• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pola Konsumsi Dan Status Gizi Baduta (Bayi 6-24 Bulan) Yang Mendapatkan Makanan Tambahan Taburia Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Gambaran Pola Konsumsi Dan Status Gizi Baduta (Bayi 6-24 Bulan) Yang Mendapatkan Makanan Tambahan Taburia Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Pola Konsumsi

Menurut Harper (1985) dalam Evawany, dkk (2004) bahwa pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Dengan demikian diharapkan konsumsi pangan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang.

Menurut Hoang yang dikutip oleh Aminah (2005) pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial.

Pada saat bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) saja sudah cukup. Walaupun Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik, namun dengan bertambahnya umur, maka anak memerlukan makanan yang jenisnya berbeda-beda, mereka membutuhkan makanan lumat, lembek, sampai akhirnya makanan orang dewasa (Aminah, 2005).

(2)

seseorang. Sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan dari penyakit.

2.1.1. Jenis Makanan Bayi 6-24 bulan 1. Air Susu Ibu (ASI)

ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, dimana komposisinya sesuai untuk pertumbuhan bayi yang biasanya berubah sesuai dengan kebutuhan setiap saat. Pemberian ASI secara Eksklusif berarti hanya diberikan ASI selama 6 bulan tanpa makan dan minum lainnya (Solihin, 1990). Menurut Nadesul dalam Aminah (2005) bahwa setiap bayi 6 bulan ke atas membutuhkan 210-250 ml ASI setiap minum.

2. Makanan Pendamping ASI

Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak di samping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi sebagian besar bayi sampai berumur 6 bulan. Oleh karena itu penting diberikan makanan pendamping (Muchtadi, 1994).

Pola makan hendaknya sesuai dengan umurnya. Penggunaan bahan makanan juga harus seimbang dan terdiri atas zat-zat yang diperlukan anak, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Selain itu, ASI harus tetap diberikan selain makanan tambahan (Abbas, 1998)

(3)

buah-buahan, nasi tim, makanan lembek dan lunak, bubur.

Menurut Muchtadi dalam Aminah (2005) bahwa makanan tambahan pada bayi hendaknya padat bergizi, mudah dicerna dan tidak mengganggu pencernaan bayi sehingga pada umur dua belas bulan maka bayi dapat diberikan makanan keluarga yang lembek dan tidak merangsang karena sudah memiliki gigi.

2.1.2. Jumlah Makanan Anak Umur 6-24 Bulan

Makanan yang ideal harus mengandung cukup bahan bakar (energi) dan semua zat gizi esensial (komponen bahan makanan yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sendiri akan tetapi diperlukan bagi kesehatan dan pertumbuhan) harus dalam jumlah yang cukup pula. Dengan cukup diartikan sesuai dengan keperluan sehari-harinya (Solihin, 1990).

1. ASI hendaknya diberikan kapan saja setiap anak meminta, setidaknya sampai anak berusia 2 tahun. Setiap kali menyusui hendaknya dilaksanakan sampai anak benar-benar puas.

2. Makanan lumat mulai diberikan pada waktu anak berusia sekitar 6 bulan sampai usia 9 bulan (mulai 1 piring dan seterusnya), secara bertahap makanan lumat diganti makanan lembek.

3. Makanan lembek diberikan menggantikan makanan lumat secara bertahap. Sehingga pada usia 9 bulan, 3-4 kali 1 piring sedang (± berisi : 1 genggam lebih beras). Pada usia 1 tahun, anak mulai dilatih makan bersama keluarganya.

(4)

sudah mulai dilatih). Anak usia 2 tahun harus makan setengah dari jumlah yang dimakan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut sedang tumbuh dengan pesat dan untuk itu dibutuhkan makanan yang banyak. Bila dalam waktu makan bersama jumlah tersebut belum tercapai, harus diberikan 2-3 kali makanan tersendiri (di luar waktu makan keluarga) untuk mencapai jumlah tersebut (Aminah, 2005).

Pada saat inilah pemberian makan pada anak balita harus seimbang, sebab masa pertumbuhan diusia ini sangat pesat sehingga harus diperhatikan kecukupan gizinya terutama kecukupan protein untuk pertumbuhan panjang badannya. Bayi dan balita yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan harus mengonsumsi protein yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa (Winarno, 1992).

(5)

2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi 1. Pengetahuan Ibu Mengenai Makanan yang Bergizi

Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang, maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Sufnidar, 2010).

2. Pendidikan Ibu

Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anaknya. Pendidikan ibu sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarganya lainnya.

Pendidikan gizi ibu bertujuan meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila pendidikan ibu tinggi. (Sufnidar, 2010).

3. Pendapatan Keluarga

Pendapatan salah satu faktor dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan tambahan untuk makanan sedangkan orang kaya jauh lebih rendah (Sufnidar, 2010). 2.1.4. Pengukuran Konsumsi Makanan

(6)

metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu (Supariasa dkk, 2002).

Dalam metode ini, responden, ibu, pengasuh (bila anak masih kecil) diintruksikan untuk menceritakan semua makanan yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai dari ia bangun pagi kemarin sampai dia tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara sampai mundur ke belakang 24 jam (Supariasa dkk, 2002). Untuk perhitungan ASI dimana anak yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari dengan intensitas pemberian maksimal 10 kali per hari (Prastyono, 2009).

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dll) atau ukuran lain yang dipergunakan sehari-hari oleh rumah tangga (Supariasa, dkk, 2002).

2.2. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa dkk, 2002).

(7)

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik (Rahmah, 2010).

2.2.1. Pengukuran Anthropometri

Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam “Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai, pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda (Narendra, 2010).

1. Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan dan tinggi badan.

a. Umur

(8)

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Narendra, 2010). c. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. (Depkes RI, 2004).

2. Syarat Pengukuran Antropometri (Narendra, 2010):

(9)

(infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan

microtoise.

b. Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita.

c. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul, penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper). Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.

d. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga.

3. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku Harvard (Rahma, 2010).

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan dan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

(10)

mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat badan/umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil maka berat badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur (Supariasa, 2002).

b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh definisi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002).

c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

(11)

a. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Umumnya untuk survei klinis secara cepat (Supariasa, 2002).

Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat (rapid clinical surveys)

ciri-ciri klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (sympton) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002).

b. Biokimia

Biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002).

c. Biofisik

Biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

(12)

Dietary History Method memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama. Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen yaitu (Rahma, 2010):

1) Wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.

2) Frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.

3) Pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang. 2.3.Asupan Zat Gizi Bayi

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2002).

(13)

yaitu bagaimana makanan bebas dari berbagai racun; fisik, kimia, biologis yang mengancam kesehatan (Soetjiningsih, 2000).

Pengaturan makanan selanjutnya harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pada usia 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu seimbang (Kania, 2010).

1. Zat Gizi Yang Dibutuhkan Oleh Anak

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan Oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Kebutuhan Zat Gizi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka

Sumber: Widya Karya Pangan dan Gizi, 2004

a. Karbohidrat

(14)

Karbohidrat gizi utama penghasil energi, jika anak kekurangan asupan karbohidrat akan berakibat pada kekurangan energi. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Akibat berat pada bayi dinamakan marasmus dan disertai kekurangan protein dinamakan kwashiorkor. Jika gabungan kekurangan energi dan protein dinamakan marasmus-kwashiorkor (Almatsier, 2003).

Energi adalah bahan utama untuk bergeraknya tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah bagaimana keterampilan anak dalam menjaga keseimbang tubuhnya mulai dari merangkak sampai berjalan dan berlari. Untuk melakukan gerakan itu dibutuhkan energi yang cukup sesuai angka kecukupan gizi berdasarkan umurnya. Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.

b. Protein

(15)

Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Protein dipecah dalam tubuh sebagai sumber energi ketika pasokan karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Protein disimpan dalam otot, tulang darah, kulit dan limfe (Williams Lippincott and Wilkins, 2007).

Berbagai bahan makanan dapat digunakan sebagai sumber protein, baik berasal dari hewani maupun nabati, seperti (Depkes, 2009):

1) Daging berwarna merah termasuk sapi dan kambing. 2) Daging ayam, telur dan susu.

3) Golongan kacang-kacang ; legume, kacang kedelai, kacang hijau.

Protein memiliki fungsi sebagai bagian kunci semua pembentukan jaringan tubuh, yaitu dengan mensintesisnya dari makanan. Pertumbuhan dan pertahanan hidup manusia dapat terjadi bila konsumsi protein cukup (Depkes, 2009):

Kekurangan protein akan menyebabkan kwasiorkor yang bisanya diikuti dengan kekurangan energi yaitu marasmus. Ini merupakan masalah yang banyak terjadi pada balita Indonesia. Sebagaimana diketahui perkembangan tidak dapat dipisahkan dari masalah pertumbuhan (Moehji, 2002).

(16)

Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama asam amino essensial (Sulistijani, 2001).

c. Lemak

Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Lemak bersifat larut dalam pelarut lemak. Lemak yang memiliki titik lebur tinggi berbentuk padat pada suhu kamar disebut lemak, sedang yang mempunyai titik lebur rendah berbentuk cair disebut minyak (Depkes, 2009):

Lemak merupakan sumber asam lemak esensial asam linoleat, pelarut vitamin yang juga membantu transportasi, menghemat sintesis protein untuk protein, dan membantu sekresi asam lambung (Depkes, 2009). Sebagaimana diketahui Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat (Nursalam, 2005). Ada enam fungsi lemak di dalam tubuh (Williams Lippincott and Wilkins, 2007):

1) Menghasilkan energi bagi tubuh.

2) Memudahkan penyerapan vitamin larut lemak. 3) Memasok asam lemak esensial.

4) Menyokong dan melindungi organ dalam. 5) Membantu pengaturan suhu.

6) Melumasi jaringan tubuh. d. Vitamin

(17)

metabolisme dan fungsi normal tubuh. Di tubuh vitamin berperan sebagai zat pengatur dan pembangun bersama zat gizi yang lain melalui pembentukan enzim, antibodi dan hormon.

2.4. Taburia

Menurut Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2010), taburia merupakan bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita. Taburia mengandung 12 vitamin dan 4 mineral yang dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak dan juga dapat mengatasi anemia.

Kementerian Kesehatan melalui program NICE (Nutrition Improvement through Community Empowerment) membuat sebuah terobosan untuk mengatasi permasalahan gizi bagi balita melalui suplemen Taburia, yakni serbuk yang mengandung vitamin dan mineral yang cara pakainya tinggal ditaburkan ke atas makanan. Peluncuran suplemen Taburia merupakan bagian dari program Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kemenkes, yakni Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE) atau perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang membutuhkannya bisa memperoleh di Posyandu atau rumah kader dengan harga Rp 300/bungkus (Kemenkes, 2010).

(18)

Program NICE dilaksanakan oleh para Kader Kesehatan Desa yang dihimpun dalam sebuah team yang disebut dengan KGM (Kelompok Gizi Masyarakat). Namun distribusi untuk suplemen Taburia ini belum menjangkau seluruh Indonesia. Sementara ini, Taburia baru tersedia di wilayah-wilayah yang menjadi lokasi proyek NICE meliputi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, NTB, NTT, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.

Adapun manfaat dari taburia itu sendiri adalah : 1. Meningkatkan nafsu makan anak.

2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi otak, mata, tulang dan gigi.

3. Memperbaiki penglihatan, pencernaan, daya ingat, fungsi saraf dan kesehatan kulit.

4. Merangsang pembentukan sel darah merah, mencegah kurang darah dan 5 L (letih, lemah, lesu, lelah, lalai/kurang konsentrasi).

5. Meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah infeksi, sariawan, gangguan mental, gangguan bicara serta berbagai penyakit yang sering diderita anak. 2.4.1. Kandungan Taburia

(19)

1. Vitamin

Beberapa vitamin yang terkandung dalam taburia adalah : a. Vitamin A

Vitamin A (Retinol atau Vitamin A, retina, dan empat karotenoid, termasuk beta karoten) merupakan vitamin yang dibutuhkan oleh retina mata menyerap cahaya retina yang mutlak diperlukan untuk kedua cahaya rendah (scotopic visi) dan penglihatan mata. Vitamin ini berfungsi untuk memelihara kesehatan mata, kekebalan tubuh, dan meningkatkan pertumbuhan anak (Almatsier, 2004).

b. Vitamin B1

Vitamin B1 atau thiamin disebut sebagai "thio-vitamin" (sulfur yang mengadung vitamin) adalah air-larut vitamin B kompleks. Pertama bernama aneurin untuk efek neurologis merugikan jika tidak hadir dalam makanan, itu akhirnya diberi nama deskriptor generik vitamin B 1. Vitamin ini berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan, dan meningkatkan fungsi pencernaan dan saraf (Almatsier, 2004).

c. Vitamin B2

(20)

d. Vitamin B3

Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Vitamin B3, terdapat juga dalam beberapa sumber pangan lainnya, antara lain gandum dan kentang manis. Vitamin ini berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, kesehatan kulit, dan meningkatkan daya ingat (Almatsier , 2004).

e. Vitamin B6

(21)

berfungsi untuk membantu pembentukan sel darah merah, pertumbuhan, dan mencegah gangguan fungsi otak (Almatsier, 2004).

f. Vitamin B12

Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan Molekul DNA dan RNA. Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12. Vitamin ini berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, fungsi saraf, pembentukan sel darah merah, dan mencegah gangguan mental (Almatsier, 2004).

g. Vitamin D

(22)

h. Vitamin E

Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Vitamin ini berfungsi untuk membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah gangguan bicara dan penglihatan (Almatsier, 2004).

i. Vitamin C

Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Vitamin ini berfungsi untuk mencegah sariawan dan perdarahan gusi, menjaga kesehatan gusi dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mencegah kelesuan dan kurang darah (Almatsier, 2004).

j. Vitamin K

(23)

atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh (Almatsier, 2004).

k. Asam Folat

Vitamin B9 (asam folat dan inklusif folat) adalah penting yaitu untuk berbagai fungsi tubuh. Tubuh manusia membutuhkan folat untuk mensintesis DNA. Hal ini terutama penting dalam membantu cepat pembelahan sel dan pertumbuhan, seperti pada masa bayi dan kehamilan. Anak-anak dan orang dewasa membutuhkan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah dan mencegah anemia. Vitamin ini berfungsi untuk membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah infeksi dan kelelahan (Almatsier, 2004).

l. Asam Pantotenat

Asam pantotenat (PA), merupakan vitamin B-kompleks yang sangat penting untuk manusia untuk pertumbuhan, reproduksi dan fisiologis normal. Vitamin ini berfungsi untuk mencegah kelelahan dan mengatasi sulit tidur pada anak (Almatsier, 2004).

2. Mineral

Beberapa mineral yang terkandung dalam Taburia yaitu : a. Yodium

(24)

tumbuh-tumbuhan yang menyerap zat tersebut dari tanah. Dalam makanan sehari-hari yodium banyak dikonsumsi dari makanan laut. Fungsi yodium adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan mental, serta mencegah kretin (anak yang mengalami keterbelakang mental) (Almatsier, 2004).

b. Seng

Seng adalah salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Seng dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan yang kaya akan kandungan protein seperti daging, kacang-kacangan dan polong-polongan. Asupan seng yang dibutuhkan tubuh manusia sebenarnya sangat sedikit, namun ternyata penyerapan seng oleh tubuh pun sangatlah kecil. Dari sekitar 4-14 mg/hari jumlah seng yang dianjurkan untuk dikonsumsi, hanya sekitar 10-40% saja yang dapat diserap. Dalam tubuh manusia seng berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan, fungsi saraf dan otak, serta nafsu makan (Almatsier, 2004). c. Selenium

Selenium merupakan mineral yang penting untuk kesehatan yang baik tetapi hanya diperlukan dalam jumlah kecil. Dalam tubuh manusia selenium berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan.

d. Zat besi

(25)

Tabel 2.3. Komposisi Taburia dalam per Bungkus sembarangan, tetapi harus sesuai dengan cara seperti berikut :

1. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum mengambil makanan anak.

2. Taburkan satu bungkus Taburia pada makanan utama yang biasa dimakan anak. Makanan utama tersebut dapat berupa nasi atau bubur, yang terbuat dari beras, jagung, kentang, ubi.

3. Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan yang berair, seperti minuman susu, sayur bening karena akan menggumpal dan tidak larut.

(26)

5. Upayakan makanan yang sudah diberi Taburia segera dimakan dan dihabiskan anak.

Jumlah taburia yang diberikan kepada anak pada usia 6-24 bulan adalah : 1. Setiap anak mendapat satu bungkus Taburia yang diberikan tiap dua hari

sekali.

2. Satu bungkus Taburia hanya diberikan untuk sekali makan saja pada waktu makan pagi.

2.4.3. Sasaran Taburia

Taburia walaupun merupakan sebuah multivitamin dan multimineral yang diberikan kepada anak balita, tetapi tidak semua balita yang menjadi cakupannya. Taburia hanya akan diberikan kepada anak bayi usia 6-24 bulan saja. Bayi usia di bawah 6 bulan bukan sasaran Taburia karena bayi usia 0-6 bulan hanya mendapatkan ASI saja (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2010).

1. Taburia Sebagai Solusi dalam Meningkatkan Kandungan Zat Gizi Mikro Anak

(27)

Taburia sebagai jawaban atas tantangan baru untuk mengembangkan produk makanan yang mengalami fortifikasi zat gizi tertentu tanpa mengubah warna, tekstur

dan rasa makanan serta biaya produksi relatif murah untuk penanggulangan anemia. Taburia diformulasi dengan kandungan ferrous fumarat (FF) mikroenkapsul dengan zat gizi mikro lain yang dibutuhkan bagi populasi berisiko seperti zinc, vitamin A, C dan D atau asam folat (Zlotkin et al, 2006).

2. Manfaat Pemberian Taburia

Beberapa manfaat pemberian Taburia (Zlotkin et al, 2006):

1. Taburia mampu menyediakan zat gizi mikro sesuai kebutuhan bagi setiap anak tanpa tergantung besar kecilnya porsi makan.

2. Taburia mengandung zat gizi mikro seperti vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, D, E, K, C, asam folat, asam pantotenat, yodium, seng, selenium dan zat besi untuk mencegah dan mengatasi defisiensi zat gizi mikro.

3. Meningkatkan nafsu makan anak.

4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi otak, mata, hidung dan gigi anak.

(28)

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep kaitan antara serbuk Taburia dengan status gizi baduta dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan diatas menjelaskan bahwa pola konsumsi pangan bayi 6-24 bulan yang mendapatkan bubuk Taburia meliputi susunan makanan dan frekuensi makan bayi dapat menggambarkan status gizi bayi 6-24 bulan yang dapat dilihat dari BB/U, PB/U, BB/PB, sehingga dapat diketahui bagaimana status gizi bayi 6-24 bulan yang mendapatkan bubuk Taburia.

Pola Konsumsi

− Susunan makanan − frekuensi makan

Status Gizi Baduta ( Bayi 6-24 Bulan):

Gambar

Tabel 2.1. Daftar Pemberian Makanan Balita Sesuai Umur dan Pemberian
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Para Peserta Pengadaan yang telah mengikuti proses Penjelasan Teknis / Aanwijzing selanjutnya akan diberikan lembar Request for Quotation (RFQ) atau lembar permintaan penawaran

18 Kukataken man bandu: Si tuhuna asum kam nguda denga, kam ngaturken dirindu gelah banci lawes ku ja atendu, tapi kenca kam metua, idudurkenndu tanndu janah kalak si deban ngiket

Berpedoman pada temuan hasil penelitian tentang kondisi fisik atlet futsal SMAN 1 Putri Hijau, maka dapat ditarik kesimpulan yakni daya tahan aerobic, rata- rata VO2max

Tanda-tanda dan gejala yang paling sering dilaporkan terkait dengan keracunan karbon monoksida akut karena efek pada sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular;

Salah satu alat ukur wellness yang dapat digunakan dan yang sudah tersedia yakni Inventori Wellness Evaluation of Lifestyle (WEL). WEL sudah dikembangkan di Amerika

Induksi dihentikan pada hari ke-7 karena setelah data tekanan darah pasca induksi dianalisis statistik melalui uji anava dan uji Beda Nyata Terkecil (LSD) dengan nilai

Ada pengaruh yang positif dan signifikan Kemandirian Belajar, Cara Belajar, dan Budaya Membaca terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMA Perintis 2

Tulus Purnomo Wibowo (Paslon Nomor Urut 2) KPU Kota Bandar Lampung, Lampung Pemeriksaan Pendahuluan 35.. Lampung Selatan, Lampung Pemeriksaan