• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran - Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) Dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran - Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) Dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008: 5). Inti dari pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”.

Manajemen Pemasaran terjadi bilamana setidak-tidaknya salah satu pihak dalam pertukaran potensial mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk memperoleh tanggapan yang diinginkan dari pihak lain. Defenisi manajemen pemasaran yang disahkan pada tahun 1985 oleh Asosiasi pemasaran Amerika (American Marketing Association) dalam Kotler (1996) adalah proses perencanaan dan konsepsi harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi.

2.2 Retailing

(2)

akhir untuk penggunaan pribadi, nonbisnis konsumen. Menurut Utami (dalam Probowati 2011:71-72), fungsi-fungsi retailing adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan berbagai produk dan jasa, Peritel berusaha menyediakan beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.

2. Memecah, Peritel memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil yang disesuaikan dengan pola konsumsi para konsumen secara individual dan rumah tangga, yang akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen.

3. Penyimpan persediaan, Fungsi utama ritel adalah mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia saat konsumen menginginkannya.

4. Penyedia jasa, Konsumen mendapat kemudahan dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan produsen melalui ritel dengan mengantar produk hingga dekat konsumen, menyediakan jasa yang memudahkan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk, maupun menawarkan kredit, Ritel juga memajang produk sehingga konsumen bisa melihat dan memilih produk yang akan dibeli.

5. Meningkatkan nilai produk dan jasa, Dengan adanya beberapa jenis barang dan jasa, maka untuk suatu aktifitas pelanggan mungkin memerlukan beberapa barang. Pelanggan membutuhkan ritel karena tidak semua barang dijual dalam keadaam lengkap.

(3)

Pengecer toko (store retailing), Penjual eceran tanpa toko (non store retailing), dan Organisasi eceran (retail organizational). Jenis-jenis toko pengecer menurut Kotler (2006:216) sebagai berikut:

1. Toko Khusus (Speciality Store)

Menjual lini produk yang sempit dengan ragam yang banyak dengan lini tersebut, seperti toko pakaian, toko buku, dan lain sebagainya.

2. Toko Serba Ada (Department Store)

Menjual berbagai lini produk, biasanya pakaian, perlengkapan rumah, dan berbagai barang kebutuhan rumah tangga dan lini beroprasi sebagai satu departemen tersendiri yang dikelola oleh pembeli atau pedagang khusus. 3. Pasar Swalayan (Supermarket)

Operasi yang relatif besar, biaya rendah, margin rendah tapi dengan volume tinggi. Supermarket dirancang untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen.

4. Toko Kelontong (Convenience Store)

Merupakan toko yang relatif kecil dan terletak di daerah pemukiman dan menjual lini produk convenience yang terbatas dengan tingkat perputaran yang tinggi.

5. Toko Diskon (Discount Store)

Menjual barang-barang standar dengan harga yang lebih murah karena mengambil margi yang lebih rendah dan menjual dengan volume yang lebih tinggi.

(4)

7. Membeli dengan harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan menetapkan harga path konsumen lebih rendah dan pada eceran.

8. Ruang Pamer Retailing (Catalog Showrooms)

Memberi banyak pilihan produk yang bermerek, mark up tinggi, perputaran cepat dengan harga diskon. Pelanggan memesan barang dengan katalog di ruang pamer, lalu mengambil barang tersebut di suatu area pengambilan barang di toko.

2.3 Retail Mix

Menurut Kotler dan Amstrong (2004:442) keputusan pemasaran pedagang ritel terdiri dari keputusan pasar sasaran, keputusan ragam produk dan perolehan, keputusan pelayanan dan suasana toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat.

Retailing adalah suatu rangkaian aktifitas bisnis dalam rangka untuk memasarkan barang dan jasa untuk menambah nilai guna barang dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk keperluan pribadi atau rumah tangga (Karmela dan Junaedi 2009).

(5)

store, factory outlet, distro dan distribution outlet, supermarket, department store,

dan hypermarket (Ma’ruf, 2006:74).

2.4 Suasana Toko (Store Atmosphere)

Levy and Weitz (2001:576) mengemukakan bahwa suasana toko merupakan penciptaan suasana toko melalui visual, penataan, cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen untuk melakukan pembelian.

Atmosfir toko merupakan suatu bagian dari suasana dan tata letak suatu toko yang sangat penting dalam menarik konsumen untuk menjadi konsumen (Gillani, 2012).

