• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SARANA AIR BERSIH DAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS IDI TUNONG KABUPATEN ACEH TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SARANA AIR BERSIH DAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS IDI TUNONG KABUPATEN ACEH TIMUR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SARANA AIR BERSIH DAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA UPT

PUSKESMAS IDI TUNONG KABUPATEN ACEH TIMUR

Fajriani1 1

Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes Bina Nusantara

ABSTRAK

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir di seluruh daerah di dunia dan semua kelompok usia diserang oleh diare, tetapi kebanyakan yang menjadi sasaran penyakit ini adalah bayi dan anak balita, Salah satu faktor lingkungan yang berhubungan dengan terjadinya diare adalah air dan makanan. Air yang dapat menimbulkan atau menularkan penyakit diare adalah air yang tercemar oleh kuman penyebab diare adalah makanan yang tercemar oleh berbagai kuman yang berasal dari tanah, udara, manusia dan vektor seperti lalat.

Desain penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional studidengan jumlah sampel 47 responden dengan memakai tehnik Random Sampling. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar cheklist, lembar kuisioner dan observasi. Hasil penelitian diketahui bahwa dari 47 responden (100%),diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita, diperoleh nilai P=0,002 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian jamban keluargadengan kejadian diare pada balita, diperoleh nilai P=0,002 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian jamban keluargadengan kejadian diare pada balita dan diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemamfaatan jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

Diharapkan bagi petugaskesehatan yang ada di wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur agartetap memberikan informasi mengenaipentingnya memanfaatkan saranan air bersih dan jambandengan baik melalui konseling kepadawarga sehingga warga memilikipengetahuan dan sikap yangbertanggung jawab mengenai diri danlingkungannya.

(2)

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, maka diselenggarakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan (kurative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Semakin berkembangnya IPTEK yang diikuti dengan banyaknya penyakit berbasis lingkungan yang sedang terjadi di Indonesia yang disebabkan karena kurangnya pemahaman dan perilaku manusia terhadap kebersihan belum baik.Penyakit yang berbasis lingkungan dan dapat disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat.

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir di seluruh daerah di dunia dan semua kelompok usia diserang oleh diare, tetapi kebanyakan yang menjadi sasaran penyakit ini adalah bayi dan anak balita, dimana mereka mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo,2013).

Menurut World Health Organization (WHO), tidak kurang dari satu miliyar episode diare terjadi setiap tahun diseluruh dunia, 25-35 juta diantaranya terjadi di Indonesia (Zein,2015). Di Indonesia penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.

Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini dilaporkan terdapat 1,6 sampai sampai 2 juta orang kejadian diare pertahun pada

balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadiaan diare pada balita berkisar, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 (Soebagyo, 2013)

Menurut Widoyono (2014), pada tahun 2014 jumlah penderita diare pun meningkat menjadi 8.443 kasus dengan kematian 184 orang dengan CFR sebesar 2,94%, lebih tinggi dengan target CFR saat kejadiaan luar biasa (KLB) yang diharapkan <1%.

Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah satunya dari hasil Riset Keesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun 2013 penderita diare berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi penyakit diare diderita oleh balita, terutama pada usia <1 th (7%) dan 1-5 tahun (6,7%) . Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%).

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih biasanya (tiga kali dalam sehari). (Neorasid Haroen, 2011). Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama.Hal ini disebabkan masih tingginya (12-36%) angka kesakitan karena diare yang menimbulkan kematian terutama pada bayi dan anak balita (Dep. Kes.RI, 2012/2014).

(3)

Salah satu faktor lingkungan yang berhubungan dengan terjadinya diare adalah air dan makanan.Air yang dapat menimbulkan atau menularkan penyakit diare adalah air yang tercemar oleh kuman penyebab diare adalah makanan yang tercemar oleh berbagai kuman yang berasal dari tanah, udara, manusia dan vektor seperti lalat (Seomirat, 2013).

Dari beberapa faktor yang ada, penyakit ini berhubungan langsung dengan lingkungan dan perilaku perorangan, dimana keduanya saling berinteraksi, apabila lingkungan yang tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes. RI. 2015)

Adanya jamban dan air bersih disertai hidup bersih, telah terbukti sangat efektif dalam mencegah terjadinya penyakit diare.Adanya jamban dapat menurunkan kasus diare sebesar 14-27% dan adanya air bersih disertai cuci tangan dapat menurunkan kasus diare sebesar 22-27% (Setiorogo.S. 2014).

