• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Gambaran Kebahagiaan Lansia yang Tinggal Sendiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Gambaran Kebahagiaan Lansia yang Tinggal Sendiri"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap manusia akan mengalami suatu proses kehidupan. Semakin berkembang dan bertambahnya usia menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh individu yang menjalani suatu kehidupan. Dimulai dari masa prenatal, kanak-anak, remaja, berkembang menjadi dewasa sampai akhirnya lanjut usia. Lanjut usia menjadi suatu tahap akhir yang akan dijalani ketika individu diberikan umur yang panjang. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2010, tercatat sekitar 200 ribu orang yang berusia antara 60-65 tahun dan sekitar 500 orang yang berusia diatas 65 tahun (Iqbal, 2014).

Individu yang dinyatakan sebagai lanjut usia adalah orang tua muda (usia 65 sampai 74 tahun), orang tua yang sudah tua (usia 75-84 tahun) dan usia tua akhir yaitu 85 tahun ke atas (Batles, Smith & Staudinger, Charness & Bossman, 1992 ; Neugarten, 1980 dalam Santrock, 1995). Papalia (2009) juga mengemukakan individu yang berumur 65-74 tahun dapat dinyatakan sebagai lanjut usia muda dan lanjut usia tua berusia 75-84 tahun.

(2)

perubahan-perubahan tersebut termasuk mengenai pengaturan pola kehidupan atau tempat tinggal. Newman and Newman (2006), mengemukakan beberapa pola kehidupan bagi para lanjut usia yaitu lanjut usia yang tinggal sendiri di rumah sendiri, tempat tinggal alternatif, tinggal di dalam institusi perawatan dan migrasi antar negara. Tinggal sendiri menjadi salah satu pola hidup yang meningkat di Amerika pada tahun 2008.

Tinggal sendiri mulai mengalami peningkatan dapat dikarenakan berbagai penyebab yang melatarbelakangi, salah satunya adalah tuntutan kehidupan yang semakin tinggi. Di Indonesia, terjadinya perubahan bentuk keluarga yang sifatnya

extended family menjadi sebuah keluarga berbentuk nuclear family berdampak pada kesempatan orang tua untuk tinggal dan dirawat oleh anak-anaknya dahulu namun sekarang hal itu jarang terjadi (Monks, 1998). Hal ini senada dengan pernyataan partisipan:

“Iya, anak-anak mau kerja, terus ada yang cari nafkah di luar kota jadi ya mau gimana, semua ada urusannya masing-masing. Mau tinggal sama mereka tapi ya nanti juga susah. Semuanya sibuk, ya jarang-jarang jadinya ketemu paling pas ada waktu aja datang lihat nenek. Tapi ya gimana repot

mereka.” (Komunikasi Personal, November 2013)

(3)

yang tinggal bersama dengan orang lain. Kesepian yang dirasakan oleh lanjut usia dapat menjadi salah satu kontribusi terbesar yang dikaitkan dengan psychological well-being yang rendah. Belsky (1990) menambahkan bahwa kesepian sering dirasakan oleh para lanjut usia yang hidup mandiri. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Yuliastuti (2009) dimana beberapa konsekuensi dapat dialami lanjut usia yang tinggal sendiri. Konsekuensinya adalah kesendirian seseorang dapat menimbulkan kesepian bagi dirinya terutama lanjut usia yang pernah menikah; kurang dukungan sosial dalam menghadapi suatu masalah; merasa ketakutan menjadi suatu korban kejahatan; masalah pendapatan yang mengakibatkan lanjut usia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Perbedaan tempat tinggal juga dapat menyebabkan lanjut usia mengalami perasaan tertekan apabila dirinya merasa terpisah dengan anggota lain terutama mereka yang sudah tidak bersama dengan pasangan hidupnya (Laengle & Probst dalam Gunarsa, 2004). Adanya keinginan lanjut usia untuk menghabiskan kebersamaan dengan orang-orang yang berarti untuk memenuhi kebutuhannya yaitu dicintai, dihargai dan persahabatan (Fingerman dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2004). Hal ini senada dengan pernyataan partisipan :

“Saya sih ingin ya ingin tinggal dong bersama anak dan cucu saya karena sendirian kan kek gini susah. Ee.. kalau ada cucu kan jadi rame, saya juga bisa mendengar tawa-tawa trus main sama mereka kan jadi ya nggak gini sendiri, ntah ngomong

sama siapa.” (Komunikasi Personal, 2014)

(4)

tiba-tiba jatuh bagaimana, masa mereka nggak tinggal dekat sama kita .”( Komunikasi Personal, 2014).

Fungsi tubuh yang mengalami penurunan di masa lanjut usia dapat menyebabkan mengalami resiko kecelakaan di rumah. Fenomena ini sering juga dikaitkan dengan lanjut usia dengan pola pengaturan tempat tinggal yaitu hidup sendiri (Qader,M.A ., Amin, R.M., Shah, S.A., Isa, Z.M., Latif, K.A, Ghazi, H.F, 2013). Lanjut usia yang mengalami kecelakaan dapat berakibat buruk terutama lanjut usia yang tidak bangkit dari jatuhnya (Wichkam C, Cooper C, Margetts, B.M, Baker, D.J, 1989). Kecelakaan yang pernah dialami dapat membuat lanjut usia merasa takut untuk mengalami peristiwa tersebut lagi terutama lanjut usia yang tinggal sendiri. Hal ini senada dengan partisipan;

“Ya saya pernah jatuh di rumah, nggak kuat namanya sudah

tua. Tubuh lemah kan mau gimana dong. Ya takut sih, takut untuk jatuh dan ngelakuin apa-apa jadinya. Awalnya ya takut dan sempat sedih ya karena sendiri di rumah tanpa orang lain terus ya jatuh gitu, mau minta tolong sama orang juga nggak bisa. Ya udah duduk dan berusaha sendiri kan untuk berdiri. Sedih sih sebetulnya ya kan. Tapi paling rasa itu sih takut nggak bisa berdiri makanya ya agak takut kalau ngalamin hal itu lagi.” (Komunikasi Personal, 2014)

(5)

menggunakan alkohol, menurunnya tingkat aktivitas -aktivitas & olahraga yang dilakukan serta memiliki pola makan yang buruk (Amelia, 2009). Oleh karena itu, diperlukan adanya emosi positif.

Emosi positif sangat diperlukan oleh lanjut usia. Emosi positif sering dikaitkan dengan usia dan kesehatan yang dimiliki oleh lanjut usia. Hurlock (2000) juga menyatakan Lanjut usia yang bahagia lebih mampu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dirinya dapat menikmati hari-harinya. Kebahagiaan yang dimiliki seseorang dapat mencegah individu dari penurunan fisik sehingga dapat berpengaruh kepada kesehatan dan umur yang dimiliki oleh individu tersebut (Ostir et al., 2000 dalam Diener & Chan, 2011). Ma Qing Quo, M.S & Kai Wang, Ph.D (2009) menambahkan individu yang memiliki kebahagiaan cenderung lebih kreatif, inovatif dan fleksibilitas. Hal ini sejalan dengan kriteria dari successful aging, lanjut usia yang dapat dinyatakan berhasil apabila terhindar dari segala penyakit, memiliki fungsi kognitif dan fisik yang tinggi dan keterlibatan yang aktif dalam kehidupan sosial serta produktif (Rowe & Kahn, 1997 dalam Santrock, 2007).

(6)

Kebahagiaan pada masa sekarang terbagi dalam gratifikasi (Gratification) dan kenikmatan (Pleasure). Pleasure dibagi ke dalam (savoring), kecermatan dan habituasi. Sedangkan kebahagiaan yang ditujukan kepada masa depan melibatkan kepercayaan (trust), harapan (hope), Optimisme, Keyakinan (faith) dan kepercayaan diri (Confidence).

Kekuatan karakter dari individu tersebut juga dapat mempengaruhi kebahagiaan orang tersebut. Seligman (2004) menyatakan terdapat 24 karakter positif yaitu love of learning, open-mindedness, originality, emotional intelligence, curiousity (rasa penasaran), perspective, bravery, perseverance, honesty, kindness, loving and allowing oneself to beloved, loyalty, fairness, leadership, self control, caution, humility, appreciation of beauty and intelegence, gratitude, hope, religiousness, forgiveness, humor and enthuasim.

(7)

aktivitas-aktivitas yang produktif. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melihat gambaran kebahagiaan pada Lanjut Usia yang tinggal sendiri.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka pertanyaan penelitian adalah bagaimana gambaran kebahagiaan Lansia yang tinggal sendiri?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana gambaran kebahagiaan yang sebenarnya pada Lansia yang tinggal sendiri.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini, antara lain : 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pada perkembangan psikologi, khususnya psikologi klinis mengenai kebahagiaan pada Lanjut Usia yang tinggal sendiri

b. Menjadi acuan selanjutnya bagi pihak yang tertarik dengan topik atau permasalahan yang berhubungan dengan Lanjut Usia yang tinggal sendiri 2. Manfaat Praktis

(8)

b. Memberikan pengetahuan bagi lanjut usia yang tinggal sendiri tentang gambaran keuntungan dan konsekuensi sebenarnya yang dihadapi serta upaya dalam menghadapi masalah ketika tinggal sendiri.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan penelitian ini dirancang dengan susunan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam pembahasan penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah pengertian lanjut usia, masalah, perubahan-perubahan lanjut usia, pola tempat tinggal lanjut usia, keuntungan dan konsekuensi Lanjut Usia yang tinggal sendiri ; kemudian diikuti pengertian kebahagiaan, aspek kebahagiaan, efek kebahagiaan dan faktor yang mempengaruhi kebahagiaan

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang berisi tentang pendekatan kualitatif, partisipan penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, alat bantu pengumpulan data, serta prosedur penelitian

(9)

Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian, gambaran umum partisipan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan data-data penelitian dari teori yang relevan

Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Kepekatan air kelapa 15 % menyebabkan saat inisiasi akar pisang Ambon paling cepat yakni sekitar 14 hari dan tidak berbeda dengan pisang Kepok pada media dengan penambahan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa remaja putri di Sekolah Putri Darul Istiqamah Kabupaten Maros yang memiliki kebiasaan minum teh setelah makan

Untuk itu Tumaji & Putro (2018) mengusulkan model penggunaan Dana Desa untuk kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan (lihat tabel

Kondisi geokimia di komplek Gunung api Muria tersusun atas potasium berkadar rendah yang diperkirakan merupakan produk lelehan magma bertemperatur tinggi

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, adapun perumusan masalah dala penelitian ini adalah bagaimana cara merancang iklan komersial untuk tv

dengan dapatan kajian yang dilaksanakan oleh Primavitsari (2010) yang menggunakan teknik biofeedback dalam 320. membantu pelajar meningkatkan prestasi akademik

Berdasarkan hasil pengamatan uji kualitatif formaldehid alami menggunakan tes kit antilin pada ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin pada titik ke-0 sudah

Perpindahan posisi guru dalam ruangan dimaksudkan untuk mempertahankan perhatian siswa. Penggunaan variasi ini cukup penting artinya bagi guru karena dapat