-
metan sebagai tabir surya secara in vitro.
Atas selesainya skripsi ini, dengan penuh rasa hor-
mat saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada :
1. Almamater Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang
telah memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar
2. Ibu DR. Widji Soeratri dan Bapak Drs. Soebahagiono,
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi
saran dan semangat serta dorongan moral yang sangat
berhacga dalam penyelesaian skripsi ini dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan.
3. Bapak Ketua Jurusan Farmasetika Pakultas Farmasi
Universitas Airlangga dan Kepala Laboratorium
Preskripsi-Formulasi Jurusan Farmasetika serta segenap
staf pengajar dan karyawan Jurusan Farmasetika yang
telah memberikan fasilitas yang kami pergunakan untuk
melakukan penelitian dan bantuan tenaga serta pikiran
hingga selesainya penelitian ini.
4. PT. Roi Surya Prima Farma dan PT Surya Dermato Medica
Laboratories, yang telah membantu menyediakan bahan-
bahan untuk penelitian ini.
5. Bapak dan ibu Dosen yang telah mengajarkan ilmunya
melalui kuliah dan praktika.
6. Keluarga, teman-teman dan rekan-rekan mahasiswa serta
pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, yang turut memberikan dorongan dan bantuan
dalam melaksanakan penelitian ini.
Semoga TUHAN Yang Mahakuasa melimpahkan rahmatNya atas
segala budi baik yang telah diberikan.
Disadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna maka
hati dan harapan saya seraoga tulisan ini berguna demi
perkembangan dan kemajuan Ilmu Farinasi pada khususnya
secta semoga bermanfaat pula bagi ilmu pengetahuan pada
umumnya.
Surabaya, Juli 1991
DAFTAR I SI
BAB halaman
KATA PENGANTAR . . '...iii
DAFTAR I S I ... vi
DAFTAR TABEL ... x
*
DAFTAR GAHBAR ... xivDAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I PENDAHULUAN ... 1
1. Latar belakang masalah ... 1
2. Tujuan penelitian ... 3
II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
1. Sinar surya ... 4
2. Pengaruh sinar surya terhadap kulit ... 5
2.1. Reaksi terbakar surya (sunburn) . . . . 6
2.2. Reaksi pigmentasi (tanning) . . . 8
3. Mekanisme perlindungan kulit terhadap sinar s u r y a ... 9
4. Sediaan kosmetik tabir surya ... 11
4.1. Bahan aktif tabir surya dan cara kerja- n y a ... 11
4.2. Basis ( p e m b a w a ) ... 12
4.3. Formula terpilih ... 14
• 4.3.2. Bahan aktif ... .. 14
4.4. Evaluasi efektivitas sediaan kosmetik tabir s u r y a ... 16
4.4.1. Penentuan % transmisi eritema dan % transmisi pigmentasi ... .. 16
4.4.2. Penentuan nilai faktor pelindung s u r y a ... 22
III METODOLOGI PENELITIAN ... .. 29
1. B a h a n - b a h a n ...29
2. A l a t - a l a t ... 30
3. Uji kualitatif bahan aktif ... ..30
4. Pembuatan sediaan tabir surya ... ..31
4.1. Pembuatan basis g e l ... 32
4.2. Pembuatan sediaan gel tabir surya . . . 32
4.3. Karakteristik sediaan ... ..32
5. Penentuan efektivitas sediaan tabir surya . . 34
5.1. Efektivitas sediaan berdasarkan % trans misi eritema dan % transmisi pigmentasi 35 5.1.1. Pembuatan kurva serapan ... ..35
5.1.2. Pengolahan data ... ..36
5.1.3. Penilaian efektivitas ... ..38
5.2. Efektivitas sediaan berdasarkan nilai faktor pelindung surya ... ..39
5.2.2. Pengolahan data . ... 40
5.2.3. Penilaian efektivitas ... ..41
IV HASIL PENELITIAN ... ..42
1. Hasil uji kualitatif bahan aktif . . . 42
2. Kasil karakterisasi sediaan ... ..45
3. Hasil pengukuran kadar dsn homogenitas se diaan ... 46
3.1. Penentuan panjang gelombang maksimum . . 46
3.2. Pembuatan kurva b a k u ... 49
3.3. Homogenitas kadar bahan aktif dalam se diaan g e l ...50
4. Hasil penentuan efektivitas sediaan tabiz s u r y a ... 52
4.1. Efektivitas sediaan berdasarkan % trans misi eritema dan % transmisi pigmentasi 52 4.2. Efektivitas sediaan berdasarkan nilai faktor pelindung surya ..65
V P E M B A H A S A N ... ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 9 2
DAFTAR TABEL
Faktor efektivitas eritema dan fluks eritema pada panjang gelombang 290 - 320 nm . . . . 18
Faktor efektivitas pigmentasi dan fluks pig mentasi pada panjang gelombang 290 - 375 nm 20
Formula sediaan tabir surya yang mengandung butil metoksidibenzoilmetan ... 32
Kategori sediaan tabir surya berdasarkan nilai F P S ... 41
Nilai serapan butil metoksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol absolut pada berbagai panjang gelombang dengan konsentrasi 8,16 mcg/1 dan 10,2 m c g / 1 ... .. 43
Karakter sediaan gel butil metoksidibenzoil metan ... 45
Nilai serapan larutan butil metoksidibenzo ilmetan dalam pelarut etanol 90 % dengan berbagai kadar pada rentang panjang gelom bang 354 - 362 n m ... 47
Nilai serapan larutan butil metoksidibenzo ilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 358 n m ... 49
Kadar butil metoksidibenzoilmetan dalam ma- sing-masing sediaan ... 51
Hasil pengamatan nilai serapan basis gel dalam pelarut isopropanol pada panjang ge lombang 292, 5 - 375, 5 n m ...53
XII
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 0,45 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut isopropa- nol pada panjang gelombang 292,5 - 375,5 nm 54
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 0,95 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut isopropa- nol pada panjang gelombang 292,5 - 375,5 nm 55
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 1,11 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut isopropa- nol pada panjang gelombang 292,5 - 375,5 nm 56
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 1,37 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut isopropa- nol pada panjang gelombang 292,5 - 375,5 nm 57
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 1,59 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut isopropa- nol pada panjang gelombang 292,5 - 375,5 nm 58
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 2,13 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut isopropa- nol pada panjang gelombang 292,5 - 375,5 nm 59
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 2,99 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut isopropa- nol pada panjang gelombang 292,5 - 375,5 nm 60
XIX
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 0,45 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 290 - 320 nm . . 67
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 0,95 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 290 - 320 nm . . 68
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 1,11 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 290 - 320 nm . . 69
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 1,37 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 290 - 320 nm . . 70
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 1,59 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 290 - 320 nm . . 71
Hasil pengamatan nilai serapan sediaan gel tabir surya yang mengandung 2,13 % butil me toksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 290 - 320 nm . . 72
XXVII Nilai serapan dan perhitungan nilai faktor pelindung surya sediaan tabir surya yang mengandung butil metoksidibenzoilmetan pada rentang panjang gelombang 290 - 320 nm . . . 75
XXVIII Hasil perhitungan nilai faktor pelindung surya sediaan gel tabir surya yang mengan dung butil metoksidibenzoilmetan dengan ber bagai k o n s e n t r a s i ... 7G
DAFTAR GAMBAR
Kurva nilai serapan dan panjang gelombang butil metoksidibenzoilmetan dalam pelarut eta- nol a b s o l u t ...44
Kurva nilai serapan terhadap panjang gelombang dari larutan butil metoksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % ... 48
Kurva nilai serapan versus konsentrasi larutan butil metoksidibenzoilmetan pada panjang ge
lombang 3 58 n m ... .. 50
Kurva serapan 1 g/1 sediaan gel butil metoksi dibenzoilmetan pada berbagai konsentrasi dalam pelarut isopropanol ... 61
Kurva hubungan % transmisi eritema dan konsen trasi butil metoksidibenzoilmetan (%) dalam basis g e l ... 63
Kurva hubungan % transmisi pigmentasi dan konsentrasi butil metoksidibenzoilmetan (%) dalam basis g e l ...64
Kurva serapan 1 g/1 sediaan gel butil metoksi dibenzoilmetan pada berbagai konsentrasi dalam pelarut etanol 90 % ... 74
Kurva hubungan nilai faktor pelindung surya transmisi pigmentasi dan konsentrasi butil metoksidibenzoilmetan (%) dalam basis gel . . 77
DAFTAR LAMPIRAN
1. Contoh perhitungan nilai % transmisi eritema
dan % transmisi pigmentasi sediaan tabir surya 96
2. Contoh perhitungan nilai faktor pelindung surya
( F P S ) ... 100
3. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi basis g e l ... 103
4. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi sediaan gel tabir surya yang mengan
dung butil metoksidibenzoilmetan dengan kadar
0,45 % ... 104
5. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi sediaan gel tabir surya yang mengan
dung butil metoksidibenzoilmetan dengan kadar
0,95 % ... 105
6. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi sediaan gel tabir surya yang mengan
dung butil metoksidibenzoilmetan dengan kadar
1,11 % ... 106
7. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi sediaan gel tabir surya yang mengan
dung butil metoksidibenzoilmetan dengan kadar
1,37 % ... 107
8. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi sediaan gel tabir surya yang mengan
dung butil metoksidibenzoilmetan dengan kadar
1,59 % ... 108
9. Perhitungan % transmisi eritema dan ^ transmisi
pigmentasi sediaan gel tabir surya yang mengan
dung butil metoksidibenzoilmetan dengan kadar
2,13 % ... 109
10. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi sediaan gel tabir surya yang mengan
dung butil metoksidibenzoilmetan dengan kadar
2,99 % ... 110
11. Nilai serapan sediaan gel tabir surya yang
mengandung 1,11 % butil metoksidibenzoilmetan
dalam isopropanol pada panjang gelombang 290 -
400 n m ... Ill
12. Harga koefisien korelasi pada derajat keperca
yaan 1 % dan 5 % ... 112
"UNlVc.Ai i 1 AS ; ^i-ANCK; A
I
s
UJL a ^ A Y ABAB I
P E N D A H U L U A N
1. Latar belakang masalah
Indonesia merupakan negara tropis yang menerima
sinar surya sepanjang tahun. Sinar surya merupakan
sumber energi bagi kelangsungan hidup semua makluk di
bumi dan berguna bagi kesehatan antara lain untuk men-
cegah timbulnya penyakit rakhitis melalui pembentukan
vitamin D dari provitamin D (1,2,3).
Di samping manfaat yang begitu besar, sinar surya
dapat menyebabkan kerugian akibat pancaran radiasinya.
Hal tersebut terutama karena sinar lembayung ultra
yang menyebabkan kelainan pada kulit misalnya terjadi-
nya eritema dan pigmentasi bahkan dapat menimbulkan
kanj.s* (12,3,4,5,6).
Kerusakan yang ditimbulkan sangat bervariasi ter-
gantung beberapa faktor antara lain : lama dan fre-
kuensi penyinaran, kuat atau lemahnya intensitas sinar
surya, luas permukaan yang terkena sinar surya dan
sensitivitas masjng-masing individu terhadap sinar
surya (1,2).
Efek negatif sinar lembayung ultra tersebut dapat
yang tidak terlindung. Kontak dengan sinar surya yang
berlebihan dapat mengakibatkan "sunburn" yang kemudian
dilkuti dengan timbulnya bercak-bercak kehitaman pada
kulit. Sedang kontak yang lebih lama akan menimbulkan
reaksi yang lebih hebat yaitu gatal-gatal pada kulit,
rasa mual disertai badan gemetar. Kontak yang terus
menerus tanpa pelindung dapat menyebabkan kerusakan
jaringan kolagen, serta menyebabkan turunnya kadar air
yang ada pada epidermis kulit. Sedang pada penyinaran
lebih dari satu tahun dan setiap harinya rata-rata se-
lama empat jam dapat mengakibatkan kanker kulit (1,2,
3) .
Secara normal kulit mempunyai mekanisme pertahan-
an terhadap efek yang merugikan dari sinar surya, na-
mun pada penyinaran atau kontak dengan sinar surya
yang berlebihan, jaringan epidermis kulit tidak cukup
mampu untuk melawan efek negatif yang ditimbulkan oleh
sinar surya. Pertahanan yang dihasilkan oleh jaringan
epidermis antara lain adalah dengan penebalan stratum
corneum, pengeluaran keringat dan pembentukan melanin.
Oleh karena kulit tidak cukup mampu melawan efek nega
tif tersebut, maka diperlukan perlindungan buatan, ba-
ik perlindungan fisik maupun kimia, misalnya dengan
memakai sediaan kosmetik yang dibuat untuk tujuan per-
lindungan terhadap sinar surya (1,3,8,9).
surya antara lain ZnO, Ti02/ turunan PABA, turunan
asam sinamat, Butil Metoksidibenzoilmetan dan lain-la-
in yang dapat dibuat dalam bermacam-macam sediaan mi-
salnya : lotion, gel, krim, aerosol dan lain-lain (2,
9,10).
Efektifitas sediaan tabir surya dapat dinyatakan
dengan nilai % transmisi eritema dan % transmisi pig-
mentasi ataupun penentuan "sun protecting factor"
(SPF) yang disebut juga faktor pelindung surya yang
dapat ditentukan baik secara in vivo maupun in vitro
(1 1 ) .
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat penting-
nya pemakaian bahan tabir surya dalam usaha untuk me-
ngurangi pengaruh merugikan sinar surya, maka pada pe-
nelitian ini akan ditentukan efektivitas butil metok
sidibenzoilmetan dalam suatu basis gel secara in
vitro.
2. Tujuan Penelitian
Menentukan konsentrasi efektif butil metoksidi-
benzoilmetan sebagai tabir surya secara in vitro d e
ngan penentuan nilai % transmisi eritema dan % trans
misi pigmentasi serta nilai faktor pelindung surya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sinar surya
Matahari secara terus-menerus memancarkan radiasi
elektromagnetik pada rentang spektrum sinar gamma, si
nar X, sinar lembayung ultra, sinar tampak dan sinar
merah infra sampai gelombang radio atau dari IO-1 sam
pai IO1* A (1,4) .
Energi radiasi yang dipancaxkan oleh matahari ku-
rang lebih hanya 7,15 % yang diteruskan oleh lapisan
atmosfir sampai ke permukaan bumi, sedang bagian yang
lain diserap oleh oksigen, ozon, uap air dan CC^ (1).
Radiasi sinar surya (matahari) memancar dengan kece-
patan konstan, sedang intensitasnya berubah-ubah ter-
gantung pada: waktu, musim, letak geografis dan ke-
tinggian tempat serta banyaknya debu atau asap di
udara (1,2,3).
Efek sinar surya yang merugikan terutama karena
efek dari sinar lembayung ultra. Sinar lembayung ultra
mempunyai tiga bagian yaitu :(4,10,11)
- UV-A dengan panjang gelombang 400 nm - 320 nm.
- UV-B dengan panjang gelombang 320 nm - 280 nm.
- UV-C dengan panjang gelombang kurang dari 280 nm.
2. Pengaruh sinar surya terhadap kulit
Selain sebagai sumber energi, sinar surya dapat
mencegah timbulnya penyakit rakhitis, tetapi juga me
nyebabkan kerugian yaitu eritema, warna gelap pada ku
lit dan kanker, yang kesemuanya itu disebabkan oleh
sinar lembayung ultra. Efek tersebut bervariasi ter-
gantung pada : lama dan frekuensi penyinaran, intensi-
tas sinar surya, luas permukaan yang terkena sinar dan
sensitivitas masing-masing individu terhadap sinar
surya (2,9).
Berdasarkan efek fisiologis dan panjang gelom-
bangnya, sinar lembayung ultra dapat dibagi menjadi 3
bagian : (2,3,8,9)
a. Sinar lembayung ultra A (U.V.-A)
Sinar dengan panjang gelombang 400 - 320 nm mempu
nyai efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat me-
ngakibatkan warna kecoklatan pada kulit tanpa me-
nimbulkan kemerahan sebelumnya, disebabkan karena
adanya oksidasi melanin dalam bentuk leuko yang be-
rada pada lapisan atas kulit.
b. Sinar lembayung ultra B (U.V.-B)
Sinar panjang gelombang 320 - 280 nm dengan efekti
vitas tertinggi pada 297,6 nm, merupakan daerah
eritemogenik, dapat menyebabkan terbakar surya
(sunburn) dan terjadi reaksi pembentukan melanin
Sinar dengan panjang gelombang dibawah 280 nm, da
pat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar
telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfir.
2.1. Reaksi terbakar surya C sunburn )
Penyinaran surya yang singkat pada kulit dapat
menyebabkan kerusakan epidermis sementara, gejalanya
biasa disebut terbakar surya (sunburn). Sinar surya
dapat menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar
yang nyeri pada kasus yang lebih parah.-Jika menge-
nai sebagian besar kulit dapat menyebabkan gejala
demam, mual, menggigil dan kadang-kadang menimbulkan
rasa gatal (2,3) .
*
Umumnya, eritema tersebut terjadi 2 - 3 jam se-
telah terbakar surya, gejala tersebut akan mencapai
puncaknya dalam 10 - 24 jam (1,2). Menurut Keller
gejala terbakar surya merupakan akibat dari rusaknya
sel-sel dalam lapisan bertaju (prickle cell layer)
pada kulit. Kerusakan sel tersebut menyebabkan ter-
lepasnya zat mirip histamin (histamine like sub
stance), sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah
dan eritema, juga menyebabkan edema kulit dan me-
Dari hasil penyelidikan di Amerika dengan sinar
surya tengah hari di bulan Juni, menurut Luckiesh
didapat 4 derajat terbakar surya : (2,9)
a. Eritema minimal (minimal perceptive erythema)
Tampak warna merah atau merah muda pada kulit,
terjadi setelah kontak dengan sinar surya selama
20 menit.
b. Eritema cerah (vivid erythema)
Timbul warna merah cerah yang tidak disertai rasa
nyeri, terjadi setelah kontak dengan sinar surya
selama 50 menit.
c. Luka bakar yang nyeri (painfull burn)
Timbul eritema cerah disertai rasa nyeri ringan
sampai berat, terjadi setelah kontak dengan sinar
surya selama 100 menit.
d. Luka bakar yang melepuh (blistering erythema)
Selain timbul eritema cerah dan rasa nyeri yang
hebat serta kemungkinan gejala sistemik juga di
sertai pelepuhan dan pengelupasan kulit/ terjadi
setelah kontak dengan sinar surya selama 200
menit. ,
Terbakar surya ringan dapat sembuh dalam waktu
24 - 36 jam. Terbakar surya yang berat umumnya sem
buh dalam 4 - 8 hari dan setelah inflamasi berkurang
2.2. Reaksi pigmentasi C tanning }
Reaksi pigmentasi (warna kegelapan pada kulit)
dirangsang oleh sinar lembayung ultra dan sinar tam-
pak melalui tiga macam mekanisme sebagai berikut :
(1,4,8)
a. Pigmentasi cepat (immediate tanning)
Setelah kulit terkena sinar surya, segera tampak
warna kegelapan (tanning) karena terjadinya oksi-
dasi granul-granul melanin yang berada di permu-
kaan lapisan epidermis kulit. Pigmentasi cepat
ini mencapai puncaknya setelah kurang lebih satu
jam penyinaran surya dan umumnya mulai memudar 2
- 3 jam setelah penyinaran.
Pigmentasi ini dirangsang oleh sinar dengan pan
jang gelombang 3000 sampai 6600 A yang mempunyai
efektivitas maksimum pada rentang 3400 - 3600 A.
b. Pigmentasi lambat (Delayed Tanning)
Satu sampai beberapa hari setelah penyinaran si
nar lembayung ultra, granul-granul melanin dalam
lapisan sel basal dari epidermis akan teroksidasi
dan mulai berpindah menuju permukaan kulit. Pig
mentasi ini mulai terjadi satu jam setelah penyi
naran lalu mencapai puncak setelah 10 jam, kemu
dian memudar dengan cepat dalam 100 - 200 jam.
Pigmentasi ini dirangsang terutama oleh sinar de
c. Pigmentasi sebenarnya (melanogenesis)
Pigmen melanin timbul dalam sel-sel khusus yang
tersebar pada lapisan sel basal dari epidermis.
Pigmen berpindah melalui filamen dendrit dari me-
lanosit ke dalam lapisan epidermis, mereka cen-
derung berakumulasi dalam bentuk kluster supra-
nukleus terutama dalam sel basal.
Melanogenesis mulai timbul dua hari setelah pe
nyinaran sinar surya dan mencapai puncaknya dua
atau tiga minggu kemudian. Pigmen tersebut umum-
nya hilang setelah 10 sampai 12 bulan.
Melanogenesis ini dirangsang oleh sinar dengan
panjang gelombang 2950 sampai 3200 A.
3. Mekanisme perlindungan kulit terhadap sinar surya
Sebagai usaha untuk mengurangi efek negatif dari
sinar surya bagi kesehatan kulit, tubuh manusia secara
normal mempunyai perlindungan terhadap sinar surya.
Dua faktor penting perlindungan kulit alami ter
hadap efek negatif yang ditimbulkan sinar surya yaitu
penebalan stratum corneum dan pigmentasi. Dalam pene
litian mekanisme perlindungan alami kulit menunjukkan
bahwa radiasi sinar surya meningkatkan kecepatan mito
sis sel epidermis, yang menyebabkan penebalan stratum
corneum dalam waktu 4 - 7 hari dan membuatnya lebih
terjadi karena peningkatan jumlah melanin dalam epi
dermis. Granul-granul melanin yang terbentuk di lapi
san sel basal setelah penyinaran U.V.-B akan berpindah
ke stratum corneum dan permukaan kulit, kemudian ter-
oksidasi oleh sinar U.V.-A. Jika kulit mengelupas,
granul-granul melanin akan lepas, sehingga kulit kehi-
langan pelindung terhadap sinar surya (2,9).
Selain kedua mekanisme perlindungan diatas, pe
ningkatan kadar asam urokanik dalam stratum corneum
dan keringat juga dapat bertindak sebagai pelindung
alami karena menyerap sinar lembayung ultra dengan
panjang gelombang 300 - 325 nm (2,3,8).
Rottier mengklasifikasikan reaksi kulit terhadap
sinar surya, menjadi tiga grup : (2,9)
1. Insensitif, penampilan dan pigmentasinya baik.
2. Sensitif, penampilan jelek, tanpa pigmentasi.
3. Berpenyakit, dengan reaksi patologi kulit terhadap
sinar surya
Karena keterbatasan perlindungan alamiah kulit
manusia, sehingga masih diperlukan perlindungan buatan
untuk menahan radiasi sinar surya yang berlebihan, ba
ik perlindungan fisik maupun dengan menggunakan kosme-
4. Sediaan tabir surya
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk menghamburkan atau menyerap secara
efektif sinar surya, terutama daerah emisi gelombang
lembayung ultra, sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan kulit karena sinar surya (2,3,9).
4.1. Bahan aktif tabirsurya dan mekanisme kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya bahan aktif tabir
surya dibagi menjadi dua tipe yaitu :(2,7)
a. Bahan yang kerjanya menghamburkan dan memantulkan
energi radiasi sinar surya antara lain :
Titanium dioksida, Seng oksida, Kalsium karbonat,
kaolin, Magnesium oksida, talk dan sebagainya.
b. Bahan yang kerjanya menyerap energi sinar lemba
yung ultra matahari antara lain :
turunan para aminobenzoat misalnya asam amino
benzoat, gliseril aminobenzoat, padimat; turunan
bensofenon misalnya dioksibenson, oksibenson; tu
runan sinamat misalnya sinoksat, oktil metoksi-
sinamat; turunan salisilat misalnya bensil sali-
silat, salol; turunan antranilat; turunan kamfer;
4.2. Basis (pembawa) \
S U R A B A Y A
Pada umumnya sediaan tabir surya dibuat dengan
berbagai pembawa yang dapat membentuk suatu lapisan
tipis pada kulit. Sediaan tersebut dapat berbentuk
losio, krim, gel atau aerosol (2,3,11).
Gel adalah sediaan dasar berupa lembekan sistem
dispersi, terdiri dari partikel anorganik yang kecil
atau organik makromolekul yang terdispersi atau ter-
bungkus dalam cairan yang bercorak dari transparan
atau transluren hingga buram opak. Gel yang bercorak
transparan lazim disebut jeli (9).
Sistem dispersi gel merupakan sistem koloid,
dibedakan menjadi gel sistem fase tunggal, atau la
zim disebut lendiran, terdiri dari makromolekul yang
seragam dan tersebar merata ke seluruh cairan sede-
mikian rupa sehingga tidak lagi nampak batas yang
jelas antara molekul yang terdispersi dengan cairan.
Sedangkan gel sistem fase rangkap atau sering dise
but lumeran, terdiri dari gumpalan partikel kecil.
Di samping gel dari sistem koloid, terdapat gel lain
yang dibuat dari bahan pembentuk gel yang tidak la-
rut air (9).
Gel dan jeli dibuat dengan bantuan bahan pem
bentuk gel seperti tragakan, Natrium alginat, pek-
tin, karbomer dan lain-lain. Selain itu sering di-
ter-jadinya kerak sisa gel dan jeli, karena menguapnya
air sediaan. Karena bahan dasar yang digunakan untuk
pembuatan gel dan jeli merupakan medium yang baik
bagi pertumbuhan jasad renik, maka perlu ditambahkan
pengawet (9,13,14).
Basis gel dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Basis gel hidrofobik
Biasanya mengandung parafin cair dengan penamba-
han polietilen atau minyak lemak.
Basis gel hidrofobik mempunyai keuntungan yaitu
memungkinkan penambahan minyak dari berbagai je-
nis dan viskositas. Sedangkan kerugiannya sulit
dihilangkan dari permukaan kulit dan berminyak
(8,14) .
b. Basis gel hidrofilik
Biasanya mengandung air, gliserol atau propilen
glikol dengan bahan pembentuk gel seperti traga-
kan, turunan selulosa dan lain-lain.
Basis gel hidrofilik mempunyai sifat mudah dicu-
ci dengan air dan menghasilkan efek dingin yang
nyaman dari penguapan kadar airnya serta tidak
berminyak sehingga memberikan efek kosmetik yang
lebih baik pada penggunaannya, yaitu berupa suatu
Dalam percobaan ini, pemilihan formula sediaan
tabir surya, meliputi pemilihan basis dan bahan
akt i f .
4.3.1. Basis
Basis yang dipilih adalah basis gel hidro-
filik dengan pertimbangan :(9,13,14)
mudah tecucikan dengan air, mempunyai efek kosme-
tik yang baik, serta enak dipakai.
Sedangkan bahan gel hidrofilik yang dipakai
adalah karbomer 940 karena : mudah dibuat menjadi
gel yang jernih, larut dalam alkohol serta mempu
nyai stabilitas yang baik (10,13).
4.3.2. Bahan aktif
Pada penelitian ini bahan aktif terpilih
adalah Butil metoksidibenzoilmetan yang mempunyai
sifat fisika kimia dan kegunaan sebagai berikut :
(15)
a. Sifat fisika - kimia
- ruraus bangun : __
OCM,
- nama kimia : 1- I 4-(1,1-dimetileti1)feni1]-3
-(4-metoks ifenil)-propan-l,3-
d ion
- rumus molekul : C H 0
2 0 2 2 3
- berat molekul : 310,4
- pemerian : serbuk kristalin kuning terang,
sedikit aromatis
- kelarutan : tidak larut dalam air, larut da
lam alkohol
b. Kegunaan :
Sebagai bahan aktif tabir surya dengan meka-
Evaluasi sediaan tabir surya dapat dilakukan
dengan bermacam-macam metode misalnya : perhitungan
% transmisi eritema .dan % transmisi pigmentasi pada
panjang gelombang 292,5 - 372,5 nm (16,17),
pembuatan kurva eritema pada 296 - 326 nm (2,9),
penentuan indeks tabir surya (ITS) dengan mengukur
densitas optik larutan 0,1 % dalam sel silika 0,1 mm
pada 308 nm (1,2,9), yang dilakukan secara in vitro
maupun dengan penentuan nilai faktor pelindung surya
yang ditentukan secara in vitro ataupun secara in
vivo (11).
Metode % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi selain dapat mengetahui kemampuan sediaan
dalam mencegah eritema juga dapat mengetahui
kemampuannya mencegah pigmentasi (16,17). Sedangkan
metode faktor pelindung surya merupakan metode resmi
di Amerika Serikat dimana FDA (Food and Drug
Administration) me'nsyaratkan bahwa pada tiap produk
tabir surya harus tercantum nilai FPS-nya (19,20).
4.4.1. X transmisi eritema dan X transmisi pigmentasi
Menurut Pathak dan Kreps, radiasi sinar surya
yang menyebabkan eritema mempunyai panjang
bang dari 290 nm sampai sekitar 400 nm dengan
efektivitas maksimum pada 296,7 nm (1,16,17).
Efektivitas energi radiasi sinar surya untuk
menimbulkan efek eritema disebut faktor efektivi
tas eritema sedangkan yang menimbulkan efek pig
mentasi (tanning) disebut faktor efektivitas pig
mentasi. Tiap panjang gelombang mempunyai nilai
faktor efektivitas yang spesifik karena tergantung
pada sensitivitas kulit terhadap radiasi pada pan
jang gelombang tersebut (1,16,17).