Upaya pemerintah untuk penanggulangan diare sudah dilakukan melalui meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan baik melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai saat ini belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena berdasarkan data yang ada, kejadian penyakit diare yang dapat dicegah dengan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan pemungkiman belum menurun (Profil. Din. Kes.RI, 2014).

Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Penderita diare di Aceh Timur sampai pada pertengahan tahun

2015 mengalami peningkatan 30% dari tahun sebelumnya dengan jumlah yang tercatat sebanyak 1.861 penderita sepanjang tahun tersebut (Dinkes Atim,2016).

Hal ini dibuktikan dengan adanya rekapan data mengenai 30 besar penyakit perpuskesmas di Aceh Timur tahun 2015 (Dinkes Atim, 2016).Dari data tersebut didapatkan kasus penyakit diare tertinggi terdapat diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong dengan jumlah kasus sebesar 798 kasus diare sepanjang tahun 2015.

Puskesmas Idi Tunong merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Aceh Timur, Berdasarkan data Puskesmas Idi Tunong kasus diare pada balita sepanjang tahun 2015 sebanyak 206 penderita, sedangkan tahun 2016, mulai dari bulan Januari sampai April, sudah terdapat 33 balita yang terkena diare, daerah dengan penderita paling banyak dengan jumlah kasus diare pada balita pada tahun 2015 sebanyak 143 penderita. (Profil Puskesmas Idi Tunong, 2015).

(4)

Padahal berdasarkan hasil penelitian Ratnawati, dkk (2015) penggunaan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkat resiko balitanya untuk terkena diare akut 1,310 lebih besar dibandingkan dengan penggunaan sarana air bersih yang memenuhi syarat. Kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2015 juga mengeluarkan data yang menunjukkan bahwa berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai dengan 94%.

Pengolahan air yang aman dan penyimpangannya ditingkat rumah tangga mengurangi angka kejadian diare sebesar 32% dan upaya meningkatkan penyediaan air bersih dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 25%. Selain itu, melakukan praktek mencuci tangan yang efektif dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 45%.

Untuk itulah penelitian tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Hubungan Ketersediaan Dan Pemanfaatan Sarana Air Bersih Dan Jamban Dengan Kejadian Diare pada Balita Diwilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016”.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan ketersediaan sarana air bersih dan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare pada balita diwilayah kerja UPT puskesmas Idi Tunong Kecamatan Idi tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016.

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

b. Untuk mengetahui hubungan pemanfaatan sarana air bersih dengan kejadian penyakit diare pada balita diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

c. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan jamban dengan kejadiaan diare pada balita diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

d. Untuk mengetahui pemanfaatan jamban dengan kejadiaan diare pada balita diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

METODOLOGI PENELITIAN

(5)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang berada diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur sebanyak 90 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita sedangkan untuk respondennya adalah ibu dari balita. Maka penentuan sampel dalam penelitian inimenggunakan rumus Slovin, maka diperoleh jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 47ibu dari balita. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Juli–08Agustus Tahun 2016 Metode pengampilan sampel yang digunakan adalahsimple random sampling yaitu dimana setiap individu dapat dijadikan sampel tanpa mempertimbangkan karasteristik yang dimiliki individu (kusuma, 2006). Kemudian didata dan dipilih sampel dengan menarik undian nama yang menjadi calon responden.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini penelitian menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada ibu yang mempunyai balita. Dimana peneliti mengukur hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare diwilayah kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016.

Analisa Data pada penelitian ini dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.UnivariatAnalisis ini digunakan untuk mendiskripsikan setiap variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu dengan melihat distribusi frekuensi untuk variabel yang memiliki skala kategori. Kemudian analisa dilanjutkan dengan menggunakan tabulasi silang untuk menguji hipotesa dilakukan analisis statistik. Analisa BivariatYaitu

analisis lanjutan yang dilakukan terhadap dua variable penelitian yang berhubungan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan variable independen (Ketersediaan sarana air bersih, Pemanfaatan sarana air bersih, Ketersediaan jamban keluarga dan Pemanfaatan jamban keluarga) dengan variable dependen (Kejadian penyakit diare pada anak balita) bermakna secara statistik. Jenis data variable independen dan dependen adalah katagorik maka menggunakan uji statistik chi - square pada tingkat kepercayaan. Pada tabulasi silang 2x2 akan dicari nilai OR (Odd Ration) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menentukan derajat kemaknaan digunakan silang kepercayaan (CI 95%). Jika nilai p – value <0,05 maka ada hubungan, jika p – value >0,05 maka tidak ada hubungan. Uji Chi Square digunakan bila data penelitian berupa frekuensi – frekuensi dalam bentuk kategori baik nominal atau ordinal. Uji ini juga digunakan untuk menentukan signifikasi dua variabel atau lebih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

(6)

Tabel Univariat

a. Kejadian Diare Pada Balita Tabel 1

Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita diWilayah Kerja UPT Puskesmas Idi TunongKabupaten Aceh Timur

Tahun 2016

No Kejadian Diare Pada Balita

F %

1. Diare 6 12,8

2. Tidak Diare 41 87,2

Jumlah 47 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2016

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 47 responden, mayoritas balitayang tidak mengalami kejadian diare sebanyak 41orang

balita (87,2%) dan minoritasbalitayang mengalami kejadian diare sebanyak 6 orang balita(12,8%).

b. Ketersedian Sarana Air Bersih Tabel 2

Distribusi Frekuensi Ketersedian Sarana Air Bersihdi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

No Ketersedian Sarana Air Bersih

F %

1. Tersedia 40 64,0

2. Tidak Tersedia 7 36,0

Jumlah 47 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2016

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 47 responden, mayoritas respondenyang tersedia sarana air bersih sebanyak 40 responden

(64,0%) dan minoritas respondenyang tidak tersedia sarana air bersih sebanyak 7 responden (36,0%).

c. Pemamfaatan Sarana Air Bersih

Tabel 3 Distribusi Frekuensi PemamfaatanSarana Air Bersih diWilayah Kerja UPT Puskesmas Idi TunongKabupaten Aceh Timur Tahun 2016

No PemamfaatanSarana Air Bersih

F %

1. Memamfaatkan 40 85,1

2. Tidak Memamfaatkan 7 14,9

Jumlah 47 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2016

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 47 responden, mayoritas responden yang memamfaatkan sarana air bersih sebanyak 40 responden

(7)

d. Ketersedian Jamban Keluarga Tabel 4

Distribusi Frekuensi Ketersedian Jamban Keluargadi Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur

Tahun 2016

No Ketersedian Jamban Keluarga

F %

1. Tersedia 38 80,0

2. Tidak Tersedia 9 19,1

Jumlah 47 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2016

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 47 responden, mayoritas respondenyang tersedia jamban keluarga sebanyak 38 responden

(80,0%) dan minoritas respondenyang tidak tersedia jamban keluarga sebanyak 9 responden (19,1%).

e. Pemanfaatan Jamban Keluarga

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur

Tahun 2016

No PemamfaatanJamban Keluarga

F %

1. Memamfaatkan 37 78,7

2. Tidak Memamfaatkan 10 21,3

Jumlah 47 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2016

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 47 responden, mayoritas respondenyang memanfaatkan jamban keluargasebanyak 37 responden

(78,7%) dan minoritas respondenyang tidak memamfaatkan jamban keluargasebanyak 10 responden (21,3%).

1. Tabel silang

Tabel 6 Analisis HubunganKetersedian Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

Ketersedian Sarana Air

Bersih

Kejadian Diare Pada Balita

F % Α P

-Value Diare % Tidak

diare %

Tersedia 0 0 40 100 40 100

0,05

0,000 Tidak

Tersedia 6 85,7 1 14,3 7 100

Jumlah 6 41 47 100

(8)

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan dari 40 responden (100%), responden yang tersedia sarana air bersih tidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 40 responden (100%) dan dari 7 responden (100%) responden yang tidak tersedia sarana air bersih mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 6 responden (85,7%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkanhasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita.

Tabel 7 Analisis HubunganPemanfaatan Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur

Tahun 2016

Pemamfaatan Sarana Air

Bersih

Kejadian Diare Pada Balita

F % Α P

-Value Diare % Tidak

diare %

Memanfaatkan 0 0 40 100 40 100

0,05

0,000 Tidak

Memanfaatkan 6 85,7 1 14,3 7 100

Jumlah 6 41 47 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2016

Berdasarkan tabel 7menunjukkan dari 40 responden (100%), responden yang memamfaatkan sarana air bersih tidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 40 responden (100%) dan dari 7 responden (100%) responden yang tidak memamfaatkan sarana air bersih

mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 6 responden (85,7%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkanhasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemamfaatan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita.

Tabel 8 Analisis HubunganKetersedian Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

Ketersedian Jamban Keluarga

Kejadian Diare Pada Balita

F % Α P

-Value Diare % Tidak

diare %

Tersedia 2 5,3 36 94,7 38 100

0,05

0,002 Tidak

Tersedia 4 44,4 5 55,6 9 100

Jumlah 6 41 47 100

(9)

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan dari 38 responden (100%), responden yang tersedia jamban keluargatidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 36 responden (94,7%) dan dari 9 responden (100%) responden yang tidak tersedia jamban keluargamengalami kejadian diare

pada balita sebanyak 4 responden (44,4%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkanhasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,002 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

Tabel 9 Analisis HubunganPemanfaatan Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

Pemamfaatan Jamban Keluarga

Kejadian Diare Pada Balita

F % Α P–

Value Diare % Tidak

diare %

Memanfaatkan 0 0 37 100 37 100

0,05 0,000 Tidak

Memanfaatkan 6 60,0 4 40,0 10 100

Jumlah 6 41 47 100

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2016

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan dari 37 responden (100%), responden yang memamfaatkan jamban keluargatidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 47 responden (100%) dan dari 10 responden (100%) responden yang tidak memamfaatkan jamban keluargamengalami kejadian diare

pada balita sebanyak 6 responden (60,0%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkanhasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemamfaatan jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

PEMBAHASAN

HubunganKetersedian Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Dari hasil penelitian menunjukkan dari 40 responden (100%), responden yang tersedia sarana air bersih tidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 40 responden (100%)dandari 7 responden

sarana air bersih mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 6 responden (85,7%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkan hasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita.

(10)

diperkirakan 88 persen kematian dari 1,6 juta anak akibat diare disebabkan oleh penyediaan air yang tidak aman, sanitasi yang tidak adekuat dan hygiene yang bunk. Air yang kita butuhkan adalah air bersih dan air minum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum bila sudah dimasak, sedangkan air minum adalah air yang melalui prosespengolahan/tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum(UNDP, 2006).

Hasil penelitian Yennie (2013), tentang kejadian diare di ada desa Dembatas yaitu balita tidak pernah diare adalah 19 balita (25,33%), balita pernah diare 56 balita (74,67%), balita umur 0-12 bulan adalah 10 balita (17,86%) dan balita umur > 12 bulan-60 bulan adalah 46 balita (82,14%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa sebagian besar balita yang diamati pernah menderita diare yaitu 56 balita dari 75 balita yang diamati. Hasil analisis data hubungan keadaan SAB dengan kejadian diaer menggunkan Uji Chi–Square test dan hasilnya diperoleh nilai p=0,00 dengan tingkat kesalahan 5% nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak atau Hi diterima. Adanya hubungan antara keadaan sarana air bersih dengan kejadian diare. Sedangkan untuk kekuatan hubungannya diperoleh CC = 0,0600 kekuatan hubungannya adalah sedang. Asumsi peneliti, dapat dilihat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikat antara ketersedian sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur, hal

ini mengambarkan perlunya sanitasi air bersih untuk hidup sehat dan bebas penyakit.Dari pengamatan peneliti dilapangan kebanyakan masyarakat sudah memproleh air bersih dalam kehidupan sehari-hari, yaitu baik yang berasal dari air PDAM dan air yang memenuhi syarat pemakaian. Informasi yang semakin mudah didapat memberikan pengetahuan kepada masyarakata akan pentingnya ketersediaan sarana air bersih.

1. Hubungan Pemanfaatan Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Dari hasil penelitian menunjukkan dari 38 responden (100%), responden yang tersedia jamban keluargatidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 36 responden (94,7%)dandari 9 responden (100%) responden yang tidak tersedia jamban keluargamengalami kejadian diare pada balita sebanyak 4 responden (44,4%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkan hasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,002 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

(11)

dilakukan fitriani (2005), di Palembang yang menyatakan bahwa keluarga balita yang memamfaatkan sumber air bersih dengan kualitas buruk beresiko 3,9 kali terkena diare dibandingkan dengan kelurga balita yang memamfaatkan sumber air bersih dengan kualitas baik.

Asumsi peneliti, bahwa hasil penelitian ini dapat kita liat bahwa pemamfaatan sarana air bersih yang baik dapat mengontrol terjadinya penyakit, air yang di mamfaatkan dengan baik yaitu melalui proses pemasakan yang mendidih, hal ini dapat mematikan kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Dari hasil pengamatan dilapangan terhadap pemamfaatan air didalam masyarakat sudah sangat baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang memasak terlebih dahulu airnya sebelum diminum.Pemahaman tentang pemamfaatn air bersih sangat dibutuhkan didalam masyarakat, agar tidak meminum air yang belum dan olah ataupun dimasak.

2. Hubungan Ketersedian Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Dari hasil penelitian menunjukkan dari 38 responden (100%), responden yang tersedia jamban keluargatidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 36 responden (94,7%) dan dari 9 responden (100%) responden yang tidak tersedia jamban keluargamengalami kejadian diare pada balita sebanyak 4 responden (44,4%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkan hasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,002 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian jamban

keluargadengan kejadian diare pada balita.

Hasil penelitian Fajar (2011), dari hasil analisis hubungan anatara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Bimbing, Kecamatan Sambirejo, kabupaten seragen. Dari hasil statistik diperoleh hasil ada hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita dengan nilai Uji Chi Square sebesar 10,703 dengan pValue sebesar 0,002. Nilai pValuelebih kecil dari 0,05 (0,002<0,05), sehingga Ha diterima dan Ha ditolak. Hal ini dapat diketahui bahwa responden dengan ketersediaan jamban yang tidak memenuhi syarat memiliki kecendrungan pada kejadian diare.Hasil ini memberikan gambaran bahwa responden dengan ketersediaan jamban yang tidak memenuhi syarat dengan kejadiare lebih besar dibandingkan dengan responden yang ketersediaan jamban memenuhi syarat. Jamban yang tidak memehuhi syarat akan memudahkan kejadian diare melalui terkontaminasi sumber air, penularan melalui serangga, serta kebiaan balita yang BAB sembaran.

(12)

namum pihak berwewenang juga perlu menyediakan jamban umum di masing-masing desa.

3. Hubungan Pemanfaatan Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Dari hasil penelitian menunjukkan dari 37 responden (100%), responden yang memamfaatkan jamban keluargatidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 37 responden (100%)dandari 10 responden (100%) responden yang tidak memamfaatkan jamban keluargamengalami kejadian diare pada balita sebanyak 6 responden (60,0%).

Dari hasil tabel silang diatas di dapatkan hasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemamfaatan jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

Hasil penelitian yang sejalan yang telah dilakukan oleh Ikhsan (2012), bahwa diketahui bahwa dari 37 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi banyak 36 orang (97,3%) yang memanfaatkan jamban dan 1 orang (2,7%) yang tidak memanfaatkan jamban. Sedangkan dari 38 responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 6 orang (15,8%) yang memanfaatkan jamban dan 32 orang (84,2%) yang tidak memanfaatkan jamban. Secara statistic dibuktikan bahwa ada hubungan yan bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan jamban (p=0,000). Pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui dalam menggunakan jamban. Jika seorang memiliki pengetahuan yang baik tentang kegunaan jamban maka tindakan untuk menggunakan jamban

akan berjalan dengan baik. Akan tetapi, apabila seorang tidak memilki pengetahuan yang baik tentang arti, manfaat, dan jenis-jenis jamban maka tindakan untuk menggunakan jamban tidak akan berjalan dengan baik.

Asumsi peneliti, dapat dilihat dari hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya pemamfaatan jamban di dalam keluarga, banyak resiko penyakit yang akat ditimbulkan jika dalam keluarga belum memamfaatkan jamban yang ada di rumah maupun jamban umum.Hal ini dapat mencegah keluarga agar tidak BAB sembarang tempat dan dapat terhindar dari penyakit diare.Pengamatan peneliti dilapangan mengenai pemamfaatan jamban sudah baik, hal ini dikarenakan sudah tingginya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan. Peneliti juga hanya mendapatkan beberapa rumah yang masih belum konsisten untuk memamfaatkan jamban yang sudah ada, karena faktor kebiasaan BAB di pinggir kali atau dengan cara masuk semak-semak untuk BAB.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian tentang Hubungan Ketersedian Dan Pemanfaatan Sarana Air Bersih Dan Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Tunong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016

1. Dari hasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita

(13)

ada hubungan antara ketersedian jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

3. Dari hasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,002 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersedian jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

4. Dari hasil uji statistic (Uji Chi-Square), diperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemamfaatan jamban keluargadengan kejadian diare pada balita.

SARAN

1. Bagi Penelitidiharapkan dapat menambah wawasan dan

pengalaman penulis

dalammengaplikasikan mata kuliah metodologi penelitian

2. Bagi Institusi Pendidikandiharapkan dapat menjadi referensi perpustakaan, memberi tambahan informasi untuk melengkapi bahan pustaka, dan sebagai perbandingan bagi penelitian selanjutnya

3. Bagi Responden agar dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kejadiaan diare pada anak balita sehingga dapat memberi masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang

4. Bagi Peneliti Selanjutnya agardapat melakukan perkembangan penelitian ini semakin lebih mendalam, dan mencari referensi tentang hubungan yang lain yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare pada anak balita

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin R, 2007. Current Issue Kematian Anak Karena Penyakit

Diare (KTI). Universitas Hasanuddin Makassar

Anwar, Athena & Anwar Musaddad. 2009. Pengaruh Aksses Penyediaan Air Bersih Terhadap Kejadian Diare Pada Anak Balita. Bandung : Jurnal Ekologi Kesehatan.

Azwar Azrul, 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan ke-4, Jakarta : Mutiara Sumber Widya

Basyir, M. 2008. Hubungan penyediaan Air Bersih dan sarana Sanitasi Dengan Kejadian Diare. Depok : Departemen Kesehatan

Bintoro, Bakti Rochman Tri. 2012. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Surakarta : Universitas Muhammadiyah.

Biro Pusat Statistik, 2011. Profil Kesehatan jawa Tengah. Kantor Statistik Provinsi Jawa Tengah.

Chandra, Budiman. 2013. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Departemen Kesehatan, 2015. Penurunan Resiko Penyakit Diare. Jakarta Universitas Indonesia.

Depkes RI, 2014. Pelatihan Penyehatan Air, Jakarta : Depkes RI

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014. Buku Pengantar Kader Pengendalian Faktor Resiko Penyakit. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

(14)

Sopiyudi Dahlan, 2012. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta : PT Arkans

Sugiono, 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : C Alfabeta Vera Elfiatri dkk, 2006. Analisa Spesial Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta : Salemba Medika

Widjaja, 2007. Mengatasi Diare dan keracunan Makanan Pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka

Widoyono, 2014. Epidemiologi,

Penularan, Pencegahan,

Gambar

Tabel Univariat
Tabel 4Distribusi Frekuensi Ketersedian Jamban Keluargadi Wilayah  Kerja UPT
tabel 7menunjukkan
Tabel 9 Analisis HubunganPemanfaatan Jamban Keluarga Dengan Kejadian

Referensi

Dokumen terkait

 Situasi pendidikan , dengan demikian, menjadi keunikan wilayah kajian pendidikan yang akan membedakan pendidikan dari ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu bantu pendidikan di

Output dari pengabdian ini berupa sejumlah karya guru menerjemahkan al-Qur’an dengan memanfaatkan aplikasi Microsoft Office, font, dan aksara Lontara dalam

Menurut Kepala Desa Sonuo Bapak H.P dalam wawancara pada tanggal 29 maret 2016, menyatakan bahwa walaupun pemerintah kecamatan telah melakukan pembinaan dan pengawasan

Simulasi temperatur maksimum dan minimum menggunakan model RegCM4 di Benua Maritim Indonesia dengan menggunakan berbagai skema kumulus dan skemafluks laut menghasilkan

Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies- spesies

pengobatan, peran PMO dalam memberi dorongan kepada pasien TB agar mau berobat teratur, dan peran PMO dalam mengingatkan pasien untuk memeriksakan dahak berulang

Dengan demikian perkebunan besar mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengembangkan investasinya Dalam bidang kelapa sawit, strategi pengembangan investasi yang umum

Dari latar belakang yang sudah di paparkan, maka perumusan masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana sistem dapat membantu pengguna dalam memantau kadar