• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Anak T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Anak T"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN KELUARGA

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Terhadap Terbentuknya Generasi Muda

Dosen Pembimbing Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd

Disusun Oleh:

Arif Putra Wicaksana 15102241048

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua pada Anak Terhadap Terbentuknya Generasi Muda.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Dengan ini saya berharap semoga makalah tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua pada Anak Terhadap Terbentuknya Generasi Muda ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, Juni 2017

(3)

ABSTRAK

Proses perkembangan dan perubahan pada tiap individu terutama pemuda memiliki banyak tantangan. Tantangan tersebut salah satunya berasalah dari faktor lingkungan, yang mempengaruhi proses pendewasaan. Apabila generasi muda tidak mampu menghadapi tantangan maka akan timbul kasus-kasus krisis moral seperti kenakalan remaja, tawuran, seks bebas yang menyebabkan banyaknya pasangan muda hamil di luar nikah, bullying, pencurian, pembunuhan, hingga yang paling kecil yaitu rokok dan alkohol yang mulai merambah ke anak-anak dan remaja. Sehingga makalah ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan apa saja jenis pola asuh bagi anak, memandang pola asuh mana yang baik bagi anak untuk diterapkan oleh orang tua, serta pengaruh pemberian pola asuh terhadap terbentuknya generasi muda.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia. Fase ini berproses ke arah perkembangan dan perubahan – perubahan yang bersifat transisional. Dalam peruses inilah setiap individu pemuda akan selalu berhadapan dengan tantangan-tantangan baik yang timbul dari proses pertumbuhan kepribadiannya maupun tantangan yang muncul dari lingkungannya. Factor lingkungan mempengaruhi proses pendewasaan yang berpangkal tolak dari lingkungan keluarga dan juga lingkungan masyarakat.

Di zaman sekarang, banyak permasalahan yang melanda rakyat Indonesia. Salah satunya yang menyasar pada generasi muda bangsa Indonesia. Dimana generasi muda bangsa Indonesia pada saat yang mengalami krisis moral. Kasus kasus seperti kenakalan remaja, tawuran, seks bebas yang menyebabkan banyaknya pasangan hamil diluar nikah, bullying, pencurian, pembunuhan, hingga yang paling kecil dimana rokok dan alkohol mulai merambah ke anak anak dan para remaja.

Kasus kasus seperti diatas kini bahkan sudah bukan menjadi hal yang jarang terjadi pada generasi muda bangsa Indonesia pada saat ini.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja jenis jenis pola asuh ?

2. Bagaimana pola asuh yang baik untuk anak ?

3. Bagaimana pengaruh pola asuh terhadap terbentuknya generasi muda ? C. Tujuan

(5)

KAJIAN TEORI

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi, membimbing, membina, dan mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan menjadikan anak sukses menjalani kehidupan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Euis (2004:18) “Pola asuh merupakan serangkaian interaksi yang intensif, orangtua mengarahkan anak untuk memiliki kecakapan hidup”. Sedangkan (Maccoby dalam Yanti, 2005:14) mengemukakan istilah pola asuh orangtua untuk menggambarkan interaksi orangtua dan anak-anak yang didalamnya orangtua mengekspresikan sikapsikap atau perilaku, nilai-nilai, minat dan harapan-harapanya dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Sedangkan Khon Mu’tadin ( 2002) menyatakan bahwa pola asuh merupkan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak sehingga memungkinkan anak untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah proses interaksi orangtua dengan anak dimana orangtua mencerminkan sikap dan perilakunya dalam menuntun dan mengarahkan perkembangan anak serta menjadi teladan dalam menanamkan perilaku.

Pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah “Nilai” hal ini sering lebih merupakan pengertian ideologis dan cultural dari pada pengertian ilmiah, misalnya “Pemuda harapan bangsa” dan “pemuda pemilik masa depan” dan lain sebagainya yang kesemuanya itu merupakan beban moral bagi pemuda untuk memberikan konstribusi pada masa depan masyarakat bangsa Indonesia. Tetapi dilain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan yang akut seperti narkoba, kenakalan remaja, dan terbatasnya lapangan kerja.

c) Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua.

