• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab 1 cpo sumatera utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "bab 1 cpo sumatera utara "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional,

perekonomian akan saling terjalin dan tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional

merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Terjadinya perekonomian dalam negeri dan luar negari akan

menciptakan suatu hubungan yang saling mempengaruhi antara satu negara dengan negara lainnya, salah satunya adalah berupa pertukaran barang dan jasa antar negara.

(2)

barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainnya. Sementara impor adalah arus kebalikan dari ekspor, yaitu barang dan jasa dari luar suatu negara yang mengalir masuk ke negara tersebut.

Perdagangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena dalam perdagangan internasional semua negara bersaing di pasar internasional. Salah satu keuntungan perdagangan internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. Akan tetapi manfaat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan, cadangan devisa, transfer modal dan luasnya kesempatan kerja.

(3)

kemampuan sebuah negara dalam mengontrol impornya. Pembiayaan Mo bisa berasal dari banyak sumber, diantaranya adalah utang dan hibah, yang digunakan dalam penelitian ini sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi Mo Indonesia. Sedangkan untuk negara rekan dagang impor, penelitian ini menggunakan negara-negara anggota OECD (Organization of Economics Cooperation and Development), karena OECD tidak hanya rekan dagang impor yang penting bagi Indonesia tetapi juga memberikan utang dan hibah untuk Indonesia.

Kebijakan impor dilakukan karena Indonesia belum dapat memproduksi semua kebutuhan sendiri. Dengan adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan ini maka Indonesia harus melakukan hubungan dengan luar negeri melalui

perdagangan internasional. Walaupun ekspor dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara namun impor juga memegang peranan yang penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Kebijakan impor sepenuhnya ditujukan untuk mengamankan posisi neraca pembayaran, mendorong kelancaran arus perdagangan luar negeri, dan

meningkatkan lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan pembangunan, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

(4)

negeridan industri yang berorientasi ekspor. Salah satu barang yang diimpor oleh Indonesia adalah barang konsumsi, bahan baku dan barang modal.

Analisis tentang sektor perdagangan luar negeri Indonesia selama ini terlalu didominasi oleh analisis tentang ekspor. Di satu sisi hal ini dapat dipahami karena ekspor merupakan satu-satunya andalan penghasil devisa yang berasal dari kekuatan sendiri, sehingga negara berkembang berkepentingan untuk menguasai pengetahuan tentang penghasil devisanya ini. Peran devisa ini sangat penting, terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia. Devisa dibutuhkan untuk (1) membayar impor sekarang, (2) jaminan pembayaran impor tiga bulan mendatang, (3) membayar utang luar negeri dan bunganya, dan (4) mendukung stabilitas nilai Rupiah

Namun demikian, di sisi lain, akibat dari kurangnya perhatian terhadap analisis impor memunculkan dampak buruk, antara lain: (1) masyarakat

menganggap impor kalah penting dibanding ekspor, sehingga menjadi semakin kurang diperhatikan. (2) efek demonstrasi yang merupakan dampak buruk dari impor mendapat kesempatan untuk menyebar tanpa hambatan, karena telah terjadi

ketidakpedulian terhadap impor. (3) pola konsumsi penduduk menjadi semakin terjerat oleh selera ke barang impor, sebagai hasil dari upaya pen-skenario-an selera yang dilakukan para produsen/eksportir di luar negeri melalui efek demonstrasi dari strategi pemasarannya

Analisis impor selayaknya mendapat porsi yang seimbang dengan analisis ekspor, karena impor adalah cerminan kedaulatan ekonomi suatu negara, apakah barang dan jasa buatan dalam negeri masih menjadi tuan di negeri sendiri.

(5)

(kekurangan/kegagalan) dalam menyelenggarakan produksi barang dan jasa bagi kebutuhan konsumsi penduduknya. Ada dua macam defisiensi yang dapat terjadi, yaitu defisiensi kuantitas dan defisiensi kualitas. Melakukan impor untuk alasan defisiensi kuantitas masih merupakan suatu kewajaran. Faktor penyebab utamanya biasanya adalah faktor-faktor alamiah yang nyata, sehingga penyelesaian atau solusinya juga jelas. Dalam hal ini barang dan jasa dilihat dari fungsi atau

kegunaannya. Peran konsumsi fungsional dalam pola konsumsi relatif rendah bila dilihat dari proporsi pengeluarannya dalam total pengeluaran untuk konsumsi.

Impor dapat mempunyai peranan yang positif terhadap perkembangan industri di dalam negeri khususnya dan terhadap perkembangan ekonomi pada umumnya. Peranan positif impor dapat dilihat dari fungsi impor tersebut dalam perekonomian suatu negara. Fungsi impor adalah untuk pengadaan bahan

kebutuhan pokok (barang konsumsi), pengadaan bahan baku bagi industri di dalam negeri, dan untuk pengadaan barang modal yang belum bisa dihasilkan sendiri di dalam negeri. Fungsi lainnya adalah untuk merintis pasaran di dalam negeri, merangsang pertumbuhan industri baru, dan perluasan industri yang sudah ada. Salah satu cara untuk mengetahui ada/tidaknya pasaran bagi komoditas tertentu di dalam negeri adalah dengan melihat impor. Impor merupakan indikator bahwa pasarannya ada karena dari angka impor akan dapat diketahui barang-barang mana yang pasarannya sedang berkembang di dalam negeri.

(6)

negara lain baik di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Menurut Dornbusch, Fischer dan Startz (2008) dan Sugiharini (2006) keadaan ini sering disebut dengan istilah globalisasi yaitu pergerakan ke suatu perekonomian global. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan bagi setiap bangsa dan negara yang ingin maju khususnya dalam bidang ekonomi.

Negara-negara melakukan perdagangan internasional dikarenakan dua alasan utama. Pertama, adanya perbedaan antara satu sama lain seperti kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan lain-lain. Kedua, adanya tujuan untuk mencapai skala ekonomis (economies of scale) dalam proses produksi. Kedua tujuan tersebut memicu untuk menghasilkan keuntungan (gains from trade) bagi kedua negara yang melakukan perdagangan (Krugman dan Obstfeld, 1993: 15). Keuntungan tersebut antara lain: (a) memperoleh berbagai produk yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, (b) memperluas pasar produk dalam negeri, (c) memperoleh transfer teknologi yang lebih moderen dari luar negeri dan (d) memperoleh keuntungan dari spesialisasi (Prajitno dan Saputra, 2012).

Secara umum, kegiatan perdagangan internasional dapat dibedakan

(7)

menghasilkan devisa untuk membiayai impor negara tersebut, karena ekspor suatu negara merupakan impor bagi negara lain (Sugiharini, 2006).

Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang dan memiliki prospek baik ke depan adalah Perkebunan Kelapa Sawit. Dilihat dari proses awalnya, tanaman kelapa sawit sebagai tanaman keras akan menghasilkan minyak sawit dan inti sawit yang telah dikenal di Indonesia sejak jaman Belanda. Sedangkan hilirnya, minyak sawit dan inti sawit tersebut dapat diolah lebih lanjut dan akan menghasilkan minyak goreng (olein), mentega dan bahan baku sabun(stearin). Lebih ke hilir lagi, komoditi ini dapat menghasilkan ratusan produk turunan lainnya yang secara umum dikonsumsi masyarakat dunia saat ini. Dan saat ini salah satu perkembangan produk turunan kelapa sawit adalah bahan bakar minyak, dimana dengan ditemukannya teknologi ini otomatis kebutuhan CPO sebagai produk turunan pertama kelapa sawit meningkat tajam yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga CPO di pasar internasional (Pahan Iyung. 2006).

Sampai saat ini produksi minyak kelapa sawit masih belum mampu

mencukupi kebutuhan dunia di masa mendatang. Padahal saat itu konsumsi CPO dunia terus meningkat. Indonesia pada tahun depan seharusnya bisa meningkatkan ekspornya hingga 50% dari total kebutuhan dunia. Sebagai catatan, saat ini

(8)

Selain kebutuhan pangan, kelapa sawit juga sangat diperlukan di industri farmasi, kosmetik, baja, bahkan juga biodiesel. Seperti diketahui minyak kelapa sawit menjadi salah satu sumber energi alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan dan dapat diperbarui. Bahkan sesungguhnya Indonesia dapat menjadi penentu harga sawit dunia, mengingat posisinya sebagai produsen nomor satu di dunia. Sayangnya fakta saat ini adalah penentuan harga ada di tangan pembeli bukan penjual.

Produk CPO merupakan komoditas strategis di pasar global, sehingga kondisi dan harga CPO di pasar domestik sangat dipengaruhi oleh pasar global. Produk CPO merupakan komoditas ekspor potensial dan memberikan kontribusi cukup besar bagi perolehan devisa.

Berdasarkan informasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dan pada tahun 2010. Dan dunia berharap Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan CPO dunia. Hal ini disebabkan Malaysia sebagai salah satu pemasok CPO terbesar dunia tidak lagi memiliki lahan pengembangan yang baru, hanya bertumpu pada

peningkatan produktivitas sebesar 3% per tahun.

(9)

Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia setelah Malaysia pada periode 2001-2005. Sejak tahun 2006, jumlah produksi minyak sawit Indonesia telah melebihi Malaysia. Pada tahun 2002 total produksi minyak sawit baru mencapai 9,37 juta ton dan pada tahun 2005 total produksi minyak sawit telah mencapai 14,10 juta ton atau meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu 4 tahun. Sedangkan pada tahun 2009, produksi minyak sawit Indonesia mencapai 20,5 juta ton. Dibandingkan produksi tahun 2008 sebesar 19,3 juta ton maka terjadi peningkatan sebesar 5,7% dari produksi tahun 2008. Produksi CPO Indonesia berdasarkan adalah seperti pada Gambar 1.1 berikut.

Sumber: Dirjen Bina Produksi Perkebunan, Deptan RI, 2010

Gambar 1.1. Produksi CPO Indonesia

(10)

produk turunannya asal Indonesia ternyata terus mengalami peningkatan signifikan. Bahkan, permintaan CPO jauh lebih dominan ketimbang produk turunan CPO.

Pada tahun 2009, ekspor CPO Indonesia ke negara-negara Uni Eropa sebesar 3,6 juta ton. Dilihat dari komposisi tujuan ekspor, pangsa pasar ekspor CPO dan produk turunannya yang masuk ke negara-negara Uni Eropa sebesar 16,97% pada tahun 2004, kemudian meningkat menjadi 22,3% pada tahun 2009.

Berdasarkan data diatas, ekspor CPO Indonesia ke beberapa Negara tujuan tahun 2002 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa pasar ekspor utama

Indonesia adalah Uni Eropa, India dan China. Pada tahun 2002 sampai dengan 2007 Uni Eropa adalah pasar terbesar kedua bagi Indonesia, namun mulai pada tahun 2008 pasar Uni Eropa sudah menjadi pasar utama bagi Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa masih cerahnya pasar Uni Eropa bagi Indonesia, walaupun Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan mengenai impor CPO.

Menurut Kementrian BUMN (25 Juni 2009), Uni Eropa menjanjikan insentif tambahan dan akan menolong eksportir CPO asal Indonesia, terutama yang proses produksinya bersahabat dengan lingkungan (eco friendly). Insentif tambahan itu diberikan hanya kepada pengekspor yang memproduksi dan memproses secara ramah lingkungan, karena maksud dari kebijakan ini adalah kepedulian terhadap lingkungan.

(11)

secara ramah lingkungan. Semua pengekspor CPO asal Indonesia akan menikmati tarif yang sama seperti yang diperoleh selama ini, terlepas dari bagaimana CPO itu diproduksi dan diproses. Maka Uni Eropa tidak pernah akan membatasi ekspor minyak kelapa sawit asal Indonesia, kenyataannya ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa memperlihatkan kenaikan. Tentu, jika ada yang menyatakan Uni Eropa membatasi CPO dari Indonesia, ekspor dari Indonesia ke kawasan itu pasti sudah turun.

Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa akan terus tumbuh karena Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan bukan untuk menghentikannya tapi untuk

melindungi lingkungan yang saat ini sudah mulai rusak akibat adanya perkebunan. Dan ekspor CPO Indonesia tetap menikmati akses penuh dan tanpa hambatan tarif ke pasar Uni Eropa. Produsen CPO dari Indonesia tidak akan dikenakan tarif yang lebih tinggi terlepas dari bagaimana minyak kelapa sawit tersebut diproduksi dan diproses.

Uni Eropa merupakan salah satu pasar alternatif yang strategis bagi produk Indonesia terutama dari hasil hutan dan Crude Palm Oil (CPO). Produk Indonesia akan bisa merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk. UE salah satu pasar alternatif yang strategis dibandingkan dengan pasar-pasar yang lain. Dengan demikian akses pasar akan lebih luas ke negara lain.

Peningkatan kerja sama antara Negara Asean - Uni Eropa khususnya Uni Eropa dan Indonesia. Indonesia membutuhkan line kerja sama tradding

(12)

unggul dan Uni Eropa membutuhkannya. Dan juga Uni Eropa memiliki teknologi maupun keuangan yang kuat dan juga membantu Uni Eropa yang begitu besar.

Kedua kekuatan ekonomi ini bisa meningkatkan kerja sama yang lebih sinergis dibandingkan dengan kerja sama di bidang yang lain. Melalui kerja sama Negara Asean - Uni Eropa ini diharapkan, Indonesia dapat mengakses teknologi dan akses keuangan untuk pembangunan di Indonesia. Sekaligus meminta Uni Eropa membuka pasar untuk produkproduk dari Indonesia.

Produk turunan utama dari CPO yang di produksi oleh Uni Eropa yaitu minyak makan. berdasarkan data Oil World, produksi minyak makan (edible oil) Uni Eropa menurun dari 17,08 juta ton di tahun 2000 menjadi menjadi 16,8 juta ton pada tahun 2003. Kemudian mulai tahun 2004 produksi minyak makan (edible oil) Uni Eropa meningkat dari 16,9 juta ton pada tahun 2004 hingga mencapai 18,9 juta ton pada tahun 2009. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Uni Eropa yang secara langsung dapat meningkatkan kebutuhan akan minyak makan Uni Eropa.

Produk turunan lainnya yang sedang dikembangkan oleh Uni Eropa adalah Biodiesel. Uni Eropa merupakan produsen dan pasar biodiesel terbesar di dunia dengan target pasar sebesar 5,75% dari total konsumsi minyak diesel untuk transportasi pada tahun 2010.

Data European Biodiesel Board (EBB) juga menunjukkan bahwa produksi biodiesel Uni Eropa meningkat 64,7% dari 1,93 juta ton di tahun 2004 menjadi 3,18 juta ton di tahun 2005. Lebih tinggi dari periode tahun 2002 – 2004 dimana produksi biodiesel di Uni Eropa tumbuh 30% - 35% pertahun. Pesatnya pertumbuhan

(13)

di sejumlah Negara produsen terbesar yaitu Jerman, Perancis dan Italia. Selain itu Negara produsen biodiesel di Uni Eropa meningkat dari 11 negara di tahun 2004 menjadi 21 negara di tahun 2006. Kemudian di tahun 2009 produksi biodiesel Uni Eropa menjadi 9,05 juta ton seiring dengan peningkatan kapasitas produksi Uni Eropa. Oil World memprediksikan produksi biodiesel Uni Eropa meningkat dari 3 juta ton di tahun 2005 menjadi lebih dari 9 juta ton di tahun 2010.

Selain pengembangan produk turunan CPO, penduduk Uni Eropa saat ini sudah mencapai 500 juta jiwa dengan keanggotaan dari 27 negara. Dengan bertambahnya penduduk Uni Eropa dan adanya kemungkinan bertambahnya keanggotaan Uni Eropa, maka diperkirakan akan semakin besar kebutuhan akan CPO termasuk CPO dari Indonesia.

Untuk ekspor Indonesia dengan tujuan negara - negara Uni Eropa, terdapat suatu turan/kesepakatan antara negara terkait, yang dikenal dengan REACH

(Registration, Authorisation and Restriction of Chemicals). Aturan yang diterapkan Uni Eropa terkait penggunaan bahan kimia yang aman ini, dianggap dapat

(14)

Tantangan lain yang juga dihadapi Indonesia selaku negara pengimpor CPO adalah adanya tarif bea masuk, Indonesia dikenakan tarif bea masuk sebesar 3,8%. Hal ini menyebabkan harga CPO meningkat di negara tujuan ekspor (Eropa).

Ditengah derasnya ancaman boikot produk CPO Indonesia di pasar Negara maju, ternyata negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa tetap saja terus mengimpor dari Indonesia, bahkan volumenya semakin meningkat hingga pada 2009. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melihat adanya fenomena terhadap aturan yang diterapkan oleh Uni Eropa, sehingga Indonesia sebagai salah satu Negara pengekspor CPO ke Uni Eropa dikenakan peraturan dan biaya seperti tariff bea masuk. Peraturan dan biaya yang dikenakan untuk Indonesia dirasakan

termasuk sulit untuk masuk ke pasar ekspor Uni Eropa. Disamping peraturan

tersebut, produk kelapa sawit Indonesia termasuk crude palm oil (CPO) selama ini sulit masuk ke pasar Uni Eropa dengan alasan standar kualitas, masalah lingkungan dan lain-lain.

Selain peraturan yang diterapkan Uni Eropa dan permintaan CPO Indonesia ke Uni Eropa, saat ini kontiniutas Uni Eropa mengimpor CPO dari Indonesia adalah untuk mengembangkan produk turunan dari CPO. Produk turunan utama adalah minyak makan, selain minyak makan produk lainnya yaitu margarine dan bahan bakar biodiesel, dan untuk memenuhi kebutuhan Uni Eropa akan produk CPO dari Indonesia guna memproduksi produk turunan CPO, maka permintaan CPO tersebut akan selalu meningkat.

Kondisi yang terlihat justru semakin meningkatnya ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Sehingga peneliti beranggapan perlu untuk meneliti sejauhmana

(15)

tersebut, maka judul yang Universitas Sumatera Utara123diajukan penulis dalam penelitian ini adalah “Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi yang telah dituangkan diatas, maka pembahasan penelitian ini akan dibatasi pada beberapa pokok perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?

2. Apakah produksi CPO domestik berpengaruh terhadap harga ekspor CPO? 3. Apakah harga CPO dunia berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?

4. Apakah harga ekspor CPO berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

5. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

6. Apakah produksi CPO domestik berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

7. Apakah harga CPO dunia berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

8. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

9. Apakah produksi minyak makan berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga ekspor CPO.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi CPO domestik terhadap harga ekspor CPO.

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga CPO dunia terhadap harga ekspor CPO.

4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga ekspor CPO terhadap ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

5. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

6. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi CPO domestik terhadap ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

7. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga CPO dunia terhadap ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

8. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita terhadap ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

9. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi minyak makan terhadap ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

10.Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga minyak mentah dunia terhadap ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

1.4. Manfaat Penelitian

(17)

1. Dapat menambah wawasan mahasiswa serta dapat menganalisa

perkembangan salah satu komoditi hasil perkebunan Indonesia yaitu kelapa sawit.

2. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, sehingga dapat bermanfaat pada pengembangan ekspor CPO Indonesia.

3. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak lain yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ekspor komoditi pertanian Indonesia secara lebih luas dan mendalam.

A. Latar Belakang

Krisis keuangan global saat ini merupakan pukulan besar bagi

Gambar

Gambar 1.1. Produksi CPO Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga Islam Mutimatun Niami, SH.M.Hum H Hukum Adat Shalman AL.. Natangsa Surbakti, SH H

Panitia Teknis ini dibentuk dengan Surat Keputusan Menteri Negara Riset dan diharapkan akan dapat menyusun serta merumuskan kebijaksanaan energi nasional yang komprehensip

Selang adalah himpunan bagian dari bilangan riil yang mempunyai sifat relasi tertentu... Contoh dari bermacam-macam selang dapat dilihat pada tabel

8 ini terlihat dari siswa yang masih sering ribut dan sibuk sendiri saat proses pembelajaran, guru masih fokus memberikan bimbingan dari depan kelas; (3)

Di antara berbagai teori yang menjelaskan sebab- sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu

hafalan Al-Q ur‟an adalah deng an sering menulis ayat-ayat Al-Q ur‟an dengan tulisan tangannya sendiri di sebuah kertas atau papan tulis. Metode tersebut sangat cocok

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

Komponen kriteria pendidikan yang bermutu, antara lain: (1) materi pelajaran dirasakan manfaatnya oleh peserta didik baik dirasakan langsung maupun dikemudian, memberi