BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1. POTENSI PENDANAAN APBD KABUPATEN SEMARANG
Perkembangan pendanaan yang bersumber dari APBD Kabupaten bidang cipta karya mengalami perkembangan yang fluktuatif. Prosentase pendanaan dari total belanja APBD untuk
bidang Cipta Karya selama kurun waktu 5 (lima) tahun antara 3%-9% dengan rata-rata prosentase kenaikan tiap tahunnya sebesar 6,3%
Pendanaan Bidang Cipta Karya pada tahun 2015 sebesar Rp. 138.067.079.769,99 atau sebesar 8,27% dari proporsi pembiayaan APBD Kabupaten. Realisasi dan proyeksi pendanaan
pembangunan infrastruktur bidang cipta karya Kabupaten Semarang selama kurun waktu 5 (lima) tahun dihitung berdasarkan rencana kebutuhan pembiayaan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
No Sektor
Realisasi
2015 2014 2013 2012 2011
1 Pengembangan Kawasan Permukiman 64.761.380.787,00 21.079.497.070,00 15.727.968.248,93 9.392.606.774,00 5.083.272.799,00 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan 7.147.164.450,00 4.762.772.300,00 18.446.282.143,90 13.831.802.874,00 4.816.720.600,00 3 Pengembangan SPAM 37.406.216.038,99 41.773.834.296,49 31.002.286.851,57 27.501.699.137,00 26.584.208.026,00 4 Pengembangan PLP 28.752.318.494,00 47.293.355.417,00 22.798.972.179,32 10.535.741.700,00 4.998.409.250,00
Total Belanja APBD Bidang Cipta
Karya 138.067.079.769,99 114.909.459.083,49 87.975.509.423,72 61.261.850.485,00 41.482.610.675,00
Total Belanja APBD 1.669.410.000.000,00 1.505.320.000.000,00 1.333.540.000.000,00 1.215.520.000.000,00 1.042.030.000.000,00
Prosentase 8,27% 7,63% 6,60% 5,04% 3,98%
Lanjutan Tabel V.1
No Sektor
Proyeksi
2017 2018 2019 2020 2021
1 Pengembangan Kawasan Permukiman 97.095.000.000,00 109.545.000.000,00 87.095.000.000,00 80.595.000.000,00 80.595.000.000,00 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan 26.999.030.000,00 72.370.500.000,00 81.824.500.000,00 28.924.000.000,00 24.816.000.000,00 3 Pengembangan SPAM 22.618.072.000,00 16.944.642.000,00 3.487.000.000,00 87.000.000,00 87.000.000,00 4 Pengembangan PLP 58.678.935.110,00 41.246.015.621,00 22.462.488.621,00 32.993.896.621,00 22.903.898.621,00
Proyeksi Total Belanja APBD Bidang
Cipta Karya 205.391.037.110,00 240.106.157.621,00 194.868.988.621,00 142.599.896.621,00 128.401.898.621,00
Berdasarkan proyeksi di atas dapat diketahui proyeksi pendanaan APBD infrastruktur
Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang sampai dengan tahun 2021 sebesar Rp. 128.401.898.621,00 dengan perincian bidang Pengembangan permukiman sebesar Rp.
80.595.000.000,00 (62,8%) ; bidang PBL sebesar Rp. 24.816.000.000,00 (19,3%); bidang pengembangan SPAM sebesar Rp. 87.000.000,00 (0,1%) dan pengembangan PLP sebesar Rp.
22.903.898.621,00 (17,8%). Selengkapnya mengenai gambaran realisasi dan proyeksi pendanaan APBD Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar berikut :
Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011 dan Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. 1 Realisasi Pendanaan APBD Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang
Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011 dan Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. 2 Proyeksi Pendanaan APBD Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang
5.2. POTENSI PENDANAAN APBN DAN APBD PROVINSI
perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2011 – 2013 cenderung mengalami peningkatan
pendanaan, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan dan kemudian meningkat kembali di tahun 2015. Pendanaan APBN dan APBD Provinsi pada tahun 2011 sebesar Rp.
19.553.172.815,00 ; tahun 2012 sebesar Rp. 23.117.621.424,00 ; tahun 2013 sebesar Rp. 40.742.421.625,00 ; tahun 2014 sebesar Rp. 37.972.999.050,00 dan tahun 2015 sebesar Rp.
81.231.038.560,00.
Trend perkembangan pendanaan dari APBN dan APBD Provinsi selama kurun waktu 5
(lima) tahun ini rata-rata prosentase setiap tahun sebesar 26%, sehingga dengan trend ini dapat diketahui proyeksi pendanaan investasi pembangunan Cipta Karya Kabupaten Semarang selama
kurun waktu 5 (lima) tahun yang bersumber dari dana APBN dan APBD Provinsi. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel Potensi Realisasi dan Proyeksi Pendanaan APBN dan APBD Provinsi berikut
TABEL V. 2 MATRIKS POTENSI REALISASI DAN PROYEKSI PENDANAAN BIDANG CIPTA KARYA APBN DAN APBD PROVINSI KABUPATEN SEMARANG
No Sektor Realisasi
2015 2014 2013 2012 2011
1 Pengembangan Kawasan Permukiman - - - - 8.825.559.000,00
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan - - - - -
3 Pengembangan SPAM - - - 259.177.000,00 259.177.000,00
4 Pengembangan PLP 634.830.000,00 591.204.000,00 - 3.456.175.300,00 8.610.868.750,00
Total Alokasi APBN, APBD Prov 634.830.000,00 591.204.000,00 - 3.715.352.300,00 17.695.604.750,00
Lanjutan Tabel V.2
No Sektor Proyeksi
2017 2018 2019 2020 2021
1 Pengembangan Kawasan Permukiman 32.285.000.000,00 114.425.000.000,00 86.135.000.000,00 7.890.000.000,00 7.890.000.000,00 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan - 3.439.200.000,00 2.921.500.000,00 - - 3 Pengembangan SPAM 177.066.779.000,00 71.217.098.000,00 19.415.000.000,00 - - 4 Pengembangan PLP 7.753.950.000,00 37.971.650.000,00 12.366.150.000,00 102.747.650.000,00 8.287.650.000,00 Total Alokasi APBN, APBD Prov 217.105.729.000,00 227.052.948.000,00 120.837.650.000,00 110.637.650.000,00 16.177.650.000,00
Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011 dan Hasil Analisis, 2016
Dari perhitungan proyeksi pendanaan di atas, dapat diketahui bahwa proyeksi pendanaan dari APBN dan APBD Provinsi untuk infrastruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten Semarang pada tahun 2017 sebesar Rp. 217.105.729.000,00 ; tahun 2018 sebesar Rp. 227.052.948.000,00 ; tahun
2019 sebesar Rp. 120.837.650.000,00 ; tahun 2020 sebesar Rp. 110.637.650.000,00 dan tahun 2021 sebesar Rp. 259.609.703.527, 00 dengan perincian bidang Pengembangan permukiman sebesar Rp.7.890.000.000,00 dan pengembangan PLP sebesar Rp.8.287.650.000,00. Selengkapnya
Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011 dan Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. 3 Realisasi Pendanaan APBN dan APBD Prov Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang
Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011 dan Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. 4 Proyeksi Pendanaan APBN dan APBD Prov Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang
5.3. ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN
Alternatif sumber pendanaan merupakan rencana kerjasama pemerintah dengan swasta di
bidang Cipta Karya meliputi beberapa kegiatan yang ada di sektor Cipta Karya. Diharapkan, dengan adanya kerjasama ini dapat menjadi sumber alternatif pendanaan yang dapat diterapkan
dalam kegiatan sektor Cipta Karya. Beberapa alternatif pembiayaan yang direncanakan untuk membiayai infrastruktur bidang Cipta Karya berasal dari KPS, BUMD, CSR dan masyarakat. Proyeksi
TABEL V. 3 MATRIKS ALTERNATIF POTENSI PROYEKSI PENDANAAN BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN SEMARANG
No Sektor Proyeksi
2017 2018 2019 2020 2021
1 Pengembangan Kawasan Permukiman 800.000.000,00 800.000.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan - 450.000.000,00 450.000.000,00 - -
3 Pengembangan SPAM 5.071.939.500,00 5.651.789.500,00 - - -
4 Pengembangan PLP 11.301.500.000,00 9.011.500.000,00 2.459.250.000,00 2.217.500.000,00 2.222.500.000,00 Total Alokasi KPS/CSR/BUMD, Masyarakat 17.173.439.500,00 15.913.289.500,00 3.059.250.000,00 2.367.500.000,00 2.372.500.000,00
Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011 dan Hasil Analisis, 2016
Sumber : LKPJ Kabupaten Semarang 2015-2011 dan Hasil Analisis, 2016
TABEL V. 4 POTENSI ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
No Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan (Rp)
1 Pengembangan Kawasan Permukiman Pengembangan pendanaan (bagi
perbaikan permukiman secara partisipatif)
Masyarakat ikut aktif dalam pembangunan infrastruktur permukiman yang ada di lingkungannya masing-masing melalui upaya pembiayaan swadaya masyarakat , sehingga diharapkan memiliki sikap ikut andil memiliki dan memelihara infrastruktur yang ada
Rp.2.050.000.000,00
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan Penataan bangunan dan lingkungan pada
kawasan strategis lingkungan industri Perbaikan kualitas fisik permukiman
hunian dengan pendekatan kampung hijau (green settlement)
Melalui program CSR dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur di lingkungan sekitar kawasan industri, sehingga pihak swasta ikut andil dalam proses pembangunan
Rp.900.000.000,00
3 Pengembangan SPAM
Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Program Penyesuaian Tarif Air
Program Peningkatan Pelayanan Pelanggan
Pembangunan SPAM Perluasan Perkotaan
Melalui pembiayaan PDAM selaku BUMD Kabupaten Semarang dalam :
- Menyusun dokumen yang diperlukan
dalam perencanaan SPAM
- penyesuaian tarif yang dilakukan
secara berkala sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan
- meningkatkan cakupan pelayanan
melalui pembangunan jaringan perpipaan
Rp.10.724.000.000
4 Pengembangan PLP
Pembentukan Lembaga Pengelola Sistim Pengolah Limbah Terpusat
Pelatihan Pengelolaan Sistem Pengolah Limbah Terpusat
Pembangunan Sarana Air bersih dan Sanitasi di lingkungan sekolah
Sosialisasi pengembangan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat
Promosi penggunaan produk daur ulang sampah
Kampanye pengurangan sampah dari sumbernya
Kampanye tatacara dan gerakan pemilihan sampah dari sumbernya Pelatihan Pengolahan sampah 3R bagi
kader desa dan RT/RW
Pelatihan bagi pengelola TPST 3R Pembangunan jaringan drainase
Pembangunan sumur resapan dan lubang biopori
Pengelolaan Sampah dari Stasiun Antara sampai TPA
Alat Angkut Stasiun antara dan TPA Perencanaan Detail (DED) Sistem
Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kawasan
Pengadaan Truk Tinja
Operasi dan Pemeliharaan Truck Tinja Pengolahan Air Limbah Skala Kawasan
berbasis masyarakat
Pengurangan Sampah Berbasis Institusi Pengurangan Sampah Berbasis
Masyarakat
Melalui pembiayaan CSR dan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi lingkungan. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
- Swasta dan Masyarakat ikut andil
dalam pembentukan kelembagaan dalam pengelolaan sanitasi lingkungan
- Berperan dalam kegiatan sosialisasi
dan pelatihan
- Pihak swasta ikut andil dalam
pengadaan sarana prasarana pendukung pengelolaan sanitasi sebagai bentuk tanggung jawab sosial
- Pihak swasta ikut serta dalam
manajeman pengelolaan sanitasi melalui pengadan sarana dan prasarana sebagai modal kerja di bidang pengelolaan sanitasi,
Rp.27.212.000.000,00
5.4. STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM,
maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.
a. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
Dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Semarang untuk tahun 2015 telah
dilakukan upaya melalui Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah, melalui: 1) Menambah objek dan subjek Pajak dan atau Retribusi.
Peningkatan cakupan Pendapatan Asli Daerah dengan meningkatkan jumlah objek dan subjek pajak dan atau retribusi daerah.
2) Meningkatkan besarnya Target Pendapatan.
Dengan pertimbangan kemungkinan adanya kesenjangan yang disebabkan data potensi kurang tersedia dengan akurat sehingga besarnya penetapan target pajak atau retribusi
belum sesuai dengan potensi yang sebenarnya. 3) Mengurangi Tunggakan.
Peningkatan cakupan dengan mengurangi besarnya tunggakan. Dengan evaluasi dan pemeriksaan terhadap realisasi dari tunggakan pada setiap rekening pendapatan. Kemudian
mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengurangi tunggakan yang ada maupun mencegah terjadinya tunggakan baru. Hal ini perlu didukung dengan adanya administrasi
tunggakan yang lengkap dan rapi.
4) 4) Penyempurnaan regulasi pemungutan Pajak maupun Retribusi.
b. Strategi Peningkatan DDUB oleh Kabupaten
Strategi peningkatan pendanaan DDUB oleh Kabupaten Semarang dapat dilakukan melalui peningkatan penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB.
Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di Kabupaten Semarang. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam
melakukan pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan melalui DDUB, Pemerintah Kabupaten Semarang perlu membuat komitmen dalam rencana
pengembangan dan investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah Kabupaten Semarang sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.
c. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran
Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan
kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan
bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan strategi kebijakan keuangan daerah berikut:
1. Mengoptimalisasikan sumber – sumber pendapatan daerah – khususnya sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah – melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan
restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 2. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi
daerah.
3. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan
penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah.
5. Penataan performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi,
efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah. 6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Semarang, terutama yang
terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.
Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan
daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
membawa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-Undang
tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu
kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:
1. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan APBD
Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik.
2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.
d. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
Pemberdayaan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah sebagai salah satu alternatif sumber
pembiayaan daerah dapat ditempuh melalui strategi : 1. Reformasi Misi Perusahaan Daerah
a) Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;
b) Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;
c) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan
memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta
dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian sosial;
d) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta
Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan Perusahaan Daerah, yaitu
tindakan yang ditujukan untuk membuat setiap Perusahaan Daerah menghasilkan laba termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol
secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham hanya
menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance indicator yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu yang didasarkan kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan sejenis; Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena selama ini Perusahaan
Daerah dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi salah satu sumber keuangan
daerah;
Restrukturisasi Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :
a) Kelompok Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi
yang tersedia; dan
b) Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus
dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang bersangkutan.
3. Profitisasi Perusahaan Daerah
Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;
b) Mengarahkan Perusahaan Daerah untuk dapat berbisnis secara terfokus dan
terspesialisasi dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;
c) Bagi Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial, diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;
d) Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan profesionalisme melalui proses fit and proper test;
e) Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk
menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih. 4. Privatisasi Perusahaan Daerah
Privatisasi utamanya bertujuan agar Perusahaan Daerah terbebaskan dari intervensi
langsung birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta
akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan Perusahaan Daerah, dan bila memungkinkan untuk Perusahaan Daerah yang sehat dan
memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang
fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan,
profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan Perusahaan Daerah,
serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional. Bagi Perusahaan Daerah yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan
umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.
Perusahaan Daerah infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi stragis dengan
operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha telekomunikasi yang kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi logis implementasi otonomi
daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder mempunyai
pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak
swasta, baik langsung maupun melalui Perusahaan Daerah dalam dalam rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.
Untuk memelihara sense of belonging, daerah/Perusahaan Daerah dan masyarakat dapat diberi peluang untuk memiliki sebagian saham Perusahaan Daerah tertentu yang berusaha di
daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi daerah
otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan
pengawasan di berbagai bidang.
e. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pembiayaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya dapat dilakukan melalui :
1. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pendapatan asli daerah melalui
pajak daerah dan retribusi daerah.
Intensifikasi salah satu cara dari yang dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah
memaksimalkan mitra kerja (peran masyarakat dan dunia usaha) yang ada saat ini, dimana Pemerintah Daerah mengintensifkan penerimaan melalui pajak dan retribusi yang
sudah ada saat ini.
Ekstensikasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dalam
memaksimalkan mitra kerja yaitu dari pihak Dispenda mencari sumber-sumber pajak dan
retribusi yang baru sehingga dapat meningkatkan PAD.
2. Meningkatkan kesadaran hukum para wajib pajak dan wajib retribusi.
Peningkatan kesadaran hukum dapat dilakukan melalui sosialisasi terhadap Perda Pajak dan Retribusi kepada masyarakat dan dunia usaha sehingga menumbuhkan kesadaran
hukum. Selain itu, pemberian insentif kepada masyarakat dan dunia usaha dapat dilakukan untuk memberikan reward kepada masyarakat dan dunia usaha yang taat pajak.
Pengembangan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan dapat dilakukan
sebagai upaya reformasi keterbukaan APBD daerah, sehingga masyarakat dan dunia usaha merasa ikut andil dalam pembangunan.
f. Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan Dan Rehabiltasi Infrastruktur
Permukiman Yang Sudah Ada
Strategi pendanaan yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Semarang dalam operasionalisasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman dapat melalui :
1. Optimalisasi penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi
Dalam usaha peningkatan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi, beberapa upaya
yang perlu dilakukan adalah :
a. Melengkapi semua persyaratan dalam upaya penyerapan pendanaan melalui APBN dan
APBD
b. Menyiapkan DDUB sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan diajukan dengan pendanaan APBN, APBD Provinsi
c. Penyiapan MoU antara pengembang dan Pemerintah Kabupaten Semarang untuk pekerjaan bidang Cipta Karya yang memerlukan MoU
2. Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah
Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah dapat digunakan sebagai sumber