(6)

a) Dilihat dari ideologis politis, maka generasi muda adalah calon pengganti dari generasi terdahulu, dalam hal ini berumur antara 18-30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun.

b) Dilihat dari umur, lembaga dan ruang lingkup tempat diperoleh ada 3 kategori: Siswa, usia antara 6-18 tahun, masih ada di bangku sekolah.

Mahasiswa, usia antara 18-25 tahun, masih ada di Universitas atau perguruan tinggi. Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi, usia antara 15-30 tahun.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis jenis pola asuh.

Menurut Baumrind (dalam Santrock 2002: 257-258) ada empat macam bentuk pola asuh adalah sebagai berikut: Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri.. Anak dijadikan sebagai miniatur hidup dalam pencapaian misi hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shapiro(1992:27) bahwa “Orangtua otoriter berusaha menjalankan rumah tangga yang didasarkan pada struktur dan tradisi, walaupun dalam banyak hal tekanan mereka akan keteraturan dan pengawasan membebani anak”.

Baumrind juga mengatakan bahwa pola asuh otoritatif atau demokrasi, pada pola asuh ini orangtua yang mendorong anak-anaknya agar mandiri namun masih memberikan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal dimungkinkan dengan kehangatan-kehangatan dan kasih sayang yang diperlihatkan. Anak-anak yang hidup dalam keluarga demokratis ini memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi dan menunjuk perilaku yang terpuji.

Shapiro (1999:28) mengemukakan “Dalam hal belajar orangtua otoritatif menghargai kemandirian, memberikan dorongan dan pujian. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan penerapan pola asuh autoritatif indentik dengan penanaman nilai-nilai demokrasi yang menghargai dan menghormati hak-hak anak, mengutamakan diskusi ketimbang interuksi, kebebasan berpendapat dan selalu memotivasi anak untuk menjadi yang lebih baik.

Pola asuh penelantaran adalah pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, orangtua pada pola asuh ini mengembangkan perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orangtua lebih penting dari pada anak-anak. Dimana orangtua lebih cenderung membiarkan anak-anaknya dibesarkan tanpa kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan pola asuh orang tua permisif dimana pada pola asuh ini orangtua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, namun menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap anak mereka. Orangtua cenderung membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja, sehingga anak tidak dapat mengendalikan perilakunya serta tidak mampu untuk menaruh hormat pada orang lain.

(8)

menyatakan bahwa “orangtua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung ingin selalu disukai dan anak tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam mengenai standar dan harapan, tanpa komitmen peribadi untuk disiplin dan bertanggungjawab.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua yang permisif, tidak dapat menanamkan perilaku moral yang sesuai dengan standar sosial pada anak. Karena orangtua bersifat longgar dan menuruti semua keinginan anak. Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa masingmasing dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tua juga akan menghasilkan macammacam bentuk perilaku moral pada anak. oleh karena itu orang tua harus memahami dan mengetahui pola asuh mana yang paling baik dia terapkan dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

B. Pengaruh pola asuh terhadap anak.

Bentuk pola asuh permisif, dalam mengasuh anak-anak orang tua menerapkan aturan tapi aturan yang diterapkan itu tidak pernah di jalankan, setiap ada keinginan selalu dipenuhi dan saat anak melakukan kesalahanpun dianggap biasa karena anak masih belum mengerti karena usia anak masih cukup dini. Yang menhasilkan perilaku anak yang kurang baik, dan menunjukkan sikap suka menang sendiri dan berbicarapun dengan intonasi dan bahasa yang tidak enak didengar.

Shapiro (1999:127-128) mengemukakan bahwa “orangtua permisif berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak patuhan”. Orangtua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak seharusnya berkembang sesusai dengan kecenderungan alamiahnya.

Shocib (1998:14) menyatakan bahwa pola pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orangtua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuan yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar perilaku moral. Orangtua dan anak sebagai pribadi dan pendidik dapat mengelola bentuk pola asuhnya dalam menanamkan perilaku moral dan mengembangkan segala aspek pada anak sesuai dengan tempat, situasi dan kondisi yang bersangkutan.

(9)

Bentuk pola asuh demokratis juga memberikan aturan kepada anaknya dan menuntut anak untuk mematuhinya, namun dalam menerapkan aturan orang tua menyertainya dengan penjelasan yang menggunakan kata-kata yang baik dan mudah dipahami, sehingga anak tidak merasa keberatan untuk mematuhi atau menjalankan aturan atau larangan yang diterapkan itu.

Dalam memberikan larangan atau menerapkan aturan, orang tua diharapkan menggunakan pilihan untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada anaknya, sehingga anak merasakan larangan atau aturan itu bukan lagi larangan peraturan yang terpaksa dia ikuti melainkan tanggung jawab bagi dirinya sendiri.

Menurut Natuna (2007:145) bahwa seperti halnya orangtua otoriter, orang tua demokratis juga memiliki seperangkat standar dan aturan yang jelas, ia juga menuntut anak untuk memetuhi segala aturan tersebut, perbedaannya adalah orangtua gaya ini menerapkan peraturan tersebut melalui pemahaman bukan paksaan. Orangtua demokratis berupaya menyampaikan peraturan-peraturan tersebut disertai penjelasan yang dapat dimengerti.

Bentuk pola asuh otoriter, orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, dimana dalam mengelola pola asuhnya beliau menerapkan banyak aturan yang harus dipatuhi oleh anak dan memberi hukuman kepada anak ketika anak melanggar aturan tersebut. Hukuman yang diberikan dapat berupa dikuranginya uang jajan, waktu bermain atau tidak dizinkan bermain keluar rumah.

Menurut Natuna (2007:145) bahwa anak-anak dari keluarga pola asuh otoriter menunjukkan beberapa kesulitan tertentu dalam berperilaku. Mereka yang dibesarkan dalam keluarga otoriter cenderung kurang memperlihatkan rasa ingin tahu dan emosiemosi yang positif serta cenderung kurang bisa bergaul. Hal ini disebabkan oleh sikap orangtua yang terlalu keras dan membatasi rasa ingin tahu anak dengan menerapkan berbagai aturan yang apabila dilanggar akan mendapatkan hukuman.

C. Pengaruh pola asuh terhadap generasi muda.

Pola asuh yang diterapkan orang pada anaknya memilik dampak yang sangat signifikan terhadap terbentuknya kepridadian anak. Kepribadian yang kurang baik pada anak karna disebabkan pola asuh yang diterapkan orang tuanya juga akan berdampak pada lingkungan bermain anak. Maka dari itu ada kaitan yang sangat erat terhadap terbentuknya generasi muda dengan kepribadian anak yang dihasilkan dari pola asuh yang diterapkan orang tua.

Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya, diantaranya :

a. Memaksakan kewajiban tanpa memberi pemahaman

(10)

b. Menyikapi perilaku anak hanya dengan satu pola

Anak akan selalu berkembang baik sikap, perilaku hingga kepribadiannya. Maka dari itu orang tua tidak bisa menerapkan satu pola saja dalam mendidik anak. Diharap orang tua dapat memahami sehingga dapat menyesuaikan pola mana yang tepat untuk dipakai.

c. Enggan menerapkan sikap disiplin

Terlalu memanjakan anak dari pola asuh permisif merupakan suatu hal yang salah dalam mendidik anak. Orang tua juga harus dapat mendidik atau menerapkan sikap disiplin kepada anak.

d. Tidak menggunakan siasat nafas panjang saat menyikapi kesalahan anak

Ketiadaan perilaku edukatif dalam menyikapi anak dan adanya perilaku buruk seperti marah, membentak, reaktif, dan menyakiti sukup untuk menumpuhkan sikap apriori, membangkang, frustasi, permusuhan, tertutup (introvert), pasif, dengki, dan lain lain pada jiwa anak.

e. Tidak berupaya mengetahui motif anak berbuat salah

Ada beberapa motif dan alasan yang mendorong anak untuk berbuat kesalahan. Namun, karena banyaknya orang tua yang tidak mengetahui dan tidak memahaminya, sehingga orang tua menyikapi kesalahan kesalahan anaknya dengan cara yang tidak tepat.

f. Selalu menerima syarat yang diajukan anak

Menerima syarat yag diajukan oleh anak agar ia mendapat imbalan atas segala sesuatu yang memang harus dilakukan atau ditinggalkan akan membuat anak tidak mau melakukan kewajiban atau meninggalkan hal hal buruk kecuali jikan anak mandapatkan imbalan.

g. Berlebihan dalam berjanji kepada anak

Memberikan janji pada anak untuk memotivasi sang anak merupakan hal yang diperbolehkan. Tetapi, tidak boleh berlebihan terutama memberikan janji pada anak terhadap tidakan yang sudah semestinya anak lakukan (kewajiban) dan terhadap hal yang harus ditinggalkan.

h. Menghukum anak atas perilaku baiknya

Seringkali orang tua tidak menyadari akan perbuatannya yang menghukum anak atas perilaku yang dilakukan oleh anak, padahal belum tentu yang dilakukan anak merupakan hal yang tidak baik untuknya. Biasanya orang tua terlampau ego tanpa melihat dari sudut pandang lain.

(11)

Sikap pantang memberikan hukuman, baik fisik maupun hukuman lainnya, terhadap kesalahan yang diperbuat oleh anak adalah kesalahan besar. Meskipun dengan alasan “namanya juga masih anak anak”.

j. Memberikan isyarat negatif

Isyarat negatif yang diberikan pada anak baik secara lisan ataupun perbuatan dalam menilai diri anak akan sangat mempengaruhi pada perkembangan psikologi anak. Anak akan merasa dihantui oleh penilaian orang tua terhadap dirinya.

k. Membandingkan seorang anak dengan anak lainnya secara tidak adil

Membandingkan anak dengan anak lainnya baik saudaranya maupun anak orang lain secara tidak adil dan tidak tepat, dapat mengahcurkan konsep diri si anakdan menangkap segala perbandingan itu secara negatif.

l. Memberikan standar ganda

Apa yang telah orang tua ajarkan terhadap anak seperti kejujuran, tanggungjawab serta nilai agama maka orang tua harus dapat mencerminkan apa yang telah diajarkan pada sikap dan perbuatan.

m. Tidak memenuhi kebutuhan kasih sayang dan cinta anak

Kesalahan yang berkembang adalah anggapan bahwa rasa cinta indentik dengan memenuhi kebutuhan fisik, berupa pakaian, makanan, dan lain lain. Padahal cinta hakiki yang tidak disadari kebanyakan orang tua adalah emosi dan pemahaman.

n. Tidak memerhatikan patokan patokan dalam memberikan sanksi fisik

Orang tua perlu mempunyai patokan atau standar pada kesalahan yang dilakukan oleh anak. Kesalahan seperti apa yang harus diberikan hukuman secara fisik, sehingga sanksi secara fisik diharap menjadi pilihan terakhir dalam memberikan sanksi.

o. Tidak memerhatikan perbedaan individual dalam mendidik anak

Anak diciptakan dengan segala keunikan dan perbedaan dengan anak lainnya, baik fisik maupun karakter kejiwaan. Maka dari itu orang tua harus mampu memahami dan mengoptimalkan apa yang ada pada diri anak.

p. Tidak bertahap dalam berinteraksi dengan anak

Dalam menyikapi berbuatan yang dilakukan oleh anak haruslah dilakukan secara bertahap tidak langsung memberikan sanksi, seperti dimulai dari dinasihati, kemudia diberi hukuman psikologis, barulah diberikan sanksi fisik.

(12)

Sikap orang tua seperti itu akan sangat mempengaruhi perkembangan psikologis anak. Menyebabkan anak menjadi pendiam dan minder atau penakut. Maka dari itu perkataan orang tua haruslah sangat dijaga dalam mendidik anak.

r. Tidak kompak dalam cara mendidik

Tidak kompaknya antara kedua orang tua dalam mendidik anaknya akan menimbulkan sikap kebingungan anak. Anak menjadi sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

s. Tidak melibatkan anak dalam membuat aturan

Anak juga perlu dilibatkan dalam pembuatan peraturan yang akan diterapkan pada anak. Karena saat anak terlibat dalam membuat peraturan maka anak akan berusaha menghormati dan mematuhi peraturan tersebut.

t. Bersikap negatif dan salah terhadap anak

(13)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Jenis-jenis pola asuh yang bisa diterapkan oleh para orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh penelantaraan, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis

2. Pola asuh yang baik bagi anak yaitu jenis pola asuh demokratik. Yaitu orang tua yang tidak terlalu mengekang anak dengan segala aturan yang orang tua buat, membebaskan anak namun tidak melupakan tanggungjawab yang harus anak penuhi.

3. Pengaruh pola asuh terhadap generasi muda yaitu dimana masih kurangnya pemahaman orang tua terhadap pola asuh yang diterapkan pada anak sehingga menyebabkan kesalahan dalam mendidik anak dan menghasilkan anak tumbuh dengan kepribadian yang kurang baik dalam menjadi generasi penerus bangsa.

B. Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Al-hamd, muhammad. 2000. Kesalahan Mendidik Anak, Bagaimana Terapinya.

Diterjemahkan oleh: Abu Barzani. Jakarta: Gema Insani.

Citro, RI Suhartini. 1980. Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Dimas, Muhammad Rasyid. 2005. 20 Langkah Salah dalam Mendidik Anak. Diterjemahkan oleh: Tate Qomaruddin. Bandung: PT Syamil Cipta Media.

Dwiyani, V. 2004. 11 Langkah Menjadi Sahabat Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua : dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta

Digilib.uinsby.ac.id. 2009. Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non Formal di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

Diunduh dari digilib.uinsby.ac.id pada hari Sabtu, 17 juni 2017 pukul 12.04 WIB

Ejournal.kopertais4.or.id. 2015. Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak.

Diunduh dari ejournal.kopertais4.or.id pada hari Minggu, 18 Juni 2017 pukul 09.28 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosi pada remaja. Artinya variabel pola asuh orang tua

Data yang saya peroleh dari teman-teman akan saya gunakan dalam penelitian saya yang berkenaan dengan Persepsi Mengenai Pola Asuh Orang tua dan Kecerdasan

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul an Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Karakter Anak -benar karya otentik saya

Penerapan pola asuh yang baik dalam pencegahan terhambatnya perkembangan dan pertumbuhan bagi anak diharapkan kepada orang tua dapat memberikan pola asuh yang

a) Frekuensi jumlah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di PAUD Al-Hasanah Tebing Tinggi Okura, peneliti menyimpulkan bahwa tipe pola asuh permisif merupakan

Dalam rangka membentuk individu yang memiliki konsep diri yang positif, maka setiap orang tua perlu memperhatiakan pola asuh seperti apa yang lebih tepat diterapkan di dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui pandangan masyarakat terhadap keberadaan lokalisasi Gambilangu Semarang, (2) Mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua

Pola Asuh Keluarga pada Anak Usia 10-14 Tahun Pola asuh merupakan suatu metode yang diterapkan orang tua untuk mengontrol, membimbing dan mendampingi putra-putrinya menuju