• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN POLA PERGERAKAN DAN KINERJA JA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERUBAHAN POLA PERGERAKAN DAN KINERJA JA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

CRITICAL REVIEW

PERUBAHAN POLA PERGERAKAN DAN KINERJA

JARINGANTRANSPORTASI SEBAGAI DAMPAK

PENGEMBANGAN KAWASANSTRATEGIS DI PUSAT

KOTA BEKASI

Tugas I Mata Kuliah Transportasi Kota II

oleh:

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergerakan terbentuk akibat adanya aktivitas yang dilakukan bukan di tempat

tinggalnya. Artinya, keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan dalam

menciptakan perjalanan dan pola sebaran tata guna lahan sangat mempengaruhi pola

perjalanan orang (Tamin, 1997).

Penyebab perjalanan adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan

dan mengangkut barang kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan pergerakan

mempunyai zona asal dan tujuan, dimana asal merupakan zona yang menghasilkan

perilaku pergerakan, sedangkan tujuan adalah zona yang menarik pelaku melakukan

kegiatan.

Pembangunan Kawasan Summarecon Bekasi (KSB) merupakan salah satu bagian

dari Kawasan Strategis Pusat Kota Bekasi yang diharapkan mampu meningkatkan

perekonomian Kota Bekasi. Di sisi lain, pembangunan compact city ini akan

menambah pola pergerakan transportasi di kawasan sekitarnya, karena tingginya

bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan. Akibatnya, terjadi pembebanan jaringan

jalan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembangunan KSB Bekasi

terhadap pola pergerakan dan kinerja jaringan jalan di sekitar kawasan tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain:

1. Teridentifikasinya bangkitan dan tarikan pergerakan rencana guna lahan KSB

Bekasi

2. Teridentifikasinya dampak pembangunan KSB Bekasi terhadap perubahan pola

pergerakan dan tingkat pelayanan jalan di wilayah studi yang ditinjau dari

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ringkasan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis, penggunaan lahan di KSB Bekasi direncanakan sebagai

kawasan pemukiman (perumahan horizontal dan vertikal), perkantoran, fasilitas

umum dan sosial.

Penelitian ini mengidentifikasi dampak pembangunan KSB Bekasi terhadap

perubahan volume pergerakan dan kinerja jaringan jalan di Kota Bekasi dikembangkan

dua skenario, yaitu (1) pembebanan jaringan jalan tanpa pembangunan KSB Bekasi

dan (2) pembebanan jaringan jalan dengan pembangunan KSB Bekasi.

No Guna Lahan Bangkitan

Hasil perhitungan bangkitan dan tarikan KSB menunjukkan bahwa tarikan

pergerakan lebih besar daripada bangkitan pergerakan (Dd > Oi) dengan selisih

sebesar 11.808 smp/jam. Hal ini menunjukkan bahwa KSB akan mengubah orientasi

pergerakan pada jam puncak pagi hari yang berasal dari zona eksternal menuju

kawasan pusat Kota Bekasi. Perubahan pola pergerakan pada wilayah internal bagian

barat Kota Bekasi menunjukkan bahwa permintaan perjalanan menuju fasilitas

perdagangan dan jasa yang ada di wilayah tersebut berkurang dengan adanya KSB.

Selain itu, perubahan pola pergerakan juga terjadi hampir pada seluruh kelurahan

(4)

Harapan Baru, dan Teluk Pucung. Hal ini menunjukkan bahwa KSB akan menarik

pergerakan khususnya yang berasal dari SPPK Bekasi Utara.

Melalui hasil analisis, diperoleh data perubahan tingkat pelayanan jalan. Tingkat

pelayanan jalan dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Tingkat pelayanan jalan eksternal

a. Arah menuju pusat kota

Jalan Ir. Juanda yang merupakan jaringan jalan arteri primer mengalami

penurunan LoS yang cukup signifikan, dikarenakan fungsinya sebagai jalan

utama yang melayani pergerakan internal dan eksternal. Sementara itu, ruas

jalan arteri sekunder yang mengalami penurunan tingkat pelayanan adalah Jalan

Raya Karang Satria yang merupakan jalan penghubung wilayah eksternal bagian

utara Kota Bekasi. Jalan kolektor primer yang mengalami penurunan tingkat

pelayanan ialah Jalan Babelan Raya yang merupakan jaringan jalan utama

menuju Kecamatan Babelan. Namun peningkatan LoS terjadi pada Jalan Pekayon

Raya yang menunjukkan akan terjadi pengurangan pembebanan pada ruas jalan

tersebut.

b. Arah menjauhi pusat kota

Keberadaan KSB tidak menimbulkan pembebanan pergerakan yang

signifikan pada ruas jalan eksternal dengan arah menjauhi pusat kota.

Perubahan tingkat pelayanan jalan hanya terjadi pada adalah Jalan Pekayon

Raya yang meningkat dari LoS E menjadi LoS D, Jalan Pahlawan yang

meningkat dari LoS C menjadi B, dan Jalan Kaliabang yang menurun dari LoS

D menjadi LoS E.

2. Tingkat pelayanan jalan internal

a. Arah menuju kawasan Summarecon

KSB menimbulkan pembebanan pergerakan pada ruas jalan internal yang

signifikan sehingga menurunkan tingkat pelayanan beberapa ruas jalan internal

dengan arah menuju Kawasan Summarecon.

b. Arah menjauhi kawasan Summarecon

Kawasan Summarecon akan menghasilkan penurunan tingkat pelayanan

jalan pada ruas jalan internal dengan arah keluar dari pusat kota namun tidak

(5)

memiliki tingkat pelayanan baik dari tiga belas ruas jalan menjadi dua belas

ruas jalan dengan presentase panjang ruas jalan yang memiliki tingkat

pelayanan baik berkurang dari 84% menjadi 78%.

2.2Critical Review

Pertumbuhan pesat Kota Jakarta berdampak pada kota-kota di sekitarnya.

Pengembangan Kawasan Summarecon Bekasi merupakan salah satu langkah yang

dilakukan oleh pemerintah Kota Bekasi untuk mewujudkan Kota Bekasi sebagai kota

penyeimbang kota Jakarta. KSB sebagai kota kompak, yang menyediakan fasilitas

terpusat dalam satu kawasan, diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Kota

Bekasi.

Pembangunan suatu wilayah pada dasarnya akan berpengaruh terhadap kawasan

di sekitarnya. Pengembangan kawasan ini juga berdampak pada perubahan pola

pergerakan dan kinerja jaringan jalan di pusat Kota Bekasi. Hal ini disebabkan oleh

lokasi pengembangan KSB terletak di pusat kota serta fungsi lahan yang beragam dan

terpusat, sehingga bangkitan dan tarikannya cukup tinggi.

Untuk melihat bangkitan dan tarikan pergerakan KSB dilakukan identifikasi

karakterisitik bangkitan pergerakan dengan didasarkan pada hasil studi Maria dkk.

(1997) mengenai dampak perkembangan Kotabaru di Tangerang (studi kasus: Kota

Modern, Gading Serpong, dan Alam Sutera). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan

oleh Maria didapatkan karakterisitik bangkitan pergerakan penduduk pada suatu kota

baru. Metode studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa karakterisitk pergerakan KSB

akan mendekati karakterisitik pergerakan kawasan-kawasan mandiri yang telah ada.

Namun, kelemahan penggunaan metode ini adalah, hasil studi yang telah dilakukan

di daerah Kotabaru mempunyai kemungkinan besar hasil yang berbeda di KSB.

Rencana guna lahan perkantoran dan perdagangan skala kota yang menyumbang

77% tarikan pergerakan dari tarikan pergerakan total KSB, merupakan faktor paling

(6)

Diagram 1 Tarikan yang dihasilkan KSB

Dengan adanya tarikan yang sangat besar, maka pola pergerakan di ruas jalan

menuju KSB akan semakin tinggi.

Selain itu, diketahui bahwa tempat tinggal (apartemen dan perumahan) merupakan

salah satu aspek yang mendominasi presentase bangkitan di KSB, yakni 19%

apartemen dan hotel serta 14% perumahan.

Diagram 2 Bangkitan yang dihasilkan KSB

Kota Bekasi memiliki daya tarik tersendiri sebagai akibat dampak pertumbuhan

pesat Kota Jakarta. Mahalnya harga lahan di pusat kota metropolitan Jakarta,

menyebabkan masyarakat mencari lahan di pinggiran kota. Fenomena ini kemudian

disebut sebagai urban sprawl. Oleh karena itu, permintaan akan lahan pemukiman

semakin besar.

Di sisi lain, pembangunan KSB juga memberikan dampak positif. Pembangunan KSB

pada satu sisi akan meningkatkan pembebanan pada Kawasan Pusat Kota tetapi di

sisi lain memiliki pengaruh positif terhadap pengurangan beban pergerakan pada

kawasan-kawasan yang berada di Kawasan Pusat Kota yang memiliki

(7)

dari KSB, maka akan terjadi perubahan pergerakan karena kawasan atau zona yang

lebih dekat dengan KSB akan terlayani oleh fasilitas-fasilitas yang terdapat di KSB

secara langsung. Dengan demikian Kawasan Summarecon Bekasi tidak hanya akan

meningkatkan pergerakan menuju Kawasan Pusat Kota tetapi juga menurunkan

intensitas pergerakan menuju zona-zona di bagian barat Kota Bekasi yang berbatasan

dengan Kota Jakarta.

2.3 Solusi

Melalui hasil penelitian di atas, pengembangan Kawasan Summarecon Bekasi

berdampak pada perubahan tingkat pelayanan jaringan jalan dan pertambahan

permintaan perjalanan dari dan menuju wilayah tersebut. Hal itu dapat diatasi dengan

penerapan konsep transit oriented development (TOD).

TOD adalah salah satu model pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi

tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal. Dengan

demikian, perjalanan akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang

terhubung langsung dengan tujuan perjalanan.

Adapun strategi utama yang harus diterapkan dalam mendukung konsep TOD ini

adalah:

a. Optimalisasi pelayanan sarana transportasi publik

Angkutan umum merupakan salah satu pelayanan publik yang sangat vital, hal

ini dikarenakan angutan umum merupakan sarana transportasi yang paling

efektif dan efisien, mengurangi pembebanan pada jaringan jalan, serta dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, optimalisasi

pelayanan sarana transportasi publik direkomendasikan dilakukan. Pelayanan

yang diutamakan adalah jumlah moda, frekuensi lewat, kualitas pelayanan

moda, dan sistem operasional. Selain itu, pengembangan mass rapid transit

yang mampu mengangkut penumpang dengan jumlah yang banyak (massal)

dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid) sangat

direkomendasikan.

b. Revitalisasi jalur khusus pedestrian dan pengendara sepeda

Pemberdayaan kembali moda transportasi non motor dapat dilakukan sebagai

(8)

didukung dengan pola tata ruang dan akses yang baik, di mana fasilitas umum

dan sosial dapat dicapai dengan mudah. Hal yang harus diperhatikan adalah

revitalisasi jalur khusus pejalan kaki (trotoar) serta pengendara sepeda. Selama

ini, kedua jalur tersebut sering dialihfungsikan sebagai tempat perdagangan

informal (PKL) maupun sebagai jalur lintas pegendara sepeda motor. Oleh

karena itu, regulasi yang tegas untuk menertibkan kedua jalur ini tentu sangat

diperlukan.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Radityatama, Derry dkk. 2012. Perubahan Pola Pergerakan Dan Kinerja Jaringan

Transportasi Sebagai Dampak Pengembangan Kawasan Strategis Di Pusat Kota

Bekasi. Bandung: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V1N2.

Chairunnisa, Yane. 2012. Kajian Penyediaan Dan Pemanfaatan Pelayanan Transportasi

Publik Di Kota Bekasi. Jogjakarta.

penataanruang.go.id/bulletin/index

Referensi

Dokumen terkait

Justru dari Coedes lah orang yang pertama mempunyai perhatian tentang Sriwijaya dan sekaligus menyebutkan Palembang-lah sebagai pusat dan ibukota Sriwijaya

Dampak dari diangkatnya ruas Jalan Lingkar Luar Gorontalo menjadi jalan nasional adalah bahwa ruas-ruas jalan nasional yang melayani pergerakan menuju ke Kota Gorontalo, yaitu Jalan

Adanya pergerakan U-TURN pada ruas jalan dua arah dan terbagi maka kemacetan yang terjadi akan semakin bertambah parah dan potensi terjadinya kecelakaan lalu

Pengawetan bambu dengan metode tangki terbuka menggunakan bahan pengawet kimia harus dilakukan pada bambu dalam keadaan basah atau segar, karena pada proses ini

Pekerja wanita di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh saat bekerja di sektor jasa 9,1 persen mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan 6,8 persen

hutan, serta peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan Memantapkan penyelenggara an perlindungan dan konservasi sumber daya alam Konservasi Keanekaragam an

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surakarta yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta menjadi lokasi Pilot menuju wilayah bebas

Kawasan sekitar Tahura Djuanda umumnya merupakan dataran tinggi yang memiliki keindahan panorama (scenic beauty) dan lingkungan alami cukup asri sehingga mendorong