Faktor efektivitas eritema didefinisikan se
bagai efek dari sejumlah energi radiasi pada pan
jang gelombang tertentu dibandingkan dengan efek
eritema pada radiasi 296,7 nm dengan jumlah energi
yang sama (1,17).
Dari perkalian intensitas radiasi sinar surya
pada panjang gelombang tertentu dengan faktor
efektivitas eritemanya akan diperoleh energi sinar
surya pada panjang gelombang tersebut yang
seban-ding dengan energi pada 296,7 nm dalam menimbulkan
eritema . Energi tersebut disebut fluks eritema
dengan satuan E-viton, dimana satu E-viton adalah
efek yang sebanding dengan efek eritema yang diha-2
silkan oleh 10 /jWatt/cm radiasi pada panjang ge
a. % transmisi eritema
Efek eritema yang ditimbulkan oleh energi ra-
diasi sinar surya terjadi pada panjang gelom-
bang dari 290 sampai 400 nm, tapi menurut Kreps
dan Goldenberg pada panjang gelombang lebih be
sar dari 340 nm dapat diabaikan efektivitasnya
dalam menimbulkan efek eritema (1,17).
Faktor efektivitas eritema dan fluks eritema
pada rentang panjang gelombang 290 nm - 340 nm
dapat dilihat pada tabel I (1,17).
TABEL I
Faktor efektivitas eritema dan fluks eritema pada panjang gelombang 290 - 340 nm
rentang panjang gelombang 290 nm - 340 nm ada
lah 2,36850 E-viton atau setara dengan energi
radiasi 296,7 nm sebanyak 23,6850 /jWatt/cm2
(1,16,17).
Transmisi eritema sediaan tabir surya atau
fluks eritema yang diteruskan oleh sediaan da
pat ditentukan secara spektrofotometri dengan
mengukur intensitas sinar yang diteruskan oleh
sediaan tersebut pada panjang gelombang erite-
mogenik kemudian dikalikan dengan fluks erite-
manya yang terdapat pada tabel I. Sedangkan %
transmisi eritema adalah prosentase total fluks
eritema yang diteruskan oleh sediaan (16,17).
b. % Transmisi pigmentasi
Faktor efektivitas pigmentasi dan fluks pig
mentasi pada rentang panjang gelombang 290 nm
TABEL II
Faktor efektivitas pigmentasi dan fluks pigmentasi pada panjang gelombang 290 - 375 nm
295-300 ‘ 7,0 0,9600 0,67200
300-305 20,0 0,5000 1,00000
gi radiasi sinar surya yang menimbulkan pigmen
tasi pada rentang panjang gelombang 290 nm -
375 nm adalah 2,92635 E-viton atau setara
dengan energi radiasi 296,7 nm sebanyak 29,2635
pWatt/cm2 (1,17).
Dari tabel II terlihat bahwa pada rentang
panjang gelombang 290 - 320 nm efektivitas pig
mentasi mirip dengan efektivitas eritema, se
nm efektivitas pigmentasi lebih besar dari
efektivitas eritema. Menurut Luckiesh dan
Kreps, pada panjang gelombang 290 - 320 nm atau
76,3 % dari total fluks pigmentasi efektif me-
nimbulkan pigmentasi yang dirangsang oleh eri
tema (melanogenesis) dan pada panjang gelombang
320 - 375 nm atau 23,7 % dari total fluks ter
sebut efektif menimbulkan reaksi pigmentasi de
ngan jalan mengoksidasi pigmen melanin pada ku
lit. Sehingga jumlah total energi radiasi sinar
surya yang menimbulkan pigmentasi pada rentang
panjang gelombang 320 nm - 375 nm setara dengan
energi radiasi 296,7 nm sebanyak 6,942
2
^Watt/cm dan rentang panjang gelombang tersebut
disebut rentang panjang gelombang pigmentasi
(1,17).
Seperti transmisi eritema, transmisi pigmen
tasi sediaan tabir surya juga dapat ditentukan
secara spektrofotometri dengan mengukur inten
sitas sinar yang diteruskan oleh sediaan terse
but pada rentang panjang gelombang pigmentasi
kemudian dikalikan dengan fluks pigmentasi yang
terdapat pada tabel II. Sedangkan % transmisi
pigmentasi adalah prosentase total fluks pig
4.4.2. Faktor pelindung surya
Nilai faktor pelindung surya (FPS) didefini-
sikan sebagai energi sinar lembayung ultra yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu dosis eritema
minimal (DEM) pada "kulit terlindung" dibagi de
ngan energi sinar lembayung ultra untuk menghasil
kan DEM pada kulit tak terlindung. Dimana kulit
terlindung yaitu kulit yang telah diolesi dengan
sediaan tabir surya sebanyak 2 mg/cm2 atau 2
pi/cm2 (10,11,18/19,20).
Nilai FPS dapat ditentukan secara in vivo ma
upun secara in vitro,
a. Evaluasi secara in vivo (20)
Pada evaluasi ini digunakan sumber sinar lem
bayung ultra buatan ("solar simulator"), yang
menghasilkan radiasi pada panjang gelombang 290
nm - 320 nm (U.V.-B).
Subyek manusia dipilih bagian yang tidak ter-
dapat sunburn atau suntan, bekas luka, luka,
kelainan warna kulit, rambut yang berlebihan
dan lain-laln. Letak evaluasi ditandai dengan
pola berlubang bujur sangkar yang paling sedi-
kit mempunyai luas 1 cm . Kemudian dioleskan
bahan yang akan diuji sebanyak 2 mg/cm2 atau 2
pl/cm2 pada bagian "terlindung”, pada bagian
disi-nari dengan solar simulator dan dicacat waktu
yang diperlukan untuk memperoleh DEM pada tiap
bagian tersebut. Waktu untuk mencapai DEM ter-
lindung dibagi dengan waktu untuk DEM tak ter-
lindung dan perbandingan tersebut adalah FPS.
b. Evaluasi secara in vitro (11)
Menurut Petro A.J. faktor pelindung surya da
pat ditentukan dengan metoda spektrofotometri
berdasarkan hukum Beer.
Pada konsentrasi rendah, zat terlarut yang
dapat menyerap radiasi akan mengikuti hukum
Beer untuk radiasi monokromatis. Hukum Beer
tersebut adalah :
- 2 - = 10ccl = 10A (II.1)
I
dimana I dan I adalah intensitas yang masuk
dan yang ditransmisikan, c adalah koefisien
ekstingsi molar, c adalah konsentrasi dalam
mol/1, I adalah tebal dalam cm dan A adalah ab-
sorbansi atau serapan. I , I, e dan A tertentu
untuk satu panjang gelombang.
Ketika terkena radiasi lembayung ultra,
kulit perlahan-lahan menjadi terbakar. Jika
waktu yang diperlukan untuk mencapai penampakan
untuk kulit tak terlindung dengan menggunakan
radiasi yang berintensitas IQ , sedang waktu £
diperlukan untuk mencapai kemerahan yang sama
pada kulit yang terlindung tabir surya dan me
nyebabkan pengurangan intensitas radiasi menja-
di 1 sebelum mengenai kulit maka :
Persamaan (II.3) mendefinisikan perbandingan
waktu untuk mencapai eritema minimum yang sama,
dengan dan tanpa perlindungan sediaan tabir
surya, sebagai faktor pelindung surya (FPS).
Penggabungan persamaan (II.l) dan (II.3)
menghasilkan :
FPS = 10X (II.4)
Persamaan (II. 4) tidak dapat dipakai ka
rena hukum Beer adalah untuk radiasi monokroma-
tis sedangkan sunburn disebabkan oleh sinar
polikromatis. Maka diperlukan rumus untuk men-
dapatkan hubungan yang lebih tepat antara FPS
dan spektrofotometri.
(II.2)
dapat juga ditulis :
I t
Hukum Beer menyatakan bahwa serapan suatu
larutan {untuk panjang gelombang yang tetap)
berbanding lurus dengan konsentrasi; jika tebal
medium yang dipakai sama. Maka secara logis,
jumlah dari dua serapan (pada dua panjang g e
lombang yang berbeda) untuk larutan yang sama
berbanding lurus juga dengan konsentrasi. Se
hingga jumlah dari n serapan untuk larutan
tunggal juga berbanding lurus dengan konsentra
si atau :
untuk tebal 1 cm, dimana k adalah konstanta
yang sebanding dengan e, jika jumlah masing-
masing serapan adalah nilai rata-rata antara
interval panjang gelombang yang kecil (AX) maka
dapat ditulis :
dimana X dan X adalah panjang gelombang ter-
rendah dan tertinggi pada rentang panjang
gelombang terukur. Jika interval cukup kecil
maka : r>
(II.5)
m
h C
P (II.6)
X - X
r
— --- = h e (II.7)
X - X
n 1
Pembilang ruas kiri adalah luas daerah di bawah
kurva serapan pada rentang X -X . Sehingga hu n 1
kum Beer dapat pula menyatakan bahwa luas dae
rah di bawah kurva serapan pada panjang gelom
bang spesifik berbanding lurus dengan konsen
trasi. Persamaan ini dapat dikatakan sebagai
hukum Beer untuk radiasi sinar polikromatis.
Persamaan (II.7) bila ditulis lagi digabungkan
dengan persamaan (II.5) menghasilkan :
Luas
X - X
n t
= A = he (II.8)
rata—rata
yang menyatakan bahwa luas daerah di bawah kur
va serapan antara X^ dan Xr dapat diubah secara
matematis menjadi luas persegi panjang dengan i
tinggi sama dengan serapan rata-rata sepanjang
interval panjang gelombang tersebut. Dengan de-
mikian hukum Beer dapat dipakai untuk fenomena
sunburn yang disebabkan oleh cahaya polikroma
tis. Hubungan antara FPS dan spektrofotometri
adalah :
atau :
Luas
log FPS « --- = A = A (11.10)
. rala-rata b
A. ” A
n 1
dimana A adalah serapan tabir surya
rata-rata
atau A dan X -X. adalah interval aktivitas
e n 1
er itemogenik.
Persamaan (11.10) dapat digunakan untuk
meramalkan nilai FPS untuk larutan tertentu de
ngan mengukur luas daerah di bawah kurva sera
pan dan dibagi dengan interval panjang gelom
bang pengukuran. UV.B yang menyebabkan eritema
mempunyai panjang gelombang 280 nm - 320 nm,
tetapi karena lapisan ozon menyaring semua pan
jang gelombang di bawah 290 nm, maka panjang
gelombang tersebut dapat dipakai sebagai X .
Sedangkan untuk X^ digunakan panjang gelombang
diatas 320 nm di mana sediaan tidak mempunyai
serapan lagi ^tau panjang gelombang di mana
kepekaan kulit dapat diabaikan yaitu 390 nm.
Sediaan tabir surya yang menyerap UV.A sa-
ja tidak efektif dalam mencegah eritema karena
kulit lebih peka terhadap UV.B. Sehingga untuk
meramalkan nilai FPS sediaan tabir surya yang
lebih banyak menyerap UV.A daripada UV.B, akan
ba-wah kurva serapan pada interval panjang
bang 290 nm - 320 nm.
gelom-BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini
bila tidak disebutkan lain mempunyai kriteria pharma
ceutical grade (p.g.)/ bahan-bahan tersebut adalah :
- Butil metoksidibenzoilmetan (Givaudan)
- Karbomer 940 (via PT Surya Dermato Medica Labo
ratories )
- Trietanolamin (via PT Surya Dermato Medica Labo
ratories )
- Propilenglikol (via PT Surya Dermato Medica Labo
ratories )
- Metil paraben (via PT Surya Dermato Medica Labo
ratories )
- Propil paraben (via PT Surya Dermato Medica Labo
ratories )
- Etanol p.a. (E. Merck)
- Isopropanol p.a. (E. Merck)
- Aqua demineralisata
2. Alai - alat
Alat-alat yang dipakai pada penelitian ini
adalah :
- Alat-alat gelas
- Hitachi 557 double beam double wavelength spectro
photometer
- viscotester VT - 04
- pH meter
3. Uji kualltatif bahan aktif
Dalam penelitian ini dilakukan uji kualitatif
butil metoksidibenzoilmetan dengan membuat kurva
serapannya.
Pembuatan kurva serapan butil metoksidibenzoil
metan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Dibuat kurva antara nilai serapan dengan panjang ge
lombang dari larutan zat murni dalam etanol absolut
dengan konsentrasi 8 ppm dan 10 ppm.
- Pengamatan nilai serapan dilakukan pada rentang pan
jang gelombang 270 nm - 400 nm, dengan jarak peruba-
han skala setiap kali pengamatan 5 nm.
- Kurva yang diperoleh dibandingkan dengan kurva yang
Pembuatan sediaan tabir surya meliputi pembuatan
basis dan sediaan gel.
4.1. Pembuatan basis gel
4. Pembuatan sediaan tabir surya
Formula basis gel yang dipakai adalah : (20)
R/ Karbomer 940 0,75 %
Propilenglikol 20,0 %
Alkohol 20,0 %
Trietanolamin, 10 % dalam air 7,5 %
Metil paraben 0,15 %
Propil paraben 0,05 %
Air ad 100 %
Cara pembuatan :
a. Karbomer didispersikan dalam air kurang le
bih 30 kalinya dengan diaduk kuat sampai di
peroleh dispersi yang jernih, tambahkan sisa
air dan aduk sampai homogen.
b. Tambahkan propilenglikol, alkohol, pengawet
ke dalam dispersi karbomer sedikit demi se-
dikit sambil diaduk, biarkan sebentar untuk
menghilangkan gelembung udara.
c. Tambahkan larutan trietanolamin, aduk sampai
Sediaan tabir surya dibuat dengan mencampur
basis dan bahan aktif dengan berbagai konsentrasi
(tabel III). Kemudian sediaan tabir surya tersebut
digunakan untuk menehtukan efektivitas sediaan tabir
surya.
4.2. Pembuatan sediaan gel tabir surya
TABEL III
Formula sediaan tabir surya
yang mengandung butil metoksidibenzoilmetan
Formula Konsentrasi (%)
Karakterisasi yang dilakukan meliputi :
a. Penampilan, meliputi :
- Bentuk dan tekstur
- Warna
- Bau
b. Pengukuran pH sediaan (21)
Masing-masing sediaan gel ditimbang sebanyak 5
g, kemudian diencerkan dengan air suling bebas
CO^ sampai 50 ml, kemudian diukur pHnya dengan
c. Pengukuran viskositas sediaan
Masing-masing sediaan diukur viskositasnya de
ngan viskosimeter.
d. Pengukuran kadar dan homogenitas sediaan (15)
Pengukuran kadar masing-masing sediaan dilaku
kan secara spektrofotometri dengan cara sebagai
berikut :
1. Penentuan panjang gelombang maksimum
- Dibuat larutan butil metoksidibenzoilmetan
yang mengandung 2, 5 dan 10 mcg/ml dalam
etanol 90 %.
- Nilai serapan tiap kadar diamati pada ren
tang panjang 350 nm - 365 nm.
- Dibuat kurva serapan versus panjang gelom
bang sehingga panjang gelombang maksimum
dapat ditentukan.
2. Pembuatan kurva baku
- Dibuat larutan butil metoksidibenzoilmetan
yang mengandung 2, 5 dan 10 mcg/ml dalam
etanol 90 %.
- Diukur serapan masing-masing larutan baku
pada panjang gelombang maksimum.
- Dibuat kurva antara serapan terhadap konsen
3. Penentuan kadar dan uji homogenitas sediaan
- Timbang seksama 25 mg cuplikan sediaan, ma-
sukkan dalam labu ukur 100 ml, tambahkan +
50 ml etanol 90 %; kocok dengan hati-hati
sampai larut. Tambahkan etanol 90 % sampai
. garis tanda dan kocok homogen.
- Saring dengan kertas saring dan buang 20 ml
filtrat pertama.
- Diukur serapannya pada panjang gelombang
maks imum.
- Diambil lagi 4 cuplikan sediaan dari tempat
yang berbeda-beda kemudian diperlakukan sama
seperti diatas.
- Perlakuan tersebut dilakukan pada masing-
masing sediaan dan basis.
4. Perhitungan kadar sediaan
Dari serapan sediaan yang sudah dikurangi
blanko (basis) dan dikorelasikan dengan kurva
baku dapat diperoleh kadar Butil metoksidi
benzoilmetan dalam sediaan gel.
5. Penentuan efektivitas sediaan tabir surya
Pada penelitian ini efektivitas sediaan tabir
surya ditentukan berdasarkan % transmisi eritema dan %
transmisi pigmentasi serta nilai faktor pelindung
5.1. Efektivitas sediaan berdasarkan X transmisi eritema
dan X transmisi pigmentasi
Penentuan efektivitas dilakukan terhadap basis
dan sediaan dengan metoda analisa sebagai berikut.
5.1.1. Pembuatan kurva serapan
Kurva serapan sediaan tabir surya untuk me-
nentukan % transmisi eritema dan pigmentasi dibuat
dengan cara sebagai berikut :
- Timbang 200 mg sampel, larutkan dalam iso-
propanol + 15 ml, kemudian tambahkan isopropanol
sampai garis tanda pada labu ukur 100,0 ml dan
kocok homogen.
- Pipet 1,0 ml larutan tersebut, encerkan dengan
isopropanol sampai garis tanda pada labu ukur
10,0 ml, bila perlu dapat diencerkan lagi.
- Selanjutnya diamati nilai serapannya pada ren
tang panjang gelombang eritema dan pigmentasi
yaitu pada panjang gelombang 292,5 - 372,5 nm.
- Hal tersebut dilakukan untuk basis dan masing-
Dari data hasil pengamatan nilai serapan
sediaan pada berbagai panjang gelombang dapat
dihitung % transmisi eritema dan pigmentasi dengan
cara sebagai berikut :
a. Perhitungan transmisi
Dalam penelitian ini yang diukur adalah %
transmisi (%T) yaitu % intensitas sinar yang
diteruskan oleh sediaan tabir surya pada rentang
panjang gelombang 292,5 nm - 372,5 nm. Dari
nilai serapan yang diperoleh dihitung serapan
untuk 1 g/1 serta % transmisi (%T) 1 g/1 dengan
rumus : (22)
A = - log T
atau:
- A
%T = 100 (10 )
dimana A adalah serapan sediaan tabir surya,
sehingga diperoleh nilai yang merupakan jumlah
atau banyaknya sinar yang diteruskan oleh se
diaan tabir surya pada berbagai panjang ge
lombang .
b. Perhitungan % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi
Nilai transmisi eritema adalah jumlah energi
sinar lembayung ultra penyebab eritema pada
spektrum eritema dengan panjang gelombang 292,5
- 337,5 nm, sedang nilai transmisi pigmentasi
adalah jumlah energi sinar lembayung ultra pe-
nyebab pigmentasi pada spektrum pigmentasi de
ngan panjang gelombang 322,5 - 372,5 nm yang
diteruskan oleh sediaan tabir surya. Nilai
transmisi eritema didapat dari hasil perkalian
masing-masing nilai transmisi dengan fluks
eritema (Fe), pada tiap panjang gelombang yang
bersangkutan, begitu juga dengan nilai trans
misi pigmentasi didapat dari hasil perkalian
masing-masing nilai transmisi dengan fluks pig
mentasi (Fp), pada panjang gelombang yang ber
sangkutan.
-Nilai % transmisi eritema dan % transmisi
pigmentasi diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
% transmisi eritema
Ee Fe
% transmisi pigmentasi :
Fe
dimana :
T : nilai % transmisi 1 g/1
Fe : fluks eritema (tabel I)
Ee : ^ T. Fe : banyaknya fluks eritema yang di-
teruskan oleh sediaan tabir sur
ya pada panjang gelombang 292,5
- 337,5 nm (spektrum eritema)
Ee : ^ T. Fp : banyaknya fluks pigmentasi yang
diteruskan oleh sediaan tabir
surya pada panjang gelombang
322,5 - 372,5 nm (spektrum
pigmentas i)
J Fe : Jumlah total fluks eritema sinar surya
J Fp : Jumlah total fluks pigmentasi sinar
surya
5.1.3. Penllaian efektivitas
Menurut Cumpelik, Kreps dan Goldenberg,
sediaan tabir surya dibagi sebagai berikut : (1,16,
17)
a. Sebagai total blok (sunblock) bila nilai %
transmisi eritema lebih kecil dari 1 % dan
nilai % transmisi pigmentasi 3 - 40 %.
b. Dikategorikan sebagai "suntan" bila nilai
transmisi eritema 6 - 18 % dan nilai % trans
Penentuan efektivitas dilakukan terhadap basis
dan sediaan dengan metoda analisa sebagai berikut di
bawah.
5.2.1. Pembuatan kurva serapan
Kurva serapan sediaan tabir surya untuk me-
nentukan nilai faktor pelindung surya dibuat de
ngan cara sebagai berikut :
- Timbang 200 mg sampel, larutkan dalam etanol 90
% + 15 ml, kemudian tambahkan etanol 90 % sampai
garis tanda pada labu ukur 100,0 ml dan kocok
homogen.
- Selanjutnya diamati nilai serapannya dengan pem-
banding udara pada rentang panjang gelombang 290
- 320 nm.
- Dari hasil pengamatan serapan di atas dibuat
kurva antara nilai serapan dengan panjang ge-
lotnbang.
- Hal tersebut dilakukan untuk basis dan masing-
masing sediaan dari tiap-tiap konsentrasi.
5.2. Efektivitas sediaan berdasarkan nilai faktor pelin
5. 2.2. Pengolahan data
Dari data hasil pengamatan nilai serapan se
diaan pada berbagai panjang gelombang dapat dihi
tung nilai faktor pelindung suxya dengan cara
sebagai berikut :
a. Perhitungan luas daerah di bawah kurva serapan
Dari nilai serapan yang diperoleh dihitung
nilai serapan untuk 2 g/1, kemudian dibuat kur
va antara nilai serapan dan panjang gelombang.
Luas daerah antara rentang panjang gelombang
terkecil dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
A + A
AUC 1 /
= — ^
^
( X - X
)
J V a 2 P P_a J
dimana AUC adalah luas daerah di bawah kurva
serapan, X adalah panjang gelombang dimana se p
rapan A dan X adalah panjang gelombang o nm
p p-«
lebih kecil dari X dimana serapannya A .
p p-o
Keseluruhan luas daerah di bawah kurva sera
pan diperoleh dengan menjumlahkan tiap luas da
erah antara dua panjang gelombang yang berurut-
an, dari panjang gelombang 290 nm sampai 320
b. Perhitungan faktor perlindungan surya
Dari luas daerah di bawah kurva serapan dapat
dihitung faktor pelindung surya (FPS) dengan
rumus sebagai berikut : (11)
Hubungan FPS dengan efektivitas sediaan ta
bir surya menurut FDA (Food and Drug Administra
tion) dibagi dalam lima kategori yang dapat
dilihat pada tabel IV (4,19,20,23,24).
TABEL IV
Kategori sediaan tabir surya berdasarkan nilai FPS
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Hasil uji kualitatif bahan aktif
Spektra ultra lembayung daci butil metoksidiben-
zoilmetan dengan konsentrasi 8,16 mcg/ml dan 10.2
mcg/ml yang diperoleh sebangun dengan kurva secapan
butil metoksidibenzoilmetan dalam pustaka (15).
Spektra tersebut mempunyai serapan maksimum pada
panjang gelombang 358 nm. Hasil pengamatan nilai sera
pan dapat dilihat pada tabel V, gambar 1.
TABEL V
Nilai serapan butil metoksidibenzoilmetan
dalam pelarut etanol absolut pada berbagai panjang gelombang dengan konsentrasi 8,16 mcg/ml dan 10,2 mcg/ml
X nm
Nilai serapan pada konsentrasi
44
■8,16 mcg/ml D 10,2 ncg/al
Gambar 1 : Kurva hubungan nilai serapan dan panjang ge
lombang butil metoksidibenzoilmetan dalam pe
larut etanol absolut.
a. bahan penelitian *>• pustaka (7) (grafik dibuat dengan menggunakan paket Lotus 1-2-3
Karakterisasi sediaan gel butil metoksidibenzoil
metan pada basis dan formula I - VII yang meliputi
penampilan, pH sediaan dan viskositas dapat dilihat
pada tabel VI di bawah ini :
45
2. Hasil karakterisasi sediaan
TABEL VI
Karakter sediaan gel butil metoksidibenzoilmetan
Karakter Bas is Sed iaan
Penampilan :
- Bentuk setengah padat setengah padat
— Tekstur lembut lembut
- Warna tidak berwarna put ih
- Bau tidak berbau tidak berbau
pH sediaan 7,1 7,1
Hasil pengukuran kadar dan homogenitas sediaan
secara spektrofotometri meliputi tahapan hasil berikut
ini :
3.1. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang ditentukan dengan meng-
gunakan larutan butil metoksidibenzoilmetan dalam
pelarut etanol 90 % pada konsentrasi 2, 5 dan 10
mcg/ml menghasilkan nilai serapan maksimum pada pan
jang gelombang 358 nm. Secara lengkap serapan laru
tan tersebut pada berbagai panjang gelombang dapat
dilihat pada tabel VII gambar 2.
Nilai serapan larutan butil metoksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % dengan berbagai kadar
pada rentang panjang gelombang 354 - 362 nm
TABEL VII
Panjang Kadar (mcg/ml)
gelombang (nm) 2,485 4,970 9,940
354 0,262 0,527 1,052
355 0,264 0,530 1,059
356 0,267 0,535 1,068
357 0,267 0,536 1,071
*
358 0, 268 0,537 1,073
358 0,268 0,536 1,072
360 0,267 0,536 1,069
361 0,265 0,532 1,063
362 0,261 0,524 1,046
Tajut fflcmVtcf (im)
0 2,485
mi f fml
t 4,970 mctfm]
09.5W jncj/ml
Gambar 2 : Kurva nilai serapan terhadap panjang gelombang
dari larutan butil* metoksidibenzoilmetan dalam
mengguna-Kurva baku dibuat dari larutan butil metoksidi-
bennzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % dengan kadar
2, 5 dan 10 mcg/ml pada panjang gelombang 358 nm.
Kurva baku yang diperoleh mempunyai persamaan garis
y
= 0,108 X + 0,000 dengan r = 0,999 ( tabel VIII,gambar 3 )
TABEL VIII
Nilai serapan larutan butil metoksidibenzoilmetan dalam pelarut etanol 90 % pada panjang gelombang 358 nm
49
3.2♦ Pembuatan kurva baku
Kadar
(mcg/ml)
Serapan
2, 485 0,268
4,970 0,537
Ko&MBtrul (tndifal)
Gambar 3 : Kurva nilai serapan versus konsentrasi
larutan butil metoksidibenzoilmetan pada
panjang gelombang 358 nm (grafik dibuat de-
ngan menggunakan paket Lotus 1-2-3 versi 2.01)
3.3. Homogenitas kadar bahan aktif dalam sediaan gel
Hasil pengukuran kadar butil metoksldibenzoil-
metan dalam sediaan gel untuk uji homogenitas dapat
Efektivitas sediaan tabir surya yang ditentukan
berdasarkan % transmisi eritema dan % transmisi
pig-mentasi serta nilai faktor pelindung surya, adalah
sebagai berikut.
4.1. Efektivitas sediaan berdasarkan X transmisi eritema
dan X transmisi pigmentasi
Hasil pengamatan nilai serapan basis gel dan
sediaan yang mengandung butil metoksidibenzoiImetan
dalam pelarut isopropanol dapat dilihat pada tabel X
sampai tabel XVII serta gambar 4 sedangkan hasil
perhitungan % transmisi eritema dan pigmentasinya
dapat dilihat pada tabel XVIII/ serta gambar 5 dan
6. Untuk perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 4 sampai lampiran 11. 52
0 0,45 X + 0,95 X 0 1,11 X I 1,37 X
X 1,59 % V 2,13 X V 2,99 X
Gambar 4 : Kurva serapan 1 g/1 sediaan gel butil metoksi-
£ « V —4
u w
E « c * u fH
r
n
T
12 U
Konsentrasl (\)
T
r
a
n
sm
i
s
i
P
i
g
m
e
n
t
a
s
i
0.7 -0 .6 - 0.5 ' 0.4 Q3
-0 .2
-w i— I— I— I— I— I— I I I I I I I I I
OJ
M
OJ
12
li
24
2.1
l iKonsentrasi {*)
Gambar 6 : Kurva hubungan % transmisi pigmentasi dan kon
4.2. Efektivitas sediaan berdasarkan nilai faktor pelin—
dung surya
Hasil pengamatan nilai serapan basis gel dan
sediaan yang mengandung butil metoksidibenzoiImetan
dalam pelarut etanol 90 % dapat dilihat pada tabel
XIX sampai tabel XXVI serta gambar 7 sedangkan hasil
perhitungan nilai faktor pelindung surya dapat dili
Panjang jelombanj (nm)
a 0,45 1 + 0,95 X 0 l,ll*X 4 1,37 X
X 1,59 X f 2,13 X v 2,99 X
*) laaplran 12
Gambar 7 : Kurva serapan 1 g/1 sediaan gel butil metoksi-
dibenzoiImetan pada berbagai konsentrasi dalam
P
a
k
t
o
r
p
e
l
i
n
d
u
n
g
s
u
r
y
a
8i
6.4 OJ U1
j6
2i
2.1 2JKonsentrasi (\)
T
r
a
n
s
m
i
s
i
Faktor Pelindung Surya
Gambar 9 : Kurva hubungan % transmisi eritema dan \