* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan. Bahkan jika dibandingkan
dengan makhluk lain, manusia adalah merupakan makhluk yang memiliki
kebutuhan yang sangat kompleks. Tidak saja kebutuhan lahiriah, tetapi juga
kebutuhan bathiniah. Mulai dari soal pernafasan sampai kepada cara-cara
menyelenggarakan kematian. Bagi mereka yang merasa haus, merasa butuh
minum. Bagi mereka yang ingin bepergian mereka membutuhkan transportasi.
Mereka yang ingin mengetahui tentang sesuatu,membutuhkan ilmu.1
Pada prinsipnya masyarakat mengalami perkembangan, semula
masyarakat sederhana kemudian berkembang menjadi semakin kompleks. Adanya
perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan perkembangan hukum yang
berlaku. Keduanya dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan
masyarakat tersebut dapat menimbulkan perubahan di bidang hukum sesuai
dengan pergaulan hidup setiap orang yang memiliki kebutuhan dan kepentingan
yang berbeda-beda. Kebutuhan dan kepentingan masyarakat dapat
diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisiologis, seperti makanan, minuman,
1
pakaian, perumahan, kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman,
kebutuhan akan kerja sama yang saling menguntungkan.2
2
Berbagai hubungan antara individu di dalam masyarakat sebagai akibat
dari kenakeragaman kepentingan yang ada di dalam kehidupan sosial. Agar tidak
timbul kekacauan di dalam masyarakat, diperlukan peraturan-peraturan yang
mampu menjamin stabilitas para anggota masyarakat. Maksudnya, diperlukan
aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan kesadaran tiap-tiap individu di
dalam masyarakat.3
Setiap manusia untuk melangsungkan hidupnya harus bekerja sama
dengan manusia lain di sekitarnya. Apabila manusia menjalin kerja sama dengan
orang lain maka kemungkinan kebutuhan hidupnya secara minimal akan dapat
terpenuhi sehingga dapat hidup layak. Hubungan kerja sama yang dilakukan oleh
masyarakat tersebut menimbulkan perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan oleh
hukum, seperti, jual beli, sewa-menyewa, hibah, wasiat, dan beberapa
perbuatan-perbuatan lainnya yang diperbolehkan.
Hidup bermasyarakat memiliki konsekuensi tersendiri bagi
individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Salah satu konsekuensi yakni rasa
tanggung jawab masing-masing individu akan keutuhan dan kelancaran hidup
sosial. Perasaan demikian tidak timbul dengan sendirinya, melainkan harus
ditanamkan sedini mungkin, terutama bagi masyarakat yang heterogen.
4
Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang
dalam hubungan hidup bermasyarakat atau bernegara disertai sanksi yang tegas
apabila dilanggar.5
Tujuan hukum memberikan peraturan-peraturan (petunjuk, pedoman)
dalam pergaulan hidup, untuk melindungi individu dalam hubungannya dengan
masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diharapkan terwujud suatu keadaan
aman, tertib, dan adil.6
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat.
Hukum sangat terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Dalam konteks
hubungan sosial masyarakat, dimensi hukum dapat dipahami sebagai kaidah atau
norma yang merupakan petunjuk hidup dan pedoman perilaku yang pantas atau
diharapkan. Hukum bermaksud mengatur tata tertib masyarakat. Oleh karena itu,
ketika petunjuk hidup tersebut yang berisi perintah atau larangan ini dilanggar,
maka dapat menimbulkan tindakan dalam bentuk pemberian sanksi dari
pemerintah atau penguasa masyarakat.
Hukum tersebut memiliki 4 (empat) unsur :
2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang.
3. Peraturan bersifat memaksa, artinya bahwa setiap orang harus patuh
atau taat kepada hukum.
4. Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas.7
Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh
hukum, karena akibat tersebut dianggap menjadi kehendak dari yang melakukan
perbuatan itu. Perbuatan hukum dapat bersifat sederhana dan perbuatan hukum
yang bersifat tidak sederhana. Perbuatan hukum yang bersifat sederhana
merupakan perbuatan hukum yang bersegi satu, ialah apabila hanya merupakan
6
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 133.
7
satu kejadian saja atau apabila akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak
seorang saja yaitu orang yang yang melakukan perbuatan itu, seperti pembuatan
surat wasiat. Perbuatan hukum yang bersifat tidak sederhana merupakan
perbuatan hukum yang bersegi dua atau lebih, perbuatan hukum ini akibat
hukumnya ditimbulkan oleh kehendak dari dua atau lebih subyek hukum, seperti
sewa-menyewa, jual-beli, perjanjian kredit,semua perjanjian dan perikatan, seperti
yang disebutkan dalam Pasal 1313 KUH Perdata.8
Salah satu kebutuhan manusia yang terpenting adalah tempat tinggal.
Adanya pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan banyak
penduduk yang kekurangan tempat tinggal rumah maupun tempat usaha. Salah
satu cara untuk mengatasi kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal adalah
dengan cara menambah jumlah rumah. Sebagian masyarakat tersebut tidak semua
bisa membangun rumah. Hal ini dikarenakan taraf ekonomi dari lapisan
masyarakat yang berbeda-beda. Bagi masyarakat yang taraf perekonomiannya
mampu untuk membangun rumah tersebut, mereka dapat menyewakan
rumah-rumah mereka kepada orang-orang yang membutuhkan dan tidak mampu untuk
membangun rumah. Masyarakat yang perekonomiannya golongan kebawah tidak Para pihak yang terkait didalam perbuatan hukum tersebut dapat secara
tertulis yang disebut sebagai perjanjian atau kontrak. Pihak yang terkait di dalam
suatu perjanjian tertulis memiliki kebebasan dalam hal membuat perjanjian.
Sehingga para pihak dapat leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak
melanggar ketertiban umum atau kesusilaan. Perjanjian yang dibuat oleh kedua
pihak memiliki unsur mengikat diantara keduanya.
8
mampu untuk membeli rumah ataupun membangun rumah mereka sendiri.
Sehingga mereka memilih untuk menyewa rumah dengan harga yang dapat
dijangkau mereka.
Perjanjian sewa-menyewa merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus
yang sering dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian sewa-menyewa
yang dilakukan oleh para pihak tersebut merupakan salah satu dari bentuk
hubungan-hubungan hukum yang sekarang ini sering dilakukan oleh seseorang
demi memenuhi kebutuhannya. Sewa-menyewa,seperti halnya dengan jual-beli
dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya,adalah suatu perjanjian konsensual.
Artinya, perjanjian itu sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai
unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga.9
Meskipun sewa-menyewa adalah suatu perjanjian yang konsensual, namun
oleh undang-undang diadakan perbedaan antara sewa-menyewa tertulis dan lisan.
Jika sewa-menyewa itu diadakan secara tertulis, maka sewa-menyewa itu berakhir
demi hukum(otomatis) apabila waktu yang ditentukan sudah habis, tanpa
diperlukannya sesuatu pemberitahuan pemberhentian itu. Sebaliknya, kalau
sewa-menyewa tidak dibuat secara tertulis,maka sewa itu tidak berakhir pada waktu
yang ditentukan,melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada
si penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya, pemberitahuan mana harus
dilakukan dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut
kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu, maka dianggaplah
bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama. Perihal sewa tertulis itu
9
diatur dalam Pasal 1570 KUH Perdata dan perihal sewa yang tidak tertulis diatur
dalam Pasal 1571 KUH Perdata.10
Perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak menimbulkan hak dan
kewajiban diantara keduanya. Kewajiban yang timbul diantara keduanya harus
dilaksanakan demi berlangsungnya perjanjian yang baik. Kewajiban pihak yang
satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak lain, sedangkan
kewajiban pihak yang kedua ini adalah membayar harga sewa. Jadi, barang
diserahkan tidakuntuk dimiliki seperti halnya dalam jual beli, tetapi hanya untuk
dipakai, dinikmati kegunaannya. Dengan demikian maka penyerahan hanya
bersifat menyerahkan kekuasaan belaka atas barang yang disewa itu. Selain
melaksanakan kewajiban, para pihak juga harus memenuhi hak yang seharusnya
didapatkan oleh masing-masing pihak, seperti pihak yang menyewakan harus
menyewakan rumahnya dalam keadaan yang layak untuk disewa, dan pihak
penyewa harus membayar uang sewa sesuai seperti yang disepakati dengan pihak
yang menyewakan rumah tersebut.
Peraturan tentang sewa-menyewa yang termuat dalam bab ketujuh dari
Buku III KUH Perdata berlaku untuk segala macam sewa menyewa, mengenai
semua jenis barang, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang memakai
waktu tertentu maupun yang tidak memakai waktu tertentu, oleh karena “waktu
tertentu” bukan syarat mutlak untuk perjanjian sewa-menyewa.
11
Hak dan kewajiban merupakan akibat hubungan hukum yaitu hubungan
yang diatur oleh hukum. Hubungan antara dua orang, misalnya janji untuk
menimbulkan hak dan kewajiban, bukanlah perikatan dalam pengertian hukum,
sebab hak dan kewajiban tersebut bukan lahir dari hubungan hukum. Namun,
tidak berarti semua hubungan yang diatur oleh hukum dianggap sebagai perikatan
dalam pengertian hukum. Untuk menentukan apakah suatu hubungan hukum
merupakan perikatan dalam pengertian hukum atau tidak, pada mulanya para
sarjana mempergunakan ukuran dapat tidaknya dinilai dengan uang. Bilamana
suatu hubungan hukum, hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dapat dinilai
dengan uang, hubungan tersebut adalah perikatan.12
Hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban dalam perikatan
tersebut adalah antara dua pihak. Pihak yang berhak atas prestasi (pihak yang
aktif) adalah kreditur atau orang yang berpiutang. Sedangkan pihak yang
berkewajiban memenuhi prestasi (pihak yang pasif) adalah debitur atau orang
yang berutang. Kreditur dan debitur inilah yang disebut subyek perikatan.13
Persoalan kapan lahirnya perjanjian adalah sangat penting untuk diketahui
dan ditetapkan,adakalanya terjadi perubahan dalam peraturan
perundang-undangan yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan perjanjian, beralihnya
risiko dalam perjanjian, tempat lahirnya dan ditutupnya perjanjian dan
sebagainya.14
12
Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, cetakan ketiga, Bandung,2004, hal 196.
13
Ibid., hal 197 14
Ibid., hal 207
Perjanjian sewa-menyewa rumah, si penyewa diwajibkan melakukan
pembetulan-pembetulan kecil dalam sehari-hari. Pasal 1583 KUH Perdata
memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksudkan dengan
“Jika tidak ada perjanjian, maka dianggap sebagai demikian
pembetulan-pembetulan pada lemari toko, tutupan jendela, kunci-kunci dalam,
kaca-kaca jendela, baik di dalam maupun di luar rumah dan segala sesuatu yang
dianggap termasuk itu, menurut kebiasaan setempat”.
Berhubung dengan semakin banyaknya kasus mengenai perjanjian
sewa-menyewa yang melanggar isi dari perjanjian tersebut. Salah satu contoh kasus
menegenai perjanjian sewa-menyewa terdapat di dalam kasus Putusan perkara
Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Kasus tersebut mengenai perjanjian
menyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya. Perjanjian
sewa-menyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya tersebut membuat masalah
diantara pihak yang membuat perjanjian. Sehingga tidak ada batasan waktu kapan
penyewa harus mengakhiri masa sewanya. Berdasarkan kasus yang terdapat di
dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn tersebut, penulis
mencoba meninjau lebih lanjut mengenai kasus tersebut dengan menganalisis
batas waktu di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka terdapat
beberapa pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi ini.
Pokok permasalahan yang dimaksud adalah :
1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pihak dalam Putusan
2. Bagaimanakah akibat hukumnya jika di dalam perjanjian sewa-menyewa
rumah tidak disebutkan batas waktunya ?
3. Bagaimanakah pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata
No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn ?
C. Tujuan Penulisan
Setiap penulisan skripsi tentu mempunyai tujuan pembahasan penulisan.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak yang
terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah pada Putusan Perkara
Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn.
2. Untuk mengetahui akibat hukum yang terjadi di dalam perjanjian
sewa-memyewa rumah apabila tidak disebutkan batas waktunya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum yang terdapat pada
Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn di dalam
menyelesaikan perkara perdata di antara pihak yang terkait di dalam
perjanjian sewa-menyewa rumah.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain :
1. Secara teoretis, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa
perjanjian sewa-menyewa rumah. Penulisan ini dapat dijadikan bahan
kajian untuk menambah pengetahuan bagi perkembangan hukum dalam
masalah perjanjian sewa-menyewa rumah, serta diharapkan mampu
membuka cakrawala berpikir dalam menilai tentang masalah yang timbul
terhadap perjanjian sewa-menyewa rumah.
2. Secara praktis, adalah untuk memberikan masukan sekaligus pengetahuan
kepada para pihak baik penyewa maupun yang menyewakan dalam
melakukan kegiatan sewa-menyewa rumah mengenai hak dan kewajiban
masing-masing pihak, dapat menjadi bahan pertimbangan masyarakat pada
umumnya untuk menghindari permasalahan yang mungkin dapat terjadi di
dalam melakukan perjanjian sewa-menyewa rumah, khususnya di antara
para pihak yang membuat perjanjian
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode,sistematika,dan pemikiran tertentu , yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara
menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam
terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang
bersangkutan.15
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini sebagai
berikut :
15
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk
menganalisa Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi
Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn), maka metode
penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif
yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum
yang ada pada masyarakat.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah kasus (studi
kasus/case study) yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.16
2. Sumber data
Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data
sekunder dan didukung data primer. Data primer yaitu data yang secara langsung
diperoleh, data primer yang diperoleh yaitu dari Pengadilan Negeri Medan. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil studi pustaka, tulisan ilmiah dan
berbagai sumber tulisan tangan lainnya.Data sekunder didapatkan melalui :
a. Bahan Hukum Primer yaitu Putusan Perkara Perdata
No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn, bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) maupun
literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas.
16
b. Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku,
pendapat-pendapat pakar hukum, rancangan undang-undang, dan
hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
c. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum
yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus, ensiklopedia,
makalah dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.
3. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu
memberikan gambaran dan memaparkan sebagian atau keseluruhan dari objek
yang diteliti yang bersumber dari data sekunder yang didukung oleh data primer
yaitu putusan pengadilan dan selanjutnya data tersebut dianalisis secara kualitatif
sehingga memperoleh suatu kesimpulan.17
4. Analisis Data
Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan,
putusan Pengadilan Negeri Medan, dan hasil penelitian ini menggunakan analisa
kualitatif, dan beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan
skripsi ini.
F. Keaslian Penulisan
Masalah sewa-menyewa diatur dalam Buku III Bab VII Pasal 1547-1600
KUH Perdata. Ketentuan tersebut berlaku untuk segala macam sewa-menyewa,
17
mengenai semua jenis barang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik barang
yang memakai jangka waktu tertentu maupun tidak memakai jangka waktu
tertentu.
Untuk mengetahui keaslian penulisan skripsi ini, sebelum melakukan
penulisan “Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam Perjanjian
Sewa-Menyewa Rumah” (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata
No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn)”, terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi
yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, serta hasil penelitian baik itu
dari media elektronik yang ditelusuri tidak ada kesamaan dalam penulisan judul
skripsi ini. Selain itu, Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan
Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 23 Desember
2014 menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama.Sekalipun ada, hal tersebut di
luar sepengetahuan penulis dan tetntu saja substansinya berbeda dengan substansi
yang ada pada skripsi ini. Permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam
penulisan skripsi ini merupakan hasil olah pikir sendiri. Maka dengan demikian
keaslian penulisan ini dapat terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan suatu skripsi harus terdapat keteraturan agar terciptanya
karya ilmiah yang baik. Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka akan
dibuat sistematika secara teratur daoam bagian-bagian yang berhubungan satu
Sistematika tersebut dibagi dalam beberapa bab yang saling
berkesinambungan antara bab yang satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika
tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I :PENDAHULUAN.
Pada bab ini diuraikan latar belakang yaitu apa yang melatarbelakangi penulis
mengangkat judul tersebut, perumusan masalah yaitu hal yang menjadi
permasalaham skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan yaitu maksud dari penulis
dalam menulis skripsi ini, metode penelitian yaitu metode yang digunakan penulis
dalam mengkaji permasalahan yang ada pada skripsi ini, dan keaslian penulisan
yaitu bahwa skripsi tentang Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam
Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata
No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn) belum pernah dibahas sebelumnya di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN.
Bab ini berisikan hukum perikatan pada umumnya, yang terdiri dari pengertian
perikatan, sumber-sumber perikatan, sistem terbuka dalam hukum perikatan.
Selain itu, pada bab ini juga dibahas pengaturan mengenai perjanjian yang terdiri
dari syarat sahnya perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, berakhirnya suatu
perjanjian.
BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
SEWA-MENYEWA.
Bab ini berisikan tentang pengertian perjanjian sewa-menyewa yaitu membahas
pengertian perjanjian sewa-menyewa dengan lebih luas, para pihak yang terkait di
terkait di dalam membuat suatu perjanjian dan bagaimana kewajiban yang harus
dilakukan oleh para pihak, dan usnur-unsur perjanjian sewa-menyewa merupakan
pembahasan mengenai hal-hal apa saja yang terkait di dalam membuat suatu
perjanjian.
BAB IV :ANALISIS TERHADAP BATAS WAKTU DI DALAM
PERJANJIAN SEWA-MENYEWA RUMAH.
Pada bab ini dilakukan studi kasus terhadap Putusan Perkara Perdata
No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Penulis juga membuat suatu kasus posisi di dalam
bab ini agar lebih mudah dalam menganalisis kasus tersebut. Sebagai kelanjutan
bab sebelumnya, bab ini akan membahas perlindungan hukum bagi para pihak,
akibat hukum jika di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah tidak disebutkan
batas waktunya, pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata
No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Pada bab ini juga disertai amar putusan serta
tanggapan terhadap Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/PN-Mdn.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.
Bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari
ketiga pembahasan yang telah ada sebelumnya. Setelah mendapatkan kesimpulan
dari pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat menciptakan saran dalam