• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi - Manajemen Kearsipan Pada Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak Dan Keluarga Berencana (PPAKB) Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi - Manajemen Kearsipan Pada Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak Dan Keluarga Berencana (PPAKB) Kota Tebing Tinggi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi

Pada suratus tiga puluh enam tahun yang lalu Kota Tebing Tinggi didiami suku bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari arsip lama, dimana dalam catatan tersebut dinyatakan Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada tahun 1864. Dari cerita – cerita rakyat yang dikisahkan dari orang – orang tua, dari sebuah Bandar si Simalungun berangkatlah seorang tua yang bergelar Datuk Banjar Kajum, meninggalkan kampong halamannya yang diikuti oleh beberapa penggawa dan inang pengasuhnya melalui Kerajaan Pajang menuju Asahan.

Dalam perjalanan ini tibalah di sebuah desa yang pertama dikunjunginya yang bernama Desa Tanjung Marulak yang sekarang menjadi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan.

Setelah beberapa tahun Datuk Bandar Kajum di Desa Tanjung Marulak, dikarenakan kelihaian Kolonalis Belanda dengan politik pecah belahnya, maka timbul sengketa dengan Kerajaan Raya yang berdekatan dengan Kerajaan Padang yang terletak di sebelahselatan, dan sengketa ini akhirnya meluas menjadi perang saudara. Untuk mempertahankan serangan ini Dattuk Bandar Kajum berhasil mencari tempat di sebuah dataran tinggi di tepi Sungai Padang, disinilah dia membangun kampong yang dipagari dengan benteng – benteng pertahanan. Kampung inilah yang disebut sekarang Kampung Tebing Tinggi Lama.

(2)

juga dibangun perkebunan besar yang berlokasi di sekitar Kota Tebing Tinggi (hinterland). Menjelang persiapan Tebing Tinggi menjadi Kota Otonom, maka dalam melaksanakan roda pemerintahannya pada tahun 1904 didirikan sebuah Badan Pemerintahan yang bernama Plaatselijkke Fonds oleh Cultuur Soematra Timoer. Dalam Perundang – undangan yang berlaku pada Desentralisasiewet yang ditetapkan pada tanggal 23 Juli 1903 (yang untuk selanjutnya dapat disebut Daerah Otonom Kota

Kecil Tebing Tinggi oleh Pemerintah Hindia Belanda, Pemerintah Kota Tebing Tinggi ditetapkan sebagai Daerah Otonom dengan system Desentralisasi). Pada tahun 1910 sebelum dilaksanakannya ZelfBestuur Padang (Kerajaan Padang) maka telah dibuat titik “ Pole Growth “ yaitu Pusat Perkembangan Kota sebagai jarak ukur antara Kota Tebing Tinggi dengan kota –kota disekitarnya. Patok Pole Growth tersebut terletak di tengah – tengah Taman Bunga di lokasi Rumah Sakit Umum Herna Tebing Tinggi. Untuk menunjang jalannya roda pemerintahan maka diadakan kutipan – kutipan berupa Cukai Pekan, Iuran Penerangan, dan lain – lain yang pada saat itu dapat berjalan dengan baik.

Pada masa Kota Tebing Tinggi menjadi Kota Otonom maka untuk melaksanakan Pemerintahan selanjutnya dibentuk Badan Gementeraad Tebing Tinggi, yang beranggotakan 9 orang dengan komposisi 5 orang bangsa Eropa, 3 orang bumiputra, 1 orang bangsa Timur Asing. Hal ini didasarkan kepada Akte Perjanjian Pemerintah Belanda dengan Sultan Deli, bahwa dalam lingkungan zelfbestuur didudukan orang asing Eropa yang ditambah dengan orang – orang timur asing.

(3)

atau kewajiban – kewajiban kepada rakyat kota. Selanjutnya Kota Tebing Tinggi sebagai Kota Otonom dapat juga dibaca dari tulisan J.J Mendelaar dalam “ Nota Bertrefende Degemente Tebing Tinggi “ yang dibuat sekitar bulan Juli 1930. Dalam salah satu bab dalam tulisan tersebut dinyatakan setelah beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasan pelaksanaan desentralisasi, maka pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Desentralisasiewet berdirilah Gemente Tebing Tinggi dengan Sterling Otrdanitie Van Statblaad yang berlaku sejak 1 Juli 1917. Maka sejak satu Juli merupakan hari jadi Kota Tebing Tinggi.

Pada masa pendudukan Jepang pelaksanaan pemerintahdi Kota Tebing Tinggi tidak lagi dilaksanakan oleh Dewan Kota yang bernama Gementeraad. Oleh Pemerintah Jepang digantikan dengan nama Dewan gementee Kota Tebing Tinggi. Menjelang Proklamasi (masih pada masa pendudukan Jepang) pemerintah di Kota Tebing Tinggi tidak berjalan dengan baik.

Pada tanggal 20 Nopember 1945, Dewan Kota disusun kembali dalam formasi keanggotaannya setelah mengalami banyak kemajuan, para anggota Dewan Kota teridiri dari pemuka masyarakat dengan anggota Komite Nasional Daerah. Dewan Kota ini juga tidak berjalan lama karena pada tanggal 13 Desember 1945 terjadi pertempuran dengan militer Jepang dan sampai sekarang terkenal dengan Peristiwa Berdarah 13 Desember 1945 yang diperingati oleh seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi setiap tahunnya.

(4)

Serikat, Dewan Kota dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1950 namun dalam proses pelaksanaannya Panitia Pemilihan belum sempat melaksanakan tugasnya Peraturan Pemerintah tersebut telah dibatalkan.

Menurut Undang – udang Nomor 1 Tahun 1957 pemerintahan di daerah Kota Tebing Tinggi menganut azas otonomi daerah yang seluas – luasnya dan dalam Undang – undang tersebut Daerah Kota Tebing Tinggi berhak mempunyai DPRD yang diambil dari hasil Pemilihan Umum tahun 1955. Dapat dilihat berdasarkan Undang – undang Darurat 1956 DPRD Peralihan Kota Tebing Tinggi hanya mempunyai 10 orang anggota.

Setelah dikeluarkannya Undang – undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok – pokok Pemerintahan di Daerah, pelaksanaan pemerintah Kota Tebing Tinggi sudah jauh lebih maju dibandingkan dengan pada masa sebelumnya dimana pemerintah daerah telah mempunyai perangkat yang cukup baik. Sebagai suatu daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam melaksanakan dan menjalankan roda pemerintahannya ternyata banyak mengalami hambatan oleh karena keterbatasan yang dialami daerah dalam mendukung pengadaan fasilitas – fasilitas yang dibutuhkan.

(5)

B. Visi dan Misi Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana (PPAKB) Kota Tebing Tinggi

VISI

“Peningkatan kualitas perempuan dan anak serta meningkatkan kesertaan masyarakat dalam ber KB”

MISI

1. Meningkatkan harkat dan martabat dan kualitas hidup perempuan dan perlindungan anak di Kota Tebing Tinggi

2. Membangun setiap keluarga untuk memiliki anak ideal cukup 2 (dua) yang sehat berpendidikan dan sejahtera

3. Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Kota Tebing Tinggi

C. Tujuan dan Sasaran Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana (PPAKB) Kota Tebing Tinggi

Guna mewujudkan tercapainya visi dan misi yang lebih terarah serta kegiatan yang akan dilaksanakan, Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Kota Tebing Tinggi menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, yakni :

Tujuan :

Yang menjadi tujuan dari Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Kota Tebing Tinggi adalah :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

2. Meningkatkan kedudukan dan peran perempuan yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender

(6)

4. Pengendalian jumlah penduduk

5. Setiap keluarga memiliki anak ideal (cukup dua) yang sehat, berpendidikan dan sejahtera

6. Meningkatkan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang berkualitas.

7. Meningkatan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) serta Perlindungan Anak.

Sasaran :

Sasaran diarahkan kepada masyarakat yang kurang mampu atau masyarakat miskin, masalah kesejahteraan Keluarga dan Perlindungan Anak.

D. Tujuan dan Program Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana (PPAKB) Kota Tebing Tinggi

TUJUAN DAN PROGRAM

Adapun untuk mencapai tujuan Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Kota Tebing Tinggi, maka dibuatlah beberapa program, yaitu : Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak :

1. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan.

2. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

3. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

4. Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan

Program Keluarga Berencana :

1. Program Keluarga Berencana

(7)

3. Program Pelayanan Kontrasepsi

4. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga E. Program dan Kegiatan Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan

Keluarga Berencana (PPAKB) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Tahun 2014 disusun berdasarkan anggaran berbasis gender diawali dengan penyusunan Gender Budgeting Statement (GBS) dan selanjutnya menyusun Term of Reference sebagaimana tercantum dalam Daftar GBS dan TOR Program dan Kegiatan Kantor Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Tahun 2014 yang terdiri dari program dan kegiatan sebagai berikut:

I. Program Administrasi Perkantoran Dengan Kegiatan Meliputi : 1. Penyediaan Surat Menyurat

2. Penyediaan Jasa Komunikasi, SDA dan Listrik 3. Penyediaan Jasa Peralatan dan Perlengkapan Kantor 4. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan

5. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 6. Penyediaan Alat Tulis Kantor

7. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan 8. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik 9. Penyediaan Makanan dan Minuman

10. Penyediaan Rapat – rapat Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah

II. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 1. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor

2. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor

3. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional III. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

(8)

IV. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

1. Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran 2. Penyusunan Laporan Keuangan Akhir Tahun

V. Program Keserasin Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

1. Kegiatan pelaksanaan sosialisasi yang terkait dengan Kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Uraian : Sosialisasi Perlindungan Perempuan dan Anak melalui Fasilitasi kebijakan ramah anak

Indikator : Terlaksananya sosialisasi dan pengembangan kebijakan Kota Layak Anak (KLA) untuk mewujudkan Kabupaten Malang menuju Layak Anak dan Hari Anak Nasional dan Perigatan Hari Ibu

Output : Fasilitasi pengembangan kebijakan anak di tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Kecamatan dan Desa/Kelurahan

Outcome : Pemenuhan hak – hak anak dan perempuan dalam rangka mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG)

2. Kegiatan Perumusan Kebijakan Peningkatan Kualitas dan Perlindungan Perempuan dan Anak di bidang IPTEK

(9)

Indikator : Terwujudnya Peraturan Bupati tindak lanjut Peraturan Daerah (Perda) terkait Perlindungan Perempuan dan Hak Anak

Output : Peraturan Bupati tentang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak

Outcome : Perempuan dan anak mendapatkan perlindungan dan hak universal yang berkeadilan dimata hukum dan HAM

VI. Kegiatan Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender

1. Kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Jaringan Kelembagaan Pemberdayaan Permpuan dan Anak

Uraian : Mengembangkan jaringan, sinergi peran dan peningkatan koordinasi

Indikator : Terlaksananya Komunikasi dan Koordinasi Jaringan

Output : Terbentuknya jaringan lintas instansi dan LSM pemerhati/penggiat perempuan dan anak

Outcome : Kualitas perlindungan masyarakat baik perempuan, laki – laki, tua dan muda lebih baik 2. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Gender

dan Anak

Uraian : Mengembangkan Sistem Informasi Gender dan Anak

Indokator : Tersusunnya buku profil gender/anak mengangkat issue pendidikan dan kesehatan

Output : Buku Profil Gender

(10)

dan sumber informasi yang tersaji secara akurat dan dapat dipertimbangkan

VII. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan

1. Bimbingan Manajemen bagi perempuan dalam mengelola usaha

Uraian : Pemberdayaan Perempuan Pengembang Ekonomi Lokal (P3EL)

Indikator : Terfasilitasinya kelompok perempuan pelaku usaha diberbagai kegiatan

Output : - Kelompok perempuan pelaku usaha mendapatkan fasilitasi bimbingan manajemen, pendampingan, pelatihan untuk meningkatkan usaha yang dijalankan sesuai dengan kebutuhannya

- Kelompok perempuan pelaku usaha mendapat bantuan peralatan yang dibutuhkan sesuai usahanya

Outcome : Adanya kemandirian dan kreatifitas dalam melakukan kegiatan usaha yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga

2. Pendidikan dan Pelatihan peran serta dan kesetaraan gender Uraian : Peningkatan kapasitas perempuan di sektor

publik

Output : Pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi perempuan

(11)

3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Uraian : Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Output : Akuntabilitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

Outcome : Akuntabilitas penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak

(12)

SUMBER

LAMPIRAN VII :

Sumber : Kantor PemberdayaanPerempuan, Anak dan KeluargaBerencana (PPAKB) Kota TebingTinggi (2014)

Gambar 2.1 BAGAN INSTANSI

KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA (PPAKB)

KOTA TEBING TINGGI

SEKSI PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

DAN KELUARGA SEJAHTERA SEKSI

KELUARGA BERENCANA SEKSI

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

ANAK

SUB BAGIAN TATA USAHA KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

Gambar

Gambar 2.1 BAGAN INSTANSI

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi yang menjadi objek penelitian ini pada Kecamatan Banda sakti tepatnya pada pusat Kota Lhokseumawe, terjadi perubahan pemanfaatan tata guna lahan khususnya

Hasil dari kegiatan ini antara lain Kegiatan persilangan tanaman terdiri dari beberapa tahapan antara lain penentuan tetua jantan dan betina, isolasi bunga jantan dan betina,

Berbagai jenis kacang-kacangan selain kedelai diantaranya kacang tunggak, kacang komak, kacang jogo dan kacang bogor sangat potensial untuk diproses menjadi tempe namun memadai

Contoh tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab tuturan itu dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam

Kontribusi komunikasi pada kedua teori pembangunan terdahulu, menimbulkan banyak kritik seperti tidak cukup bukti, untuk mengatakan bahwa media massa berperan besar

7XMXDQ GDUL SHQHOLWLDQ LQL DGDODK XQWXN PHQGHVNULSVLNDQ KDVLO NHWHUDPSLODQ SURVHV VDLQV VLVZD NHODV 9,, PHODOXL SHQHUDSDQ /.6 EHUEDVLV 3UREOHP %DVHG /HDUQLQJ 3%/ SDGD PDWHUL

14 Hal yang bisa menjadi catatan penting dalam catatan Cloete ini adalah bahwa pergeseran otoritas keagamaan tidak sekedar berubah dari sisi institusional, Ulama dan buku

(4) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui