• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah di SD Negeri 2 Jampiroso Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah di SD Negeri 2 Jampiroso Temanggung"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mutu Pendidikan

2.1.1 Definisi Mutu

Definisi mutu banyak dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Edward Sallis (dalam Umiarso dan Gojali I, 2011: 122), mutu dapat dipandang sebagai konsep yang absolut sekaligus relatif. Dalam percakapan sehari-hari, mutu sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, merupakan sesuatu yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Oleh karena itu, dalam definisi relatif ini produk atau layanan akan dianggap bermutu bukan karena ia mahal dan eksklusif, tetapi karena memiliki nilai, seperti keaslian, produk, wajar, dan familiar.

Sedangkan menurut Joseph Juran, seperti yang dikutip oleh Nasution (2000: 13) kualitas diartikan sebagai kecocokan penggunaan produk (fitness for use)

(2)

10

yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Adapun menurut Philip B.Crosby (dalam Umiarso dan Gojali I, 2011: 122), kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan atau kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. Fegenbuaum juga mendifinisikan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full custemer satisfaction).

Menurut Dzaujak Ahmad (dalam Umiarso dan Gojali I, 2011: 122) bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut.

Menurut Oemar Hamalik (1990: 33), pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteri intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yaitu manusia yang terdidik, sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalnya hasil tes prestasi belajar.

(3)

11

masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama,

kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. Kedua memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, prasarana, sarana sekolah dan lain-lain.

Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang

berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur, organisasi, deskripsi kerja dan struktur organisasi, deskripsi kerja dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.

Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari peserta didik. Dilihat dari hasil penyelidikan, mutu pendidikan dipandang berkualitas jika mampu melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.

(4)

12

dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain). Keempat, merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Disamping itu ada pula perbedaan pandangan dari definisi yang disampaikan oleh pakar dalam mendefinisikan mutu/ kualitas. Mutu ditentukan berdasrkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Sedangkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih.

(5)

13 2.1.2 Indikator Mutu Pendidikan

Indikator mutu adalah gambaran dan penilaian terhadap institusi terhadap jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat mencakup input, proses dan output pendidikan. Sekolah dapat dikatakan bermutu apabila prestasi sekolah khususnya prestasi peserta didik menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam (1) prestasi akademik yaitu nilai rapor dan nilai kelulusan memenuhi standar yang ditentukan; (2) memiliki nilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan dan mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya dan (3) memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk ketrampilan sesuai dengan dasar ilmu yang diterima di sekolah (Sagala, 2013: 170).

Indikakor ketercapaian mutu pendidikan menurut (Fatah, 2013: 28) melalui (1) Evaluasi Diri Sekolah (EDS); (2) Monitoring Satuan oleh Pemerintah Daerah; (3) Akriditasi; (4) Sertifikasi; (5) Ujian Nasional; dan (6) Pengumpulan Data Pribadi.

(6)

14

program pencapaian penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah.

Monitoring Satuan pendidikan dilakukan oleh Pengawas Sekolah sesuai dengan tugas binaannya. Hasil monev selanjutnya disampaikan ke tingkat kabupaten/kota untuk dianalisis hasil pengukuran menghasilkan pencapaian standar acuan mutu pendidikan dengan kategori tertentu. Peningkatan pencapaian standar acuan mutu untuk dimasukkan sebagai bahan Renstra kabupaten. (Fatah, 2013: 28)

Akreditasi sekolah merupakan peringkat penilaian berdasarkan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pendidikan yang dilakukan secara eksternal oleh Badan Akreditasi Nasional Satuan/ program pendidikan/madrasah (BAN S/M). Pengukuran dilakukan secara berkala yaitu dalam kurun waktu 4 tahun sekali, untuk mengetahui pencapaian standar acuan mutu sekolah. Sekolah yang telah dikreditasi dan memenuhi kriteria dengan status peringkat (A) dengan kategori Sangat Baik; peringkat (B) dengan kategori Baik; peringkat (C) dengan kategori Cukup Baik. (Fatah, 2013: 28)

(7)

15

Pengumpulan Data dan Informasi (Padati) dilakukan secara berkala setiap tahun. Pengukuran dilakukan untuk menjaring data kuantitatif tentang kinerja staf, peserta didik, fasilitas, pendidik dan sumberdaya lainnya terkait dengan standar acuan mutu. (Fatah, 2013: 28)

Menurut Umiarso dan Gojali I (2011: 131) yang dapat dijadikan tolak ukur sebuah mutu pendidikan di sekolah meliputi 5 aspek, yaitu (1) hasil akhir pendidikan, (2) hasil langsung pendidikan, (3) proses pendidikan, (4) instrumen input, dan (5) raw input dan lingkungan.

Dalam konteks pendidikan, hasil akhir pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu seperti caturwulan, semesteran, setahun, lima tahun dan sebagainya. Dapat pula prestasi yang dicapai berupa hasil tes kemampuan akademis, (misal: Ulangan Umum, Ujian Nasional (UN) dan lain-lain) atau prestasi di bidang olah raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang dapat dipegang (intangible), seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan menghargai atau disebut pula dengan terciptanya pendidikan karakter.

(8)

16

menyinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa, dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikurel maupun dalam ekstrakurikurel, baik dalam lingkup substansi akademis maupun non akademis serta dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Antara proses dan pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Agar dalam proses tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil output harus dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan target yang akan dicapai untuk setiap tahun dalam kurun waktu tertentu secara jelas. Disamping itu berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil output yang ingin dicapai.

(9)

17

materi ajar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, realistis dan sesuai dengan fenomena kehidupan yang sedang dihadapi. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi ajar yang menciptakan kreatifitas dan kemandirian siswa.

Begitu pula dengan raw input dan lingkungan, yaitu siswa itu sendiri serta dukungan orang tua, dalam hal ini memiliki kepedulian terhadap penyelenggaraan pendidikan. Peran orang tua sangat menentukan keberhasilannya dengan selalu mengingatkan dan kepedulian pada proses belajar anak di rumah maupun di sekolah.

Demikian pula menurut Zazin Nur (2011: 168), Efektif sekolah dinilai menurut indikator multi-tingkat dan multi-segi. Dimana penilaian efektifitas sekolah meliputi proses pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Penilaian efektifitas meliputi input, proses dan autput.

(10)

18

toleransi, kedisiplinan. kerajinan, prestasi olah raga, kesenian, kepramukaan dan akhlakul karimah.

Kedua, Proses merupakan berlangsungnya

proses pembelajaran dan manajemen di sekolah yang dapat berupa proses belajar mengajar yang efektifnya tinggi, kepemimpinan yang kuat, lingkungan sekolah yang aman dan tertib, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, sekolah memiliki budaya mutu, sekolah memiliki team work yang kompak, sekolah memiliki kemandirian, partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat, sekolah memiliki keterbukaan manajemen, sekolah memiliki kemauan untuk berubah, sekolah melakukan evaluasi secara dan perbaikan secara berkelanjutan, sekolah reponsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, komunikatif yang baik dan sekolah memiliki akuntabilitas.

Ketiga, Input pendidikan meliputi hal-hal

diantaranya, memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas, sumber daya tersedia dan siap, staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi, memiliki harapan prestasi yang tinggi, fokus pada pelanggan dan

input manajemen.

(11)

19

pada 8 standar nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa indikakaror mutu pendidikan pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses yang sesuai dengan harapan khususnya peserta ddidik yang telah dicapai dan dapat digunakan pada jenjang berikutnya dan dapat berinteraksi dengan masyarakat pada umumnya tidak bertentangan dengan norma agama maupun sosial.

2.2 Peningkatan Mutu Pendidikan

(12)

20

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, Danim (2007) menyarankan dengan melibatkan lima faktor yang dominan. Kelima faktor tersebut yaitu kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru, kurikulum dan jaringan kerjasama. Faktor-faktor tersebut saling bersinergi sehingga membentuk jalinan kerjasama yang harmonis dan menciptakan iklim yang kondusif terciptannya proses pembelajaran yang aktif dan mandiri.

Menurut Dedi Mulyasana (2012):

“pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan baik (good planning system) dengan sistem tata kelola yang baik (good govermence system) dan disampaikan oleh guru yang baik (good teachers) dengan komponen pendidikan yang bermutu.

Guru yang baik harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang dilakukan dapat menciptakan suasana yang mendorong peserta didik merasa dirinya penting dan berharga, mampu menciptakan iklim belajar kondusif dan hangat serta menyenangkan, mendorong tumbuhnya semangat dan motivasi berprestasi, membentuk disiplin, tanggung jawab dan tumbuhnya rasa percaya diri tinggi, membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan tentang suatu konsep; membebaskan peserta didik dari ketidakjujuran dan ketidakbenaran; menumbuhkan peserta didik berakhlak dan beriman.

(13)

21

memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan profesional meluputi kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

Kedua, Peningkatan mutu pendidikan lahir dari guru yang bermutu. Guru yang bermutu paling tidak menguasai materi ajar, metodologi, sistem evaluasi dan psikologi belajar. (1) guru yang baik bukan sekedar guru yang pintar, tetapi guru yang mampu memintarkan peserta didik. (2) Guru yang baik bukan sekedar guru yang berkarakter, tetapi guru yang mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta didiknya. (3) Guru yang baik bukan hanya guru yang mempunyai teladan dan integritas, tapi guru yang mampu menjadikan peserta didik memiliki teladan dan patut diteladani oleh sesama. (4) Guru yang memerankan dirinya sebagai pelayan belajar yang baik yang tugas utamanya bukan sekedar mengajar dalam arti menyampaikan sejumlah konsep dan teori ilmu pegetahuan, tapi tugas utama guru adalah membantu kesulitan belajar peserta didik.

Demikian pula dalam peningkatan mutu pendidikan dari definisi tersebut ada perbedaan yang disampaikan oleh pakar yaitu, bahwa peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai oleh sekolah.

(14)

22

kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru, kurikulum dan jaringan kerjasama.

2.3 Strategi Peningkatan Mutu

Strategi adalah cara-cara yang digunakan secara keseluruhan dari suatu sekolah untuk mencapai tujuan. Menurut Mulyasana (2009), strategi merupakan rencana jangka panjang yang dikembangkan secara detail dalam bentuk taktik yang besifat operasional disertai target dan langkah-langkah secara teratur. Strategi merupakan sebuah rencana yang besar yang bersifat meningkatkan dan mengefektifkan tercapainya sebuah tujuan. Pada hakekatnya strategi adalah tindakan apa yang seharusnya dilakukan, bukan tindakan apa yang dilakukan, apa yang seharusnya dicapai dan bukan apa yang dicapai.

(15)

23

bahwa untuk dapat mempertahankan mutu sekolah maka perlu dilakukan perbaikan terus menerus karena tidak ada capaian yang bersifat sempurna dan permanen. Upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara berkesinambungan.

Sedangkan menurut Umiarso dan Gojali I (2011: 146), peningkatan mutu sekolah adalah satu metode untuk meningkatkan mutu sekolah yang menitik beratkan pada sekolah itu sendiri dengan mengaplikasikan sejumlah tehnik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, serta pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas terdapat persamaan bahwa strategi peningkatan mutu pendidikan merupakan perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk meningkatkan mutu sekolah. Strategi didesain untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui tindakan yang tepat agar strategi yang ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu dirumuskan tujuan yang jelas.

(16)

24

menggunakan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga pendidikan-student learning. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menjamin kualitas lembaga pendidikan yaitu: pendekatan akriditasi, pendekatan outcome assessment pendekatan sistem terbuka. Secara skematis diagram perbaikan berkesinambungan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Perbaikan berkesinambungan

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa strategi peningkatan mutu pendidikan merupakan perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk meningkatkan mutu sekolah. Strategi didesain untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai

(17)

25

melalui tindakan yang tepat agar strategi yang ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu dirumuskan tujuan yang jelas.

2.4 Strategi Peningkatan Mutu Berdasarkan

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi sekolah, dengan didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats), dengan demikian dalam perencanaan

strategis harus menganilisis faktor-faktor strategi sekolah (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman), hal ini disebut dengan Analisis Situasi Lingkungan, menurut Rangkuti (2014: 21).

(18)

26

skematis diagram proses analisis kasus tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Proses Analisis Kasus

ANALISIS SITUASI ANALISIS SEKOLAH

Menurut Boseman, at.al (dalam Sagala, 2014: 140):

“salah satu tahap dalam proses manajemen strategi adalah melakukan analisis SWOT secara cermat dan akurat, dengan menguraikan (1) kekuatan adalah kemampuan internal sebuah organisasi yang memajukan tujuan organisasi, (2) kelemahan adalah kebalikannya dengan membatasi penyelesaian tujuan-tujuan organisasi, (3) peluang adalah keadaan, kejadian atau situasi eksternal yang menawarkan perubahan organisasi untuk mencapai atau melampaui tujuan dan (4) tantangan atau hambatan adalah lawan dari peluang. Hambatan merupakan faktor-faktor eksternal yang dapat memunculkan potensi masalah atau yang membahayakan kemampuan untuk mencapai tujuannya.”

Jelaskan

Situasi Mengetahui strategi sekolah

Evaluasi Situasi

Tentukan Tentukan dan evaluasi dan evaluasi lingkungan KEKUATAN dan PELUANG dan KELEMAHAN ANCAMAN perusahaan

Analisis masalah yang perlu mendapat perhatian Cari

pemecahan masalah

(19)

27

Demikian pula menurut Sarplin (dalam Sagala, 2014) memasukkan analisa SWOT untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah, sekaligus memantau peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah. Analisa SWOT adalah salah satu tahap dalam managemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan.

Analisis SWOT dalam penyelenggaraan di lingkungan sekolah dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT terdiri dari dua unsur yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal. Analisis internal berasal dari lingkup sekolah itu sendiri sedangkan analisis eksternal berasal dari luar sekolah itu sendiri, seperti yang dikemukakan dalam Rangkuti (2014: 20).

(20)

28 Kuadran 1, Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.

Sekolah tersebut memiliki peluan dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2, Meskipun menghadapi berbagai

ancaman, sekolah ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan kekuatan jangka penjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/ pasar).

Kuadran 3, Sekolah menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal. Kondisi sekolah pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG Matrix. Fokus strategi sekolah ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sekolah sehingga dapat merebut peluang pasar yang sangat baik.

Kuadran 4, Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, sekolah tersebut menghadapi berbagi ancaman dan kelemahan internal di atas dapat disimpulkan bahwa Analisis SWOT dalam penyelenggaraan.

(21)

29

(menggunakan kekuatan dan pemanfaatan peluang), strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Analisis SWOT adalah salah satu manajemen strategi dengan menggunakan pendekatan analisis lingkungan. Analisis lingkungan terdiri dari dua unsur yaitu analisis lingkungan eksternal dan analisis lingkungan internal. Analisis Lingkungan eksternal meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek sosial, budaya, politis, ekonomis dan teknologi, serta kecenderungan yang mungkin berpengaruh pada organisasi sekolah, sedangkan hasil dari analisis lingkungan eksternal adalah sejumlah peluang

(opportunities), yang harus dimanfaatkan oleh

organisasi sekolah dan ancaman (threats) yang harus dicegah atau dihindari. Perlu disusun sebelum sekolah merumuskan strategi dengan memperhatikan berbagai faktor secara sistematik, dengan didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)

(22)

30

2.5 Langkah-langkah

Pengembangan

Rencana Strategi

Strategi bukanlah tujuan melainkan alat untuk mempercepat tercapainya tujuan. Untuk merumuskan strategi yang tepat dibutuhkan langkah-langkah yang cermat dan dapat dipertanggungjawabkan. Mulyasana, (2012) adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi rencana kegiatan, tujuan dan arah kegiatan, serta aksi program yang akan dilaksanakan. b. Menetapkan standar mutu penggunaan strategi.

Dengan standar ini, dianalisis seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan. Apakah komponen-komponen tersebut layak apa tidak. Bila sebagian yang tidak layak perlu perbaikan, tapi bila yang tidak layak semua komponen maka perlu penataan strategi baru.

c. Mengindentifikasi situasi lingkungan khususnya yang berkaitan dengan peluang, ancaman, hambatan dan tantangan yang muncul dari lingkungan, baik lingkungan internal maupu eksternal. Apakah lingkungan itu mendukung semuanya, sebagian atau sama sekali tidak mendukung. Bila semuanya tidak mendukung, maka perlu penyusunan strategi baru yang diperkirakan cocok dengan kondisi lingkungan. d. Menganalisis berbagai kelemahan dan kesenjangan,

baik kesenjangan antara tuntutan dengan kemampuan, antara harapan dan kenyataan, antara sasaran dan strategi, maupun antara peluang dan ancaman.

e. Melakukan riset masa depan dan sekaligus mempelajari sifat dan arah perubahan yang diperkirakan akan berpengaruh langsung terhadap dinamika usaha.

(23)

31

Sedangkan menurut Sugiyono (2014) memberikan 10 langkah-langkah yang digunakan untuk mengembangkan rencana strategis peningkatan mutu adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4

Langkah-langkah Pengembangan Renstra, Sugiyono (2014)

Tahapan penelitian Menurut Sugiyono (2014): 1. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ditunjukkan dengan data yang empirik dan masih up to date.

2. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah ditunjukkan secara faktual, selanjutnya

Potensi

Produk Validasi Desain

Revisi

(24)

32

dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi dokumen dan Focus Group Discussion (FGD).

3. Desain produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Rencana strategis ini masih bersifat hipotetik karena karena efektifitasnya belum terbukti dan akan diketahui setelah melalui pengujian.

4. Validasi desain

Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat secara rasional akan efektif digunakan sebagai usaha peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat menghadirkan beberapa pakar atau tenaga akhli untuk menilai desain tersebut, selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatan.

5. Perbaikan desain

(25)

33

6. Uji Coba Produk

Rencana strategi yang telah dibuat tidak bisa langsung di uji coba dulu tetapi harus di validasi dan revisi. Uji coba tahap awal di lakukan dengan simulasi, setelah itu baru di uji cobakan.

7. Revisi Produk

Dalam revisi produk di lakukan untuk mencari efektifitas dan efisiensi sistem kerja baru dengan cara membandingkan strategi lama dengan strategi baru.

8. Uji Coba Produk

Setelah pengujian terhadap strategi berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting maka selanjutnya strategi yang baru itu dapat di terapkan di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaannya strategi tersebut tetap harus dinilai kekurangan/ hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam pelaksanaan strategi di sekolah terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dalam uji pemakaian selalu mengevaluasi bagaimana strategi itu diterapkan. 10.Pembuatan Produk Masal

Bila strategi peningkatan mutu tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka strategi tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

(26)

34

Sugiyono namun hanya sampai pada tahap validasi desain karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi ang ada.Langkah-langkah pengembangan rencana yang akan dilakukan dalam penelitian adalah:

1. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ditunjukkan dengan data yang empirik dan masih up to date.

2. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah ditunjukkan secara faktual, selanjutnya dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi dokumen dan

Focus Group Discussion (FGD).

3. Desain produk

(27)

35

4. Validasi desain

Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat secara rasional akan efektif digunakan sebagai usaha peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat menghadirkan beberapa pakar atau tenaga akhli untuk menilai desain tersebut, selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatan

2.6 Kajian Riset Terdahulu

(28)

36

pembelajaran dengan pendekatan PAKIEM, menoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler,lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih baik dari luar ataupun dari dalam, meningkatkan prestasi non-akademik, meningkatkan pembeljaran yang menitikberatkan pada pembentukan karakter, membangun jaringan alumni, dan melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis.

(29)

37

pelaksanaan pendidikan karakter, dan meningkatkan pendidikan kecakapan hidup, serta membentuk jaringan alumni.

Demikian pula hasil penelitian oleh Parjuni dengan judul Strategi dan faktor-faktor pendukung peningkatan Mutu SMP N 6 Temanggung menunjukkan bahwa faktor-faktor dominan yang mendukung peningkatan prestasi SMP N 6 Temanggung meliputi: kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, memiliki komitmen kuat dan profesional, memberikan keteladanan dan serta layanan yang optimal, input peserta didik yang unggul dan terseleksi komitmen guru dan karyawan, penerapan kurikulum yang akomodatif, sarana prasarana yang lengkap dan memadai, lingkungan sekolah yang kondusif dan, jalinan kerjasama dan kemitraan dengan orangtua dan masyarakat. Strateginya digunakan dalam meningkatkan mutu sekolah perencanaan progam yang berkelanjutan, optimalisasi proses pembelajaran memberdayakan guru dan karyawan pemberdayaan potensi siswa menjalin kemitraan dan kerjasama.

(30)

38

sekolah harus berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan yang berkaitan dengan pekerjaan yang di lakukan di sekolah untuk perubahan terencana dan peningkatan sekolah yang sukses. Setiap sekolah menggunakan strategi perbaikan yang cocok untuk konteksnya.

Kepala sekolah dapat melakukan peningkatan kerjasama dan komunikasi di sekolah, membuat rencana peningkatan sekolah yang baik, memberikan suasana sekolah yang positif artinya berkuasa sekolah demokratis dan terbuka untuk ide-ide baru. Di sisi lain, kepala sekolah harus membuat strategi perbaikan jangka panjang, memberdayakan komunikasi antara sekolah dan lingkungan, membuat semua pemangku kepentingan di sekolah berperan dan bertanggung jawab dalam proses perubahan, menginformasikan individu dan kelompok yang bersangkutan dan bertindak sebagai pemimpin.

(31)

39

sekolah dengan program yang tepat, terutama dalam pengelolaan sumber daya manusia.

(32)

40

2.7

Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.5 Model Kerangka Pikir

Gambar

Gambar 2.1 Perbaikan berkesinambungan
Gambar 2.2  Proses Analisis Kasus
Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT Sumber: Rangkuti, 2014
 Langkah-langkah Pengembangan Renstra, Sugiyono (2014) Gambar 2.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengabdian pada Masyarakat (PPM) Program Wisata Kampus ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: (1) mengenalkan Kampus Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Universitas

Harga Penawaran Terkoireksi : Rp. Raya Bogor

Berdasarkan 16 indikator awal dari 4 faktor awal segmentasi benefit, targeting dan posisioning Honda Karisma di kota Probolinggo yang dijadikan item pertanyaan kuesioner,

Jika kegiatan pengabdian masyarakat ini berhasil mencapai tujuan kegiatan di atas, maka akan sangat bermanfaat bagi para kader dan lansia, merubah paradigma bahwa

DILINGKUNGAN DINAS PEKERJAAN UMTJM KABUPATEN BENGKULU UTARA SIIMBER DANA APBD TAHUN ANGGARAN

Pada hari ini Rabu, tanggal Sembilan Belas bulan Juli tahun Dua Ribu Tujuh Belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum Dan

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository