DI SMP NUSANTARA CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh:
AKMALIYAH FITRI
NIM: 1111011000002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Bimbingan dan Konseling Siswa Bermasalah di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan”
Kata Kunci: Peran Guru PAI, Bimbingan dan Konseling, Siswa Bermasalah. Penelitian ini bertujuan mengetahui apa saja jenis perilaku siswa bermasalah dan bagaimana peran guru PAI dalam membantu bimbingan dan konseling siswa bermasalah di SMP Nusantara, Ciputat, Tangerang Selatan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripsi analisis dengan menggunakan library research (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan).
ii
Guidance and Counseling Troubled Students in Nusantara Junior High School Ciputat South Tangerang.”
Key Words: PAI Teacher’s Role, Guidance and Counseling, Troubled Students. PAI teacher is a mentor and counselor for students religious life, PAI teacher is also role model and adviser, so he can give preventive and currative way troubled students.
This study was conducted to know the types of troubled students’ behaviour and how PAI teacher’s role helps guidance and counseling troubled students in
Nusantara Junior High School, Ciputat, South Tangerang. This study employed a descriptive analysis design used libary research and field research, field notes, interview, qestionaires, and documentation study were the instruments used to collect the data needed
iii
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia, hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini.
Shalawat beserta salam semoga Allah senantiasa melimpahkannya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan tuntunan bagi kita semua (Umat Islam) kejalan yang di ridhoi Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Abdul Madjid Khon. M.A, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Serta staf administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Faza Amri, S.Th.I.
iv
memberi masukan kepada penulis selama studi. Seluruh dosen di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang pernah memberikan ilmu kepada penulis, dan seluruh dosen yang ada di naungan UIN Syarif Hidayatullah.
6. Ayahanda Karsa dan Ibunda Siti Aisyah tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih dan sayang yang tak terhingga, yang tidak bisa dibalas dengan apapun, dan selalu mendo’akan serta memberi dukungan dengan segala pengorbanan dan keihklasan. (semoga Allah membalas segala pengorbanan mereka). Adik tercinta M. Irsyad Hajri yang telah memberikan
do’a untuk kakak tercinta.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan keleluasaan dalam peminjaman buku-buku yang dibutuhkan.
9. Kepala Sekolah, Bapak Cecep Setiawan M.Ag. Kurikulum dan guru PAI, Dr. Bapak Syaefudin. Guru BK, Ibu Khusnul Ummah S.Pd. KA. Tata Usaha Hari Hardian dan keluarga besar SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi.
10. Guru tercinta, Umi Shofia beserta keluarga besar Yayasan Al-Fachriyah Habib Novel.
v
13. Teman-teman PAI angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang selalu menjaga komitmen untuk terus bersama dan saling membantu dalam proses belajar dikampus UIN Jakarta tercinta.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan doa kehadirat Allah SWT. Semoga amal baik semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan, memperhatikan dan membantu penulis dicatat oleh Allah sebagai amal shaleh dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dan mudah-mudahan apa yang penulis usahakan dapat bermanfaat. Amiin…
Jakarta, 18 Oktober 2015
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. ... 6
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A.Peran Guru Pendidikan Agama Islam... 8
1. Pengertian Peran... 8
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam………... 9
3. Tugas dan Peran Guru... 10
a. Tugas Guru………. ... 10
b. Peran Guru... 10
4. Kompetensi Guru ………. ... 12
5. Syarat dan Tanggung Jawab Guru………. ... 13
B.Bimbingan dan Konseling………. ... 14
1. Pengertian Bimbingan………. ... 14
2. Pengertian Konseling ………. ... 15
vii
………
7. Layanan Bimbingan dan Konseling……...…………... 22
C.Masalah –masalah Siswa dan Faktor Penyebabnya... 23
1. Masalah-masalah Siswa ………. ... 23
2. Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Bidang Pribadi... 26
3. Faktor Penyebab Timbulnya Masalah…… ... 27
D.Hasil Penelitian yang Relevan... 28
E.Kerangka Berfikir... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A.Tempat dan waktu Penelitian………...……… 31
B.Populasi dan Sampel Penelitian ...………...………. 31
C.Metode Penelitian…………...……... 32
D.Teknik Pengumpulan Data... 33
E. Instrumen Penelitian...,.,,... 35
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………. ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 40
A. Gambaran Umum...………...…… 40
1. Sejarah Sekolah... 40
2. Susunan Pengurus SMP Nusantara Ciputat ... 41
B. Deskripsi Data...………….…………...……… 46
C. Pembahasan ... 61
BAB V PENUTUP... 68
A. Kesimpulan…………... 68
B. Implikasi………... 69
C. Saran………... 69
viii
1. Tabel 3.1 Daftar Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... 35
2. Tabel 3.2 Jawaban Dalam Skoring ... 38
3. Tabel 4.1 Jumlah Siswa/i Kelas VII ... 42
4. Tabel 4.2 Jumlah Siswa/i Kelas VIII ... 42
5. Tabel 4.3 Jumlah Siswa/i Kelas IX ... 42
6. Tabel 4.4 Jumlah Siswa/i SMP Nusantara Ciputat ... 43
7. Tabel 4.5 Daftar Pimpinan, Dewan Guru & Staf SMP Nusantara Ciputat .. 43
8. Tabel 4.6 Presentase Item pertanyaan 1 ... 47
9. Tabel 4.7 Presentase Item pertanyaan 2 ... 48
10. Tabel 4.8 Presentase Item pertanyaan 3 ... 48
11. Tabel 4.9 Presentase Item pertanyaan 4 ... 49
12. Tabel 4.10 Presentase Item pertanyaan 5 ... 50
13. Tabel 4.11 Presentase Item pertanyaan 6 ... 51
14. Tabel 4.12 Presentase Item pertanyaan 7 ... 51
15. Tabel 4.13 Presentase Item pertanyaan 8 ... 52
16. Tabel 4.14 Presentase Item pertanyaan 9 ... 52
17. Tabel 4.15 Presentase Item pertanyaan 10 ... 53
18. Tabel 4.16 Presentase Item pertanyaan 11 ... 53
19. Tabel 4.17 Presentase Item pertanyaan 12 ... 54
20. Tabel 4.18 Presentase Item pertanyaan 13 ... 54
21. Tabel 4.19 Presentase Item pertanyaan 14 ... 55
22. Tabel 4.20 Presentase Item pertanyaan 15 ... 55
23. Tabel 4.21 Presentase Item pertanyaan 16 ... 56
24. Tabel 4.22 Presentase Item pertanyaan 17 ... 56
25. Tabel 4.23 Presentase Item pertanyaan 18 ... 57
26. Tabel 4.24 Presentase Item pertanyaan 19 ... 57
27. Tabel 4.25 Presentase Item pertanyaan 20 ... 58
ix
x
1. Struktur Organisasi SMP Nusantara Ciputat
2. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMP Nusantara Ciputat 3. Mekanisme Penangan Masalah di Sekolah
4. Angket siswa
5. Hasil Wawancara dengan guru PAI SMP Nusantara Ciputat 6. Hasil Wawancara dengan guru BK SMP Nusantara Ciputat
7. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Nusantara Ciputat 8. Tabel Uji Validitas Butir Soal
9. Tabel Uji Reliabilitas Butir Soal 10.Pengolahan Data dengan SPSS 22 11.Input Jawaban Angket Siswa 12.Rekapan Jawaban Angket Siswa
13.Program Tahunan Bimbingan dan Penyuluhan
14. Daftar Peraturan dan Sanksi serta Bobot Kredit Pelanggaran Siswa. 15.Dokumentasi
16.Surat Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan modal utama untuk menjalani kehidupan dengan baik. Melalui pendidikan masyarakat mampu menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan menjadi tolak ukur perkembangan Negara. Pendidikan juga diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku dengan baik. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Beberapa pengertian diatas menunjukan bahwa tugas seorang pendidik adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik melalui pengetahuan dan perubahan sikap dalam usaha mendewasakan diri.
1
Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pendidikan dapat mempengaruhi pembentukan berfikir dan cara bertindak individu dalam kurun waktu yang panjang. Dan segala perubahaban cara berfikir dan pembentukan diri menjadi dewasa akan dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima oleh individu.
Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 sebagaimana yang dikutip oleh M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, dalam buku landasan pendidikan konsep dan aplikasi dikatakan bahwa Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta
bertanggung jawab.”2
Dari pengertian dan tujuan pendidikan diatas, dapat diketahui bahwa target pendidikan itu sendiri yaitu diharapkan akan terwujudnya individu-individu yang mengembangkan potensi dan kepribadian yang seutuhnya. Manusia yang mampu bertanggung jawab atas dirinya dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
Upaya untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah disebutkan diatas tidaklah mudah, karena pada praktiknya masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh siswa disekolah. “permasalahan yang dialami siswa ditandai dengan gejala-gejala penyimpangan perilaku yang terjadi pada diri peserta didik , seperti datang kesekolah tidak tepat waktu, melanggar peraturan sekolah, tidak memakai atribut sekolah, berkelahi, berambut gondrong, merokok, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, membantah orangtua dan guru, mengejek teman, membuat geng-geng di sekolah, menonton video porno dan lain-lain.”3
2M.Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada,2009), hal.14
Permasalahan yang muncul dapat disebabkankan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari diri siswa sendiri seperti rasa malas belajar sementara faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari lingkungan sekitar seperti disebabkan oleh pengaruh teman sebaya.4
Iklim lingkungan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD, minuman keras, dan obat-obatan terlarang yang tidak terkontrol, ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga, dan dekandensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup peserta didik yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral.5
Melihat permasalahan yang muncul, maka pihak sekolah harus melakukan bimbingan dan konseling secara aktif kepada peserta didik melalui program-program yang telah dibuat oleh guru bimbingan konseling disekolah dan pihak sekolah juga harus bekerja sama dengan semua bagian yang ada disekolah agar dapat menyelesaikan permasalahan dengan efektif.
Bimbingan dan Konseling pada peserta didik menjadi tanggung jawab sekolah untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Tidak hanya guru bimbingan dan konseling yang mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul pada peserta didik, semua guru juga mempunyai tanggung jawab untuk melakukan bimbingan kepada peserta didik. Mendidik bukan hanya semata-mata memindahkan ilmu kepada siswa, namun lebih dari itu pendidik juga harus mampu memberikan keteladan yang baik kepada siswa agar siswa mampu mengikuti sikap baik yang dimiliki oleh pendidik.
Guru sebagai pendidik dan pembimbing harus menyadari bahwa pengetahuan dasar mengenai tugas sebagai konselor sangatlah penting, mengingat guru mempunyai tugas untuk membantu mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik dan disaat permasalahan muncul dalam diri
4Ibid
peserta didik maka guru mempunyai peran dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi peserta didik.
Adapun tugas guru bukan saja mengajar peserta didik didalam kelas, seorang guru juga menpunyai tugas dibidang kemanusian yaitu guru sebaiknya dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua disekolah dan peduli akan permasalahan yang sedang dialami peserta didik. Dapat memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Guru mempunyai intensitas waktu yang banyak untuk bertatap muka dan berkomunikasi langsung dengan murid di dalam kelas. Dengan hal ini seorang guru bisa lebih memahami karakteristik dan permasalahan peserta didik disekolah.
Guru sebagai pendidik bertugas lebih dari sekedar sebagai tenaga pengajar. Artinya, guru tidak hanya memberikan materi pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik tetapi lebih dari itu seorang guru mengajarkan tentang sikap, nilai-nilai kehidupan, kepribadian dan sebagainya.
Adapun tugas seorang guru agama adalah mendidik dan mengajarkan pengetahuan agama ke dalam pribadi peserta didik dan dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari peserta didik. Guru agama juga mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan peserta didik mempunyai akhlak yang baik melalui keteladanan yang diberikan oleh guru.
Bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru agama sangatlah diperlukan oleh siswa karena tingkat kesadaran siswa untuk mempunyai akhlak yang baik masih rendah yang mengakibatkan rendahnya kesadaran siswa untuk berprilaku baik terhadap diri sendiri dan sesama.
Berdasarkan apa yang di paparan di atas, penulis termotivasi untuk menyusun sebuah karya ilmiah dengan judul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBANTU BIMBINGAN DAN KONSELING SISWA BERMASALAH DI SMP NUSANTARA
CIPUTAT TANGERANG SELATAN”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Terdapat siswa yang datang terlambat ke sekolah di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
2. Terdapat siswa yang membolos di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
3. Terdapat siswa yang mengucapkan kata-kata kotor di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
4. Terdapat siswa yang meninggalkan shalat 5 waktu di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
5. Terdapat siswa yang menentang guru dan orang tua di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
6. Kurang efektivnya penanganan masalah yang ditangani oleh pihak sekolah dalam meyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa di SMP Nusantara Ciputat, Tangerang Selatan
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Peran guru PAI dalam membantu bimbingan dan koseling siswa bermasalah di SMP Nusantara hanya berkaitan dengan layanan konseling perseorangan, layanan konseling kelompok, dan layanan konsultasi.
2. Siswa bermasalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan masalah tata tertib sekolah, masalah ibadah, dan masalah pribadi.
D.Perumusan Masalah
1. Apa saja jenis perilaku siswa bermasalah di SMP Nusantara Ciputat, Tangerang Selatan?
2. Bagaimana peran guru agama Islam dalam mengatasi siswa bermasalah di SMP Nusantara Ciputat, Tangerang Selatan?
E.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin diperolah oleh penulis adalah:
a. Untuk mengetahui jenis prilaku siswa bermasalah di SMP Nusantara Ciputat, Tangerang Selatan.
b. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membantu bimbingan dan konseling siswa yang bermasalah di SMP Nusantara Ciputat, Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang didapat berdasarkan realita yang ada adalah:
b. Bagi sekolah, yayasan dan lembaga lainnya dapat dijadikan evaluasi dalam membimbing dan memberi konseling pada siswa bermasalah. c. Bagi orangtua dapat mengetahui permasalahan yang dialami anak dalam
menjalani proses belajar dan mengajar di sekolah.
BAB II
KERANGKA TEORI
A.Peran Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Peran
Peranan adalah “lakon yang dimainkan oleh seorang pemain, maksud peran dalam hal ini adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Peran artinya,
“suatu bagian memegang pempinan yang utama (terjadi suatu hal atau
peristiwa)”.1
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa peranan
merupakan “bagian yang dimainkan oleh seorang pemain, ia berusaha bermain baik di semua yang dibebankan kepadanya atau tindakan yang dilakukan seseorang di suatu peristiwa.”2Peran adalah “perilaku, kewajiban, dan hak-hak yang melekat pada status, telah ditentukan bagi anda.”3
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.4
1Helyati Afrida, Peran Guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tentang pelajaran
Agama di SDN Limus Nunggal 02 Cileungsi, (Jakarta : FITK UIN Jakarta, skripsi, 2012), h. 11
2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2012), cet.4, h. 1051
3Komanto Sunarto, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Terj.dari Essential of Sociology
oleh James M.Henslin, (Jakarta: Erlangga, 2007),cet.1, h.95
4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grafindo Persada, 1982), h.212
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengawasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”5
Guru dalam persepektif pendidikan agama Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi al ardh
maupun „abd).6
Sedangkan guru agama berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya, “guru agama disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan kegamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, dan pembinaan akhlak.”7
Pengertian pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.8
Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.9
5Sudarman Danim, Pengembangan Profesi Guru dari Pra Jabatan, Induksi ke Madani,(Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), cet.2, h.83
6Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat pers 2002), h.42
7Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: Rosdakarya
Offset, 1995), cet.2, h.99
8Abdul Majid, Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004),
h.130
3. Tugas dan Peran Guru a. Tugas Guru
1) Tugas Guru dalam Bidang Profesi
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas guru sebagai pendidik adalah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan kepada anak didik.
2) Tugas dalam Bidang Kemanusiaan
Guru harus dapat menempatkan diri sebagai kedua orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayai wali murid dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan agar lebih mudah memahami jiwa dan watak anak didik.
3) Tugas Guru dalam Bidang Kemasyarakatan
Pada bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila. Memang tidak dipungkiri bila guru mendidik anak didik sama halnya dengan mencerdaskan bangsa Indonesia.10
b. Peran Guru
Menurut A.Malik Fadjar dalam bukunya reorientasi pendidikan Islam tugas maupun peran guru yang paling utama adalah menanamkan rasa dan amalan hidup beragama bagi peserta didiknya. Dalam hal ini dituntut ialah bagaimana setiap guru agama mampu membawa peserta didik untuk menjadikan agamanya sebagai landasan moral, etik dan spiritual dalam kehidupan kesehariannya.11
1) Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena
10Syaiful Bahri Djamhara, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.2 h.37
itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajarinya.12
2) Guru Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, tugas guru yang paling utama adalah “to facilitate of learning” (memberi kemudahan belajar). Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap seperti yang di identifikasikan rogers yang penulis kutip dari buku standar kompetensi dan sertifikasi guru karya D.r.E. Mulyasa, M.pd yaitu: a) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya
atau kurang terbuka.
b) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
c) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun
d) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran
e) Dapat menerima balikan, baik yang bersifat positif maupun negatif dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya
f) Toleransi kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran
g) Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapai.13
3) Guru Sebagai Penasehat
12Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6 h.38
13 Mulyasa, Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offest,
Peserta didik senantiasa berhadapannya dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya.
4) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik teteapi juga perjalanan mental, emosional, kratifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. 14
Sebagai pembimbing guru lebih suka jika mendapati kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri.15 5) Guru Sebagai Model Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. 16
4. Kompetensi Guru
Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai persyaratan kompetensi untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu membicarakan aspek profesionalisme guru berarti mengkaji kompetensi yang harus dimiliki guru. Kompetensi guru meliputi:
14Mulyasa, Op.Cit, h. 40
15Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
cet.4, h. 266
a. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar.17
b. Kompetensi Kepribadiaan
Kompetesi kepribadian yaitu, kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dan dewasa arif, bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius. Esensi pembelajaran adalah perubahan perilaku. Guru akan mampu mengubah perilaku peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia baik.18
c. Kompetensi Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis.
d. Kompetensi Sosial
Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada siswa, orang tua, masyarakat, Bangsa, Negara, dan agamanya. Dimata masyarakat, guru adalah orang yang mendidik, mengajar, dan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa di sekolah, di masjid, di rumah atau ditempat lainnya.19
5. Syarat dan Tanggung Jawab Guru a. Syarat Guru
17Fachruddin Saudagar dan Ali Idru, Pengembangan Profesionalitas Guru,(Jakarta : Gaung
Persada 2009) h.32
18Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), cet.1, h.43
Persyaratan guru menurut Prof. Dr Zakiah Darajat yang penulis kutip dari buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif karya Drs. Syiful Bahri Djamarah, M.Ag adalah:
1) Takwa Kepada Allah Swt 2) Berilmu
3) Sehat Jasmani 4) Berkelakuan Baik20 b. Tanggung Jawab Guru
Beberapa tanggung jawab guru terhadap murid yaitu: 1) Guru harus menuntut murid belajar
2) Turut membina kurikulum
3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmaniah)
4) Memberikan bimbingan kepada murid
5) Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar
6) Menyelenggarakan penelitian
7) Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif
8) Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila
9) Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia.
10) Turut mensukseskan pembangunan
11) Tanggung jawab meninggkatkan peranan profesional guru21
B.Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Menurut etimologis istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” . kata guidance, merupakan kata dasar dari “guide” yang
memiliki beberapa arti diantaranya, menunjukan jalan, memimpin, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan dan memberi nasihat.22
Pengertian bimbingan menurut smith yang penulis kutip dari buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling karya Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs. Erman Amti adalah: “layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interpretasi-intrepretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.”23
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada prinsipnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan. Bantuan itu merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. Sekalipun bimbingan itu merupakan pertolongan namun tidak semua pertolongan dapat disebut sebagai bimbingan.24
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dari “to counsel” secara etimologis berarti “to give advice” akan memberikan saran dan nasihat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka.25
Pengertian konseling menurut Rochman Natawidjaja yang penulis kutip dari buku pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah karya Drs. Dewa Ketut Sukardi, MBA., MM mendefinisikan bahwa: Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik anatara dua individu, di mana seorang konselor berusaha membantu yang lain atau klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri
22 Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.16
23Prayitno dan Erma Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), cet.ke-2, h.94
24Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004),
h.6
25Syamsu Yusuf dan A.Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT
dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.26
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu antara lain adalah: a. Dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya
d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkusngan kerja.27
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling a. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan. Dan diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Fasilitasi
Fasilitasi ini memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
c. Fungsi Penyesuain
Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dan lingkungan secara dinamis dan konstruktif
d. Fungsi Penyaluran
26Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Fungsi penyaluran yaitu bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. e. Fungsi Adaptasi
Fungsi adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah dan staf, konselor dan tutor untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat kemampuan, dan kebutuhan konseli.
f. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan atau preventif yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.28
g. Fungsi Perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak.
h. Fungsi Penyembuhan
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek sosial-pribadi, belajar, dan karir.
i. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercapai dalam dirinya. j. Fungsi Pengembangan
Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
28Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal dan Non Formal dan Informal,
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.29
5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling a. Prinsip-prinsip Umum
1) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
2) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu yang dibimbing, ialah memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan. 3) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
4) Masalah yang tidak diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu berwenang melakukannya.
5) Bimbingan harus dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
6) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
7) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
8) Pelaksanaan program pendidikan dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sa,a dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
9) Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu.30
29Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet.1 h.16
30Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
b. Prinsip-prinsip Khusus
1) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu:
a) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
b) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. 2) Prinsip –prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individual,
yaitu:
a) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, sekolah serta kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan dan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah individu dan kesemuanya menjaga perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.31
3) Prinsip –prinsip yang berkenaan dengan program layanan, yaitu: a) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan dan pengembangan individu karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga. c) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.
d) Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah.32
4) Prinsip –prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan, yaitu: a) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
b) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan kehendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d) Kerja sama antara pembimbing, guru dan orang tua, amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.33
6. Asas Bimbingan dan Konseling a. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasian ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan konseling. Jika asas ini dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak.34
32Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta:
Rineka Cipta, 2001), cet.1 h.70
33Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), cet.3 h.61
Asas kerahasiaan sangat sesuai dengan ajaran islam dalam Islam sangat dilarang seseorang menceritakan aib atau keburukan orang lain bahkan islam mengancam bagi rang-orang yang suka membuka aib saudaranya diibaratkan seperti memakan bangkai daging saudaranya sendiri. (an-Nur: 24)35
b. Asas Kesukarelaan
Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya,serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan masalahnya itu kepada konselor.
c. Asas Keterbukaan
Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah.
d. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang akan dialami yang akan datang.
e. Asas Kemandirian
Asas ini bertujuan untuk menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau pada konselor.
f. Asas Kegiatan.
Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanankan kegiatan yang diperlukan dalam penyelasaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
g. Asas Keterpaduan
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tenang perkembangan klien dan aspek-aspek
lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.36
h. Asas Keahlian
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian.37
i. Asas Kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan sikap tingkah laku ke arah yang lebih baik.
j. Asas Ahli Tangan
Bila ditemukan masalah-masalah klien di luar bidang keahliannya, maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lain. k. Asas Tut Wuri Handayani
Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klientetapi klien sendirilah yang membuat keputusan. Konselor sewaktu-waktu siap membantunya bila dalam pelaksanaannya, klien mengalami masalah atau benturan-benturan lagi.38
7. Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu siswa untuk memahami lingkungan baru, untuk mempermudah serta memperlancar peserta didik dilingkungan baru
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima dan memahami berbagai informasi.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat didalam kelas maupun luar kelas.
36Prayitno dan Amti, Op.Cit, h. 118 37Tohirin, Op.Cit, h.93
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu siswa menguasai konten tertentu terutama kompetensi atau kebiasaan yang bergunaa di sekolah, keluarga dan masyarakat.
e. Konseling Perseorangan, yaitu layanan yang membantu siswa dalam menyelesaikan masalah pribadinya
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar dan lain-lain.
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa dalam pembahasan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu siswa dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani masalah atau kondisi siswa.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antara siswa. 39
C. Masalah-masalah Siswa dan Faktor Penyebabnya
1. Masalah-masalah siswa
Ada beberapa tingkatan masalah menurut Sofyan S. Willis yang penulis kutip dari buku Bimbingan dan Konseling karya Dr. Fenti Hikmawati, M.si yaitu :
a. Masalah Ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman di sekolah, bertengkar, minum-minuman keras tahap awa, berpacaran, mencuri kelas ringan.
b. Masalah sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran dengan perilaku menyimpangberkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, melakukan gangguan sosial dan asusila
c. Masalah kasus besar, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotik, perilaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam.40
Pada umumnya jenis-jenis masalah individu, terutama yang di hadapi oleh murid-murid sekolahsekurang-kurangnya dapat digolongkan menjadi beberapa masalah, yaitu anatara lain:
a. Masalah Pendidikan
Dalam hal ini individu menghadapi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan yang pada umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan pada berbagai masalah seperti: menyesuaikan diri dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru-guru, tata tertib sekolah, cara belajardan sebagainya. Dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah murid-murid akan mengalami masalah seperti: memilih mata pelajaran yang sesuai, memilih kegiatan ekstrakulikuler, memilih jurusan yang cocok, menyusun program kegiatan-kegiatan, mencari teman-teman belajar yang cocok, dan sebagainya. Demikian pula masalah-masalah kelambatan dalam belajar yang dialami oleh murid-murid yang tergolong lambat dan yang terlalu cepat dalam belajar. Semuanya termasuk dalam masalah-masalah pendidikan.41
b. Masalah Pengajaran atau Belajar
Masalah Pembelajaran, yaitu setiap orang butuh belajar dalam hidupnya, tetapi ia mengalami kesulitan dalam memilih dan menentukan cara belajar yang baik dan sesuai dengan dirinya.42 Masalah ini merupakan bagian dari masalah pendidikan bentuk-bentuk masalah belajar misalnya sukar konsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar yang buruk, sukar menangkap pelajaran, mudah lupa terhadap apa yang dipelajari.
40Hikmawati, op.cit, h.27
41I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance &
Counseling), (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h.29
42M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
c. Masalah Pribadi
Masalah pribadi adalah masalah yang dihadapi oleh siswa yang disebabkan faktor dirinya sendiri. Masalah ini pada siswa sekolah menengah jumlahnya meningkat karena mereka berada dalam fase remaja, di mana pada masa remaja umumnya lebih rentan dengan berbagai masalah pribadi. Beberapa contoh masalah pribadi misalnya, kecewa ditinggal pacar, sukar bergaul dengan teman, merasa canggung dalam pergaulan, mudah emosi, merasa rendah diri. Merasa superior, egois suka menang sendiri, merasa pesimis dalam hidupnya.43
d. Masalah Moral dan Agama
Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kota-kota besar barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat melalui film, bacaan, gambar-gambar, dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang adatang dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi waktu, tempat tingkah dan keadaan. Oleh karena itu, maka orang yang kuat keyakinan bergenyamlah yang mampu mempertahankan nilai agama yang absolut itu dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak akan terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya.
43Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah Dasar,
e. Masalah Sosial
Kadang-kadang individu menghadapi kesulitan atau masalah yang hubungannya dengan individu lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah itu dapat timbul karena kekurangmampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya, atau lingkungan sosial itu sendiri yang kurang sesuia dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam persahabatan, mencari teman, merasa tersaingi dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok, dalam memperoleh penyesuaian dalam kegiatan-kegiatan kelompok, dalam menghadapi situasi sosial yang baru, dan sebagainya. Kita sering mendapatkan siswa-siswa yang sebenarnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan, bahkan diasingkan. Masalah-masalah tersebut sering disebut sebagai masalah sosial dan merupakan salah satu jenis masalah yang sering dihadapi oleh siswa.44
f. Masalah Waktu Luang
Masalah ini adalah masalah yang dihadapi siswa dalam menggunakan waktu luang di sekolah maupun di rumah. Masalah penggunaan waktu luang ini adalah tidak mempunyai hobi, tidak puas
karena membuang waktu dengan “ngluyur”, pengaruh jelek dari teman
membawa ke bentuk-bentuk rekreasi yang merugikan, pacaran dengan menghadapi problema seperti cinta monyet, rasa iri dan cemburu, cinta segitiiga, simpati atau antisipati.45
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang pribadi: a. Ketakwaan kepada Allah SWT, Mencakup:
1) Kurang motivasi untuk mempelajari agama sebagai pedoman hidup 2) Kurang memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup
3) Kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Allah Swt
44Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), cet.17, h.147
4) Masih merasa malas untuk melaksanakan shalat
5) Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur b. Perolehan Sistem Nilai Meliputi:
1) Masih memiliki kebiasaan berbohong 2) Masih memiliki kebiasaan mencontek 3) Kurang berdisiplin
c. Kemandirian emosional meliputi:
1) Belum mampu membebaskan diri dari perasaan atau perilaku kekanak-kanakan
2) Belum mampu menghormati orang tua atau orang lain secara ikhlas 3) Masih kurang mampu menghadapi atau mengatasi situasi frustasi
secara positif
d. Perkembangan Keterampilan intelektual meliputi:
1) Masih kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
2) Masih suka melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan baik buruknya untung ruginya.46
3. Faktor Penyebab Timbulnya Masalah
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah pada diri setiap orang, yaitu :
a. Faktor kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Ada dua bentuk kebutuhan pokok manusia, yakni kebutuhan jasmani dan rohani (fisik dan mental). Keduanya mesti dipenuhi bagi setiap orang, dan kenyataan ini tidak selalu ditentukan oleh status atau siapa dia, besar dan kecil, tua maupun muda atau balita harus dipenuhi. b. Faktor internal
Faktor internal seperti faktor heriditas atau faktor dasar, banyak ditemukan kasus orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya. yang mengalami hidung pesek, jerawatan, rambutnya tidak bagus, matanya
46Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Direktorat Jendral
juling, badannya gemuk atau ceking, dan kenyataan ini membuat dia rendah diri, sulit bergaul, selalu dikucilkan teman-teman, dan berbagai bentuk masalah lainnya.
c. Faktor Eksternal
Lingkungan seperti apapun bentuknya menjadi bagian terbesar yang dapat menentukan atau mempengaruhi jalan hidup setiap orang. Karena itu lingkungan juga sekaligus menjadi penyebab timbulnya masalah, terutama ketika lingkungan tersebut tidak sesuai dengan keberadaan dirinya.47
D.Penelitian yang Relevan
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Uus Sukamadi Firdaus jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dalam
skripsinya yang berjudul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membantu Bimbingan dan Konseling Siswa bermasalah (Studi Kasus
SMK Nusantara Ciputat)” memberikan kesimpulan bahwa guru
Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang positif sedang dalam membantu Bimbingan dan Konseling siswa bermasalah sehingga program Bimbingan dan Konseling di SMK Nusantara Ciputat dapat berjalan dengan baik
2. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Usman dalam skripsinya
yang berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Layanan
Bimbingan dan Konseling di SDN Babulak 2 Batu Ceper Kota Tangerang memberikan kesimpulan bahwa jumlah Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Layanan Bimbingan dan Konseling sebesar 1294 dan rata-rata 86 artinya Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Layanan Bimbingan dan Konseling dinyatakan baik.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fuji Astuti dalam skripsinya
yang berjudul “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan”
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, tepatnya pada tanggal 20 Agustus sampai 08 September 2015.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.1 Yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII dan IX SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 282 siswa/i.
Sampel adalah himpunan bagian dari populasi atau elemen dari populasi2 dengan kata lain populasi adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dari jumlah 282 siswa kelas VIII dan IX, penulis mengambil sampel 45 siswa. Sample diambil melalui rekomendasi lamgsung dari guru BK dan guru PAI SMP Nusantara Ciputat Tangerang selatan.
1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA, CV, 2011), Cet,
14, h.80
Dalam menentukan sampel ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling. purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu yaitu orang yang dijadikan sampel dianggap paling tahu tentang perilaku siswa bermasalah.
C.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah deskripsi analisis yaitu metode yang meneliti dan menemukan informasi yang seluas-luasnya tentang variabel yang bersangkutan dan tidak bermaksud mengidentifikasi hubungan antara variabel.3 Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan, kepustakaan dan dokumentasi.
1. Library Research (penelitian kepustakaan), bertujuan untuk mengkaji masalah-masalah yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Penulis akan melakukan penelaahan literatur buku-buku dari perpustakaan yang ada kaitannya dengan materi pembahasan,baik berupa artikel, makalah-makalah, maupun literatur lain yang dipandang perlu guna memperoleh teori-teori dan gambaran yang lebih jelas.
2. Field Research (Penelitian lapangan), bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sejarah dan interaksi lingkungan suatu unit sosial.4 Penulis mengadakan penelitian langsung ke tempat yang dijadikan objek penelitian, yakni SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan untuk mencari data tentang peran guru pendidikan agama Islam dalam membantu bimbingan dan konseling siswa bermasalah.
3. Dokumentasi, pengumpulan data yang diperoleh berbentuk tulisan seperti catatan harian, sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan, atau melalui
3 Sumadi Suryabrata, Metodologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pres, 1995), cet.10, h.19
gambar.5 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peraturan dan program BK dari SMP Nusantara Ciputat, Tangerang Selatan.
4. Triangulasi
Triangulasi adalah metode penelitian yang menggabungkan metode dalam satu penelitian. Triangulasi menyatukan informasi dari penelitian kuantitatif dan kualitatif. Triangulasi merupakan cara mendapatkan data yang benar-benar absah dengan menggunakan metode ganda.6
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik merupakan alat bantu atau cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi data. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik di sekolah maupun di luar sekolah.7 Dengan melakaukan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial dan penulis dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga penulis memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai kondisi lingkungan SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan. Kisi – kisi observasi yang penulis lakukan meliputi:
a. Upaya mengidentifikasikan jenis masalah siswa-siswi di SMPN Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
b. Upaya pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
c. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membantu bimbingan dan konseling siswa bermasalah.
5Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , (Bandung: AlfaBeta, 2012), cet. 1, hal. 89
6A. Malik Fadjar, Reorintasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fadjar Dunia, 1999), h.61.
7Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung : CV.Ilmu, 1975),
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu ini merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi 8. Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara langsung yang ditujukan kepada kepala sekolah, koordinator guru bimbingan dan konseling dan guru PAI secara langsung sebagai penunjang atau penguat dari penelitian yang dilakukan terhadap siswa yang bermasalah. Adapun kisi-kisi wawancara yang penulis gunakan sebagai berikut:
1. Upaya mengidentifikasikan jenis masalah siswa-siswi di SMPN Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
2. Upaya mengetahui faktor penyebab siswa bermasalah.
3. Upaya pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
4. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membantu bimbingan dan konseling siswa bermasalah.
3. Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yangdilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertnyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.9 Pengisian angket dilakukan oleh siswa yang menjadi sample penelitian yaitu siswa yang bermasalah.
Kuisioner atau angket ini penulis susun kemudian penulis sebarkan kepada 45 siswa kelas VIII dan IX yang bermasalah di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan.
8Lexy J. Meleong, Metodologi Peneltian Kualitatif, (Bnadung : PT. Remaja Rosda Karya,
2011), cet.29, h.186
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, leger, agenda, dan sebagainya.10 Dalam penelitian ini, dikarenakan buku catatan konseling siswa bersifat rahasia, maka data yang dapat diambil adalah buku atau catatan laporan kasus siswa dan dokumentasi program kegiatan bimbingan dan konseling.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berbentuk observasi, wawancara kepala sekolah, guru BK, guru PAI, dan angket penelitian untuk siswa-siswi.
Tabel.3.1 Kisi-kisi Instrumen
Peran guru PAI dalam membantu bimbingan dan konseling siswa bermasalah.
No Aspek Indikator Butir
Soal
Jumlah Soal
1. Perilaku Siswa Bermasalah
- Siswa datang terlambat kesekolah - Siswa membolos
- Siswa meninggalkan sholat lima waktu
- Siswa menentang guru dan orang tua
- Siswa mengucapkan kata-kata kotor
- Siswa merokok
- Teman mengajak bolos ke sekolah
1 2 3
4
5
6 7
9
- Teman bersikap tidak sopan
- Teman mengajak menonton film porno
8 9
2. Peran Guru PAI dalam
membantu BK Siswa
Bermasalah
-Guru PAI mengadakan pengarahan tentang bahaya narkoba
-Guru PAI mengadakan pengarahan tentang bahaya miras
-Guru PAI ikut serta dalam merazia rokok di sekolah
-Guru PAI memberikan waktu luang untuk berkonsultasi
-Guru PAI mengingatkan untuk melaksanakan sholat lima waktu -Guru PAI mengingatkan untuk
membaca al-Qur’an
-Guru PAI mengingtkan untuk menjaga kebersihan
-Guru PAI menegur ketika anda melakukan kesalahan
-Guru PAI memberikan sanksi ketika anda melakukan kesalahan
-Guru PAI memberikan motivasi untuk belajar
-Guru PAI membantu anda ketika menghadapi permasalahan
-Guru PAI tepat waktu di sekolah -Guru PAI berpakaian dengan rapi -Guru PAI berbicara dengan sopan
dan baik
-Guru PAI melaksanakan sholat berjamaah
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21 22 23
24
-Guru PAI mau mendengarkan ketika anda memberikan pendapat
25
Jumlah ∑ 25
Untuk mengetahui validitas seluruh instrumennya, maka dilakukan kegiatan uji coba (try out) instrument. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya maka instrumennya sudah baik atau sudah baik. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas.
Berdasarkan hasil uji coba (try out) data yang terkumpul dari 45 responen yang telah diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 22, maka hasilnya dari 33 butir soal yang di ujikan ternyata hanya 25 butir soal yang dinyatakan valid.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang mengumpulkan data, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil dari penelitian. Data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang tidak ada dari angket. Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis langkah-langkah analisa data sebagai berikut:
a. Editing
b. Skoring
Yaitu tahap untuk menentukan skor dalam hasil penelitian, tetapkan bahwa untuk responden yang menjawab diberi bobot nilai sebagai berikut:11
Tabel. 3.2
Jawaban dalam Skoring
Pertanyaan Positif Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak pernah 1 4
c. Tabulating
Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-tabel yang dibuat sebaiknya mampu meringkas agar memudahkan dalam proses analisis data.12
2. Analisis Data
setelah data-data diolah, langkah selanjutnya adalah menganalisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.13
Dalam teknis pelaksanaan atau analisisnya, yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden atau siswa, lalu dijumlahkan dan menghasilkan skor total, diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel), data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masing-masing. Adapun jenis distribusi frekuensi yang digunakan adalah jenis distribusi frekuensi prosentase, yaitu:
11Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h.285 12Siregar, Op.cit, h.192
P =
x 100 %
Keterangan : P = Presentasi
F = Frekuensi (Jumlah jawaban responden) N = Number of Cases (Jumlah responden)14
40 BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum
1. Sejarah Sekolah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nusantara Plus Ciputat TangerangSelatan didirikan pada Tahun Pelajaran 2006/2007, merupakan salah satu SMP swasta di daerah Wilayah Ciputat Tangerang-Selatan. Sebelum SMP Nusantara Plus didirikan, Yayasan Aldiana Nusantara membuka salah satu perguruan tinggi pariwisata yaitu Akademi Pariwisata Nusantara (AKPIN) dari Tahun 1995 sampai dengan sekarang dengan jenjang pendidikan D1, D2 dan D3 Perhotelan. Kemudian Yayasan Aldiana Nusantara mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara yang membuka Bidang Keahlian Pariwisata, Bisnis dan Managemen, Managemen Informatika, dan Farmasi. Baik sebagai lembaga pendidikan manajemen, pariwisata, informatika serta farmasi juga sebagai sekolah kejuruan yang mencetak alumni-alumni yang berkualitas memiliki banyak keahlian untuk siap memasuki dunia kerja.