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:108), yaitu:

1. Jenis karyawan, karakteristik umum karyawan, sebagai contoh; rapi, ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.

2. Jenis barang dagangan dan kepadatan, Jenis barang dagangan yang dijual bagaimana barang tersebut dipajang menentukan suasana yang ingin diciptakan oleh pengecer.

(6)

dengan meja dan rak, memungkinkan pelanggan lebih mudah melihat dan menyentuh barang dagangan dengan mudah.

4. Bunyi suara, Bunyi suara bias menyenangkan atau menjengkelkan bagi seorang pelanggan. Musik juga bias membuat konsumen tinggal lebih lama di toko. Musik dapat mengontrol lalu lintas di toko, menciptakan suasana citra, dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelinya.

5. Aroma, Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Penelitian menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja, dan umumnya bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang dapat disetujui. Para pengecer menggunakan wangi antara lain sebagai perluasan dan strategi eceran.

(7)

Store atmosphere mempunyai tujuan tertentu. Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:105-109), dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen.

2. Tata letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku belanja.

Berman dan Evans (2001:604), mengemukakan bahwa Store atmosphere terdiri dari empat elemen sebagai berikut:

1. Exterior (Bagian Luar)

Karakteristik eksterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan sebaik mungkin, kombinasi dari eksterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi lebih unik, menarik, menonjol, dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko. Elemen untuk eksterior ini terdiri dari sub elemen-elemen sebagai berikut:

a. Store Front (Tampak Muka)

(8)

warna terlebih dahulu sehingga eksterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengumjungi toko. Ada banyak alternatif bagi retailer untuk dipertimbangkan sebagai dasar perencanaan. Store Front diantaranya:

1. Modular Structure, struktur bangunan yang berbentuk persegi. Atau lingkaran yang menghubungkan beberapa toko

2. Prefabricated Structure, kerangka bangunan telah dibuat sebelumnya di sebelah pabrik dan kemudian di rakit kembali di lokasi toko berada

3. Prototype Store; digunakan oleh franchisor dan toko jaringan sehingga bagian store front dibangun seragam

4. Unique Building Design; store front mempunyai desain rancangan yang unik daripada yang lain

Store Front dapat ditambahkan dengan pepohonan, air mancur, dan kursi-kursi yang ditempatkan di sekitar toko. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang santai di sekitar toko.

b. Marquee

(9)

informasi lainnya. Supaya efektif Marquee harus diletakkan di luar, terlihat berbeda dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain.

c. Entrances (Pintu Masuk)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk dan melihat ke dalam toko. Serta harus dapat mengurangi lalu lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk mempunyai tiga masalah utama yang harus diputuskan yaitu:

1. Jumlah pintu masuk disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan. Salah satu faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah masalah keamanan.

2. Jenis pintu masuk yang akan digunakan. Apakah akan menggunakan pintu otomatis atau tank dorong.

3. Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda dibandingkan dengan pintu masuk yang sempit, kecil dan berdesak-desakan. Lebar pintu masuk ditujukan untuk mengindari masalah kemacetan lalu lintas orang yang keluar masuk toko.

d. Display Window (Jendela Panjang / Etalase)

(10)

dipertimbangkan mengelola ukuran jendela. Jumlah barang yang akan dipajang karena bentuk, tema dan frekuensi penggantiannya.

e. High and Size of Building (Tinggi dan Luas Bangunan)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, misalnya tingginya. Langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah terlihat lebih luas.

f. Visibility (Jarak Pandang)

Orang harus melihat bagian marquee suatu toko dengan jelas. Jika suatu toko mempunyai jarak yang jauh dan jalan raya, maka toko dapat membuat billboard yang menarik agar para pengendara yang lewat dengan cepat dapat melihat toko tersebut.

g. Uniqueness (Keunikan)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, dan dapat melalui desain toko yang lain daripada yang lain, seperti marquee

yang mencolok, etalasi yang dekoratif, tinggi dan ukuran gedung yang berbeda dari sekitarnya.

h. Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)

(11)

negatif jika lingkungan sekitar toko mempunyai tingkat kejahatan yang tinggi yang akan mempengaruhi citra toko itu sendiri.

i. Surrounding Stores (Toko Sekitar)

Toko-toko lain di sekitar toko itu berada juga dapat mempengaruhi citra suatu toko. Toko tersebut bisa berada di suatu gedung yang sama atau gedung lain yang berdekatan dengan toko.

j. Parking (Tempat Parkir)

Tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen. Konsumen biasanya bekerja untuk kebutuhan akan fashion, sehingga pada umumnya mereka selalu membawa kendaraan. Tempat parkir yang luas, aman, gratis, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan atmosphere yang positif bagi toko.

