• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 eJournal Administrative Reform Aris Tandisau 762 773 (04 18 18 01 42 39)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2 eJournal Administrative Reform Aris Tandisau 762 773 (04 18 18 01 42 39)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2017

KEBIJAKAN PROGRAM GERAKAN DESA MEMBANGUN (GERDEMA) DI DESA LONG PADA

KECAMATAN SUNGAI TUBU

Aris Tandisau 1, Muhammad Noor 2, Anthonius Margono 3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis kebijakan program Gerakan Desa Membangun di Desa Long Pada. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang didapatkan dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui program Gerdema, masyarakat desa bersama dengan pemerintah Desa Long Pada membuat perencanaan partisipatif untuk dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang didasarkan pada potensi dan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan di bidang infrastruktur, pertanian dan perkebunan, pendidikan, dan kesehatan.

Kata Kunci : Kebijakan, Gerakan Desa Membangun (Gerdema).

Abstract

This research aims to describe, analysis policy program Gerakan Desa Membangun in Long Pada Village. This study used a qualitative approach and the data were collected by interview, observation, and documentation technique, which then analyzed by using interactive analysis model through data reduction, data presentation, and conclusion. The results show that through program Gerdema, the villagers and the government Long Pada Village make planning participate to rise economic for the villagers with is on potential and villagers’ need through infrastructure, farming, education, and health.

Keywords: Policy, Gerakan Desa Membangun (Gerdema).

Pendahuluan

Program Gerdema Jilid I periode 2011-2016 memberikan perubahan yang cukup signifikan bagi pembangunan di Kabupaten Malinau. Berbagai keberhasilan yang diperoleh melalui program Gerdema jilid I adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan angka kemiskinan, dan indeks pembangunan manusia yang meningkat serta pencapaian berbagai indikator yang lebih cepat dan lebih tinggi dibanding rencana RPJMD Kabupaten Malinau. Selain itu, terjadi perubahan besar di wilayah pedalaman, yaitu terbukanya isolasi dengan

(2)

pembangunan jalan tembus antar desa, kecamatan, dan kabupaten serta pembangunan menara telekomunikasi.

Memasuki tahun 2016, Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau melanjutkan program Gerdema Jilid II dengan menetapkan visi “Terwujudnya Kabupaten Malinau yang aman, nyaman dan damai melalui Gerakan Desa Membangun. Melalui program Gerdema jilid II, pemerintah Kabupaten Malinau mencoba menyelesaikan berbagai masalah yang masih menjadi pekerjaan rumah, seperti peningkatan sumber daya manusia, penyediaan infrastruktur dasar bagi masyarakat, penurunan angka kemiskinan dan indeks pembangunan manusia yang masih terus dipacu peningkatannya.

Desa Long Pada di Kecamatan Sungai Tubu sebagai salah satu dari 109 desa di wilayah Kabupaten Malinau menjadi sasaran dari kebijakan program Gerdema Jilid II. Sebagai desa yang berada di daerah pedalaman, Desa Long Pada menjadi prioritas program pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau karena masih banyak persoalan pembangunan yang dihadapi oleh masyarakat akar rumput, baik dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan sosial budaya. Meskipun secara umum Kabupaten Malinau melalui program Gerdema Jilid I telah mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di Kabupaten Malinau. Namun, tidak dipungkiri kondisi masyarakat di Desa Long Pada masih terdapat banyak keterbatasan yang dirasakan oleh warga.

Melalui program Gerdema jilid II, pemerintah daerah kabupaten Malinau berupaya untuk mempercepat pembangunan di Desa Long Pada dengan meningkatkan peran serta masyarakat sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk menguraikan Kebijakan Program Gerakan Desa Membangun di Desa Long Pada.

Konsep dan Teori

Teori Kebijakan Publik

Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6) dalam perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka mematuhi keputusan. Adapun dari Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7) yang mengatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan terutama dimana terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang diamaksud.

(3)

yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa yang dimaksud dikerjakan atau akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan, memiliki perspektif yang lebih luas. Pearse dan Stieffel (dalam Prijono, 1996:54) mengatakan bahwa menghormati kebhinnekaan, kekhasan lokal, dekonsentrasi kekuatan, dan peningkatan kemandirian merupakan bentuk-bentuk pemberdayaan partisipatif. Hasil Konferensi Habitat Agenda tingkat dunia yang diadakan di Istambul Turki tahun 1996 menekankan perlunya pemberdayaan masyarakat yang secara tegas menyatakan ada keabsahan dan penting bagi berbagai bentuk keterlibatan masyarakat dalam mencapai pembangunan pemukiman yang berkelanjutan a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1977:242) bahwa partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil. Lebih lanjut menurut Adisasmita (2006:78) partisipasi adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan (implementasi) program/ proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program yang dilaksanakan. Selanjutnya, Syahyuti (2006:66) mendefinisikan partisipasi sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif pembangunan. b. Pemberdayaan Masyarakat dalam Wacana Kemiskinan

(4)

Talcott Parson (1960:96) yang membedakan kekuasaan (power) menjadi dua dimensi, yaitu distributif dan generatif. Dimensi distributif kekuasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk memaksakan kehendak mereka pada orang lain. Sedangkan dimensi generatif kekuasan merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan masyarakat atau unit sosial untuk meningkatkan kemampuannya mengubah masa depan mereka yang dilakukan atas pilihan mereka sendiri. Dimensi generative kekuasaan dapat diciptakan melalui organisasi sosial dan kelompok kaum marginal untuk mendorong proses perubahan sosial yang memungkinkan mereka untuk memberi pengaruh yang lebih besar terhadap lingkup kehidupan mereka pada tingkat lokal maupun nasional.

Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

Gerakan Desa Membangun adalah konsep pembangunan yang mengedepankan asas demokrasi. Masyarakat diberi keleluasaan untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi pembangunan seperti yang muncul dalam setiap kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan di desa-desa, mengedepankan pemberdayaan, keberpihakan, inovasi, efektifitas, efisiensi, dan keterbukaan.

Gerakan Desa Membangun merupakan paradigma baru pembangunan Kabupaten Malinau dengan bertumpu pada kekuatan rakyat, yaitu, “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Seluruh penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan didasarkan pada kepercayaan sepenuhnya kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi yang harus menikmati kesejahteraan, dan menempatkan masyarakat desa sebagai pelaku pembangunan.

Gagasan “Revolusi dari Desa” dengan program Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) menjadi program andalan untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan pembangunan Desa-Kota. Inilah jawaban atas permasalahan yang dihadapi Indonesia selama ini. Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) menempatkan rakyat sebagai kekuatan kunci pembangunan karena rakyatlah yang lebih mengetahui dan mengerti bagaimana cara mengelola potensi dan nilai yang ada di desa. Tiga hal yang menjadi esensi konsep Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) adalah gerakan yang berasa dari rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan manfaatnya langsung dirasakan oleh rakyat.

(5)

pemerintah desa lebih aktif, kreatif dan partisipatif untuk menggunakan kearifan lokal yang dimiliki dalam menghadapi persoalan yang dialami.

Pelaksanaan Model Gerakan Desa Membagun (GERDEMA) sangat berarti bagi Pemerintah Kabupaten Malinau, Kecamatan dan Pemerintah Desa sendiri. Karenanya Model Gerakan Desa Membangun sebagai paradigma pembangunan baru, juga sebagai bagian dari dukungan nyata atas implementasi Undang-Undang Nomor: 6 Tahun 2014 Tentang Desa dengan berbagai penyesuaian dalam pelaksanaannya sesuai dengan kearifan lokal dan berbagai peraturan yang berlaku. Sebagai paradigma pembangunan, Gerakan Desa Membagun (GERDEMA) haruslah benar-benar diimplementasikan dengan baik. Sehingga benar-benar mampu mengubah kondisi sosial sekaligus menjadi referensi pembentukan perilaku masyarakat dan pemerintahan desa yang hakiki dalam menjalankan Gerakan Desa Membangun, dengan menjunjung tinggi nilai keterbukaan, partisipasi, toleransi, gotong-royong, demokratisasi, swadaya, kepemimpinan, pertanggungjawaban, efisiensi, efektifitas yang selalu pro rakyat. Sesuai visi pembangunan, yaitu: “Terwujudnya Kabupaten Malinau yang Maju dan Sejahtera Melalui Gerakan Desa Membangun“.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (fact finding). Sebagaimana menurut Nawawi (1990:64), bahwa metode penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian dalam bentuk deskriptif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang implementasi kebijakan program Gerakan Desa Membangun dalam upaya pemberdayaan masyarakat Desa Long Pada. Adapun analisis data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles Dan Hubernman (1992:16) yang terdiri dari empat hal utama yaitu pengumpulan data, reduksi, data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang saling berkaitan baik pada saat sebelum, selama, maupun sesudah pengumpulan data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kebijakan Program Gerdema Bidang Pembangunan Infrastruktur di Desa Long Pada

(6)

indikatornya adalah rumah-rumah masyarakat di Desa Long Pada hampir seluruhnya dalam kategori tidak layak huni dan beratap daun.

Pada tahap kegiatan pra-musrenbang dan musrenbang tingkat RT dan desa, masyarakat desa diberdayakan secara optimal melalui keterlibatannya dalam proses perencanaan pembangunan, sehingga dihasilkan prioritas kegiatan pembangunan infrastruktur yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat Desa Long Pada sebagai berikut:

a. Renovasi rumah warga

Pembangunan renovasi rumah warga menjadi prioritas pembangunan yang dilaksanakan di Desa Long Pada, kondisi tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Desa Long Pada yang mayoritas memiliki rumah tidak layak huni, sehingga melalui Gerdema dilaksanakan pembangunan infrastruktur dalam bentuk renovasi rumah. Pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan yang luas kepada masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan telah mampu memberikan manfaat yang lebih baik kepada masyarakat sehingga mampu memberi perubahan bagi kehidupan masyarakat, seperti pendapat yang disampaikan Hulme dan Turner (1990) bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga.

Masyarakat yang selama ini hanya sebagai obyek dari pembangunan karena sebagai pihak yang lemah tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menyampaikan aspirasinya dalam proses pembangunan. Dengan pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan oleh program Gerdema telah mampu menempatkan masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek dalam proses pembangunan, sehingga hasil pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan di Desa Long Pada memberikan manfaat bagi masyarakat. b. Pembangunan Jalan Malinau-Desa Long Pada

Desa Long Pada termasuk dari salah satu desa yang terisolir di Kabupaten Malinau. Keterisoliran tersebut akibat akses yang hanya dapat ditempuh ke Desa Long Pada hanya melalui jalur sungai. Pembukaan keterisoliran Desa Long Pada memberikan dampak yang luas bagi masyarakat, seperti: menurunkan biaya hidup akibat turunnya harga barang-barang kebutuhan pokok di Desa Long Pada, meningkatkan mobilitas orang dan barang, dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Akses jalan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi masyarakat, pembukaan akses jalur darat ke Desa Long pada memberikan efek domino yang positif bagi sektor-sektor yang lain, secara khusus penurunan biaya kebutuhan hidup dan ketersediaan barang dan jasa yang selama ini sangat terbatas.

(7)

Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan Desa Long Pada menjadi prioritas pembangunan infrastruktur di Desa Long Pada, hal ini didasarkan pada kondisi akses dalam Desa Long Pada masih sangat terbatas, jalan penghubung rumah warga dengan fasilitas umum dan fasilitas perekonomian warga berupa sawah dan kebun masih berupa jalan tanah dengan kondisi jalan yang rusak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Gerdema yang sudah berjalan mulai tahun 2011 menempatkan pembangunan dan peningkatan kualitas jalan dalam desa dan akses menuju sawah dan kebun masyarakat merupakan strategi yang dilaksanakan oleh pemerintah desa bersama dengan warga sebagai upaya meningkatkan taraf hidup dan kehidupan ekonomi masyarakat. Peningakatan fasilitas jalan dalam lingkungan desa dan jalan tani menuju sawah dan kebun warga memberikan manfaat yang tinggi bagi warga yang selama ini tidak berdaya terhadap kondisi yang dialami, fasilitas tersebut telah mampu menjadi salah satu faktor pendukung peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Selama ini keterbatasan akses menuju sawah dan ladang warga, menjadikan warga kurang semangat untuk melakukan cocok tanam, dengan adanya akses jalan tani warga sudah mulai semangat untuk bercocok tanam dan setiap hari warga melakukan aktivitas bertani dan berkebun untuk dapat meningkatkan kehidupan perekonomian mereka.

d. Pembangunan air bersih

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi dan sulitnya akses menuju Desa Long Pada menjadi salah satu alasan penyediaan fasilitas air bersih belum mampu menjangkau warga di Desa Long Pada. Sebelum pelaksanaan program Gerdema pemenuhan kebutuhan warga berupa penyediaan fasilitas air bersih tidak tersedia. Melalui program Gerdema telah dibangun fasilitas infrastruktur berupa air bersih bagi warga. Fasilitas air bersih yang diberikan kepada warga selain menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga juga mampu meningkatkan kemandirian keuangan Desa melalui penerimaan retribusi air bersih yang masuk pada sumber PAD Desa. Selain itu, dengan pemberdayaan yang dilakukan warga dan pemerintah Desa memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik dalam menjaga dan memanfaatkan fasilitas air bersih yang telah tersedia.

e. Pembangunan Kantor Desa Long Pada

(8)

secara optimal untuk terlibat secara aktif dan nyata dalam proses pembangunan yang diawali dengan perencanaan partisipatif melalui kegiatan musrenbangdes. Sehingga selama enam tahun pelaksanaan program Gerdema, masyarakat Desa Long Pada dapat merasakan dampak dan manfaat dari pembangunan infrastruktur di Desa mereka berupa penyediaan fasilitas infrastruktur yang sudah mulai tersedia di Desa Long Pada.

Kebijakan Program Gerdema Bidang Pertanian dan Perkebunan Di Desa Long Pada

Pembangunan bidang pertanian dan perkebunan menjadi salah satu prioritas bagi pembangunan di Desa Long, hal ini didasarkan pada kondisi masyarakat Desa Long Pada yang tertinggal dan mayoritas masyarakatnya berada dibawah garis kemiskinan. Melalui program Gerdema, masyarakat Desa bersama dengan pemerintah Desa Long Pada membuat perencanaan untuk dapat meningkatkan pertanian dan perkebunan masyarakat yang didasarkan pada potensi dan kebutuhan masyarakat kegiatan tersebut antara lain:

a. Percetakan sawah dan kebun

Masyarakat Desa Long Pada memiliki lahan yang sangat luas, namun selama ini pengelolaannya masih sangat terbatas karena keberadaan lahan belum optimal dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, sehingga hasil yang diperoleh belum mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Melalui program Gerdema masyarakat dan pemerintah Desa Long Pada menempatkan percetakan sawah dan ladang menjadi prioritas pembangunan di bidang pertanian dan perkebunan. Program percetakan sawah dan kebun merupakan program yang secara konsisten diakomodir dalam APBDes Long Pada. Setiap tahun program percetakan sawah dan ladang dilaksanakan untuk menambah luasan lahan pertanian di Desa Long Pada. Penambahan luasan lahan pertanian telah mampu merubah pola pikir dan pola kerja masyarakat, dahulu intensitas masyarakat ke ladang untuk menggarap lahanya sangat kurang, dengan tersedianya lahan pertanian telah mampu memberikan semangat dan motivasi bagi warga untuk setiap hari menggarap lahan yang dimilikinya. Pemberdayaan mampu memberikan kekuatan dan semangat warga untuk dapat memiliki kehidupan yang lebih baik melalui bidang pertanian sebagai profesi dan pekerjaan mayoritas masyarakat Desa Long Pada.

b. Bantuan bibit padi dan merica

(9)

masyarakat desa. Untuk dapat mengoptimalkan program dan dana Gerdema, pemerintah Kabupaten Malinau melalui Satgas Gerdema memberikan pendampingan kepada pemerintah desa agar dapat mengelola keuangan dan program Gerdema dengan baik, benar dan optimal.

Kebijakan Program Gerdema Bidang Pendidikan Di Desa Long Pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau melalui program Gerdema Jilid II memberikan perhatian yang besar pada sektor pendidikan, kebijakan tersebut diambil untuk dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Malinau. Kebijakan wajib belajar 16 tahun diambil oleh Pemerintah Kabupaten Malinau sebagai upaya peningkatan pendidikan bagi para calon peserta didik, sehingga ketika memasuki sekolah dasar mereka sudah memiliki dasar untuk dapat membaca dan menulis.

Pemberdayaan kepada masyarakat Desa Long Pada melalui pemberian pemahamanan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau, baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan maupun pemerintah Kecamatan Sungai Tubu, sebenarnya telah mampu merubah pola pikir masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka, hal ini tercermin melalui setiap tahun masyarakat Desa Long Pada selalu menempatkan program pendidikan sebagai program prioritas dengan alokasi dana yang cukup besar yang dibiaya melalui dana Gerdema. Namun, tidak dipungkiri, bahwa kondisi pendidikan masyarakat Desa Long Pada masih jauh tertinggal dari daerah-daerah lain baik diwilayah Kabupaten Malinau maupun luar Malinau.

Selama enam tahun pelaksanaan Gerdema telah mampu memberikan pemahaman yang baik bagi masyarakat dibidang pendidikan, upaya ini harus terus ditingkatkan untuk dapat mengejar ketertinggalan pendidikan masyarakat Desa Long Pada sebagai salah satu solusi pengentasan dari kemiskinan. Program-program pendidikan yang dilaksanakan di Desa Long Pada sejauh ini telah mampu memberikan hasil yang baik terhadap peningkatan pendidikan masyarakat Desa Long Pada, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan sebagai solusi yang efektif untuk mengentaskan dari kemiskinan sudah mulai terbentuk.

Kebijakan Program Gerdema Bidang Kesehatan Di Desa Long Pada

Dinas Kesehatan selama pelaksanaan program Gerdema selalu aktif dan terlibat dalam proses perencanaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Long Pada, oleh karena itu terdapat beberapa program kegiatan yang dilaksanakan dan didanai oleh APBD melalui Dinas Kesehatan antara lain: penyediaan tenaga kesehatan yang ditempatkan pada Pustu Desa Long Pada, yaitu terdiri dari satu orang dokter umum, tenaga perawat dan bidan yang totalnya sebanyak enam orang; Sejak tahun 2014 pustu Desa Long pada telah dilayani oleh dokter; Peningkatan pustu Desa Long Pada menjadi puskesmas dan pembangunan fisiknya akan dimulai pada tahun 2018.

(10)

program kesehatan yang dilaksanakan melalui dana Gerdema baik yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Malinau maupun dana APBDes Long Pada telah menunjukkan hasil yang baik bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat di bidang kesehatan.

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau Untuk Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Gerdema

Gerdema telah memberikan manfaat yang positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Long pada. Keberhasilan program Gerdema tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Malinau melalui pemerintah Kecamatan Sungai Tubu seperti informasi yang disampaikan oleh Bapak Tinas selaku Camat Sungai Tubu sebagai berikut.

a. Pelatihan

Pemerintah Kecamatan Sungai Tubu secara konsisten dan berkesinambungan melaksanakan program pelatihan yang ditujukan kepada aparatur Desa Long Pada dan masyarakat desa untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap program Gerdema dan peran serta masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.

b. Pendampingan

Kegiatan pendampingan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelatihan. Melalui pendampingan yang dilaksanakan oleh pemerintah kecamatan dan SKPD terkait, masyarakat Desa Long Pada akan diberdayakan untuk secara aktif terlibat dalam proses pembangunan yang dilaksanakan di Desa Long Pada

c. Perencanaan Partisipatif

Pemberdayaan kepada masyarakat yang menjadi jiwa dari program Gerdema diimplementasikan secara nyata melalui pelaksanaan perencanaan partisipatif yang dilaksanakan oleh masyarakat mulaidari pra-musrenbang tingkat RT sampai dengan kabupaten.

Kesimpulan

(11)

yang ditempatkan di pustu Desa Long Pada, ketersediaan alat kesehatan, obat-obatan dan faslitas kesehatan lainnya yang didanai oleh Gerdema baik melalui APBD Kabupaten Malinau maupun APBDes telah dapat meningkatkan kesehatan masyakat, seperti penurunan angka kematian bayi, penurunan angka anak sakit yang dilakukan dengan memberikan imunisasi secara lengkap dan rutin.

Pelaksanaan program Gerdema tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Malinau dan pemerintah Kecamatan Sungai Tubu melalui kegiatan pelatihan kepada aparatur desa dan masyarakat Desa Long Pada, pendampingan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program serta mendorong warga untuk terus meningkatkan peran mereka dalam proses perencanaan partisipatif.

Saran

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau harus secara konsisten meningkatkan anggaran dana Gerdema kepada pemerintah Desa Long Pada, mengingat masih dibutuhkannya anggaran yang cukup besar untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat Desa Long Pada di bidang infrastruktur, pertanian, pendidikan dan kesehatan

2. Pemerintah Kabupaten Malinau segera meningkatkan pustu menjadi puskesmas untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat Desa Long Pada di bidang kesehatan, keberadaan puskesmas di Desa Long Pada saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dan mendesak bagi warga.

3. Pemerintah Desa Long Pada segera memanfaatkan aplikasi Simdes dalam pengelolaan keuangan desa berbasis teknologi informasi untuk dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi dan akuntabilias pengelolaan dana Gerdema dari APBD Kabupaten Malinau dan dana Desa dari APBN.

Daftar Pustaka

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. CV. Alfabeta: Bandung. Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha

Ilmu: Yogyakarta

Chambers, Robert. 1983. Rural Development Putting the Last First. Longman Inc: New York.

Cohen and Uphoff. 1977. Rural Development Participation. Cornell University: New York

Hulme, David & M. Turner. 1990. Sociology of Development: Theories, Policies and Practices. Harvester Whearsheaf: Hertfordshire.

Miles, B. Mathew, Huberman A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press: Jakarta.

Nawawi. 1990. Metode Penelitian Sosial. UGM Press: Yogyakarta.

(12)

Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Centre for Strategic and International Studies (CSIS): Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Persentase hasil pengolahan data yang dikirim ke BPS Pusat tepat Waktu Memelopori peningkatan kemampuan para pelaksana kegiatan statistik dalam menyelenggarakan dan menyajikan data

Bulbil dapat pula digunakan sebagai bahan perbanyakan, yang pada prinsipnya seperti perbanyakan pada umbi mikro, yaitu diambil sisik bagian luar yang sudah dapat dilepas dan umbi

Namun demikian, beberapa saran perlu diberikan agar kesesuaian antara standar dan praktik pada BPRS Bangka Belitung dapat ditingkatkan lagi dan menjadi acuan dalam

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 106 atas Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah

Bagian Hukum adalah unsur staf yang dikepafai oleh seorang Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Asisten I Tata Pemerintahan dan tugasnya membantu merumuskan pengendalian

e eja jadi dian an ti tida dak k di diha hara rapk pkan an ; ; < < ad ad?e ?erse rse A Aaant nt ad adala alah h su suatu atu ke kejad jadia ian

Berdasarkan analisis yang dilakukan, waktu baku inspeksi sesuai dengan QCS sebesar 364.586 detik atau setara dengan 101,27 jam untuk inspeksi manual oleh operator Offline

(2-tailed) sebesar 0,005 < 0,05 dan berdasarkan nilai r hitung 0,460 > r tabel 0,334, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan