• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN DARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PREDIKSI DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN DARI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

OSEANOGRAFI PERIKANAN

PREDIKSI DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN DARI PERSEDIAAN IKAN

YANG DITENTUKAN BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN

TAUFIK RACHMAN

12912036

PRODI OSEANOGRAFI

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN ILMU KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

PRAKATA

Stock dalam perikanan merupakan sebuah pengertian kuantitas dalam populasi atau jenis ikan tertentu dimana parameter intrinsiknya (kelahiran, perkembangan, dan kematian) merupakan faktor signifikan yang mempengaruhinya. Naik turun jumlah populasi dapat pula disebut dinamika ketersediaan populasi. Pembelajaran identifikasi kelimpahan biasa menggunakan konsep stock untuk menentukan ketahanan reproduksi terhadap eksploitasi, sebagai alat utama untuk mengidentifikasi populasi (Iles and Sinclair, 1982). Kelimpahan satu populasi ikan bergantung pada posisi populasi dalam rantai makanan, dimana hal tersebut akan menentukan waktu kelimpahan populasi tersebut di suatu tempat.

Dinamika populasi merupakan satu siklus dimana satu fase dan fase lainnya akan saling mempengaruhi. Kematian massal di satu fase akan berpengaruh pada kuantitas pada fase lain dalam satu populasi. Waktu, adalah komponen yang sangat dibutuhkan dalam proses perikanan dimana ikan tidak seketika muncul berada dalam fase recruitment, namun di belakang kondisi ikan siap tangkap pasti ada proses pembiakan dan pematangan ikan dengan variable lingkungan yang mempengaruhi proses pembiakan dan pematangan. Kondisi tersebut sering dilupakan manusia dimana manusia hanya mengeksploitasi dengan melupakan proses yang terjadi sebelumnya. Hal tersebut yang sering menimbulkan apa yang disebut over-fishing.

Harapan penulis semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan lebih tentang pentingnya proses pembiakan dan perkembagan ikan sebelum dilakukan penangkapan ikan lebih lanjut.

(3)

TUJUAN

Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi dinamika populasi yang berujung pada pengaruhnya terhadap kuantitas ikan dalam lingkungan yang berbentuk kelimpahan maupun stock

LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi sangat berpengaruh pada dunia perikanan. Kita bisa mengetahui dimana ikan banyak berada, kita bisa mengetahui daerah upwelling yang nantinya akan mempengaruhi kelimpahan ikan. Prediksi-prediksi tersebut berguna jika ada ikan yang bisa kita tangkap. Seperti yang diketahui, jumlah tangkapan nelayan dan landings ikan-ikan beberapa tahun belakangan cenderung berkurang. Faktor alam memang dominan menyebabkan hal tersebut sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi perikanan dari manusia, namun faktor yang langsung mempengaruhi perikanan dari manusia juga besar berpengaruh.

Untuk dapat mempertahankan kuantitas ikan tangkapan, bahkan mengembangkannya agar jumlah tersebut bertambah, kita perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kelimpahan ikan dan stock. Lebih dari itu, campur tangan manusia juga menentukan arah tren perikanan tersebut, apakah akan positif atau negatif. Rekayasa lingkungan yang mungkin akan manusia lakukan sejatinya harus terlebih didahului dengan pengungkapan aspek-aspek yang mempengaruhinya, agar tujuan yang dilakukan rekayasa tersebut tepat sasaran.

(4)

TEORI DASAR

Di zaman modern ini, pekerjaan-pekerjaan secara bertahap mengadopsi sains dan statistik ke dalam setiap program kerjanya, hal itu pun terjad di bidang perikanan. Hal-hal seperti variabilitas lingkungan bahkan kegiatan penangkapan ikan itu sendiri mempengaruhi dinamika populasi atau jumlah panen dari stock ikan. Pemahaman tersebut membuat ilmuan bekerja untuk memprediksi kelimpahan ikan di suatu tempat agar penangkapan nelayan di daerah tersebut efektif. Selain meningkatkan efektifitas nelayan dalam penangkapan, sains dan statistik juga dapat digunakan untuk mencegah kepunahan ikan akibat over-fishing di sebuah fishing ground. Dengan banyaknya manfaat yang didapat dalam bidang perikanan laut, maka ilmu-ilmu yang dapat terkait seperti oseanografi dan geodesi semakin sering digunakan dan dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini.

Fitoplankton merupakan produsen primer di lautan, dimana mereka mendapat makanan dari hasil fotosintesis (bahan-bahannya didapat dari nutrient yang terkandung di laut dan sinar matahari). Sebagai produsen primer di lautan, kebanyakan makhluk hidup di laut bergantung secara langsung dan tidak langsung dari pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton. Predator besar (seperti tuna) tidak mengkonsumsi fitoplankton, namun mereka mengonsumsi ikan kecil; dimana ikan kecil mengonsumsi zooplankton; dan zooplankton mengonsumsi fitoplankton. Rantai makanan seperti itulah yang diteliti dan walaupun dalam jangka waktu yang lama bisa digunakan untuk memprediksi kelimpahan ikan yang dibutuhkan, sehingga di beberapa negara maju, keberadaan dan kelimpahan phytoplankton ini biasa dicari menggunakan satelit sebagai tanda

Produksi skala global dalam sektor

perikanan dan

aquaculture

(5)

awal dugaan terjadinya kelimpahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan phytoplankton di laut adalah sebagai berikut:

[1] Cahaya

Cahaya digunakan phytoplankton untuk proses fotosintesis. Laju fotosintesis akan tinggi bila intensitas cahaya tinggi dan menurun bila intensitas cahaya berkurang. (Nybakken, 1988) dan Wetzel (1975) menyatakan bahwa kelimpahan phytoplankton dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang terlalu kuat akan merusak enzim fito-oksidatif phytoplankton akibatnya phytoplankton yang tidak tahan akan mati. Bebarapa kelas phytoplankton seperti Cyanophyceae (Blue Green Algae-BGA) dapat tumbuh baik pada intensitas cahaya yang tinggi (suhu > 29oC) sedangkan untuk Chlorophyceae dan Diatom menjadi faktor penghambat

[2] Nutrien

Nutrien dibutuhkan untuk pertumbuhan phytoplankton. Keberadaan phytoplankton berkaitan erat dengan nutrien yang tersedia, terutama karbon, nitrogen, phosfor, dan kalium, serta silica untuk kelompok diatom.

a. Carbon

Sumber karbon yang dapat dimanfaatkan phytoplankton sebagian besar adalah karbon anorganik dalam bentuk CO2 dan Bicarbonat. CO2 di perairan tambak berasal dari difusi dari udara dan proses respirasi organisme heterotrof dan dekomposer (bakteri pengurai) maka biasanya CO2 tersedia dalam konsentrasi yang mencukupi dan bukan sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan phytoplankton. Karbon anorganik tersebut akan diubah menjadi karbohidrat dalam proses fotosintesis.

b. Nitrogen dan Phosphor

(6)

kelompok yang tidak diharapkan sehingga dapat mengganggu stabilitas lingkungan, bahkan mematikan udang (Poernomo, 1988). Adanya perbedaan rasio N/P yang terdapat diperairan merupakan indikasi timbulnya perbedaan jenis phytoplankton yang mendominasi perairan tersebut sehingga menimbulkan warna yang berbeda. Rasio N/P dapat dihitung dengan membagi jumlah nitrogen anorganik (Ammonia+Nitrat+Nitrit) dengan phosphor anorganik dalam bentuk ortophosphate (PO4-). Perbandingan Rasio N/P yang diharapkan untuk menumbuhkan jenis chlorophyceae dan Bacillariophyceae (Diatom) adalah 10-20/1 lebih baik mendekati 16/1 agar dapat tumbuh dengan stabil, perbandingan N/P yang rendah <10/1 akan menumbuhkan Cyanophyta atau Blue Green Algae sedangkan dinoflagellata yang menyebabkan air berwarna merah dan dapat menimbulkan racun akan tumbuh subur pada rasio N/P 10/1.

c. Kalium dan Silica

Kalium dan Silica merupakan nutrien yang banyak dimanfaatkan oleh phytoplankton jenis Bacillariophyceae (Diatom) sebagai salah satu sumber elemen untuk membentuk komposisi frustula pada lapisan sel Bacillariophyceae dalam proses assimilasi.

[3] Grazing Zooplankton

Phytoplankton adalah sumber pakan alami bagi zooplankton. Dalam suatu ekosistem yang stabil biasanya phytoplankton tersedia dalam jumlah yang melimpah dibandingkan zooplankton sehingga apabila terjadi grazing oleh zooplankton maka keseimbangan ekosistem tetap terkendali. Penurunan kelimpahan phytoplankton akan sangat drastis apabila kelimpahan zooplankton tinggi yang akan menyebabkan aktivitas grazing zooplankton pun meningkat.

Data dari SeaWiFS yang menunjukan variasi rata-rata jumlah klorofil di lautan dunia

Sumber:

(7)

Upwelling sebagai parameter kelimpahan ikan tangkap

Biasanya perairan dengan produktivitas yang tinggi dikenal sebagai lokasi upwelling. Pengaruh dari upwelling ini dapat member dampak positif terhadap kesuburan perairan, terutama terkonsentrasinya senyawa hara lapisan permukaan yang terbawa oleh penaikan massa air dari kedalaman tertentu. Penimbunan senyawa hara ini dapat menyebabkan meningkatnya produktivitas perairan pada daerah tertesebut, hal tersebut berkaitan dengan poin yang sudah disebutkan di atas, bahwa phytoplankton membutuhkan berbagai macam nutrient untuk tetap berfotosintesis. Dengan waktu tertentu setelah terjadinya upwelling, daerah perairan tersebut menjadi kaya akan jenis-jenis ikan terutama jenis ikan pelagis (Hamzah,1987).

Pergerakan air dari bawah ke permukaan mengakibatkan terangkatnya unsur-unsur potensial seperti bahan organik dan anorganik yang terjebak pada lapisan bawah. Bahan-bahan organik yang terjebak pada daerah anaerob pada lapisan bawah terangkat ke atas memasuki daerah aerob sehingga proses dekomposisi dapat berjalan dengan sempurna. Bahan organic ini dilapisan permukaan akan menjadi bahan anorganik (nutrien) yang dapat langsung dimanfaatkan oleh organisme autotrop seperti fitoplankton. Bahan anorganik yang terjebak tidak dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton karena pada lapisan bawah intensitas cahaya terlalu kecil untuk terjadinya proses fotosintesisi yang efektif. Melalui proses upwelling maka unsur-unsur potensial yang berada dibawah dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton. Upwelling meningkatkan produktivitas biologi yang merupakan rantai makanan penting dalam proses produksi di laut. Nutrien makro yang penting dilaut adalah ammonia, nitrat, nitrit, silicon terlarut, dan posfor

Daerah upwelling secara global

Sumber:

(8)

(Odum, 1971; Codispoti, 1983). Silikat jumlahnya berlimpah di laut dangat dibuhtuhkkan oleh fitoplankton terutama dari kelas diatom.

Keberadaan Ikan Berdasarkan Temperatur Lingkungan Hidup Ikan

Makhluk hidup mempunyai kecenderungan untuk mencari tempat hidup yang sesuai atau cocok dengan tubuhnya, tidak terkecuali ikan, Sebagai contoh, lingkungan ikan Marlin mungkin tidak sama dengan lingkungan ikan Tuna karena kemampuan aklimatisasi kedua ikan tersebut terhadap temperatur lingkungan hidupnya berbeda. Keterimaan tubuh ikan tersebut terhadap temperatur lingkungan membuat beberapa ikan penjelajah berpergian ke berbagai lautan seluruh dunia agar dapat mencari daerah yang cocok untuk mereka tinggal.

Pemaparan di atas lah yang digunakan nelayan-nelayan pancing (longline fisher) untuk menentukan waktu dan lokasi pencarian mereka. Dengan menggunakan informasi seperti SST yang diunduh dari satelit, mereka dapat mempertimbangkan situasi yang cocok untuk tangkapan yang mereka inginkan. SST diunduh sebagai hasil pengamatan oleh satelit, kebanyakan datanya

Variasi SST bumi dalam 0C untuk empat hari pada 2011

Sumber: NOAA

Kisaran temperature yang dibutuhkan berbagai spesies untuk menetap di suatu perairan

(9)

merupakan data perairan di seluruh bumi dan digunakan oleh oseanografer maupun marine biologist. Beberapa jenis ikan tangkapan nelayan pancing seperti albacore tuna, bigeye tuna, skipjack tuna, ikan marlin, ikan pedang, bluefin tuna, dan yellowfin tuna menjelajahi lautan berdasarkan temperatur lautan tersebut karena kebutuhan masing- masing spesies tersebut.

Variasi kondisi lingkungan sangat mempengaruhi distribusi, kelimpahan, dan ketersediaan ikan di laut, dampaknya pada nelayan adalah jumlah dan tempat tangkapan mereka yang bisa bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan yang terjadi. Data hasil tangkapan satelit membutuhkan analisis oseanografi sehingga patutnya nelayan yang akan melakukan penangkapan ikan mendapat informasi jelas tentang distribusi, kelimpahan, dan ketersediaan ikan dari para oseanografer melalui pemerintah. Dengan adanya jalur komando seperti itu, selain tangkapan nelayan bisa lebih pasti, juga pemerintah bisa mengatur agar tangkapan ikan di suatu tempat tidak over-fishing. Bukan hanya memprediksi posisi kelimpahan ikan saja, remote sensing juga dapat digunakan untuk mendeteksi jejak ikan-ikan bermigrasi. Sebagai contoh, dengan menggunakan infrared dari satelit, jejak migrasi dan durasi dari bluefin tuna di sepanjang pesisir timur Amerika Serikat bisa terdekteksi (Roeffer et al. 1982). Analisa jejak dan durasi migrasi dan kelimpahan tuna sirip biru tersebut didapat dari pergerakan pemanasan musiman di sekitar permukaan air, dimana pergerakan ke arah utara dari kondisi isotherm dalam rentang 19-200C.

Variable Lingkungan yang Mempengaruhi Regenerasi Ikan

Varibilitas lingkungan dan kegiatan penangkapan mempengaruhi dinamika populasi atau jumlah panen dari stock ikan. Penyebab naik turunya populasi ikan tidak hanya bergantung pada kondisi alam, namun faktor lain seperti manusia, predator, hingga mangsa juga akan mempengaruhi regenerasi yang berujung pada kuantitas di dalam sebuah populasi. Untuk pemaparan lebih jelasnya bisa dilihat dalam poin-poin berikut

[1] Keadaan lingkungan sementara dan pengaruh temperature dalam dinamika

recruitment

(10)

perkembangan stock-recruitment, ikan-ikan dalam fase pre-juvenile dipertimbangkan sebagai faktor kunci dalam pemodelan tersebut (Hilborn & Walter, 1992). Hal-hal tersebut secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan ikan tersebut (iklim, predator, dan sebagainya). Dalam memodelkan kelimpahan 38 jenis ikan komersil di Atlantik Utara, Ottersen dan rekan-rekan [2013] menghubungkan variasi temperature laut, stock pembiakan biomassa, dan rata-rata umur perpindahan dari fase juvenile ke recruitment untuk mencari stock ikan komersil. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan tujuh hipotesis yang dibuat ilmuan lain sebelumnya.

[2] Perubahan struktur dalam ruang hidup populasi

Semua populasi binatang terbentuk sebagai hasil tempaan dari lingkungan fisis dan berhubungan secara perilaku dan proses biologi di dalam dan/atau diantara berbagai populasi. Perubahan dalam ruang lingkup struktur hidup populasi di laut bisa mempengaruhi kelimpahan dan bisa juga merubah kemampuan populasi dalam menghadapi gangguan dari manusia dan lingkungan (Gaston dan rekan, 2000; Bacheler dan rekan, 2009). Ciannelli dan rekan [2013] menunjukan bahwa populasi bisa terstruktur ulang tingkah lakunya hingga mengesampingkan hubungan genetic dan demografi. Mereka juga menggarisbawahi pentingnya memeriksa ruang hidup ekologi dari populasi ikan dengan tujuan:

1. Mengetahui mekanisme dasar yang berujung pada laju perubahan dalam kelimpahan populasi dan interaksi komunitas

2. Memberikan indikator stock yang baik dan sehat

(11)

3. Menggolongkan konsekuensi perubahan pola lingkungan dan ruang hidup sebagai akibat dari kerentanan populasi terhadap perubahan lingkungan dan eksploitasi oleh manusia

[3] Prediksi kuantitas ikan fase recruitment

Prediksi kuantitas dari ikan berdasarkan dengan fasa hidup ikan merupakan tantangan besar di zaman modern ini untuk mengatur bidang perikanan. Prediksi yang paling mudah dilakukan adalah dengan mengetahui spawning stock biomass atau jumlah biomassa yang 50% populasi didalamnya cukup tua untuk berkembang biak, maka kita dapat memprediksi jumlah telur yang akan muncul dalam populasi tersebut. Lebih lanjut, prediksi ikan muda bisa dilakukan dengan melihat ketahanan telur dan larva terhadap dampak luas dari lingkungan sekitar mereka berada.

Stige dan rekan-rekan [2013] memeriksa pengaruh kelimpahan larva terhadap kuantitas ikan muda, dimana larva juga digunakan untuk prediksi kelahiran ikan baru. Stige melakukan analisis terhadap 4 spesies di 3 ekosistem kutub selatan. Kesimpulan analisis yang dilakukan Stige menunjukan bahwa prediksi yang berdasarkan tahap lanjut pertumbuhan ikan tidak menghasilkan estimasi yang lebih baik daripada dengan yang berdasarkan tahap awal pertumbuhan ikan. Dalam kasus tersebut, Stige juga menunjukan bahwa dengan melibatkan faktor lingkungan dalam prediksi akan meningkatkan akurasi dari prediksi tersebut. Dan kesimpulan terakhir yang ditekankan oleh Stige adalah sekalipun dalam sebuah sistem lautan yang sangat kompleks, korelasi lingkungan dan keladiran yang tidak stabil, dan data time series yang pendek, pemanfaatan informasi lingkungan akan meningkatkan prediksi kelahiran dalam populasi tersebut.

Fase ikan dan prediksi kemungkinan kematian akibat pengaruh iklim dan lingkungan

(12)

[4] Interaksi predator-mangsa

Tidak seperti kebanyakan ekosistem di darat, ekosistem di laut memberikan ruang untuk terjadinya pembalikan sistem predator-mangsa. Ikan pelagic kecil yang biasa dijadikan mangsa ikan-ikan besar dan terbiasa mencari makan dengan menjelajahi daerahnya bisa menjadi predator untuk kompetitornya (yang bias memangsa mereka) dengan memangsa telur dan larva competitor mereka. Alhasil, ikan-ikan “mangsa” bisa membludak jumlahnya sebagai dampak dari berkurang ikan-ikan pemangsa (Frank dan rekan, 2011), hingga pada titik tertentu pertumbuhan mereka membludak secara terus menerus mengakibatkan penghambatan regenerasi predator karena dimangsanya telur dan larva para predator (Bakun & Weeks, 2006).

Selanjutnya Bakun [2010] dan Fauchald [2010] menuturnkan bahwa kejadian di atas mempengaruhi jumlah kelimpahan ikan di suatu daerah dengan membludaknya ikan ‘mangsa’ dan dominasi tersebut berakibat pada panen para nelayan. Konsekuensi yang didapatkan pada nelayan jika mereka tetap ingin memanen baik ikan pemangsa dan ikan mangsa, maka mereka harus merubah kecondongan tangkapan mereka, dalam kasus di atas, jika nelayan tetap ingin menangkap ikan predator maka sebelumnya mereka harus lebih banyak menangkap ikan mangsa agar kembali terjadi keseimbangan dimana kecil sekali kemungkinan pembludakan satu jenis (predator atau mangsa) ikan. Pembalikan keseimbangan sistem oleh bantuan manusia sebenarnya masih berupa hipotesis karena faktor yang mempengaruhi dominasi bisa saja bukan keadaan berlebihan pemangsa atau mangsa melainkan memang murni faktor lingkungan dimana mungkin populasi pemangsa berpindah namun mangsanya tetap di sana dengan mangsa tersebut

(13)

membludak karena di sana terdapat makanan yang membuat mereka tidak kesulitan mencari makanan.

[5] Pertumbuhan populasi dalam lingkungan heterogen

Pertumbuhan populasi disebabkan karena berbagai faktor seperti iklim, interaksi antar spesies, dan tekanan perburuan atau penangkapan, dengan faktor terakhir mengakibatkan pula populasi laut semakin peka terhadap tekanan perubahan iklim (Hsieh dan rekan, 2010). Sebenarnya, populasi laut memiliki kemampuan untuk merespon fluktuasi iklim, dan kemampuan tersebut bertambah saat pertumbuhan masa remaja (Rouyer dan rekan, 2011) dengan menekankan hubungan kompleks antara perikanan, lingkungan, benih-benih muda, serta pertumbuhan populasi dalam dinamika spesies laut.

Sebuah percobaan dilakukan oleh Durant dan rekan pada tahun 2013 dimana mereka mencoba menganalisa pengaruh gaya luar (iklim dan penangkapan ikan) dan benih-benih ikan terhadap dinamika populasi di berbagai macam lingkungan. Hasilnya adalah reduksi skala regenerasi secara dominan disebabkan karena kontribusi relative dari benih-benih ikan terhadap pertumbuhan populasi, sedangkan kematian karena penangkapan ikan yang menyebabkan lebih banyaknya kuantitas ikan-ikan berumur muda memiliki efek yang lebih kecil. Kesimpulan dari percobaan tersebut adalah bahwa dalam jangka waktu panjang, hubungan relative antara benih ikan dan pertumbuhan populasi akan menyebabkan perubahan struktur umur pada populasi, dan bisa dipercepat dengan adanya penangkapan ikan berlebihan.

CONTOH KASUS

KELIMPAHAN IKAN KAKAP DI PESISIR CALIFORNIA

(14)

dan kembali ke kelimpahan semula dimana California merupakan salah satu daerah besar pemasok ikan kakap ke seluruh daratan Amerika Serikat.

Kelimpahan Larva. Data kelimpahan larva pada gambar di bawah diambil oleh NOAA bidang perikanan dalam rangka survey California Cooperative Oceanic Fisheries Investigations sejak tahun 1951 hingga 2011. Kerapatan atau densitas dihitung untuk digunakan sebagai data kelimpahan larva per 10 m2 yang dirangkum per bulan dari statsiun-statsiun sekitar pesisir selatan California berdasarkan distribusi primer saat musim pembiakan dan dirata-ratakan per tahun. Dapat dilihat puncak kelimpahan larva ikan kakap di pesisir selatan California berada saat interval tahun 1980-1990; periode sebelum dan setelah itu memperlihatkan kelimpahan yang rendah. Sejak tahun 1999 hingga 2003, kelimpahan larva tersebut konsisten di bawah rata-rata, yang ditandai dengan berkurangnya kuantitas ikan siap tangkap di California.

Ikan fase recruitment. Untuk mengukur umur relatif ikan kakap, maka digunakan panjang ikan kakap yang ditangkap. Umur ikan berpengaruh pada produktivitas ikan dalam menghasilkan benih-benih baru, semakin sedikit ikan yang siap memproduksi benih maka hal tersebut akan berpengaruh pada kuantitas ikan siap tangkap di kemudian hari. Tiap-tiap kategori umur memiliki spesifikasi panjang dalam interval tertentu; mature 312 mm hingga 386 mm, mega-spawners >386 mm, sedangkan optimum size merupakan pengurangan persentase mature dengan mega-spawners.

Kelimpahan larva ikan kakap yang dibagi berdasarkan periode fisis oseanografi dari tahun 1951 hingga 2011

(15)

P enangkapan dan eksploitasi ikan.Jumlah tangkapan ikan, baik yang didaratkan oleh nelayan maupun pemancing rekreasi berfluktuasi dari tahun ke tahun dalam 60 tahun terakhir. Namun yang jelas terjadi dalam satu dekade terakhir adalah jumlah pendaratan ikan kakap mengalami tren penurunan. Hal yang ditakutkan oleh pemerintah adalah eksploitasi berlebihan yang terjadi dapat menyebabkan kepunahan atau habisnya stok ikan kakap di California Selatan.

Lalu untuk menginvestigasi tren nilai eksploitasi per tahun (u) dengan membuat kurva tangkapan per tahun, maka dapat kita gunakan data tangkapan ikan berdasarkan panjangnya. Nilai terjadinya eksploitasi didapat dari slope garis regresi di garis kurva yang menunjukan penurunan

Persentase tangkapan ikan kakap di California Selatan berdasarkan kategori umur yang relatif terhadap ukuran panjang ikan Sumber: NOAA

Tren pendaratan ikan (bar berwarna abu) dan catch per unit effort (CPUE) dari

penangkapan ikan kakap oleh nelayan komersil (A) dan pemancing rekreasi di California Selatan Sumber: California

(16)

(nilai kematian seketika) dan hubungannya dengan ekspektasi tahunan kematian alami (v), total kematian per tahun (A), dan total ikan hidup per tahun (S) dimana S = e-z, A = 1-S, dan v = MA/Z. Koefisien kematian alami (M) didapat dari persamaan Pauly (1980), menggunakan parameter umur dan perkembangan dengan rata-rata temperature air per tahun adalah 170C.

Dampak dari eksploitasi berlebihan adalah menurunnya penangkapan ikan di California Selatan. Beberapa blok penangkapan bahkan mengalami penurunan hingga lebih dari 50% pada periode 2005-2012. Eksploitasi berlebihan akan mempengaruhi jumlah benih yang tercipta dan benih tersebut juga akan mempengaruhi jumlah ikan siap tangkap di kemudian hari. Maka tidak etis jika kita hanya menyalahkan global warming sebagai penyebab menurunnya tangkapan ikan, karena manusia juga mempunyai andil dalam penurunan jumlah tangkapan ikan, bahkan perilaku manusia yang serakah tersebut bisa menyebabkan habisnya stok ikan dalam suatu daerah.

(17)

KESIMPULAN

- Perkembangan stock dan recruitment didasari oleh sebuah sistem kompleks yang terdiri dari berbagai aspek lingkungan hidup populasi (seperti predator, iklim, makanan, eksploitasi, dan lain-lain)

- Juvenile dan recruitment dalam perikanan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena satu sama lain saling mempengaruhi masing- masing fase hidup ikan

- Masa-masa ikan yang rentan terhadap lingkungan seperti saat fase larva mempengaruhi adaptasi ikan tersebut terhadap lingkungan, ikan-ikan yang selamat dalam kondisi ekstrim, dengan sebuah sistemnya yang kompleks, akan meningkatkan daya tahan populasi terhadap perubahan lingkungan

- Interaksi antar komunitas mempengaruhi kelimpahan satu populasi dengan yang lainnya, karena terjadinya simbiosis antar populasi

- Sistem predator-mangsa bukanlah satu sistem satu arah, namun mangsa bisa menjadi predator untuk predatornya dengan memangsa larva atau telur predator

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Beverly, Steve. A Beginner’s Guide to Using Remote Sensing for Offshore Tuna Fishing. Secretariat of the Pacific Community, New Caledonia, USA. 2011.

Durant J.M, Stenseth N.C [2013]. “Harvested Fish Stocks in a Changing Environment”. Marine Ecology Progress Series Vol. 480 Pg. 199-203.

Jarvis E.T, Gliniak H.L, Valle C.F [2014]. “Effects of Fishing and the Environment on the long -term Sustainability of the Recreational Saltwater Bass Fishery in Southern California”. California Fish and Game 100(2): 234-259.

R.M. Laurs. Application of Satellite Remote Sensing to U.S. Fisheries. National Marine Fisheries Service, Southwest Fisheries Center, La Jolla, USA. 1989.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dalam penelitian ini akan dibuat sebuah sistem informasi untuk penerimaan peserta didik baru berbasis website dimana calon peserta

Sehubungan dengan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal untuk menyatakan

Dari latar belakang yang telah diuraikan, adanya perbedaan ukuran dari parameter pertumbuhan mandibula pada berbagai kelompok ras dan usia, maka peneliti tertarik untuk

Penyelidikan tanah di lapangan pada proyek central square mall ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah asli di lapangan sehingga dapat merencanakan jenis pondasi yang

Berdasarkan perumusan penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penerapan sistem e-commerce pada Warmindo Abang

Adapun hasil pembangan bahan ajar berbasis MATCOM dianalisis menggunakan langkah-langkah ADDIE adalah tahap pertama (Tahap Analysis) , bertujuan untuk

Jadi, berdasarkan keseluruhan pembahasan mengenai pemenuhan kebutuhan rasa cinta siswa berprestasi di rumah dan di sekolah dapat dibangun proposisi pendampingan belajar, jalinan

Sebagai unit perusahaan baru dalam PT Kompas Media Nusantara, tentu saja bukan permasalahan gampang bagi KompasTV untuk membangun image bahkan membentuk sebuah