• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/ Pn-Mdn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/ Pn-Mdn)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan. Bahkan jika dibandingkan

dengan makhluk lain, manusia adalah merupakan makhluk yang memiliki

kebutuhan yang sangat kompleks. Tidak saja kebutuhan lahiriah, tetapi juga

kebutuhan bathiniah. Mulai dari soal pernafasan sampai kepada cara-cara

menyelenggarakan kematian. Bagi mereka yang merasa haus, merasa butuh

minum. Bagi mereka yang ingin bepergian mereka membutuhkan transportasi.

Mereka yang ingin mengetahui tentang sesuatu,membutuhkan ilmu.1

Pada prinsipnya masyarakat mengalami perkembangan, semula

masyarakat sederhana kemudian berkembang menjadi semakin kompleks. Adanya

perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan perkembangan hukum yang

berlaku. Keduanya dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan

masyarakat tersebut dapat menimbulkan perubahan di bidang hukum sesuai

dengan pergaulan hidup setiap orang yang memiliki kebutuhan dan kepentingan

yang berbeda-beda. Kebutuhan dan kepentingan masyarakat dapat

diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisiologis, seperti makanan, minuman,

1

(2)

pakaian, perumahan, kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman,

kebutuhan akan kerja sama yang saling menguntungkan.2

2

(3)

Berbagai hubungan antara individu di dalam masyarakat sebagai akibat

dari kenakeragaman kepentingan yang ada di dalam kehidupan sosial. Agar tidak

timbul kekacauan di dalam masyarakat, diperlukan peraturan-peraturan yang

mampu menjamin stabilitas para anggota masyarakat. Maksudnya, diperlukan

aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan kesadaran tiap-tiap individu di

dalam masyarakat.3

Setiap manusia untuk melangsungkan hidupnya harus bekerja sama

dengan manusia lain di sekitarnya. Apabila manusia menjalin kerja sama dengan

orang lain maka kemungkinan kebutuhan hidupnya secara minimal akan dapat

terpenuhi sehingga dapat hidup layak. Hubungan kerja sama yang dilakukan oleh

masyarakat tersebut menimbulkan perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan oleh

hukum, seperti, jual beli, sewa-menyewa, hibah, wasiat, dan beberapa

perbuatan-perbuatan lainnya yang diperbolehkan.

Hidup bermasyarakat memiliki konsekuensi tersendiri bagi

individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Salah satu konsekuensi yakni rasa

tanggung jawab masing-masing individu akan keutuhan dan kelancaran hidup

sosial. Perasaan demikian tidak timbul dengan sendirinya, melainkan harus

ditanamkan sedini mungkin, terutama bagi masyarakat yang heterogen.

4

Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

dalam hubungan hidup bermasyarakat atau bernegara disertai sanksi yang tegas

apabila dilanggar.5

(4)

Tujuan hukum memberikan peraturan-peraturan (petunjuk, pedoman)

dalam pergaulan hidup, untuk melindungi individu dalam hubungannya dengan

masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diharapkan terwujud suatu keadaan

aman, tertib, dan adil.6

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan

masyarakat.

Hukum sangat terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Dalam konteks

hubungan sosial masyarakat, dimensi hukum dapat dipahami sebagai kaidah atau

norma yang merupakan petunjuk hidup dan pedoman perilaku yang pantas atau

diharapkan. Hukum bermaksud mengatur tata tertib masyarakat. Oleh karena itu,

ketika petunjuk hidup tersebut yang berisi perintah atau larangan ini dilanggar,

maka dapat menimbulkan tindakan dalam bentuk pemberian sanksi dari

pemerintah atau penguasa masyarakat.

Hukum tersebut memiliki 4 (empat) unsur :

2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang.

3. Peraturan bersifat memaksa, artinya bahwa setiap orang harus patuh

atau taat kepada hukum.

4. Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas.7

Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh

hukum, karena akibat tersebut dianggap menjadi kehendak dari yang melakukan

perbuatan itu. Perbuatan hukum dapat bersifat sederhana dan perbuatan hukum

yang bersifat tidak sederhana. Perbuatan hukum yang bersifat sederhana

merupakan perbuatan hukum yang bersegi satu, ialah apabila hanya merupakan

6

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 133.

7

(5)

satu kejadian saja atau apabila akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak

seorang saja yaitu orang yang yang melakukan perbuatan itu, seperti pembuatan

surat wasiat. Perbuatan hukum yang bersifat tidak sederhana merupakan

perbuatan hukum yang bersegi dua atau lebih, perbuatan hukum ini akibat

hukumnya ditimbulkan oleh kehendak dari dua atau lebih subyek hukum, seperti

sewa-menyewa, jual-beli, perjanjian kredit,semua perjanjian dan perikatan, seperti

yang disebutkan dalam Pasal 1313 KUH Perdata.8

Salah satu kebutuhan manusia yang terpenting adalah tempat tinggal.

Adanya pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan banyak

penduduk yang kekurangan tempat tinggal rumah maupun tempat usaha. Salah

satu cara untuk mengatasi kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal adalah

dengan cara menambah jumlah rumah. Sebagian masyarakat tersebut tidak semua

bisa membangun rumah. Hal ini dikarenakan taraf ekonomi dari lapisan

masyarakat yang berbeda-beda. Bagi masyarakat yang taraf perekonomiannya

mampu untuk membangun rumah tersebut, mereka dapat menyewakan

rumah-rumah mereka kepada orang-orang yang membutuhkan dan tidak mampu untuk

membangun rumah. Masyarakat yang perekonomiannya golongan kebawah tidak Para pihak yang terkait didalam perbuatan hukum tersebut dapat secara

tertulis yang disebut sebagai perjanjian atau kontrak. Pihak yang terkait di dalam

suatu perjanjian tertulis memiliki kebebasan dalam hal membuat perjanjian.

Sehingga para pihak dapat leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak

melanggar ketertiban umum atau kesusilaan. Perjanjian yang dibuat oleh kedua

pihak memiliki unsur mengikat diantara keduanya.

8

(6)

mampu untuk membeli rumah ataupun membangun rumah mereka sendiri.

Sehingga mereka memilih untuk menyewa rumah dengan harga yang dapat

dijangkau mereka.

Perjanjian sewa-menyewa merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus

yang sering dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian sewa-menyewa

yang dilakukan oleh para pihak tersebut merupakan salah satu dari bentuk

hubungan-hubungan hukum yang sekarang ini sering dilakukan oleh seseorang

demi memenuhi kebutuhannya. Sewa-menyewa,seperti halnya dengan jual-beli

dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya,adalah suatu perjanjian konsensual.

Artinya, perjanjian itu sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai

unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga.9

Meskipun sewa-menyewa adalah suatu perjanjian yang konsensual, namun

oleh undang-undang diadakan perbedaan antara sewa-menyewa tertulis dan lisan.

Jika sewa-menyewa itu diadakan secara tertulis, maka sewa-menyewa itu berakhir

demi hukum(otomatis) apabila waktu yang ditentukan sudah habis, tanpa

diperlukannya sesuatu pemberitahuan pemberhentian itu. Sebaliknya, kalau

sewa-menyewa tidak dibuat secara tertulis,maka sewa itu tidak berakhir pada waktu

yang ditentukan,melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada

si penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya, pemberitahuan mana harus

dilakukan dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut

kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu, maka dianggaplah

bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama. Perihal sewa tertulis itu

9

(7)

diatur dalam Pasal 1570 KUH Perdata dan perihal sewa yang tidak tertulis diatur

dalam Pasal 1571 KUH Perdata.10

Perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak menimbulkan hak dan

kewajiban diantara keduanya. Kewajiban yang timbul diantara keduanya harus

dilaksanakan demi berlangsungnya perjanjian yang baik. Kewajiban pihak yang

satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak lain, sedangkan

kewajiban pihak yang kedua ini adalah membayar harga sewa. Jadi, barang

diserahkan tidakuntuk dimiliki seperti halnya dalam jual beli, tetapi hanya untuk

dipakai, dinikmati kegunaannya. Dengan demikian maka penyerahan hanya

bersifat menyerahkan kekuasaan belaka atas barang yang disewa itu. Selain

melaksanakan kewajiban, para pihak juga harus memenuhi hak yang seharusnya

didapatkan oleh masing-masing pihak, seperti pihak yang menyewakan harus

menyewakan rumahnya dalam keadaan yang layak untuk disewa, dan pihak

penyewa harus membayar uang sewa sesuai seperti yang disepakati dengan pihak

yang menyewakan rumah tersebut.

Peraturan tentang sewa-menyewa yang termuat dalam bab ketujuh dari

Buku III KUH Perdata berlaku untuk segala macam sewa menyewa, mengenai

semua jenis barang, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang memakai

waktu tertentu maupun yang tidak memakai waktu tertentu, oleh karena “waktu

tertentu” bukan syarat mutlak untuk perjanjian sewa-menyewa.

11

Hak dan kewajiban merupakan akibat hubungan hukum yaitu hubungan

yang diatur oleh hukum. Hubungan antara dua orang, misalnya janji untuk

(8)

menimbulkan hak dan kewajiban, bukanlah perikatan dalam pengertian hukum,

sebab hak dan kewajiban tersebut bukan lahir dari hubungan hukum. Namun,

tidak berarti semua hubungan yang diatur oleh hukum dianggap sebagai perikatan

dalam pengertian hukum. Untuk menentukan apakah suatu hubungan hukum

merupakan perikatan dalam pengertian hukum atau tidak, pada mulanya para

sarjana mempergunakan ukuran dapat tidaknya dinilai dengan uang. Bilamana

suatu hubungan hukum, hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dapat dinilai

dengan uang, hubungan tersebut adalah perikatan.12

Hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban dalam perikatan

tersebut adalah antara dua pihak. Pihak yang berhak atas prestasi (pihak yang

aktif) adalah kreditur atau orang yang berpiutang. Sedangkan pihak yang

berkewajiban memenuhi prestasi (pihak yang pasif) adalah debitur atau orang

yang berutang. Kreditur dan debitur inilah yang disebut subyek perikatan.13

Persoalan kapan lahirnya perjanjian adalah sangat penting untuk diketahui

dan ditetapkan,adakalanya terjadi perubahan dalam peraturan

perundang-undangan yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan perjanjian, beralihnya

risiko dalam perjanjian, tempat lahirnya dan ditutupnya perjanjian dan

sebagainya.14

12

Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, cetakan ketiga, Bandung,2004, hal 196.

13

Ibid., hal 197 14

Ibid., hal 207

Perjanjian sewa-menyewa rumah, si penyewa diwajibkan melakukan

pembetulan-pembetulan kecil dalam sehari-hari. Pasal 1583 KUH Perdata

memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksudkan dengan

(9)

“Jika tidak ada perjanjian, maka dianggap sebagai demikian

pembetulan-pembetulan pada lemari toko, tutupan jendela, kunci-kunci dalam,

kaca-kaca jendela, baik di dalam maupun di luar rumah dan segala sesuatu yang

dianggap termasuk itu, menurut kebiasaan setempat”.

Berhubung dengan semakin banyaknya kasus mengenai perjanjian

sewa-menyewa yang melanggar isi dari perjanjian tersebut. Salah satu contoh kasus

menegenai perjanjian sewa-menyewa terdapat di dalam kasus Putusan perkara

Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Kasus tersebut mengenai perjanjian

menyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya. Perjanjian

sewa-menyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya tersebut membuat masalah

diantara pihak yang membuat perjanjian. Sehingga tidak ada batasan waktu kapan

penyewa harus mengakhiri masa sewanya. Berdasarkan kasus yang terdapat di

dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn tersebut, penulis

mencoba meninjau lebih lanjut mengenai kasus tersebut dengan menganalisis

batas waktu di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka terdapat

beberapa pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi ini.

Pokok permasalahan yang dimaksud adalah :

1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pihak dalam Putusan

(10)

2. Bagaimanakah akibat hukumnya jika di dalam perjanjian sewa-menyewa

rumah tidak disebutkan batas waktunya ?

3. Bagaimanakah pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata

No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn ?

C. Tujuan Penulisan

Setiap penulisan skripsi tentu mempunyai tujuan pembahasan penulisan.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak yang

terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah pada Putusan Perkara

Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn.

2. Untuk mengetahui akibat hukum yang terjadi di dalam perjanjian

sewa-memyewa rumah apabila tidak disebutkan batas waktunya.

3. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum yang terdapat pada

Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn di dalam

menyelesaikan perkara perdata di antara pihak yang terkait di dalam

perjanjian sewa-menyewa rumah.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain :

1. Secara teoretis, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa

(11)

perjanjian sewa-menyewa rumah. Penulisan ini dapat dijadikan bahan

kajian untuk menambah pengetahuan bagi perkembangan hukum dalam

masalah perjanjian sewa-menyewa rumah, serta diharapkan mampu

membuka cakrawala berpikir dalam menilai tentang masalah yang timbul

terhadap perjanjian sewa-menyewa rumah.

2. Secara praktis, adalah untuk memberikan masukan sekaligus pengetahuan

kepada para pihak baik penyewa maupun yang menyewakan dalam

melakukan kegiatan sewa-menyewa rumah mengenai hak dan kewajiban

masing-masing pihak, dapat menjadi bahan pertimbangan masyarakat pada

umumnya untuk menghindari permasalahan yang mungkin dapat terjadi di

dalam melakukan perjanjian sewa-menyewa rumah, khususnya di antara

para pihak yang membuat perjanjian

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode,sistematika,dan pemikiran tertentu , yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam

terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan

atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang

bersangkutan.15

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini sebagai

berikut :

15

(12)

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk

menganalisa Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi

Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn), maka metode

penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif

yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum

yang ada pada masyarakat.

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah kasus (studi

kasus/case study) yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.16

2. Sumber data

Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data

sekunder dan didukung data primer. Data primer yaitu data yang secara langsung

diperoleh, data primer yang diperoleh yaitu dari Pengadilan Negeri Medan. Data

sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil studi pustaka, tulisan ilmiah dan

berbagai sumber tulisan tangan lainnya.Data sekunder didapatkan melalui :

a. Bahan Hukum Primer yaitu Putusan Perkara Perdata

No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn, bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan di bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) maupun

literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas.

16

(13)

b. Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku,

pendapat-pendapat pakar hukum, rancangan undang-undang, dan

hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

c. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum

yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus, ensiklopedia,

makalah dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.

3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu

memberikan gambaran dan memaparkan sebagian atau keseluruhan dari objek

yang diteliti yang bersumber dari data sekunder yang didukung oleh data primer

yaitu putusan pengadilan dan selanjutnya data tersebut dianalisis secara kualitatif

sehingga memperoleh suatu kesimpulan.17

4. Analisis Data

Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan,

putusan Pengadilan Negeri Medan, dan hasil penelitian ini menggunakan analisa

kualitatif, dan beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan

skripsi ini.

F. Keaslian Penulisan

Masalah sewa-menyewa diatur dalam Buku III Bab VII Pasal 1547-1600

KUH Perdata. Ketentuan tersebut berlaku untuk segala macam sewa-menyewa,

17

(14)

mengenai semua jenis barang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik barang

yang memakai jangka waktu tertentu maupun tidak memakai jangka waktu

tertentu.

Untuk mengetahui keaslian penulisan skripsi ini, sebelum melakukan

penulisan “Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam Perjanjian

Sewa-Menyewa Rumah” (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata

No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn)”, terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi

yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, serta hasil penelitian baik itu

dari media elektronik yang ditelusuri tidak ada kesamaan dalam penulisan judul

skripsi ini. Selain itu, Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan

Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 23 Desember

2014 menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama.Sekalipun ada, hal tersebut di

luar sepengetahuan penulis dan tetntu saja substansinya berbeda dengan substansi

yang ada pada skripsi ini. Permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam

penulisan skripsi ini merupakan hasil olah pikir sendiri. Maka dengan demikian

keaslian penulisan ini dapat terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan suatu skripsi harus terdapat keteraturan agar terciptanya

karya ilmiah yang baik. Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka akan

dibuat sistematika secara teratur daoam bagian-bagian yang berhubungan satu

(15)

Sistematika tersebut dibagi dalam beberapa bab yang saling

berkesinambungan antara bab yang satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika

tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I :PENDAHULUAN.

Pada bab ini diuraikan latar belakang yaitu apa yang melatarbelakangi penulis

mengangkat judul tersebut, perumusan masalah yaitu hal yang menjadi

permasalaham skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan yaitu maksud dari penulis

dalam menulis skripsi ini, metode penelitian yaitu metode yang digunakan penulis

dalam mengkaji permasalahan yang ada pada skripsi ini, dan keaslian penulisan

yaitu bahwa skripsi tentang Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam

Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata

No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn) belum pernah dibahas sebelumnya di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN.

Bab ini berisikan hukum perikatan pada umumnya, yang terdiri dari pengertian

perikatan, sumber-sumber perikatan, sistem terbuka dalam hukum perikatan.

Selain itu, pada bab ini juga dibahas pengaturan mengenai perjanjian yang terdiri

dari syarat sahnya perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, berakhirnya suatu

perjanjian.

BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

SEWA-MENYEWA.

Bab ini berisikan tentang pengertian perjanjian sewa-menyewa yaitu membahas

pengertian perjanjian sewa-menyewa dengan lebih luas, para pihak yang terkait di

(16)

terkait di dalam membuat suatu perjanjian dan bagaimana kewajiban yang harus

dilakukan oleh para pihak, dan usnur-unsur perjanjian sewa-menyewa merupakan

pembahasan mengenai hal-hal apa saja yang terkait di dalam membuat suatu

perjanjian.

BAB IV :ANALISIS TERHADAP BATAS WAKTU DI DALAM

PERJANJIAN SEWA-MENYEWA RUMAH.

Pada bab ini dilakukan studi kasus terhadap Putusan Perkara Perdata

No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Penulis juga membuat suatu kasus posisi di dalam

bab ini agar lebih mudah dalam menganalisis kasus tersebut. Sebagai kelanjutan

bab sebelumnya, bab ini akan membahas perlindungan hukum bagi para pihak,

akibat hukum jika di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah tidak disebutkan

batas waktunya, pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata

No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Pada bab ini juga disertai amar putusan serta

tanggapan terhadap Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/PN-Mdn.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.

Bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari

ketiga pembahasan yang telah ada sebelumnya. Setelah mendapatkan kesimpulan

dari pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat menciptakan saran dalam

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM 491) PREDIKAT KINERJA DARI SELURUH PROGRAM (PROGRAM 1 s.d. PROGRAM 491) Faktor pendorong keberhasilan

BAB 2 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

Bertambahnya Modilover Yamaha Mio yang tidak memiliki ide atau gagasan dalam hal memodifikasi motor Yamaha Mio dan mereka lebih mengandalkan media-media yang memiliki informasi

Perindag Manokwari Prosentase Pelatihan Manajemen Keuangan 100% Terselenggaranya Pelatihan Manajemen Keuangan 1 Kegiatan Meningkatnya Kemampuan Aparatur dalam Bidang keuangan.

Kehadiran software akhir-akhir ini khususnya Microsoft Access dan Visual Basic merupakan salah satu solusidalam pemecahan masalah saat ini, dengan berkembangnya berbagai macan

Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti terjun langsung ke lapangan dengan menggunakan sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian

2, penahanan yang dilakukan oleh pe jabat yang berwenang terhadap seseorang atau beberapa orang yang diduga me- lakvfcan perbuatan pidana dan perkara yang sedang dipe- rikea itu

Tugas Akhir ini merupakan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat menerapkan ilmu-ilmu yang sudah didapat dalam perkuliahan dan sebagai sarana untuk mengetahui dunia kerja