• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TPT H P T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TPT H P T"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN ASPEK HAMA PENYAKIT TANAMAN KOMODITAS KEDELAI (Glycine max L.)

Oleh

Fernando Sihombing 125040200111218

Erlina Eka Putri 125040201111076

Elda Kurniawati 125040201111261

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Dalam budidaya kacang kedelai sering terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh OPT dikerenakan pengendalian hama yang kurang baik. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa daun berlubang. Akibat dari itu dapat menimbulkan intesintas penyakit yang tinggi. Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh berbagai patogen.

Dalam mengendalikan perkembangan hama tersebut kita dapat memanfaatkan peranan musuh alami dari OPT tersebut. Dengan memanfaatkan secara maksimal peranan dari musuh alami tersebut kita dapat menjaga stabillitas produksi tanaman tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan terhadap tanaman agar tidak terserang hama guna mengurangi intensitas penyakit pada tanaman kedelai.

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman (TPT) ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan bekal kepada mahasiswa agar kelak ketika sudah lulus sarjana bisa mengembangkan tanaman dengan hasil yang baik dengan meningkatkan kualitas tanaman dan menurunkan intesitas penyakit terutama pada tanaman kedelai. Selain itu juga, sebagai salah satu syarat lulus dari mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit pada setiap verietas yang berbeda dan mengetahui cara pengendalian dari hama-hama tersebut.

1.3 Manfaat

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Intensitas Penyakit dan Metode Perhitungan Intensitas Penyakit 2.1.1 Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkat

kerusakan tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. (Pracaya, 1993)

2.1.2 Metode Perhitungan Intensitas Penyakit

Untuk mengetahui tingkat keparahan serangan penyakit ada beberapa metode perhitungan antara lain sebagai berikut:

Tabel 1. Sistem skoring keparahan penyakit pada tanaman kacang tanah.

Skor (nilai) Kriteria

1 Tidak ada gejala

2 Daun menguning (hanya indikasi tanaman sakit) 3 Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis <20% 4 Gejala sedang, pada daun terjadi nekrosis 21 – 45% 5 Gejala meluas, pada daun terjadi nekrosis >45%

6 Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis <20%; dan adanya nekrosis pada petiole dan batang sepanjang <3 mm

7 Gejala sedang, pada daun terjadi nekrosis 21 – 45%; dan adanya nekrosis pada petiole dan batang sepanjang 3 – 5 mm

8 Gejala meluas, pada daun terjadi nekrosis >45%; dan adanya nekrosis pada petiole dan batang sepanjang >5 mm

9 Tanaman mati

(Sastrahidayat, 2011)

I=N . Z x(n. v) 100 %

Keterangan: I = Tingkat serangan (%), n = jumlah skor yang sama, v = nilai skor,

N=jumlah sampel yang diamati, Z = nilai skor tertinggi

Tabel 2. Sistem skoring penyakit

(4)

0 1 2 3 4 5

Tidak ada gejala serangan > 0 – 20

> 20 – 40 > 40 – 60 > 60 – 80 > 80 – 100

(Lologau, 2006)

Pada dasarnya, jenis serangan penyakit dibedakan menjadi dua metode yaitu metode non sistemik dan metode sistemik, sehingga rumus penghitungan intensitas serangan adalah sebagai berikut:

a. Non Sistemik ( Tidak Menyeluruh)

I=

N x Z x(nxv) 100 %

Keterangan :

I = Intensitas serangan ( % )

n = Jumlah tanaman yang memiliki kategori skala kerusakan yang sama

v = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan Z = Nilai skala kerusakan tertinggi

N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati

b. Sistemik (menyeluruh)

I=ab x100 %

I = Tingkat serangan (%),

a = jumlah tanaman yang terserang, b = jumlah tanaman yang diamati

2.2 Definisi Musuh Alami

(5)

mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. (Hadi,2010)

2.2.1 Predator

Predator adalah serangga yang dalam hidupnya membunuh dan memakan sejumlah mangs. ( Kasumbogo 2007)

2.2.2 Parasitoid

Menurut Manjabal (2008), Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya memparasit pada atau ada di dalam tubuh serangga lain, sedangkan imago hidup bebas menjadikan nektar dan embun madu sebagai makanannya.

2.2.3 Patogen Serangga (Entomopatogen)

Patogen adalah mikroba atau mikroorganisme seperti virus, bakteri, prion, atau jamur yang menyebabkan penyakit pada hewan atau tanaman inang. Ada beberapa substrat termasuk jalur dimana patogen dapat menyerang inangnya, salah satunya adalah tanah. (Madigan dkk, 2006 ) 2.2.5 Mikroorganisme Antagonis Penyakit

Menurut Thom (2012), agens antagonis merupakan mikroorganisme yang menyebabkan mati, rusak, atau terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit tanaman (seperti: Gliocladium spp, Trichoderma spp. Pseudomonas Flourescent Indofit(PF), Corynebacterium sp., dst )

2.3 Mekanisme Peranan Musuh Alami

(6)
(7)

BAB III METODOLOGI

3.1 Metodologi Pengamatan Intensitas Penyakit a. Alat :

- Gunting : untuk mengambil sampel daun tanaman yang terserang penyakit

- Plastik : sebagai wadah sampel daun yang terserang penyakit - Kamera : mendokumentasikan sampel daun yang terserang penyakit - Alat tulis : menghitung intensitas penyakit

b. Bahan :

- Tanaman yang terserang penyakit : sebagai bahan pengamatan c. Cara kerja

d. Analisa Perlakuan

(8)

0-4. Kemudian catat hasil dan dokumentasikan, lalu hitung intensitas kerusakan menggunakan rumus IP yang telah ada.

3.2 Metodologi Pengambilan Sampel Arthropoda a) Alat :

- Plastik : sebagai tempat serangga yang tertangkap - Kamera : untuk dokumentasi serangga

- Alat Tulis : untuk menulis hasil identifikasi b) Cara Kerja :

c) Analisa Perlakuan

(9)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Penyakit yang Ditemukan

Nama Penyakit Keterangan Gambar Penyakit

Penyakit Karat Daun

(Phakopsora pachyrhizi)

Pada daun terdapat bercak-bercak. Bercak ini berkembang ke daun-daun di atasnya. Warna bercak coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak bersudut banyak. Bercak juga terlihat pada bagian batang dan tangkai daun.

Penyakit Virus Mosaik (SMV)

(10)

4.2 Data Intensitas Penyakit

a. Pengamatan Minggu ke-1

Kategori/ Skala Kerusakan

∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)

TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 10

∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)

TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 10

∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)

(11)

d. Pengamatan Minggu ke-4

Kategori/ Skala Kerusakan

∑ Daun Terserang (Sesuai Kategori)

TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 10

0 15 22 38 21 18 29 41 20 22 29

1 4 5 3 6

2 4 2 5

3 2 4 6

4 3 8

TOTAL DAUN 19 22 43 26 18 32 49 34 30 34

4.4 Grafik Presentase Penyakit

Minggu 10% Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

2% 4% 6% 8% 10% 12%

Grafk IP Tiap Mingggu

TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5

(12)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Total Kerusakan Tanaman Tiap Minggu

TC

(13)

contoh 6 sebanyak 9,3%; tanaman coontoh 7 sebanyak 13,6%; tanaman contoh 8 sebanyak 19,12% dan tanaman contoh 9 sebanyak 13,3%.

Intensitas penyakit pada tanaman kedelai yang kami tanam mengalami peningkatan, meskipun demikian ada beberapa tanaman yang intensitas kerusakannya pada daun berkurang, hal ini kemungkinan dapat dikeranakan pengendalian yang dilakukan. Pengendalian yang selama ini dilakukan hanya pembumbunan dan pemotongan tangkai ataupun daun yang telah terserang. Akan tetapi, metode yang dilakukan kurang maksimal sehingga penyakit masih dapat menyerang. Pada grafik juga dapat dilihat bahwa total kerusakan tanaman yang terjadi paling banyak adalah pada tanaman contoh 3 yaitu sebesar 55,9%.

(14)

4.6 Identifikasi Arthropoda yang ditemukan

Nama Hama Keterangan Klasifikasi Gambar

(15)
(16)

oranye dan sayap

Pada lahan, kami menemukan 5 arthropoda yaitu ulat jengkal, ulat penggulung daun, belalang kayu, belalang hijau, dan kumbang kubah spot M. Kami menemukan arthropoda ini tidak dengan jumlah yang banyak. Hampir semua arthropoda yang kami temukan berperan sebagai hama yang merugikan baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Hanya saja, kami menemukan kumbang kubah spot M yang memiliki pearan sebagai musuh alami.

Ulat Jengkal yang kami temukan selama pengamatan berjumlah 3, ulat ini berperan sebagai hama yang memiliki relung atau niche pada daun. Hama ini menyerang dengan cara memakan daun tanaman. Hama ini merupakan hama penting pada tanaman kedelai yang kehadirannya merugikan produksi tanaman. Menurut Marwoto dkk (2006), mekanisme penyerangannya denga cara memakan daun dari arah pinggir sehingga mengakibatkan yang tersisa hanya tulang daun, keadaan ini biasanya terjadi pada fase pengisian polong.

(17)

Belalang kayu yang ditemukan selama pengamatan hanya satu sedangkan untuk belalang hijau ditemukan berjumlah 2 . Belalang ini menyerang dengan memakan daun tanaman kedelai. Akan tetapi belalang kayu dan belalang hijau bukanlah hama penting pada tanaman kedelai. Hama ini dapat dikatakan hama sekunder yaitu hama yang tidak selalu muncul di pertanaman tertentu, tetapi apabila kondisi lingkungan menguntungkan, maka populasi hama tersebut dapat menimbulkan masalah.

(18)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Annonymousa.2013. Gambar Ulat Jengkal (Online), http://planthospital.blogspot.com.

Diakses 8 desember 2013.

Anonymousb. 2011. Gambar Kumbang (Online), http://1.bp.blogspot.com/IMG_06561

JPG. Diakses 7 Desember 2013.

Fikri. 2012. Belalang Hijau (Atractomorpha crenulata) (Online), http://www.flickriver. com/places/Indonesia/West+Java/Suka+Sirna/. Diakses 8 Desember 2013. Hadi. 2010. Musuh Alami (Online), http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/

musuh-alami-pada-serangga/. Diakses 7 Desember 2013.

Kasumbogo, Untung. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lologau, Baso Aliem. 2006. Tingkat Serangan Lalat Pengorok Liriomyza huidobrensis (Banchard) dan Kehilangan Hasil pada Tanaman Kentang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Manjabal.2008. Pengendalian Hayati (Online), http://manjabal41.blogspot.com /2008/06/pengendalian-hayatiistilah.html.Di akses 7 Desember 2013. Marwoto dkk. 2006. Hama, Penyakit, dan Masalah Hara Pada Tanaman Kedelai

(Identifikasi dan pengendaliannya). Bogor: Puslitbangtan

Nurhudda. 2012. Belalang Kayu (Online), http://florafaunaindonesia.blogspot.com /2012/05/belalang-goreng.html. Diakses 8 Desember 2013.

Pracaya. 1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sastrahidayat, R. I. 2011. Epidemologi Teoritis Penyakit Tumbuhan. Malang: UB Press Universitas Brawijaya.

Thom. 2012. Agen Antagonis (Online), http://agenhayati.wordpress.com/tag/agen-antagonis/ Diakses 7 Desember 2013

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan informasi para tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemerintahan di wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang tidak terdapat sanksi berat yang

Data mengenai timbulan,densitas, komposisi, dan kadar air sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di PPNS.. Data

Jika semakin kecil diameter katup limbah semburan air yang keluar melalui katup limbah semakin besar karena tekanan dalam badan pompa meningkat dan mendorong air

pada tahun 1910 (Swiss); Georg Schwarzenberger pada tahun 1950 (Jerman); Gerhard Mueller pada tahun 1965 (Jerman); J.P. Secara ringkas hukum pidana internasional

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

Kebudayaan tersebut mencakup tingkah laku, pengetahuan, nilai-nilai, dan pandangan-pandangan yang akan dipelajari oleh peserta didik yang mana baik guru maupun peserta

CP Mata kuliah (CPMK) : Mampu menganalisis berbagai macam problematika dalam kehidupan masyarakat, melalui penelaahan konsep-konsep, dalil, aksioma, hokum, dan teori-teori