BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Indonesia (Soejitno, 2002).
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan serta sebagai tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat penularan
penyakit dan memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan. Terkait hal tersebut, untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan
sebagaimana yang dimaksud sebelumnya maka penyelenggara pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit harus memperhatikan faktor kesehatan lingkungan rumah sakit
sesuai dengan persyaratan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan, setiap kegaitan yang dilaksanakan
akan mengahasilkan produksi limbah yang sangat kompleks. Dimana limbah yang
limbah padat, baik itu limbah padat medis maupun limbah padat non medis (Soejitno,
2002).
Limbah padat medis ialah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan gigi, laboratorium, farmasi atau yang sejenis, penelitian, perawatan,
pendidikan yang menggunakan bahan beracun, infeksius atau bahan berbahaya
memiliki sifat infeksius dan toksik. Sedangkan limbah padat non medis berasal dari
dapur, kantor rumah sakit, halaman, ruang - ruang perawatan, radiologi atau hasil
kegiatan lain yang tidak mengandung bahan infeksius, beracun atau bahan berbahaya
(Arifin, M. 2005).
Unit-unit rumah sakit yang menghasilkan limbah padat medis diantaranya
ruang ICU, ICCU, ruang perawatan/ rawat inap, IGD, laboratorium, instalasi farmasi,
poliklinik dan ruang bersalin. Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tentunya
menghasilkan limbah seperti jarum suntik, kassa verban, ampul, infus set, obat
kadaluarsa, sisa bungkus obat, pot urine, jaringan tubuh, sarung tangan dan masih
banyak lagi lainnya (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).
Pengumpulan limbah padat medis dipisahkan antara limbah padat medis
dengan limbah padat non medis, termasuk pemisahan dan pengumpulan limbah padat
medis berdasarkan karakteristik. Pemisahan limbah padat medis sejak dari ruangan
merupakan langkah awal memperkecil kontaminasi terhadap petugas kesehatan,
petugas kebersihan lingkungan, pasien maupun tamu yang berkunjung (Depkes RI,
Persyaratan pengelolaan limbah padat medis pada layanan kesehatan sesuai
International Commite of The Red Cross dan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa setiap pelayanan kesehatan harus
melakukan: minimisasi limbah padat, Pemilahan, pewadahan dan penanganan
(handling), Pengumpulan dan penyimpanan, Transportasi, Pengolahan, pemusnahan
dan pembuangan akhir limbah padat medis.
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan 1997, diungkapkan
seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari.
Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk
mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta
penularan penyakit terhadap petugas yang bekerja di rumah sakit maupun masyarakat
yang berada di sekitar rumah sakit (Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 2002).
Data dari Badan Lingkungan Hidup dan Energi Sumber Daya Mineral
(LH-ESDM) Kota Medan mencatat sebanyak 82 rumah sakit yang ada di Medan, hanya 36
rumah sakit memiliki dokumen Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UPL), selebihnya sebanyak 46 rumah sakit memiliki
dokumen Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UPL) tapi tidak memaksimalkannya dengan baik.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan jika tidak
kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, gangguan kerusakan tanaman dan
binatang, gangguan terhadap kesehatan manusia serta gangguan genetik dan
reproduksi (Depkes RI, 2004).
Dalam mencegah timbulnya risiko dan penularan penyakit terhadap petugas
pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit, faktor perilaku seperti faktor
pendukung (enabling factor) terdiri dari: kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
pengelolaan limbah di rumah sakit dan faktor pendorong (reinforcing factor) terdiri
dari: pengawasan pimpinan, peraturan rumah sakit dan sistem informasi pengelolaan
limbah sangat memengaruhi perilaku petugas (Sani, 2012).
Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap
petugas, jika petugas tidak melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan persyaratan
yang telah diatur dalam kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Risiko tersebut
seperti terjadinya gangguan kesehatan yang terjadi karena terkontaminasinya limbah
padat medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun dan buangan
yang terkena benda-benda tajam terhadap petugas pengelola limbah padat medis di
rumah sakit. Penyakit yang dapat timbul seperti penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan
C, Dermatitis Iritan Kronik serta gangguan pernafasan (Kepmenkes
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010).
WHO menyebutkan jumlah keseluruhan pekerja kesehatan sebanyak 35 juta
pekerja, 3 juta diantaranya terpajan patogen darah (2 juta pekerja terpajan virus HBV,
0.9 juta pekerja terpajan virus HBC dan 170.000 pekerja terpajan virus HIV/AIDS.
pekerjaan untuk laki-laki sebanyak 108.256 jiwa dan perempuan sebanyak 517,404
jiwa.
Di luar negeri seperti USA (per tahun) terdapat 5000 petugas kesehatan
terinfeksi Hepatitis B dan 47 orang positif terkena penyakit HIV dan setiap tahunnya
dilaporkan 600.000 – 1.000.000 pekerja terkena luka tususk jarum (diperkirakan lebih
dari 60% tidak dilaporkan). Dan di Indonesia (1998) mencatat kecelakaan akibat
kerja yang disebabkan karena tertusuk jarum suntik sekitar 41%, terdapat 65.4%
petugas pembersih rumah sakit (cleaning service) menderita Dermatitis Kontak Iritan
Kronik Tangan.
Terkait dengan pengelolaan limbah medis rumah sakit maka penting
diperhatikan beberapa penelitian yang menyebutkan pengelolaan limbah medis rumah
sakit sangat memengaruhi eksistensi rumah sakit tersebut dalam melakukan
pelayanan kepada pengguna jasa pelayanan kesehatan. Misalnya penelitian yang
dilakukan oleh Risca (2008), dimana diketahui bahwa pengelolaan limbah padat
sangat berhubungan dengan kualitas pengelolaan lingkungan rumah sakit. Selain itu
dalam penelitian ini juga diketahui bahwa perilaku yang baik dari petugas
pengelolaan rumah sakit berkaitan erat dengan upaya pengelolaan limbah rumah sakit
yang baik. Hasil penelitian Tarigan (2008), menjelaskan bahwa variabel kebijakan
rumah sakit dengan limbah padat medis merupakan faktor yang dominan berpengaruh
terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah padat medis di RSU Dr. Pirngadi
Penelitian lain yang dilakukan oleh Maimunah (2002), menunjukkan bahwa
sistem pengelolaan sampah medis rumah sakit tersebut belum memenuhi syarat. Hal
ini terjadi selain disebabkan karena kurang tersediannya sarana dan prasarana
pendukung upaya pengelolaan limbah sampah medis, juga disebabkan oleh perilaku
petugas yang kurang mendukung upaya penanggulangan sampah medis tersebut.
Hanya 36,5% petugas pengelolaan sampah medis yang menunjukkan perilaku yang
baik dalam upaya penanggulangan sampah medis.
Dengan melihat keadaan diatas maka perlu dilakukan pengelolaan limbah
padat medis yang baik, dimulai dari sumber hingga pengelolaan, yang meliputi
pengolahan, pengemasan, pengumpulan, pengangkutan, penampungan dan
penyimpanan, pemusnahan dan pengawasan, serta pencatatan dan pelaporan. Alur
untuk mengangkut limbah padat medis baik medis maupun non medis tidak boleh
sama dengan alur petugas diet dan pasien termasuk penggunaan lift juga tidak
diperbolehkan berada dalam satu lift.
Rumah sakit umum Permata Bunda Medan merupakan rumah sakit swasta.
Memiliki visi yaitu melakukan pelayanan yang ramah dan bermutu. Dari survei
pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU Permata Bunda Medan, bahwa
pengelolaan limbah padat medis mulai dari pemilahan hingga pengangkutan ke
tempat limbah sementara dilakukan oleh cleaning servis dan untuk pengelolaan
limbah padat medis bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. ARA yang berada di
Jl. Air Bersih SM Raja Medan, kemudian pemusnahan limbah dengan incinerator
limbah medis RSU Permata Bunda sudah cukup memadai namun masih ditemukan
permasalahan-permasalahan terkait pengelolaan limbah padat medis.
Hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan pengelolaan limbah padat medis
yang dilakukan oleh cleaning servis yaitu masih didapati limbah padat medis
bercampur dengan limbah padat non medis, masih terdapat petugas cleaning servis
yang tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap saat mengangkut sampah seperti
tidak menggunakan masker, tutup kepala, pelindung mata, sarung tangan khusus dan
tidak menggunakan baju khusus. Sehingga risiko kecelakaan kerja yang terjadi yaitu
masih terdapat cleaning service yang tertusuk jarum suntik sebanyak 18 orang
(40,0%) dari 45 petugas cleaning service saat melakukan pengangkutan limbah padat
ke tempat penampungan limbah sementara, hingga mengalami alergi pada kulit.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian tentang perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah
padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan tahun
2014. Untuk mengetahui bagaimana perilaku petugas cleaning servis dalam
mengelola limbah padat medis mulai dari sumber hingga pengolahan akhir yang
dilakukan oleh petugas rumah sakit terhadap limbah padat medis.
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan survei pendahuluan dapat diketahui bahwa
permasalahan dalam penelitian ini adalah perilaku petugas cleaning service yang
Hal ini berdampak tidak baik bagi keselamatan serta keamanan petugas, untuk itu
dalam meminimalkan risiko kecelakaan dan penularan penyakit terhadap petugas
maka setiap petugas harus mengetahui prosedur pengelolaab limbah padat medis
yang sesuai standar di RSU Permata Bunda Medan tahun 2014.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan perilaku
petugas cleaning servis terhadap pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko
kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan Tahun 2014.
1.4Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara karakteristik dan
perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah padat medis terhadap
risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan Tahun 2014.
1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang
telah diperoleh di bangku perkuliahan terutama mengenai pengelolaan limbah
padat medis.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
kebijaan yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan limbah padat medis
di RSU Permata Bunda Medan. Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai data
sekunder sebagai pedoman awal untuk pengembangan penelitian yang terkait
dimasa yang akan datang.
1.5.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi pihak manajemen RSU Permata Bunda Medan dalam
melakukan pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja