• Tidak ada hasil yang ditemukan

Misteri Allah dalam Perjanjian Lama (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Misteri Allah dalam Perjanjian Lama (1)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Misteri Allah dalam Perjanjian Lama

Misteri dan penyataan Allah

Dalam sejarah keselamatan bangsa Israel, misteri Allah merupakan adalah satu pengalaman yang dialami sendiri oleh bangsa Israel. Gagasan mengenai misteri Allah ini secara nyata atau secara eksplisit diungkapkan dalam Kitab Daniel dan Kitab Kebijaksanaan. Misteri Allah yang ada dalam Kitab-kitab tersebut merujuk pada sebuah pengertian akan penyataan rahasia Allah. Gagasan mengenai rahasia Allah ini sangat familiar pada masa para nabi-nabi yang berusaha mewartakan Sabda Allah mengenai rencana keselamatan yang akan dikerjakan dalam sejarah umat Israel (Am 3:7, Bil 24:4) Tidak dapat dipungkiri penyataan akan rencana Allah itu merujuk pada sebuah rencana di masa depan. Pewartaan para nabi akan rencana itu merupakan sebuah pewartaan akan kepastian akan keselamatan pada masa mendatang.

Misteri Allah yang menyatakan rahasia keselamatan akan digenapi pada waktunya. Rahasia keselamatan itu dinyatakan Allah kepada para nabi melalui mimpi, vision atau kedatangan malaikat Allah. Dalam hal ini Allah menyatakan diri-Nya sebagai pewahyu dari misteri-misteri (Dan 2:28).1 Allahlah yang menyingkapkan kepada bangsa Israel apa yang tersembunyi, tidak dapat diketahui dan tidak dapat didekati oleh manusia terutama berkenaan dengan masa depan. Dengan penyataan misteri-misteri tersebut, Allah mengarahkan bangsa Israel untuk mengetahui pemahaman yang benar. 2 Pemahaman itu tidak lain bahwa Allah senantiasa memberikan keselamatan kepada mereka. Allah yang memberikan keselamatan bagi bangsa Israel itu, menyatakan diri lewat beberapa hal antara lain: 1) Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan berbelas kasih. 2) Menyatakan kehendak-Nya dalam Taurat. 3) Menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya dalam alam semesta. Ketiga hal inilah yang disampaikan oleh Dister yang menampakkan penyataan Allah dalam Perjanjian Lama.3 Penyataan tersebut tidak terjadi pada jaman para nabi bahkan terjadi sejak awal mula dunia. Pada saat itu Allah juga menunjukkan rahasia rencana-Nya melalui ciptaan, pemilihan para bapa Israel, pembebasan dari Israel dan juga penyataan Allah di Gunung Sinai.

Allah yang berbelas kasih

Dari apa yang diuraikan Dister, tampak bahwa Allah menyatakan diri-Nya dan masuk dalam sejarah bangsa Israel. Pengalaman itu pada akhirnya membawa mereka pada sebuah pengakuan akan keberadaan Allah yang tidak terlihat oleh mereka, tetapi nyata mengasihi mereka dalam hidup sehari-hari. Penyataan akan Allah yang berbelas kasih itu tampak dalam Allah yang memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan-Nya. Disini Allah menjadi Tuhan mereka dan bangsa Israel menjadi umat Allah. Tindakan dalam memilih bangsa Israel sebagai umat-Nya menurut Horst merupakan kehendak bebas dari Allah. Hal itu tentunya merupakan anugerah tersendiri dari Allah untuk menyatu bersama umat-Nya. Pemilihan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah bermula dari penyataan diri Allah kepada Abraham.4

1Xavier Leon dan Dufour (eds), Dictionary of Biblical Theology, London: Geoffrey Chapman, 1973, hlm. 347.

2 Bdk. Joseph A. Komonchak, The Dictionary of Theology, Dublin: Gill and Macmillan Ltd, 1987, hlm. 688.

3 Bdk. Nico Syukur Dister OFM, Teologi Sistematika I, Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm. 42.

(2)

Dalam Perjanjian Lama pemilihan Abraham merupakan salah satu kepercayaan bangsa Israel. Mereka sendiri menyadari bahwa keberadaan mereka “berasal” dari Abraham. Disisi lain mereka menyadari bahwa mereka juga “berasal” dari para bapa leluhur yaitu Ishak dan Yakub. Allah pernah memilih para leluhur mereka dari sekalian umat manusia; memanggil mereka dari antara para sanak saudara; menyatakan diri-Nya kepada mereka; mengikat perjanjian dan menepati janjinya untuk memberikan suatu keturunan yang besar dan tanah sebagai milik mereka.5 Pemilihan para bapa Israel menunjukkan bagaimana pentingnya peranan Allah dalam berbagai peristiwa yang dialami mereka. Allah yang mengikat perjanjian dan menepatinya, menyatakan rencana-Nya bagi masa depan mereka. Disini dapat dilihat bagaimana Allah sendirilah yang menyatakan masa depan dan bertindak dalam kehidupan mereka.

Pemilihan Allah berkenaan para leluhur mereka merupakan salah satu dasar dan dapat disebut sebagai pelengkap akan pokok-pokok kepercayaan Israel. Pada dasarnya umat Israel mengakui terlebih dahulu bahwa asal mula mereka “dari Mesir” (Hos 11;1, Am 3:1, Yeh 20:5-6) barulah mereka mengakui juga asalnya dari para leluhur.6 Hal ini juga sama diperkuat oleh pendapat Horst yang melihat bahwa pemilihan para bapa Israel merupakan hal yang sekunder daripada pemilihan Allah kepada Bangsa Israel sendiri.7 Pemilihan Allah kepada bangsa Israel nyata dalam sejarah penyelamatan Israel dari tanah Mesir.

Sejarah pembebasan dari tanah Mesir merupakan salah pokok kepercayaan Israel yang penting. Seluruh Kitab Perjanjian Lama menyatakan akan kepercayaan ini. Pembebasan dari bangsa Mesir lewat peperangan yang mereka alami, bagi Israel bukan karena kebodohan para musuh atau kehebatan bangsa Israel.8 Bangsa Israel melihat hal itu sebagai karya ajaib yang dilakukan oleh Allah sendiri. Allah sendirilah yang berperang melawan musuh dan membebaskan mereka dengan tangan kanan-Nya. Karya Allah yang ajaib itu tertulis dalam Kitab Keluaran dan menjadi dasar berdirinya umat Israel.9 Allah sendirilah yang memilih bangsa tersebut dan membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dengan begitu, Israel lepas dari perbudakan dan menjadi umat Allah.

Dalam pembebasan Israel, bukan hanya Allah yang menyatakan tindakan-Nya tetapi juga Allah yang menyatakan nama-Nya. Penyataan nama Allah yang adalah YHWH menyatakan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Selain itu dengan menyatakan nama-Nya, Allah juga menyingkapkan rahasia “kedirian-Nya” dan “ketunggalan-Nya”. Ketunggalan nama YHWH memperkenalkan ketunggalan YHWH sendiri sebagai Allah dan keallahan-Nya itu tiada bandingnya.10 Ketunggalan atau keesaan YHWH oleh Boff bukan hanya dipandang sebagai sesuatu yang biasa. Justru keesaan YHWH merupakan iman Israel akan Allah yang membebaskan mereka. YHWH yang esa ini adalah satu-satunya Allah yang hidup dan benar.11 Hal inilah yang membedakan Allah bangsa Israel dengan bangsa lain dan juga bangsa Mesir. Darisinilah lahirlah monoteisme yang menjadi salah satu identitas bagi bangsa Israel.

4 Horst Dietrich Preuss, Old Testaments Theology I, Kentucky: Westminster Jhon Knox Press, 2004, hlm. 27-28.

5 Dr. C. Barth, Theologia Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988, hlm. 71. 6 Ibid., hlm. 88-89.

7 Bdk. Horst Dietrich Preuss, Op.Cit., hlm. 29. 8 Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 129.

9 Ibid., hlm. 131. 10 Ibid., hlm. 150-152.

11 Bdk. Leonardo Boff, Allah Persekutuan (terj: Aleksius Armanjaya dan Georg Kinchberger), Maumere: LPBAJ, 1999, hlm. 25-26.

(3)

Allah yang menyatakan kehendak-Nya

Penyataan diri Allah tidak hanya berakhir dengan penyataan akan nama-Nya tetapi juga kehendak-Nya. Penyataan Allah akan kehendak-Nya dinyatakan di puncak gunung Sinai dan juga menyampaikan firman-Nya. Dalam peristiwa besar, sebelum melakukan perbuatan-Nya, Allah selalu berfirman dan menyampaikan kehendak-Nya. Firman dan kehendak Allah ini terwujud dalam sebuah hukum yang tidak lain adalah hukum Taurat. Pemberian hukum Taurat bukan hanya sebagai pemberian hukum kepada bangsa Israel, tetapi merupakan sebuah pertemuan antara Allah dengan bangsa Israel. Allah menyatakan diri-Nya dalam awan dan Israel diminta untuk menguduskan dirinya.

Di gunung Sinai untuk pertama kalinya Allah menyatakan diri sebagai Allah dihadapan Israel dan juga sebaliknya. Selain itu Allah mengadakan perjanjian dengan mereka, sehingga mereka menjadi umat Allah dan Allah menjadi Allah mereka. Pada saat inilah, Israel belajar melakukan perbuatan dan hidup sesuai kehendak-Nya melalui Taurat yang diberikan oleh Allah. 12 Hal ini sama dengan pendapat Dister yang menyatakan bahwa Taurat yang diberikan oleh Allah merupakan sebuah penyataan. Penyataan itu mengarahkan Israel pada sebuah praktik kehidupan yang sesuai dengan Firman yang diberitakan oleh Allah sendiri.13 Taurat inilah yang kemudian menjadi pedoman bagi bangsa Israel dalam seluruh kehidupan mereka, walaupun dengan jatuh bangun untuk melaksanakannya.

Allah yang menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya

Pada akhirnya dalam seluruh sejarah keselamatan bangsa Israel, Allah menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya dalam alam yang diciptakan-Nya. Penciptaan oleh Allah yang diletakkan di awal Perjanjian Lama merupakan sebuah pengakuan bangsa Israel akan Allah yang telah menciptakan seluruh alam semesta. Penyataan Allah sebagai pencipta memang tidak selalu dianggap sebagai pengakuan umat Israel yang pokok. Tetapi penciptaan ini dilihat sebagai suatu kebanggaan, penghiburan dan pengakuan bahwa Allah bangsa Israellah yang membuat semuanya itu. Hal ini dikarenakan penciptaan alam ini tidak terlalu terkait erat dengan sejarah terbentuknya Israel seperti pada pada pemilihan para bapa Israel, pembebasan Israel ataupun penyataan Allah di Gunung Sinai. 14 Disisi lain penciptaan alam semesta tidak menyentuh secara langsung sejarah keselamatan bangsa Israel.

Pokok penciptaan dunia dipahami sebagai pelengkap dan penjelasan dari penciptaan umat Israel. Dengan kata lain Kitab-kitab Perjanjian Lama memberitakan pertama-tama dan terlebih dahulu penciptaan bangsa Israel, baru kemudian penciptaan alam semesta ini. Walaupun demikian, penciptaan alam juga penyataan diri Allah yang menjadikan segala sesuatunya teratur.15 Keteraturan dan keberadaan ciptaan itu lahir ketika Allah berfirman. Dengan Allah berfirman, Allah menyatakan diri-Nya sehingga dapat dikenal, dipuji dan dipercayai lewat ciptaan yang ada.

Daftar pustaka

12 Bdk. Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 255-259. 13 Bdk. Nico Syukur Dister OFM, Loc.Cit.

14 Bdk. Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 26-28.

15 Bdk. - - - -, Teologi Sistematika II, Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm. 45.

(4)

Barth, Dr. C.. Theologia Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.

Boff, Leonardo. Allah Persekutuan (terj: Aleksius Armanjaya dan Georg Kinchberger). Maumere: LPBAJ, 1999.

Dister OFM, Nico Syukur. Teologi Sistematika I. Yogyakarta: Kanisius, 2008. ---, Teologi Sistematika II. Yogyakarta: Kanisius, 2008. Leon, Xavier dan Dufour (eds). Dictionary of Biblical Theology. London: Geoffrey

Chapman, 1973.

Komonchak, Joseph A.. The Dictionary of Theology. Dublin: Gill and Macmillan Ltd, 1987. Preuss, Horst Dietrich. Old Testaments Theology I. Kentucky: Westminster Jhon Knox Press,

2004.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa hasil penelitian yang dilakukan adalah signifikan, linier dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah

• Setelah peserta didik membaca materi yang ditampilkan di WA Grup/Google class/LMS bersama guru, peserta didik dapat menganalisis Hak Asasi Manusia serta Menganalisis

profesi keperawatan tentang asuhan keperawatan pada dengan Gangguan Sistem Perkemihan : BPH dan memberikan informasi tentang pendokumentasian selama pengelolaan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal berikut: (1) diharapkan kepada guru bimbingan konseling, sebaiknya lebih aktif dalam pemberian

Sebagai tambahan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa kehadiran orangtua dalam membahas masalah yang dihadapi oleh anak remaja mereka dapat menurunkan risiko dan

Kebijakan Energi Nasional ini mengamanatkan serta metuntut pembangunan daerah agar dapat menkaji Potensi Energi yang dimiliki guna pembangunan berkelanjutan sehingga pemerintah

Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang mengamati dan mencatat aktivitas

Karena nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat kepercayaan yang digunakan 5%, berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel-variabel CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA