• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam Kawasan Islam di Filipina Revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islam Kawasan Islam di Filipina Revisi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Azyumardi Azra, bahwa kawasan asia tenggara terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan atas pengaruh yang diterima wilayah tersebut. Pertama, adalah wilayah Indianized Southeast Asia, Asia Tenggara yang dipengaruhi India yang dalam hal ini hindu dan budha. Kedua, Sinized South East Asia, wilayah yang mendapatkan pengaruh China, adalah Vietnam. Ketiga, yaitu wilayah Asia Tenggara yang dispanyolkan, atau Hispainized South East Asia, yaitu Philipina.

Ketiga pembagian tersebut seolah meniadakan pengaruh Islam yang begitu besar di Asia Tenggara, khususnya Philipina. Seperti tertulis bahwa Philipina termasuk negara yang terpengaruhi oleh Spanyol. Hal itu benar adanya, akan tetapi pranata kehidupan di Philipina juga terpengaruhi oleh Islam pada masa penjajahan amerika dan spanyol. Sedikit makalah dibawah ini akan menyingkap dengan singkat tentang sejarah masuknya Islam di Philipina. Islam di Asia menurut Dr. Hamid Dalam bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Philipina merupakan salah satu kelompok minoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitk demografi pada tahun 1977 Masyarakat Philipina berjumlah 44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase

5,3% dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao.1

Asia tenggara adalah sebutan untuk wialyah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah Indo-Cina dan kepualauan yang banyak serta terilingkupi dalam Negara Indonesia dan Philipina. Melihat sejarah masa lalu, terlihat bahwa

(2)

Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke

lapisan masyarakat yang waktu itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama.2

Dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba membahas beberapa hal penting tentang Islam di Filipina. Antara lain: Sejarah masuknya Islam di Filipina, faktor-faktorIslam menjadi agama minoritas di Filipina, hukum Islam di Filipina. Hal-hal tersebut menjadi pembahasan pemakalah dalam tulisan ini, karena merupakan sebuah upaya besar dalam mengangkat dan menyebarkan agama Islam.

(3)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah masuknya islam ke Filipina?

2. Bagaimana perkembangan peradaban islam di Filipina?

3. Bagaimana perkembangan peradaban islam di Filipina pada masa kolonial spanyol?

4. Bagaimana perkembangan peradaban islam di Filipina Masa Imperialisme Amerika Serikat?

5. Bagaimana perkembangan peradaban islam di Filipina pada masa pasca kemerdekaan?

6. Siapa tokoh-tokoh pejuang Islam di Filipina? 7. Bagaimana wilayah Autonomi Islam Mindanao?

TUJUAN C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui sejarah masuknya islam ke Filipina

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan peradaban islam di fiilipina 3. Untuk mengetahui Untuk mengetahui bagaimana perkembangan

peradaban islam di Filipina pada masa kolonial spanyol.

4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan peradaban islam di Filipina Masa Imperialisme Amerika Serikat.

5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan peradaban islam di Filipina pada masa peralihan.

6. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan peradaban islam di Filipina pada masa pasca kemerdekaan.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI FILIPINA

Sejarah masuknya Islam di Filipina tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosio-cultural wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam. Filipina adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 7107 pulau. Penduduknya yang berjumlah 47 jiwa menggunakan 87 dialek bahasa yang berbeda yang mencerminkan banyaknya suku dan komunitas etnis. Sebelum kedatangan Islam, Filipina adalah sebuah wilayah yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan. Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh penduduk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mereka lakukan selama ini.

Para ahli sejarah menemukan bukti abad ke-16 dan abad ke-17 dari sumber-sumber Spanyol tentang keyakinan agama penduduk Asia Tenggara termasuk Luzon, yang merupakan bagian dari Negara Filipina saat ini, sebelum kedatangan Islam. Sumber-sumber tersebut memberikan penjelasan bahwa sistem keyakinan agama yang sangat dominan ketika Islam datang pada abad ke-14 dengan syarat berbagai upacara pemujaan untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini jelas sekali tidak sejalan dengan ajaran Islam yang menentang keras penyembahan berhala dan politeisme. Namun tampaknya Islam dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa agama ini memiliki cara tersendiri yang menjamin arwah orang yang meninggal dunia berada dalam keadaan tenang, yang

ternyata dapat mereka terima.3

Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda

(5)

adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat).Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam.Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis.Adapula pendapat yang lain mengenai masuknya Islam datang kekepulaun Sulu. Bahwasannya Islam datang ke Sulu pada abad ke-9 melalui perdagangan. Tapi itu tidak menjadi faktor yang penting dalam sejarah Sulu, sampai abad ke 13 ketika orang-orang menyebarkan Islam (da’i) mulai pertama kali tinggal di Buasna (Jolo) kemudian di daerah-daerah lain kepulauan Sulu.

Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua, kelompok

minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera negara Islam tertindas.4

Dalam bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamidmencantumkan bahwa Islam di Philipina merukan salah satu kelompok ninoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitk demografi pada tahun 1977, Masyarakat Philipina berjumlah 44.300.000 jiwa.Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase 5,3% dengan unsur

dominan komunitas Mindanao dan mogondinao.5

Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah latar belakang Islam di negeri philipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja, akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini.

Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat).Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya

4 http://adha-coba-coba.blogspot.com/2012/01/islam-di-filipina.html

5 Ahm Asy’ari, Akhwan Mukarrom dkk, Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel

(6)

Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam.Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis.Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu-Thullab.Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao.Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya.Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja.Menurut ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman).Pendapat ini bisa jadi benar, mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat sub-kontinen.6

B. KONDISI GEOGRAFIS FILIPINA

Filipina adalah sebuah negara Republik dengan luas wilayah 114.830 mil dengan jumlah penduduk 49.139. 350 jiwa. Dilihat dari luas wilayahnya, maka Filipina tidaklah termasuk negara padat penduduk. Mayoritas penduduknya beragama Katolik yaitu, 85,8% dari keseluruhan jumlah penduduk. Islam 4%, Protestan 3,1%, Iglesiani Kristo 1,3%, Budhis 0,08%, dan lain-lain 20%. Iklim daerah Filipina adalah tropis yang hampir sama dengan semua yang terjadi di Asia Tenggara, namun Filipina mempunyai temperatur panas yang tinggi dan kurang berawan.

Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Philipina merukan salah satu kelompok ninoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitik demografi pada tahun 1977, Masyarakat Philipina berjumlah 44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase 5,3% dengan

unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao.7

(7)

Kedaulatan Filipina di peroleh pada tanggal 4 Juli 1946 didasarkan Undang-Undang 1935. Bahasa Nasional Filipina adalah “Philipino” yang pada dasarnya diambil dari bahasa “Tagalog” yang banyak digunakan oleh masyarakat di Manila dan sekitarnya. Ada 87 banyaknya dialek bahasa, hal ini mencerminkan banyaknya suku dan etnis. Mata uangnya adalah Peso terdiri dari kertas dan logam.

C. ASAL-USUL DAKWAH ISLAM DI FILIPINA

Sejarah masuknya Islam di Filipina dimulai pada abad ke-14 melalui kepulauan Sulu. Disebutkan bahwa orang yang sangat berjasa dalam penyebaran Islam pertama di kepulaan tersebut adalah Syarif Karim al-Makhdum, ia adalah orang Arab yang datang ke Malaka dan mengislamkan Sultan Muhammad Syah dan rakyat Malaka. Setelah beberapa lama menetap, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Timur dan tiba di Sulu sekitar tahun 1380 dan menetap di Bwansa, ibu kota Sulu yang lama, di sana al-Makhdum bersama penduduk setempat membangun sebuah masjid sebagai sentral kegiatan dakwah, hasil dari usaha tersebut cukup menggembirakan karena banyak pemimpin-pemimpin lokal yang tertarik menerima ajarannya. Muballigh lainnya yang patut disebutkan kerena jasanya dalam penyebaran Islam di Filipina yakni Abu Bakar, ia juga seorang Arab yang memulai tugas dakwahnya di Malaka, Palembang, Brunei dan akhirnya sampai di Sulu sekitar tahun 1450.

(8)

seorang pangeran dari Johor bersama pengikutnya, seperti halnya Abu Bakar, Kabungsuan tidak hanya melanjutkan proses Islamisasi, tetapi lebih penting adalah meletakkan dasar kesultanan Maguindanao. Ia sering disebut dalam silsilah raja-raja sebagai orang satu-satunya yang bertanggungjawab dalam Islamisasi Mindanao.

Data historis tersebut di atas, menunjukkan kuatnya pendapat yang mengatakan bahwa Islam datang ke Asia Tenggara langsung dari Arab termasuk wilayah Filipina, atau tepatnya dari Hadramaut. Dari seluruh tokoh yang berjasa dalam penyebaran Islam di Filipina, mereka adalah berasal dari Arab dengan gelar Syarif atau Sayyid. Alasan lain yang memperkuat tesis yang mengatakan Islam datang ke Asia Tenggara berasal dari Hadramaut walau sifatnya lebih umum yaitu adanya kesamaan mazhab yang dianut pada semua tempat di Asia Tenggara yakni mazhab Syafi’i.

Dakwah Islam terus berlangsung sampai tersebar ke hampir keseluruh Filipina termasuk di kota Manila, hanya saja penyebarannya terhenti ketika orang-orang Spanyol datang dibawah Agustin de Lagasapi sekitar 1565, maka sejak itu pula Filipina dijajah sekaligus dijadikan lahan penyebarkan agama Kristen Katolik. Namun penguasaan penjajah tersebut tidak berhasil menduduki semua daerah dalam wilayah Filipina, kesultanan Islam di Mindanau dan Sulu berhasil mempertahankan diri dari serangan Portugis dari arah Selatan. Tahun 1898, karena sesuatu hal Spanyol harus menyerahkan kekuasaan kepada Amerika, Selama pendudukan tersebut kesultanan Mindanao dan Sulu dapat disatukan pada tahun 1903. Sedangkan secara administratif kedua wilyah itu baru diakui oleh pemerintahan Filipina tahun 1914-1920. Suatu hal yang menarik disimak, masyarakat muslim Filipina tidak banyak terpengaruh dengan penetrasi kolonialisme, meskipun ia termasuk negara di Asia Tenggara yang paling lama dijajah, bahwa umat Islam Filipina tetap tidak pernah mengikuti keinginan penjajah, dalam artian bahwa masyarakat muslim Filipina sangat kuat memegang tradisinya, ulet dalam memperjuangkan dan mempertahankan kebebasannya

(terkontekstualisasi pemikiran keagamaannya). 8

(9)

D. PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM DI FILIPINA

Kebangkitan Islam terus digaungkan oleh dua kelompok yang sama-sama mengatasnamakan umat Islam Filipina. Kelompok pertama yang berpandagan radikal, dipegang oleh para anggota Moro National Liberation Front (MNLF) yang merupakan minoritas di kalangan penduduk muslim, sedangkan kedua yang berpandagan moderat, dipegang oleh warga Muslim yang ingin memprakarsai berbagai perubahan dalam masyarakat yang lebih luas. Kelompok moderat yang didukung oleh mayoritas penduduk berusaha mempertahankan diri sebagai masyarakat Muslim. Mereka mau masuk ke dalam sistem politik Filipina demi mencapai tujuan-tujuan mereka, dengan menggunakan semua cara-cara legal dan konstitusional yang ada, termasuk penyebarluasan ide-ide pemikiran, mengorganisir kelompok-kelompok penekan dan berpartisipasi dalam usaha-usaha pemerintah untuk menemukan suatu penyelesaian yang damai adil terhadap Moro. Sedangkan Moro National Liberation Front (MNLF) menggunakan dua strategi yakni menarik perhatian internasional, khususnya negara-negara Islam – tentang nasib mereka yang tertindas; menjalankan perang gerilya untuk melemahkan Pemerintah Filipina.

(10)

samping itu, terdapat banyak sekolah madrasah yang didirikan oleh organisasi-organisasi Muslim terutama di provinsi-provinsi bagian selatan.

Kemudian seorang tokoh terkenal Muslim Filipina, Peter Gordon Gowing, juga menyebutkan kelompok dakwah seperti tableegh Marawi City. Mereka ini adalah Shubba’anol Muslimeen Tableegh of Philippenes, Jama’at Tableegh, dan Islamic Tableegh of the Philippines. Organisasi-organisasi ini sedikit yang dapat diketahui karena kurangnya informasi yang lebih jauh mengenai eksistensi dan kegiatannya, kendati dari sisi distribusi keanggotaannya cukup luas. Hal yang tidak dapat dilewatkan mengenai organisasi-organisasi yang erat kaitannya dengan kebangkitan Islam di Filipina walaupun sangat terkait dengan posisi tawar – menawar antara umat Islam secara umum dengan pemerintah antara lain lahirnya Peranan Kementerian Urusan Muslim, yang di antara lain-lainnya, bertugas menyelenggarakan ibadat haji. Demikian pula Bank Amanah, sebuah bank Muslim yang berhubungan dengan kementerian, dan secra khusus didirikan untuk melaksanakan ketentuan Islam mengenai larangan riba. Didirikannya bank semacam ini sungguh merupakan suatu prestasi.

Secara umum, gambaran Islam masuk di Philiphina melalui beberapa fase, dari penjajahan sampai masa modern.

a. Masa Kolonial Spanyol

Proses Islamisasi di seluruh Filipina secara tiba-tiba terhenti akibat datangnya bangsa Spanyol dari Utara sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, akibatnya Islam tidak dapat memiliki kesempatan untuk berkembang secara penuh dan mendapatkan akarnya di bagian-bagian lain negara kecuali Filipina Selatan dan beberapa daerah pantai. Keadaan ini terus berlanjut sampai Filipina merdeka, kekuasaan baik secara politik, ekonomi dan sosial didominasi oleh kalangan Non-Muslim yang membuat warga muslim Filipina merasa terancam di negara sendiri dengan kebijakan pemerintah yang mengecilkan arti kelompok-kelompok minoritas.

(11)

yang mempunyai hak yang sama, maka mereka melakukan kegiatan atau

aktifitas yang dapat menyadarkan kaum muslim.9

Sejak masuknya orang-orang Spanyol ke Filipina, pada 16 Maret 1521 M, penduduk pribumi telah mencium adanya maksud lain dibalik “ekspedisi ilmiah” Ferdinand de Magellans. Ketika kolonial Spanyol menaklukan wilayah utara dengan mudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya dengan wilayah selatan. Mereka justru menemukan penduduk wilayah selatan melakukan perlawanan sangat gigih, berani dan pantang menyerah. Tentara kolonial Spanyol harus bertempur mati-matian kilometer demi kilometer untuk mencapai Mindanao-Sulu (kesultanan Sulu takluk pada tahun 1876 M).Menghabiskan lebih dari 375 tahun masa kolonialisme dengan perang berkelanjutan melawan kaum Muslimin.

Walaupun demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat ditundukan secara total. Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai “Moor” (Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri. Penduduk pribumi wilayah Utara yang telah dikristenkan dilibatkan dalam ketentaraan kolonial Spanyol, kemudian di adu domba dan disuruh berperang melawan orang-orang Islam di selatan.

Sehingga terjadilah peperangan antar orang Filipina sendiri dengan mengatasnamakan “misi suci”. Dari sinilah kemudian timbul kebencian dan rasa curiga orang-orang Kristen Filipina terhadap Bangsa Moro yang Islam hingga sekarang. Sejarah mencatat, orang Islam pertama yang masuk Kristen akibat politik yang dijalankan kolonial Spanyol ini adalah istri Raja Humabon dari pulau Cebu.

(12)

b. Masa Imperialisme Amerika Serikat

Sekalipun Spanyol gagal menundukkan Mindanao dan Sulu, Spanyol tetap menganggap kedua wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya. Secara tidak sah dan tak bermoral, Spanyol kemudian menjual Filipina kepada Amerika Serikat seharga US$ 20 juta pada tahun 1898 M melalui Traktat Paris.

Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Dan inilah karakter musuh-musuh Islam sebenarnya pada abad ini. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898 M) yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Namun traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo. Terbukti setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu.

Periode berikutnya tercatat pertempuran antara kedua belah pihak. Teofisto Guingona, Sr. mencatat antara tahun 1914-1920 rata-rata terjadi 19 kali pertempuran. Tahun 1921-1923, terjadi 21 kali pertempuran. Patut dicatat bahwa selama periode 1898-1902, AS ternyata telah menggunakan waktu tersebut untuk membebaskan tanah serta hutan di wilayah Moro untuk keperluan ekspansi para kapitalis. Bahkan periode 1903-1913 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai kelompok perlawanan Bangsa Moro.10

Namun Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika akhirnya menerapkan

(13)

strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian disempurnakan oleh orang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka. Kebijakan pendidikan dan bujukan yang diterapkan Amerika terbukti merupakan strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Sebagai hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslim mulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat.

Pada dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaum Muslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasi kaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Seiring dengan berkurangnya kekuasaan politik para Sultan dan berpindahnya kekuasaan secara bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demi sedikit mengancam tradisi kemandirian.

c. Masa Peralihan

Masa pra-kemerdekaan ditandai dengan masa peralihan kekuasaan dari penjajah Amerika ke pemerintah Kristen Filipina di Utara. Untuk menggabungkan ekonomi Moroland ke dalam sistem kapitalis, diberlakukanlah hukum-hukum tanah warisan jajahan AS yang sangat kapitalistis seperti Land Registration Act No. 496 (November 1902) yang menyatakan keharusan pendaftaran tanah dalam bentuk tertulis, ditandatangani dan di bawah sumpah.

(14)

setempat (Filipina) yang berpendidikan, dan para spekulan tanah Amerika, yang lebih paham dengan urusan birokrasi, untuk melegalisasi klaim-klaim atas tanah. Pada intinya ketentuan tentang hukum tanah ini merupakan legalisasi penyitaan tanah-tanah kaum Muslimin (tanah adat dan ulayat) oleh pemerintah kolonial AS dan pemerintah Filipina di Utara yang menguntungkan para kapitalis.

Pemberlakukan Quino-Recto Colonialization Act No. 4197 pada 12 Februari 1935 menandai upaya pemerintah Filipina yang lebih agresif untuk membuka tanah dan menjajah Mindanao. Pemerintah mula-mula berkonsentrasi pada pembangunan jalan dan survei-survei tanah negara, sebelum membangun koloni-koloni pertanian yang baru. NLSA – National Land Settlement Administration – didirikan berdasarkan Act No. 441 pada 1939.Di bawah NLSA, tiga pemukiman besar yang menampung ribuan pemukim dari Utara dibangun di propinsi Cotabato Lama.Bahkan seorang senator Manuel L. Quezon pada 1936-1944 gigih mengkampanyekan program pemukiman besar-besaran orang-orang Utara dengan tujuan untuk menghancurkan keragaman (homogenity) dan keunggulan jumlah Bangsa Moro di Mindanao serta berusaha mengintegrasikan mereka ke dalam

masyarakat Filipina secara umum.11

Kepemilikan tanah yang begitu mudah dan mendapat legalisasi dari pemerintah tersebut mendorong migrasi dan pemukiman besar-besaran orang-orang Utara ke Mindanao. Banyak pemukim yang datang, seperti di Kidapawan, Manguindanao, mengakui bahwa motif utama kedatangan mereka ke Mindanao adalah untuk mendapatkan tanah. Untuk menarik banyak pemukim dari utara ke Mindanao, pemerintah membangun koloni-koloni yang disubsidi lengkap dengan seluruh alat bantu yang diperlukan. Konsep penjajahan melalui koloni ini diteruskan oleh pemerintah Filipina begitu AS hengkang dari negeri tersebut. Sehingga perlahan tapi pasti orang-orang Moro menjadi minoritas di tanah mereka.

d. Masa Pasca Kemerdekaan hingga Sekarang

(15)

Kemerdekaan yang didapatkan Filipina (1946 M) dari Amerika Serikat ternyata tidak memiliki arti khusus bagi Bangsa Moro. Hengkangnya penjajah pertama (Amerika Serikat) dari Filipina ternyata memunculkan penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Namun patut dicatat, pada masa ini perjuangan Bangsa Moro memasuki babak baru dengan dibentuknya front perlawanan yang lebih terorganisir dan maju, seperti MIM, Anshar-el-Islam, MNLF, MILF, MNLF-Reformis, BMIF. Namun pada saat yang sama juga sebagai masa terpecahnya kekuatan Bangsa Moro menjadi faksi-faksi yang melemahkan perjuangan mereka secara keseluruhan. Pada awal kemerdekaan, pemerintah Filipina disibukkan dengan pemberontakan kaum komunis Hukbalahab dan Hukbong Bayan Laban Sa Hapon. Sehingga tekanan terhadap perlawanan Bangsa Moro dikurangi. Gerombolan komunis Hukbalahab ini awalnya merupakan gerakan rakyat anti penjajahan Jepang. Setelah Jepang menyerah, mereka mengarahkan perlawanannya ke pemerintah Filipina. Pemberontakan ini baru bisa diatasi di masa Ramon Magsaysay, menteri pertahanan pada masa pemerintahan Eipidio Qurino (1948-1953). Tekanan semakin terasa hebat dan berat ketika Ferdinand Marcos berkuasa (1965-1986).

(16)

Selatan. Namun dalam perjalanannya, ternyata MNLF pimpinan Nur Misuari mengalami perpecahan kembali menjadi kelompok MNLF-Reformis pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abdurrazak Janjalani (1993).

Tentu saja perpecahan ini memperlemah perjuangan Bangsa Moro secara keseluruhan dan memperkuat posisi pemerintah Filipina dalam menghadapi Bangsa Moro. Ditandatanganinya perjanjian perdamaian antara Nur Misuari (ketua MNLF) dengan Fidel Ramos (Presiden Filipina) pada 30 Agustus 1996 di Istana Merdeka Jakarta lebih menunjukkan ketidaksepakatan Bangsa Moro dalam menyelesaikan konflik yang telah memasuki 2 dasawarsa itu. Disatu pihak mereka menghendaki diselesaikannya konflik dengan cara diplomatik (diwakili oleh MNLF), sementara pihak lainnya menghendaki perjuangan bersenjata/jihad (diwakili oleh MILF). Semua pihak memandang caranyalah yang paling tepat dan efektif.Namun agaknya Ramos telah memilih salah satu diantara mereka walaupun dengan penuh resiko.“Semua orang harus memilih, tidak mungkin memuaskan semua pihak,” katanya.Dan jadilah bangsa Moro seperti saat ini, minoritas di negeri sendiri.12

Seorang ilmuan Muslim, Asiri Abu Bakar, menunjukkan faktor-faktor bangkitnya warga muslim Filipina:

1. Bertambahnya hubungan ulama dan para pendatang dengan muslim yang terpelajar dari dunia Arab;

2. Bertambahnya jumlah warga Moro yang pergi naik haji;

3. Bertambahnya kesempatan kesempatan melakukan studi di berbagai pusat Islam di seluruh dunia;

4. Partisipasi aktif dalam berbagai pertemuan;

5. Kembalinya ratusan pelajar Muslim dari luar negeri;

6. Semakin banyaknya didirikan madrasah-madrasah di daerah; 7. Kedatanagan para pejabat dari dunia Islam ke Moro;

(17)

8. Banyaknya konferensi pers internasional dan peliputan perang yang berlangsung di Mindanao serta kekejaman beberapa personel meliter di wilayah tersebut.

Kebangkitan tersebut dapat dilihat pula dari,

1. Dibayarkannya tunggakan perang Dunia II kepada beberapa Muslim yang memungkinkan mereka naik haji dan kemudian membangkitkan kesadaran Islam mereka;

2. Bertambahnya perkumpulan dan organisasi Islam yang didukung oleh warga lokal maupun luar negeri;

3. Didirikannya sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas swasta dan negeri di negara ini yang memberikan kuliah-kuliah dan gelar-gelar dalam studi Islam;

4. Pemberontakan Moro, yang telah mengakibatkan peningkatan kesadaran

dan kewaspadaan Muslim.13

E. FAKTOR ISLAM MENJADI AGAMA MINORITAS DI FILIPINA

Mayoritas penduduk Filipina beragama Katolik, walaupun katolik menjadi agama mayoritas, tetapi di Filipina terdapat tiga ribu masjid, terutama di selatan. Penduduk Filipina sekitar 85.236.900 juta pada tahun 2006 dan setiap tahunnya pertumbuhan penduduknya 1,92% dengan luas wilayah 300.076 km terdiri dari 7.107 pulau. Penduduknya terdiri dari beberapa suku yaitu suku Filipino 80%, Tionghoa 10%, Indo Arya 5%, Eropa dan Amerika 2%, Arab 1%, suku lain 2%. Kota Marawi dan Jolo dapat dianggap sebagai pusat keagamaan bagi komunitas muslim. Kitab suci alQur’an telah diterjemahkan oleh dr.Ahmad Domacao Alonto kedalaam bahasa Maranao, bahasa yang paling utama dikalangan muslim kebanyakan muslim di Moro adalah petani dan nelayan. Dijabatan tinggi pemerintah Filipina tidak berarti. Asosiasi islam yang paaling aktif adalah Asosiasi Muslim Filipina (Manila), Ansar al Islam(Kota Marawi), Masyarakat

(18)

Islam Mualaf (Manila) dan yayasan Islam Sulu (jolo) dan sebagainya. Tahun 1983, Dewan Dakwah Islam Filipina telah dibentuk untuk mempersatukan

organisasi-organisasi Muslim di utara dan selatan.14

Menurut Majul, ada tiga alasan yang menjadi penyebab sulitnya bangsa Moro berintegerasi secara penuh kepada republik Filipina. Pertama, bangsa Moro sulit menghargai undang-undang Nasional, khususnya yang mengenai hubungan pribadi daan keluarga, karena undang-undang tersebut berasal daari Barat dan Katolik, seperti larangan bercerai dan poligami yang sangat bertentangan dengan hukum Islam yang membolehkannya. Kedua, system sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama, bagi setiap anak Filipina disemua daerah, tanpa membedakan perbedaan agama dan kultur, membuat bangsa Moro malas untuk belajar disekolah yang didirikan pemerintah. Mereka menghendaki dalam kurikulum itu adanya perbedaan khusus bagi bangsa Moro, karena adanya perbedaan agama dan kultur.Ketiga, bangsa Moro masih trauma dan kebencian yang mendalam terhadap program perpindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah Filipina kewilayah mereka di Mindanao, karena program ini telah mengubah posisi mereka dari mayoritas menjadi minoritas hamper disegala

bidang kehidupan.15

F. HUKUM ISLAM DI FILIPINA

Bangsa Moro adalah tanah muslim yang penduduknya mengikuti madzhab Syafi’i. Selama periode pra-Islam, yang Bangsa berbeda atau barangay (masyarakat) yang burik kepulauan tidak memiliki hukum tertulis dan dipimpin oleh datus (kepala suku) dengan hak atas tanah leluhur. Menjelang akhir abad ke-13, pulau Sulu pemukim Muslim terlindung dari Arab, Kalimantan, Sumatera, dan Malaya yang bekerja sebagai pedagang dan misionaris, beberapa di antaranya perempuan lokal menikah, berbagi keyakinan agama mereka, dan menjalin aliansi politik. Islam kemudian disebarkan di Filipina selatan pra-kolonial melalui sarana ekonomi dan relasional sebagai pengganti penaklukan, yang mengakibatkan

14 Tebba Sudirman, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum

Keluarga dan Pengkodifikasinya, Bandung: Mizan,1993

(19)

integrasi hukum adat baru dan yang sudah ada. Ketika datus masuk Islam, kesultanan didirikan di Magindanao dan Sulu. Ini, menurut Justin Holbrook (2009): "berfungsi seperti" mini-negara ", dengan pemerintah memiliki kekuatan baik dan peradilan administrasi ... Agama pengadilan Moro diterapkan hukum adat, atau adat, serta hukum syariah ..." ini didefinisikan sifat komprehensif dari sistem hukum Islam (juga disebut sebagai Agama Sara System) yang mencakup,

sosio-politik, dan hubungan-hubungan hukum sipil.16

Holbrook catatan lebih lanjut bahwa Muslim awal dilaksanakan "pluralisme hukum untuk menjalin hubungan dengan orang-orang dari keyakinan yang berbeda ...", menunjukkan bahwa mereka tinggal di ko-eksistensi damai dengan dan tidak memaksakan iman mereka terhadap non-Muslim.

Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaituManguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu-Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Istilah luwaran, yang dipakaai oleh orang Moro Mindanao dalam kitab hokum, berarti “pilihan” ataau “terpilih”. Undang-undang yang terkandung didalam kitab Luwaran merupakan pilihan dari hokum Arab lama yang kemudian diterjemaahkan dan dikompilasikan untu digunakan sebagai pegangan serta informasi bagi para datu, hakim dan pandita di Mindanao yang tidak mengerti bahasa Arab. Kitab luwaran dari Mindanao tidak ada taanggalnya sama sekali, tak ada seorangpun yang mengetahui kapan kitab ini di buat. Sebagian orang berpendapat bahwa kitab Mindanao ini disusun beberapa waktuyang lalu oleh para hakim di Mindanaao. Kitab utama yang dirujuk oleh kitab luwaran adalah Minhaj Al TThalibin karya ahli hokum mazhab Syafi’I Zakaria yahya bin syaraf

Al Nawawi.17

16 http://www.blogger.com/blogger.g?islam_philipina/

17 Tebba Sudirman, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum

(20)

Daerah Filipina yang eksis dengan Islamnya yakni Sulu dan Magindanao.

Masing-masing pengasa Sulu dan Magindanao memberlakukan kitab hukum

Diwan Tousug dan Luwara sa Maguindanao. Dua kitab hukum ini menegaskan

tentang kedudukan kedaulatan dalam masalah-masalah yuridis. Kedua kitab ini

berdasarkan pada kitab fikh Islam mazhab Syafi’i.18

Pada tahap selanjutnya, masyarakat muslim Filipina sebagaimana

masyarakat muslim negara lain, menginginkan adanya kodifikasi hukum Islam

sebagai bentuk unifikasi hukum Islam masyarakat muslim Filipina. Ide kodifikasi

hukum ini telah muncul dalam akta No. 787 Komisi Filipina tahun 1903. Hingga

kurun waktu sampai tahun 1973, belum terdapat kodifikasi hukum Islam yang

mutlak, masih bersifat peraturan yang disahkan oleh pemerintah dan selalu

berubah-rubah.19

Pada akhirnya pada tanggal 13 Agustus 1973, dibentuklah Staf Riset untuk

Kodifikasi UU Islam Filipina. Staf tersebut bertugas menggali, mengumpulkan,

dan menyusun bahan penelitian tentang Hukum Perseorang Muslim Filipina.

Maka pada tanggal 23 Desember 1974, pemerintah mengeluarkan Perintah

Eksekutif No. 442 yang menetapkan “Komite UU Kepresidenan untuk Mengkaji

Kitab UU Muslim Filipina”. Sebagai hasil dari kinerja komite ini, setelah diajukan

kepada Presiden Filipina saat itu yakni Presiden Marcos, ditetapkan P.D. No.

18 Kitab utama rujukan kitab Luwaran adalah Minhaj ath-Thalibin, Minhaj al-‘Arifin,

Fathul Qarib, Mirah ath-Thullab. Kiatb Luwaran Lebih konfrehensif dibandingkan kitab Diwan Taosug. Didalamnya terdapat 85 pasal yang membahas masalah-masalah transaksi, kepemilikan, perkawinan dan perceraian, prosedur dan pembuktian, warisan serta pembagian harta. Kitab ini juga memuat persoalan tentang hukuman ta’zir serta mengklasifikasikan diyat ke dalam 12 kategori. Baca Mastura, Legislasi Islam dalam Hubungannya dengan Reformasi Hukum di Filipina, dalam kumpilan tulisan Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 148-149.

(21)

1083 pada tanggal 4 Februari 1977 yang dikenal sebagai “Kitab UU Perseorangan

Muslim Filipina”.20

Undang-undang ini disusun dalam lima buah buku yang memuat 190 pasal

yang meliputi perkara: ketentuan umum, hubungan keluarga dan manusia,

pe-warisan, penyelesaian pertikaian dan pendapat berkaitan undang-undang,

perun-tukan jinayah dan perunperun-tukan peralihan.

Terdapat tiga tujuan dasar dalam pembentukan undang-undang untuk

mus-lim Filipina. Pertama, sebagai rujukan kepada budaya masyarakat Filipina. Hal

ini merujuk pada orang Filipina yang menganut agama selain Kristen. Seperti

diatur dalam akta republic No 1888 tanggal 22 Juni 1957 dalam pembentukan

“Suruhanjaya Perpaduan Negara” untuk memajukan masyarakat dalam bidang

moral, ekonomi dan politik. Dalam pembukaan undang-undang Islam ditekankan

tentang pemeliharaan “adat, tradisi, kepercayaan” yang merupakan usaha baru

un-tuk memenuhi keinginan umat Islam yang kembali pada sumber agamanya

sendiri.

Kedua, sebagai rujukan terhadap pembuatan undang-undang. Teks

un-dang-undang Islam bukan mewujudkan prinsip unun-dang-undang tetapi membuat

sesuatu yang baru. Pada dasarnya jika melihat penjelasan awal mengenai

keny-ataan sosial umat islam, undang-undang untuk orang Islam tidak mungkin

diben-tuk. Melihat kenyataan lain bahwa undang-undang ini adalah yang pertama

dibuat, setiap pembentukan undang-undang sulit dilakukan. Seperti dalam

un-dang-undang ini, bukan sebagai bentuk unun-dang-undang yang ideal tapi sebagian

(22)

besar isinya merupakan ringkasan dari mazhab syafi’I yang berkaitan dengan

perkawinan, perceraian dan nafkah serta warisan.

Ketiga, dalam pembukaan undang-undang merujuk pada persoalan

pen-gelolaan undang-undang untuk orang Islam dan aturan itu kemudian mengatur

se-cara rinci tentang pembentukan Mahkamah Syariah. Aturan ini menjadi inovasi

Mahkamah agung yang ada disetiap daerah tapi kurang berfungsi bahkan tidak

ada di beberapa daerah lain. Bagaimanapun, mahkamah syari’ah tidak terpisah

dari system mahkamah sekuler secara keseluruhan. Terdapat kesamaan dalam

bidang perekrutan pegawai, tugas, dan pembiayaan. Ini pertama kalinya

pengelo-laan undang-undang untuk orang Islam yang tersusun rapi dibentuk di Filipina.

Undang-undang Islam merupakan langkah percobaan menyatukan orang

Moro secara resmi menjadi masyarakat modern Filipina. Undang-undang

mem-berikan batas yang jelas tentang prinsip-prinsip Islam dalam aturan Negara

sekuler. Penerapan ajaran Islam dalam bentuk Undang-undang dan aturan khusus

bagi mahkamah Negara untuk Moro muslim ini menjadikan etika agama diserap

oleh aturan Negara. Perubahan dasar pada peraturan undang-undang bagi muslim

di Filipina ini meletakkan orang islam Filipina setara dengan umat Islam lainnya

di Malaysia, Indonesia dan Singapura.21

A. Latar Belakang Terbitnya Dekrit Presiden Mengenai UU Keluarga Islam

Negara Filipina diproklamasikan sebagai Republik yang merdeka pada

tanggal 4 Juli 1946. Banyak umat Islam yang mendapatkan posisi-posisi lokal dan

nasional dalam administrasi yang baru. Orang-orang Islam mengikuti

pemilihan-21 M.B., Hooker, Undang-undang islam di Asia Tenggara, (Kuala Lumpur, Ampang

(23)

pemilihan, terjun di dunia politik dan menghadapi masalah-masalah nasional.

Meskipun begitu, orang Islam tidak memili rasa identitas nasional disebabkan

oleh beberapa hal.

Pertama, orang-orang Islam merasa sulit untuk menghargai

undang-undang nasional, khususnya mengenai hubungan-hubungan pribadi dan keluarga,

karena undang-undang itu jelas berasal dari nilai-nilai moral Barat dan Katolik.

Orang-orang Islam tidak dapat memahami mengapa hukum nasional tidak

memperbolehkan poligami dan perceraian sedangkan hukum Islam yang suci

membolehkannya bagi orang-orang mukmin. Karena orang-orang Islam tidak

menerima undang-undang nasional yang berasal dari bangsa lain, maka orang

Islam membangun keluarga mereka sendiri sesuai dengan tradisi mereka.

Sementara dalam perihal adat, mereka lebih cenderung mengikuti adat mereka.

Kedua, sistem sekolah umum dibawah Republik tidak berbeda dengan yang

diperkenalkan oleh orang-orang Amerika dan telah dikembangkan oleh

persemakmuran. Orangtua dari murid-murid yang beragama Islam tidak mau

menyekolahkan anak-anaknya di tempat itu. Selain itu, kurikulum yang digunakan

pun sama disetiap daerah tanpa menghiraukan perbedaan agama atau kultural. Hal

ini menjadikan anak-anak umat Islam filipina tidak mengenal wilayah dan negara

mereka karena dalam sekolah madrasah, mereka tidak diajarkan untuk itu. Ketiga,

mengenai ketidakmampuan orang-orang Islam untuk menganggap diri mereka

sendiri sebagai warga negara Republik adalah kebenciannya yang mendalam dan

kemudian menjadi reaksi kekerasan terhadap gelombang kaum penetap yang terus

(24)

penduduk muslim hampir lenyap pada tahun 1960-an dan terjadi pergeseran

penduduk di bagian utara Lanao.22

Pada tahun 1960-an timbul persaingan di kalangan kaum politisi Islam

pada tingkat-tingkat nasional dan lokal karena perbedaan etno-linguistik dan

penyerapan beberapa pemimpin Islam ke dalam struktur nasional. Rakyat

mencoba memelihara dan meningkatkan agama dan kultur mereka, meskipun ada

semacam rintangan berupa undang-undang nasional yang bertentangan dengan

hukum Islam dan sistem pendidikan nasional yang bertentangan dengan

prinsip-prinsip agama dan identitas etnik mereka.23

Pada tahun 1970an, Presiden Marcos yang saat menjabat, mengakui

kesalahan-kesalahan yang kronis dari pemerintahan yang lalu, dan menyatakan

bahwa negara itu tidak pernah benar-benar menjembatani jurang kultural antara

orang-orang Filipina dan saudara-saudaranya yang muslim dan sekarang saatnya

untuk menjembatani mereka. Presiden Marcos mulai menyadari bahwa perlunya

merekonstruksi masyarakat Filipina, maka aspirasi-aspirasi Islam dan

harapan-harapannya harus diaplikasikan secara luas sehingga orang-orang Islam akan

mulai merasakan diri mereka sebagai warga negara. Mereka pun memulai

memprakarsai proses perbaikan kondisi-kondisi ekonomi pada tahun 1972.24

Ada banyak hal yang kemudian diubah dan diatur oleh presiden Marcos

untuk umat Islam. Seperti tidak mencabut hak tanah yang merupakan warisan

nenek moyang umat Islam, membangun kembali dan merekonstruksi

daerah-22 Caesar A. Majul, Dinamika Islam Filipina, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 23-26. 23Ibid., hlm. 33,

(25)

daerah yang sudah hancur, membangun Islamic Centre di Metro, Manila Desa

Maharlika dan asrama bagi mahasiswa dan mahasiswi Islam.25

Meskipun Republik ini adalah negara sekuler, pemerintah mulai

mengeluarkan undang-undang dan dekrit-dekrti dan menciptakan

lembaga-lembaga yang dapat memelihara dan memperkuat Islam di negara itu. Selain itu,

presiden juga menyadari bahwa orang-orang Islam tidak hanya tertarik dengan

hasil-hasil ekonomi tetapi juga memiliki aspirasi-aspirasi pendidikan dan kultural.

Pemerintah lalu memberikan otorisasi untuk menggunakan bahasa Arab di

sekolah-sekolah yang mungkin menghendakinya. Lembaga studi Islam didirikan

di universitas Filipina dan memberikan beasiswa bagi mahasiswa berpestasi.26

Persetujuan presiden mengenai Kode Udang-Undang Pribadi Islam pada

tanggal 4 Februari 1977 merupakan hal yang sangat penting. Pada tanggal 1

agustus 1973 presiden memberikan otorisasi pembentukan staf riset bagi

kodifikasi undang-undang pribadi Islam. Staf yang dibentuk itu kemudian

melaporkan hasil risetnya pada tanggal 4 april 1974 yang kemudian di tanggal 23

Desember ditinjau oleh komisi presiden yang termasuk di dalamnya ahli hukum

Islam dan Ulama. Hasil kerja komisi kemudian disempurnakan pada tanggal 29

Agustus tahun 1975.27

Kode yang disetujui berupa ketetapan-ketetapan Islam yang paling penting

adalah mengenai Perkawinan, Perceraian dan warisan. Kode itu menyediakan

sistem peradilan Syari’ah yang secara harmonis dan struktural diintegrasikan

kedalam sistem peradilan nasional, yang penasehat hukumnya diangkat oleh

(26)

presiden. Persetujuan kode menunjukkan bahwa pemerintah mengakui

Undang-undang Pribadi Islam sebagai bagian dari Undang-undang-Undang-undang nasional meskipun

undang-undang tersebut hanya berlaku untuk orang Islam.28

Berlakunya kode ini selanjutnya digunakan untuk mendidik orang Islam

dalam aspek hukum agama mereka dan pada saatnya mengurangi

pengaruh-pengaruh yang kuat dari adat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Walaupun

terlihat masih ada beberapa dalam ketentuan waris yang dipengaruhi oleh hukum

adat tradisional Filipina.29

B. Undang-Undang Waris dan Wasiat Muslim Moro Filipina.

Aturan mengenai waris terdapat dalam Dekrit Presiden No. 1083 tanggal

4 Februari 1977 buku tiga yang terdiri empat judul (pasal 89-136). Judul I

mengenai ketentuan umum, Judul II mengenai Pewaris dan wasiat, Judul III

mengenai Pewarisan menurut Undang-undang, judul IV tentang penyelesaian

persoalan pembagian harta pusaka. Secara garis besar, peraturan pembagianwaris

bagi muslim Filipina sama dengan peraturan waris di Indonesia karena menganut

mazhab yang sama yaitu Syafi’i.

Apa itu Waris ?

Waris adalah satu aturan pembagian apabila harta pusaka dipindahkan

kepada pewaris menurut undang-undang ini. (Pasal 89)

Syarat Waris

 Kematian orang yang meninggal dipastikan

 Ahli waris masih hidup pada saat kematian orang yang meninggal.

(27)

 Penggantinya tidak didiskualifikasi untuk mewarisi. (Pasal 91)

Apa yang dapat diwariskan?

Warisan (Harta Pusaka) adalah harta yang dimilik secara turun temurun

atau dihasilkan sendiri dan harta tersebutr bergerak atau tidak bergerak dan semua

hak serta tanggung jawab yang boleh dipindahkan saat pewaris meninggal. (Pasal

92).

Mereka yang terhalang mewarisi

 Mereka yang sengaja menjadi sebab langsung atau tidak langsung

kema-tian pewaris

 Mereka yang berlainan agama dengan pewaris

 Mereka yang berada dalam kondisi bahwa mereka tidak dapat mewarisi

bawah hukum Islam. (Art.93)

Waris bagi anak tidak sah

Seorang anak yang menjadi penyebab perceraian ibu dengan Li'an

memiliki hak saling mewarisi hanya dengan ibu dan kerabatnya. (Pasal 95)

Waris Bagi mereka yang telah bercerai

Suami yang menceraikan istrinya harus memiliki hak saling waris dengan

dia selama berada dalam masa 'iddah-nya. Setelah berakhirnya 'iddah, tidak akan

ada hak saling mewarisi di antara mereka. (Pasal 96.1)

Suami yang berada dalam kondisi kematian-penyakit, menceraikan

istrinya tidak akan mendapat bagian darinya, tapi dia berhak untuk

menggantikannya bahkan setelah berakhirnya 'iddah-nya. (Pasal 96.2)

(28)

Ahli waris pewaris akan mewarisi dalam urutan sebagai berikut:

 Sharers (ashab-ul-furud) berhak atas bagian yang telah ditetapkan

 Penerima Ashobah berhak atas sisa harta setelah pembagian

 Dzawil arham yang memiliki hubungan darah tetapi tidak termasuk pada

ashabul furudh dan penerima ashobah.

 Jika tidak ada tiga golongan di atas maka kerabat yang diketahui sebera

jauh pun, atau diberikan kepada baitul mal (Pasal 99)

Apa yang dimaksud dengan wasiat ?

Surat wasiat didefinisikan sebaga suatu ketetapan untuk seseorang yang

diizinkan dengan aturan melalui hukum ntuk mengontrol pembagian tersebut

setelah kematiannya yang tidak lebih dari 1/3 hartanya, jika ada ahli waris. Atau

keseluruhan hartanya jika tidak ada ahli waris atau keluarga jauh. (Pasal 101)

Siapa saja yang termasuk dalam golongan ashabul furudh ?

Orang-orang berikut berhak warisan sebagai ashabul furudh adalah:

 Sang suami, istri

 Sang ayah, ibu, kakek, nenek

 Putri dan putri anak dalam garis langsung

 Adik penuh, adik kerabat, adik rahim dan saudara rahim. (Pasal 110)

Faktor mereka yang tidak termasuk dalam waris sebab faktor berikut:

 Dalam keturunan yang sama, saudara yang lebih dekat menghalangi

saudara yang jauh, saudara sekandung menghalangi saudara sebapa atau

suadara seibu.

(29)

 Siapa pun yang berkaitan dengan pewaris melalui setiap orang tidak akan

mendapatkan warisan sedangkan yang kedua adalah hidup, kecuali dalam

kasus seorang ibu bersepakat dengan anak-anaknya.

 Ahli waris yang, dalam kasus tertentu, tidak berhasil dengan alasan

terhi-jab atas dasar apa pun tidak akan menghiterhi-jabi orang lain. (Pasal 123).30

Dari uraian singkat mengenai inti dalam aturan waris dalam peraturan

muslim Filipina dapat dilihat bahwa secara garis besar, aturan ini sama dengan

yang diterapkan di Indonesia. Menariknya, dalam peraturan Muslim Filipina

dalam pasal 107 membahas mengenai ketentuan pemberian wasiat melalui

pelaksanaan undang-undang. “Jika pewasiat meninggal dunia tanpa membuat

surat wasiat untuk anak kepada anak laki-lakinya yang meninggal lebih dulu, anak

itu berhak mendapatkan 1/3 dari bagian ibu bapaknya. Ibu bapak, atau suami atau

istri yang tidak berhak menerima warisan (karena terhalangi sebab mewarisi)

berhak mendapat 1/3 dari yang seharusnya diterimanya jika ia tidak terhalangi.

Hal ini memang mengurangi kuasa dan seolah-olah diatur untuk kondisi jika ibu

atau bapak atau suami atau istri bukan orang Islam melainkan non muslim.31

Dalam article 138 diatur bahwa peraturan ini hanya berlaku di lima distrik

di Filipina yaitu; Sulu, tawi-tawi, basilan, lanao del norte dan Maguindanao. Hal

ini disebabkan karena daerah inilah yang ditempati oleh muslim minoritas di

Filipina. Sejalan dengan tujuan pembentukan pertaturan ini memang hanya

diperuntukkan kepada umat Islam.

30 Asian Institute Of Journalism And Communication (Aijc), a Primer on Code of Muslim

Personal Laws of The Philippines.

(30)

Walaupun sebagian besar isi dari undang-undang ini bersumber dari

mazhab syafi’i, nyatanya tidak semuanya merupakan hasil dari mazhab syafii.

Terbukti pada article 98 yang mengatur warisan untuk mafqud (orang hilang) yang

tetap disimpan hingga: dia datang dan memintanya, dia sudah meninggal secara

hakiki dan atau diputuskan pengadilan setelah mafqud 10 tahun lebih. Di poin

terakhir tidak menunjukkan hasil mazhab syafi’i. Menurut Syafi’i, batas waktu

orang yang hilang adalah sembilan puluh tahun, yakni dengan emlihat umur

orang-orang yang sebaya di wilayahnya. Namun, pendapat yang paling shahih

menurut anggapan Syafi’i adalah bahwa batas waktu tertentu tidak ditentukan atau

dipastikan.32 Dari sini terbukti beberapa pasal yang mengatur waris merujuk pada

hukum adat Filipina yang penulis tidak menemukan referensi mengenai

pembagian waris menurut adat Filipina sehingga tidak dapat menguraikan lebih

jauh mengenai hal dimaksud.

G. TOKOH-TOKOH ISLAM DI FILIPINA

Tokoh-tokoh pejuang Islam di Fillipina

1. Prof. Dr. H. Nur Misuari

Nur Misuari atau Nurallaj Misuari merupakan pengasas Pergerakan Pembebasan Mindanao yang merupakan kumpulan anti kerajaan Filipinasecara kekerasan. Nur Misuari dipenjara atas tuduhan melakukan pemberontakan pada 2006. Nur Misuari ditahan di Pulau Jampiras, Sabah 24 November 2001 kerana memasuki Malaysia tanpa dokumen perjalanan sah. Kerajaan Filipina mendesak Malaysia menyerahkan Nur Misuari tetapi Malaysia terus melindungi Nur Misuari. Nur Misuari pernah berlindung di Libya awal tahun 1980-an.Nur Misuari merupakan Bekas

32 Waryani Fajar Riyanto, Sistem Kewarisan Islam: Klasik, Modern dan Postmodern

(31)

Gabenor Wilayah Autonomi Islam Mindanao (ARMM) . Beliau berusia 65 tahun dan menjadi buruan Manilakerana mengetuai pemberontakan 19 November 2001 sebelum melarikan diri.

2. Abu Sayaf

Kelompok Abu Sayyaf, juga dikenal sebagai Al Harakat Al Islamiyya, adalah sebuah kelompok separatis yang terdiri dari terorisMuslim yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao. Khadaffi Janjalani dinamakan sebagai pemimpin kelompok ini oleh Angkatan Bersenjata Filipina.Dilaporkan bahwa akhir-akhir ini mereka sedang memperluaskan jaringannya ke Malaysia dan Indonesia. Kelompok ini bertanggung jawab terhadap aksi-aksi pemboman, pembunuhan, penculikan, dan pemerasan dalam upaya mendirikan negara Muslim di sebelah barat Mindanao dan Kepulauan Sulu serta menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya negara besar yang Pan-Islami di Semenanjung Melayu(Indonesia dan Malaysia) di Asia Tenggara. Nama kelompok ini adalah bahasa Arab untuk Pemegang (Abu) Pedang (Sayyaf). Abu Sayyaf adalah salah satu kelompok separatis terkecil dan kemungkinan paling berbahaya[rujukan?] di Mindanao. Beberapa anggotanya pernah belajar atau bekerja di Arab Saudi dan mengembangkan hubungan dengan mujahidin ketika bertempur dan berlatih di Afganistan dan Pakistan.33

H. WILAYAH AUTONOMI ISLAM MINDANAO

Ibu kota Cotabato dengan Gabernor Zaldy Ampatuan. Jumlah penduduk

2.803.805 – Kepadatan 220,9/km 2, keluasan 12.695,0 km2.

Bahasa Maguindanao, Maranao, Tausug, Yakan, Sama, Wilayah Autonomi Islam Mindanao ialah sebuah wilayah di Filipina yang terdiri daripada provinsi-provinsi Islam di negara itu, iaitu: Basilan, Lanao del Sur, Maguindanao, Shariff Kabunsuan, Sulu dan Tawi-Tawi, dan juga sebuah bandar

(32)

yang didiami oleh majoriti penduduk Islam, Marawi. Wilayah autonomi ini merupakan satu-satunya kawasan di Filipina yang memiliki kerajaan sendiri. Ibu kota wilayah ini ialah Cotabato.

Wilayah ini terbaagi kepada dua kawasan geografi - tanah besar Mindanao dan Kepulauan Sulu. Lanao del Sur, Maguindanao dan Shariff Kabunsuan terletak di tanah besar Mindanao, sementara Basilan, Sulu dan Tawi-Tawi di Kepulauan Sulu.34 (Laman ini diubah buat kali terakhir pada 20:39, 5 Mac 2010 Wikipedia)

(33)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat).Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan.

2. Filipina merupakan salah satu Negara yang terdapat di Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Islam menjadi agama minoritas. Meskipun Islam menjadi minoritas, terdapat wilayah yang yang menjadikan Islam sebagai agama mayoritas yaitu di Filipina bagian Selatan.

3. Perlu perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai agama mayoritas disana.Banyak Negara yang menjajah negera itu seperti Spanyol dan Amerika, selain menajah mereka juga sebagai misionaris yang mempersulit untuk berkembangnya agama Islam.Dengan perjuangan dan persatuan yang tinggi membuat Negara Filipina wilayah selatan penduduknya merdeka dari penjajah dan misionaris.

4. Proses islamisasi di Filipina pada masa awal adalah melalui tiga hal, yaitu perdagangan, perkawinan dan politik. Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh para pedagang tersebut dapat mengakomodasi tradisi lokal.

(34)

pasca kemerdekaan. Bila direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi menjadi tiga fase:

1. Moro berjuang melawan penguasa Spanyol selamalebih dari 375 tahun (1521-1898).

2. Moro berusaha bebas dari kolonialismeAmerika selama 47 tahun (1898-1946).

3. Moro melawan pemerintah Filipina (1970-sekarang).

6. Minimal ada tiga alasan yang menjadi penyebab sulitnya bangsa Moro berintegrasi secara penuh kepada pemerintah Republik Filipina.

a. Bangsa Moro sulit menerima Undang-Undang Nasional karena jelas undang-undangtersebut berasal dari Barat dan Katolik dan bertentangan dengan ajaran Islam.

b. Sistem sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama tanpa membedakan perbedaan agama dan kultur membuat bangsa Moro malas untuk belajar di sekolah yang didirikan oleh pemerintah. 7. Adanya trauma dan kebencian yang mendalam pada bangsa Moro atas

program perpindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah Filipina ke wilayah mereka di Mindanao, karena program ini telah mengubah mereka dari mayoritas menjadi minoritas di segala bidang kehidupan.

B. SARAN

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ahm Asy’ari, Akhwan Mukarrom dkk, Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2008

Kettani M Ali, Minoritas Muslim di dewasa ini, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Muzani Saiful, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1993

Tebba Sudirman, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasinya, Bandung: Mizan,1993 Siti Maryam dkk Sejarah Peradaban Islam, Lkis, 2004

Dr. Hamid A. Rabie, Islam Sebagai Kekuatan International, CV. Rosda Bandung 1985

Hamka, Sejarah Umat Islam, Pustaka Hidayah, 2001

Artikel Sejarah Masuknya Islam di Philipina. oleh Imam nugroho diwww.duiniaislam.com

http://www.wikipedia.com/

http://adha-coba-coba.blogspot.com/2012/01/islam-di-filipina.html http://www.blogger.com/blogger.g?islam_philipina/

http://dorokabuju.blogspot.com/2007/10/dakwah-islam-di-filipina.html http://www.duiniaislam.com/sejarah_masuknya_islam_di_philipina/ http://poetrimawardi.blogspot.com/2012/04/ekonomi-islam.html http://wikipedia/islam_di_filipina_2010/

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, penelitian ini akan menggali lebih dalam mengenai sakralitas Waruga yang kemudian terjadi desakralisasi akibat dari dinamika pembangunan di Minahasa

Faktor yang paling dominan membangun imajinasi wisatawan melalui penglaman perjalanan adalah (1) Aksesibilitas eksternal (2) faktor atraksi di tempat yiatu mitos (3)

The Counterpart Sign does not appear because the meditator fails to feel the breathing at the point of Contact.. The point is not apparent,

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dengan metode studi kasus ini adalah dari proses wawancara yang penulis lakukan kepada sejumlah informan yang dirasa kredibel dan

One possible technique that can be applied to conserve male spotted buffalo is artificial insemination (AI) using sperm from cauda epididymal tissues that collected

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage,

Pada musyawarah itu diputuskan bahwa seluruh warga Al Washliyah baik laki-laki maupun perempuan diberi pemahaman bahwa kemerdekaan Indonesia dan berdirinya Republik Indonesia

Kebijakan fiskal dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan/atau pajak untuk