2. General Interior (Interior Umum)

General Interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan Visual Merchandising. Seperti yang kita ketahui hal ini akan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko. Namun yang paling utama yang dapat membuat penjual menarik pembeli setelah berada di toko adalah display.

(12)

konsumen masuk ke dalam toko ada banyak yang akan mempengaruhi persepsi mereka pada toko tersebut.

Elemen-elemen dari General Interior terdiri dari:

a. Flooring (Tata Letak Lantai)

Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet), ukiran, desain, dan warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.

b. Colors and Lighting (Pewarnaan dan Pencahayaan)

Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup dan mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko. Konsumen yang bebelanja akan tertarik oleh sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, dan berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Scent and Sound (Aroma dan Suara)

(13)

lebih sedikit waktu berbelanja. Lain halnya apabila mereka dihadapkan pada musik yang lembut.

d. Fixtures (Perabot Toko)

Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang yang harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena barng-barang tersebut berbeda bentuk, karakter, maupun harganya, sehingga penempatannya pun berbeda. Dengan bantuan peralatan penunjang dan cara penyusunan yang berbeda dapat diciptakan kesan atau image yang berbeda pula.

e. Wall Texture (Tekstur Dinding)

Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.

f. Temperature (Suhu Udara)

(14)

g. Widht of Aisles (Lebar Jalan)

Jarak antara rak barang harus diatur sedemikian rupa agar cukup lebar dan membuat konsumen merasa nyaman dan betah berada di dalam toko.

h. Dressing Facilities (Kamar Ganti)

Fasilitas kamar ganti dengan warna, desain serta tata cahaya dan privasi yang baik perlu diperhatikan dan dibuat sedemikian rupa memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumen.

i. Vertical Transportation (Alat Transportasi Vertikal)

Suatu toko yang terdiri dari beberapa tingkat atau lantai, harus memperhatikan sarana transportasi ini seperti escalaotor, lift, tangga. Penempatan sarana berpengaruh pada suasana toko yang diinginkan.

j. Dead Areas

(15)

k. Personal (Karyawan)

Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai produk yang di jual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko itu sebagai tempat untuk berbelanja.

l. Merchandise (Barang Dagangan)

Pengelola toko harus memutuskan variasi warna, ukuran, kualitas, lebar dan variasi pada produk yang akan di jual. Mereka harus memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen hal ini sangat penting, karena dengan pemilihan merchandise kesukaan konsumen yang tepat akan menyebabkan waktu yang dibutuhkan konsumen untuk berbelanja sedikit.

m. Prices Levels and Display (Tingkat Harga dan Etalase Label)

Label harga dicantumkan pada kemasan pada produk tersebut, pada rak tempat produk tersebut, dipajang, atau kombinasi dari keduanya. Pengelola toko harus selalu memastikan agar label itu selalu jelas dan benar, sehingga memudahkan konsumen untuk mengetahui harga produk yang ditawarkan.

n. Cash Register (Kasir)

(16)

konsumen tidak terlalu lama antri atau menunggu untuk melakukan proses pembayaran. Kedua adalah penentuan lokasi kasir, kasir harus ditempatkan di lokasi yang strategis dan sedapat mungkin menghindari kemacetan/antrian antara konsumen yang keluar masuk toko.

o. Technology/modernization;

Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin. Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin dan cepat baik pembayaran secara tunai atau menggunakan pembayaran dengan cara lain seperti kartu kredit atau debet, diskon

voucher. Toko dengan gedung yang modern, store front, marquee dan produk yang baru akan menciptakan atmosphere yang jauh lebih menguntungkan dari pada fasilitas yang sudah lama atau tua.

p. Cleanliness (Kebersihan)

Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko walaupun eksterior dan interior baik apabila tidak dirawat kebersihannya akan menimbulkan penilaian yang negatif dari konsumen.

3. Store Layout (Tata Letak)

(17)

aisles dan fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang ada seefektif mungkin. Layout toko yang baik akan mampu mengundang konsumen untuk betah dan berkeliling lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak. Dalam merancang layout diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Allocation of floor space of selling, merchandise, personnel, and customers

Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk:

1. Selling Space (Wilayah Penjualan)

Tempat untuk memajang barang dagangan, tempat untuk berinteraksi antara wiraniaga dengan konsumen, tempat untuk mendemonstrasikan produk dan sebagainya.

2. Merchandise Space (Tempat Barang Dagangan)

Tempat di mana barang-barang yang tidak dipajang disimpan atau bisa disebut gudang.

3. Personnel Space (Ruangan untuk Karyawan)

(18)

juga harus mempertimbangkan moral karyawan sebelum menetapkan luas ruangan untuk karyawan.

4. Customer Space (Ruangan untuk Konsumen)

Dirancang untuk meningkatkan minat belanja konsumen biasanya meliputi ruang tunggu, bangku dan kursi, kamar pas, toilet, tempat parkir, restoran, lift atau elevator, lorong yang lebar dan lain sebagainya.

b) Product Groupings (Pengelompokan Barang)

Barang yang dipajang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Functional Product grouping (pengelompokan produk berdasarkan fungsinya); pengelompokkan barang berdasarkan penggunaan akhir yang sama

2) Purchase motivation product groupings(pengelompokan produk berdasarkan motif pembelian); pengelompokan produk dirancang untuk menarik minat konsumen berbelanja dalam jumlah dan waktu tertentu yang dimiliki konsumen

3) Market segment product groupings (pengelompokan produk berdasarkan segmen pasar); pengelompokan atas barang-barang yang berbeda secara bersama-sama untuk menarik minat dan target pasar yang telah ditentukan

(19)

5) Traffic Flow (arus lalu lintas),

a. Straight(gridiron traffic flow) (Arus lalu lintas berbentuk lurus).

Yaitu barang-barang yang dipajang dan lorong-lorong atau gang ditempatkan dalam bentuk persegi.

Manfaat dari straight traffic:

1. Penciptaan store atmosphere yang efisien

2. Luas lantai yang dapat digunakan untuk memajang produk lebih banyak

3. Konsumen dapat berbelanja dengan cepat

4. Pengendalian atas persediaan dan keamanan lebih mudah

5. Kemudahan toko sehingga biaya tenaga kerja dapat ditekan

b. Curving (free-flowing) traffic flow (Arus lalu lintas bebas)

Peraturan ini memungkinkan pelanggan membentuk pola lalu lintasnya sendiri

c. Space / Merchandise Category

(20)

persediaan juga dapat menentukan jumlah luas lantai yang diperlukan untuk memajang barang dagangan yang dibutuhkan.

d. Departement Location (Lokasi Departemen)

Lokasi tiap departemen harus dipetakan. Untuk toko yang bertingkat harus dapat diberi tanda ke setiap lantai di mana letak setiap departemen berada. Produk apa saja yang harus berada di setiap lantai dan bagaimana tata letak setiap lantai. Untuk toko dengan satu luas lantai harus menentukan bagaimana tata letak setiap lantainya.

e. Arrangement within Department (Pengaturan di departemen)

Penyusunan barang dalam departemen berdasarkan ukuran, harga, warna, kegunaan barang, dan minat konsumen. Merek barang yang paling banyak memberi keuntungan mempunyai tempat yang paling banyak dilalui konsumen.

4. Interior (Point-of-purchase) Display

Setiap point-of-purchase display menyediakan informasi kepada pelanggan untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko. Tujuan utama

Interior display ialah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut.

(21)

a. There-setting

Dalam satu musim atau peringatan tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko tertentu untuk menarik perhatian konsumen.

b. Rack and cases

Rak mempunyai fungsi utama untuk memajang dan meletakkan barang dagangan secara rapi. Case berfungsi untuk memajang barang yang lebih berat atau besar dari pada barang di rak.

c. Cut cases and dump bins

Cut case adalah kotak yang digunakan untuk membawa atau membungkus barang-barang yang berukuran kecil. Dump bins adalah kotak yang berisi tumpukan barang yang telah diturunkan harganya. Dump bins dapat menciptakan open assortments dengan penanganan yang tidak rapi dan seadanya, keuntungan menciptakan kesan harga murah dan dapat mengurangi biaya display.

d. Posters, signs, and cards

(22)

biasanya dibuat menarik dengan tampilan tanda-tanda yang sifatnya komunikatif pada konsumen.

2.5 Lokasi

Bagi setiap bisnis khusunya bisnis ritel, penentuan lokasi sangat penting dalam menentukan kesuksesan suatu bisnis. Menurut Lupiyoadi (2001:61-62) mendefinisikan lokasi adalah tempat dimana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi.

Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi menurut Tjiptono (2005:41-42) meliputi faktor-faktor:

1. Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum:

2. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan; 3. Tempat parkir yang luas dan aman;

4. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di kemudian hari;

5. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan 6. Persaingan, yaitu lokasi pesaing;

7. Peraturan pemerintah.

(23)

luas, bebas parkir atau biaya rendah), lokasi masuk / keluar, arus lalu lintas, keselamatan dan keamanan lokasi serta lokasi pesaing.

Keputusan lainnya adalah apakah memilih lokasi pada suatu pusat perbelanjaan (mall), pusat perbelanjaan komunitas / toko uang berdiri sendiri (freestanding stores) dan mempertimbangkan fasilitas penunjamg atau fasilitas umum yang ada di sekitar lokasi.

Menurut Kotler dan Armstrong (2002:603), para pengecer biasanya mengatakan bahwa tiga kunci keberhasilan adalah lokasi, lokasi, lokasi.Menurut Syahrizal (dalam Nandi 2011:40-41), secara umum faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Masyarakat

Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensinya, baik konsekuensi positif didirikannya lokasi di daerah tersebut merupakan suatu syarat penting. Perusahaan memperhatikan nilai-nilai lingkungan dan ekologi dimana perusahaan akan berlokasi. Di lain pihak masyarakat membutuhkan perusahaan karena menyediakan berbagai lapangan pekerjaan yang dibawa industri ke masyarakat.

b. Kedekatan dengan pasar

(24)

biaya distribusi. Dalam sektor jasa, biasanya ditentukan oleh waktu perjalanan para pembeli pelayanan jasa ke pelanggan.

c. Penyediaan Tenaga Kerja

Dimanapun lokasi perusahaan, harus memilili tenaga kerja. Karena itu, cukup tersedianya tenaga kerja menjadi hal yang mendasar.

d. Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier

Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Begitu pula bila bahan mentah cepat rusak seperti perusahaan pengalengan buah-buahan. Dengan lebih dekatnya dengan bahan mentah dan para penyedia (supplier) memungkinkan suatu perusahaan mendapatkan pelayanan

supplier yang lebih baik dan menghemat biaya pengadaan bahan.

e. Fasilitas dan Biaya Transportasi

Tersedianya fasilitas transportasi akan melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran produk perusahaan. Lokasi dekat dengan pasar akan menghemat biaya pengangkutan produk jadi.

2.6 Minat Beli

(25)

pendorong yang berasal dari dalam diri konsumen yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan sikap. Selain itu, faktor sosial yang merupakan proses dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh keluarga, status sosial, dan kelompok acuan, kemudian pemberdayaan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi, dan juga distribusi. (Kotler 2000:228)

Meldarianda dan Lisan (2010) mengatakan minat beli merupakan suatu proses perencanaan pembelian suatu produk yang akan dilakukan oleh konsumen dengan mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah banyak unit produk yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu, merek, dan sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut.

Setiadi (2003:216), menyatakan bahwa “Minat beli (niat beli) dibentuk dari sikap konsumen terhadap produk yang terdiri dari kepercayaan konsumen terhadap merek dan evaluasi merek, sehingga dari dua tahap tersebut muncullah minat untuk membeli”. Semakin rendah tingkat kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan semakin menurunnya minat beli konsumen.

(26)

untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak.

Jenis stimulus yang mungkin dapat mempengaruhi minat beli konsumen antara lain: physiological, emotional cognitive dan environment stimulus. Physiological stimulus yaitu dorongan fisik pada saat tertentu, contoh rasa lapar. Emosi dan cognitive stimulus dapat dipengaruhi melalui iklan sedangkan environment stimulus misalnya iklan fastfood, pajangan roti dan berita. (Karmela dan Junaedi 2009)

Menurut Karmela dan Junaedi (2009) aspek yang dapat membangkitkan minat beli konsumen diantaranya:

a. Aspek kelengkapan barang yang meliputi aneka macam jenis dan merek produk.

b. Aspek harga yaitu nilai yang diberikan oleh seorang pembeli terhadap suatu produk.

c. Aspek Suasana toko, tempat yang strategis dimana lokasi toko yang mudah dijangkau oleh orang maupun kendaraan, tersedianya sarana tempat parkir dan lingkungan keamanan toko yang memadai bagi para pengunjung mampu mempengaruhi minat beli konsumen.

d. Aspek kualitas barang yaitu ciri, mutu serta nilai dari suatu produk. e. Aspek pelayanan adalah segala pekerjaan atau tindakan yang sifatnya

(27)

2.6.1 Motif-motif pembelian (Buying motives)

Menurut Karmela dan Junaedi (2009) para pembeli memiliki motif-motif pembelian yang mendorong mereka untuk melakukan pembelian. Mengenai buying motives ini terdapat tiga macam yaitu:

a. Primary buying motive, yaitu motif untuk membeli yang sebenarnya misalnya, kalau orang mau makan ia akan mencari nasi.

b. Selective buying motive, yaitu pemilihan terhadap ini berdasarkan

ratio, berdasarkan waktu berdasarkan emosi. Jadi Selective buying motive dapat berbentuk rational buying motive, emotional buying motive atau impulse (pembelian seketika).

c. Patronage buying motive, ini adalah selective buying motive yang ditujukan kepada tempat atau toko tertentu. Pemilihan ini bisa timbul karena layanan yang memuaskan, tempatnya dekat, cukup persediaan barang, ada halaman parkir, orang-orang besar suka berbelanja ke situ dan sebagainya.

2.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli

Super dan Crites (dalam Lidyawati, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:

(28)

b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.

c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya.

d. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pembelanjaan.

e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang.

Sedangkan menurut Kotler, Bowen, dan Makens (1999:156) terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi tidak terduga (unexpected situation) dan sikap terhadap orang lain (Respect to Others).

Schiffman dan Kanuk (2004:146) mengatakan bahwa persepsi seseorang tentang produk akan berpengaruh terhadap minat membeli yang terdapat pada individu. Persepsi yang positif tentang atribut produk akan merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh perilaku pembelian.

Indikator-indikator dari minat beli dari Schiffman dan Kanuk (2004:470), sebagai berikut:

(29)

3. Tertarik untuk mencoba

4. Mempertimbangkan untuk membeli 5. Ingin memiliki produk

Adapun indikator-indikator minat beli menurut Crow dan Crow (dalam Astuti, 2010) sebagai berikut:

1. Ketertarikan, yaitu ketertarikan konsumen yang menimbulkan rasa senang, puas, dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan rasa ingin membeli.

2. Perhatian, yaitu keaktifan pikiran, akal, ingatan yang dapat membangkitkan rasa ingin membeli.

3. Pencarian informasi, yaitu adanya rasa ingin tahu yang dapat membangkitkan rasa ingin membeli.

Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk merefrensikan produk kepada orang lain.

(30)

d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari prouk tersebut.

2.7 Penelitian Terdahulu

Semuel (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Respon Lingkungan

Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana Pada Toko Serba Ada

(Toserba) (Studi Kasus Carrefour Surabaya) yang menggunakan teknik analisis data

dengan Structure equation meodeling (S.E.M) yang merupakan kombinasi dari analisis

faktor, analisis regresi, dan analisis path dengan stimulus pembelian tidak terencana

sebagai variabel independen dan Lingkungan berbelanja sebagai variabel dependen.

Dalam penelitian ini Hanate Semuel menjelaskan bahwa variabel respon lingkungan

belanja dominan berpengaruh positif terhadap pembelian tidak terencana, terungkap juga

bahwa variabel pengalaman belanja resources expenditure merupakan variabel mediator

antara respon lingkungan belanja dan variabel pengalaman belanja lainnya, serta

berpengaruh negatif terhadap pembelian tidak terencana.

Hidayati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Daya Tarik

Kreative Iklan dan Store Atmosphere terhadap Minat Beli Produk Kedai Digital yang

menggunakan daya tarik iklan kreatif dan store atmosphere sebagai variabel independen

dan minat beli sebagai variabel dependen menjelaskan bahwa hubungan daya tarik kreatif

iklan dan store atmosphere terhadap minat beli produk kedai digital sangat signifikan

apabila dilaksanakan secara bersamaan namun secara parsial antara store atmosphere

(31)

merupakan penelitian Eksplanatori, dengan teknik analisis data menggunakan Koordinasi

Rank Kendall.

Erlangga (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Store Atmosphere

Terhadap Emosi Pembelanja dan Dampaknya Terhadap Niat Untuk Berkunjung Ulang di

Toko House Of Rotten Apple. Menggunakan variabel Exterior, General Interior, Store

Layout, dan Interior Display. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis). Metode

pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive

sampling. Menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel store

atmosphere terhadap emosi pembelanja dan emosi pembelanja berpengaruh signifikan

terhadap niat untuk berkunjung ulang.

Syafik (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Store Atmosphere

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Eva Bakery Gresik. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen di Eva Bakery Gresik. Hipotesis yang penulis rumuskan dalam

penelitian ini adalah bahwa Store Atmosphere terdiri yang dari: exterior, general interior,

store layout dan display interior berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen di Eva Bakery Gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

konsumen yang ada di Eva Bakery Gresik, dengan menggunakan 100 sampel konsumen.

Alat analisis yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda dengan bantuan SPSS

10 for windows. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikan

2,5% dan uji F dengan tingkat signifikan 5%. Hasil persamaan regresi yang diperoleh

adalah Y = 1,833 + 0,274 X1 + 0,317 X2 + 0,326 X3 0. 100 X4 Kesimpulannya yaitu,

(32)

interior berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Eva toko serba ada (Toserba) (studi dan analisis path

Variabel Iklan dan Store Atmosphere

Daya tarik kreatif iklan dan store atmosphere

Variabel Dependen:

Minat Beli

(33)

Tabel 2.1 t dengan tingkat signifikan 2,5%

2.8 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2006:65). Store Atmosphere memainkan peranan yang penting dalam menimbulkan minat beli konsumen. Store Atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi yang dapat berakibat positif dan menguntungkan dibuat semenarik mungkin. Lebih lanjut, suasana toko dapat mempengaruhi emosi pembelanja, dimana emosi tersebut dapat berupa emosi positif atau emosi negatif.

(34)

Kemudian daripada itu faktor lokasi juga memiliki peranan penting dalam menimbulkan minat beli konsumen. Menurut Tjiptono (2006:) pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa diantaranya yaitu akses adalah kemudahan untuk menjangkau, visibilitas adalah kemudahan untuk dilihat, lalu lintas, tempat parkir yang luas dan aman.

Minat beli merupakan proses menuju ke arah tindakan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen.Setiadi (2003:216), menyatakan bahwa “Minat beli (niat beli) dibentuk dari sikap konsumen terhadap produk yang terdiri dari kepercayaan konsumen terhadap merek dan evaluasi merek, sehingga dari dua tahap tersebut muncullah minat untuk membeli”.

PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, Tbk yang telah berdiri sejak tahun 1978 dan hingga saat ini telah tumbuh dan berkembang di Indonesia yang telah memiliki 99 cabang yang tersebar di Indonesia menggambarkan Ramayana telah mampu menimbulkan minat beli konsumen terbukti dengan tetap bertahannya Ramayana hingga saat ini dan ekspansi cukup luas yang telah dilakukan oleh PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, Tbk.

(35)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Diduga Store Atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan

2. Diduga Lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan

3. Diduga secara bersama-sama Store Atmosphere dan Lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen di Ramayana Department Store

Cabang Buana Plaza Medan Store Atmosphere

(X1)

Lokasi

(X2)

Minat Beli Konsumen

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh, desain pembelajaran IPA Terpadu dengan topik Sistem Kapilaritas Membantu Proses Fotosintesis Tumbuhan yang dibuat dapat dijalankan

Penelitian tentang kombinasi IL-6 dan CRP ini dilakukan bersamaan dengan penelitian tentang “ C-Reactive Protein sebagai parameter diagnostik dan luaran sepsis pada anak

Strategi pengembangan jangka menengah yang kedua yaitu untuk mendukung perubahan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang. Komoditi terbelakang merupakan komoditi

Maka dari itu mahasiswa berusaha untuk memberikan solusi dengan program awal yaitu “ Rekapitulasi Data Peserta dalam Pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

Bird densities and habitat variables were measured in four habitat types (cereal fields, fallow land, stubbles, and ploughed land) during 1997/1998, and detrended

Hasil ini dapat diartikan seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang efek samping KB suntik maka akseptor akan memilih kontrasepsi KB suntik sedangkan yang memiliki

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor teman sebaya, media sosial, dan lingkungan sosial, berpengaruh signifikan terhadap perilaku bullying pada remaja awal di SMP Kristen Setia

We, the participants of the Global Health Security Agenda Action Package Coordination Meeting held in Jakarta, 23-25 August 2016, appreciate the role of all participating