BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah
dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi. Tenaga kerja merupakan penduduk dengan
batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimal.Pembangunan
ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan saling berkaitan. Keterkaitan
itu mencakup tenga kerja dengan pengusaha, pemerintah dan masyarakat.
Menurut Undang-undang Pokok Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 yang
dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah Setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
Sedangkan menurut Depnakertrans Tahun 2006 pengertian
ketenagakerjaan ada 2 yaitu:
1. Setiap orang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
2. Setiap orang laki-laki atau perempuan yang berumur 15 tahun keatas yang
sedang dalam melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar
hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Permasalahan pokok dalam pengembagan kebijakkan ketenagakerjaan
masyarakat. Dipihak lain alat kebijakan ekonomi belanja dimaksudkan untuk
membantu dalam menentukan jumlah permintaan tenaga kerja. Sementara
kebijaksanaan makro ekonomi menentukan tingkat jumlah kesempatan kerja,
maka kebijakan ketenagakerjaan dapat menambah efektifnya penggunaan
kebijaksanaan fiskal, moneter dan anggaran belanja dengan menyediakan secara
tepat guna sumber daya untuk kesempatan kerja yang maksimum maupun untuk
menyelesaikan masalah struktur. Program-program ketenagakerjaan jika
digunakan bersama dengan kebijakan fiskal dan moneter dapat mengurangi
masalah struktur yang bercirikan adanya pengangguran yang tinggi (Basir
Barthos, 2004).
2.2 Teori Dan Struktur Ketenagakerjaan 2.2.1 Teori Ketenagakerjaan
Ada dua teori penting dalam kosep ketenagakerjaan yaitu teori Lewis
dalam (Mulyadi, 2003) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja
merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja pada satu
sektor akan memberikan andilterhadap pertumbuhan output dan penyediaan
pekerja di sektor lain. Teori kedua adalah Fei-Ranis dalam (Mulyady, 2003) yang
berkaiatn dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
kelebihan buruh, sumber daya alam yang belum dapat diolah, sebagian besar
penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi.Menurut Fei Rans ada tiga tahap
penganngur semu (yang tidak menambah out put pertanian) di alihkan ke sektor
industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja
pertanian menambah out put tetapi memproduksi lebih kecil dari upah
institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga,
tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian
menghasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah institusional.
2.2.2 Struktur Ketenagakerjaan
Struktur perekonomian suatu Negara dapat dicerminkan dengan struktur
lapangan pekerjaan utama, struktur jenis pekerjaan utama dan status pekerjaan
utama dari para pekerjaannya (Mulyadi, 2006). Lapangan pekerjaan utama
seseorang adalah bidang kegiatan utama pekerja tersebut. Lapangan pekerjaan
utama biasanya digolongkan atas:
1. Pertanian, perburuan, kehutanan, perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas, dan air
5. Bangunan
6. Perdangangan besar, eceran dan rumah makan
7. Angkutan, usaha pergudangan dan komunikasi
8. Keuangan, asuransi, persewaan bangunan dan tanah serta jasa perusahaan
9. Jasa masyarakat
Jenis pekerjaan utama seseorang adalah macam pekerjaan yang dilakukan
pekerja tersebut. Jenis pekerjaan utama biasanya digolongkan atas:
1. Tenaga professional, teknisi dan sejenisnya
2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3. Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis
4. Tenaga usaha penjualan
5. Tenaga usaha jasa
6. Tenaga usaha pertanian, perkebunan dan perikanan
7. Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar
2.2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah.
Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin rendah permintaan pengusaha akan
tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah
dengan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh penawar untuk ditawarkan.
Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada: (1) besarnya penduduk,
(2) persentase penduduk yang memilih berada pada angkatan kerja, (3) jam kerja
yang ditawarkan, dimana komponen tersebut tergantung pada tingkat upah.
Berikut gambar 2.1 yang menunjukkan adanya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran kerja.
W
SL
We
DL
0 Ne N
Sumber: Mulyadi Subri, 2006
Gambar 2.1
Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Keterangan:
SL : Penawaran tenaga kerja (Supply of Labor) DL : Permintaan tenaga kerja (demand for Labor) W : Upah rill
N : Jumlah tenaga kerja
Ne : Jumlah tenaga kerja yang diminta We : Tingkat Upah
E : Keseimbangan Permintaan dan Penawaran
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa jumlah orang yang
menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja
yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat Upah keseimbangan
We. Dengan demikian titik-titik keseimbangan adalah titik E. Disini ada tidak
ada exses supply of labor maupun exses demand for labor. Pada tingkat upah
berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut
dengan full employment pada tingkat We tersebut.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah
ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran angkatan kerja pada suatu
tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat terlihat dalam gambar 2.2 seperti
di bawah. Pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar
daripada permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan
dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1.
Dengan demikian ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 ini
sebanyak N1 N2.
W
SL
Excess SL
W1
DL
N
0 N1 N2
Sumber: Mulyadi Subri, 2006
Gambar 2.2
Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja (Excess Supply Of Labour)
Keterangan gambar:
W : Tingkat Upah
Pada gambar 2.3 terlihat adanya excess demand supplyfor Labor. Pada
tingkat upah w2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada
penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya, untuk
bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3 tenaga kerja sedangkan yang
diminta adalahsebanyak N4 tenaga kerja.
W
SL
W2
Excess
DL DL
0 N1 N2 N
Sumber : Mulyadi Subri, 2006
Gambar 2.3
Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Demand For Labour).
2.3 Tingkat Partisipasi Kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPK) atau Labour Force Participation
(LPFR) suatu kelompok penduduk tertentu merupakan perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang
TPK= 100%
Menurut Sony Sumarsono (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya TPK yaitu:
1. Jumlah penduduk yang masih bersekolah
Semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil jumlah
angkatan kerja dan semakin kecil TPK.
2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga
Semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah
tangga, semakin kecil TPK.
3. Tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga
Keluarga berpendapatan besar relatif terhadap biaya hidup, cenderung
memperkecil anggota keluarga untuk bekerja, jadi TPK relatif rendah. Dan
sebaliknya keluarga yang biaya hidupnya sangat besar relatif kepada
penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota keluarga
untuk bekerja, jadi TPK relatif tinggi.
4. Umur
Penduduk berumur muda umumnyatidak mempunyai tanggung jawab begitu
besar, sebagai pencari nafkah untuk keluarga, bahkan mereka umumnya
bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 22-55 tahun, terutama laki-laki
umumnya dituntut untuk ikut mencari nafkah, oleh sebab itu TPK relatif
besar. Sedangkan penduduk di atas usia 55 tahun kemampuan bekerja sudah
5. Tingkat upah
Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota
keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi
TPK.
6. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan
untuk bekerja. Terutama bagi para wanita, dengan semakin tinggi pendidikan
kecenderungan untuk bekerja semakin besar dan TPK semakin besar.
7. Kegiatan ekonomi
Program pembangunan di sutu pihak menuntut keterlibatan lebih banyak
orang. Di lain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan-harapan
baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut
dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja.Jadi semakin bertambah
kegiatan ekonomi semakin besar TPK.
2.4 Pasar Kerja
Pasar kerja merupakan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari pelaku-pelaku
yang mempertemukan para pencari kerja dan lowongan pekerjaan.Pelaku ini
terdiri dari pengusaha, pencari kerja, serta perantara atau pihak ketiga yang
memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling
berhubungan. Penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja utama dan biasa
sudah bekerja di dalamnya dan sebaliknya penggolongan pasar kerja menurut
pasar kerja intern dan ekstern menekankan proses pengisian lowongan kerja.
Penyaluran keseluruhan persediaan tenaga kerja ini sangat tergantung pada
permintaan dan penawaran. Permintaan dipengaruhi oleh kekuatan pasar kerja.
Penawaran kerja mencakup yang sudah bekerja dan pencari pekerja. Tingkat
partisipasi tenaga kerja terdidik biasanya lebih tinggi daripada tingkat partisipasi
tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga kerja terdidik mempunyai produktivitas kerja
yang lebih tinggi dari tenaga kerja tidak terdidik. Penyediaan tenaga kerja terdidik
harus melalui sistem sekolah yang memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu
elastisitas penyediaan tenaga kerja terdidik lebih kecil daripada penyediaan
tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga tidak terdidik biasanya berasal dari keluarga
miskin, yang umumnya tidak mampu meneruskan pendidikan, sehingga terpaksa
mencari pekerjaan. Sedangkan teanga kerja terdidik umumnya berasal dari
keluarga yang lebih kaya, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke
pendidikan yang lebih tinggi.
2.5 Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja
2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesempatan Kerja
Tingkat partisipasi kerja (TPK) laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat partisipasi kerja perempuan karena dianggap laki-laki merupakan tulang
laki-laki sangat selektif dalam mencari pekerjaan agar mendapat pendapatan
yang lebih tinggi (Payaman Simanjuntak, 2001).
2.5.2 Hubungan Umur dengan Kesempatan Kerja
Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam
mencarai nafkah, Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula
partisipasi dalam bekerja. Penduduk yang berusia 0-20 tahun umumnya tidak
mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah
untuk keluarga. Namun, umumya mereka dituntut untuk bersekolah. Penduduk
dalam kelompok umur 22-25 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk
mencari nafkah dan oleh sebab itu TPK relatif besar. Sedangkan penduduk usia
diatas 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun dan TPK umumnya
menurun.
2.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Kesempatan Kerja
Modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh
melalui pendidikan, mulai dari pendidikan anak-anak, sampai pada pelatihan
dalam pekerjaan. Jumlah tamatan pendidikan masyarakat menggambarkan tingkat
ketersediaan pendidikan terdidik atau sumber daya manusia pada suatu daerah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesempatan kerja yang diperoleh juga
semakin tinggi dan tingkat partisipasi kerjanya juga semakin tinggi dan
sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka kesempatan untuk
2.6 Kesempatan Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ
yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan
atau disertai sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang
sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja (Yos
Merizal: 2008). Menurut Sadono Sukirno (2000) kesempatan kerja sebagai
sesuatu yang keadaan dimana semua pekerja ingin bekerja pada suatu tingkat upah
tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan. Sedangkan menurut
Sulityaningsih (1993) kesempatan kerja termasuk lapangan pekerjaan yang sudah
diduduki dan lowongan (vacancy).
Dari defenisi tersebut, maka kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi
golongan yaitu:
1. Kesempatan kerja permanen yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan
orang bekerja terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi
untuk bekerja. Misalnya seseorang yang bekerja pada instansi pemerintah
atau swasta yang memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja
di tempat lain.
2. Kesempatan kerja temporer, yaitu kesempatan kerja yang memungkinan
seseorang bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian
menganggur untuk menunggu kesempatan kerja baru.
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Kesempatan kerja
nasional, melalui meningkatnya tingkat pendapatan perkapita (Mulyadi Subri,
2003).
2.7 Penelitian Terdahulu
Analisis pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah
terhadap kesempatan kerja di kota medan selalu menarik untuk diteliti. Salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Indra Oloan Nainggolan (2009) dengan judul
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kesempatan Kerja pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode
Generaliezed Least Square (GLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan, Upah Minimum (UMK)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesempatan Kerja, sementara Tingkat
Bunga Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kesempatan
Kerja pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Furukh Bashir, Shahid Farooq, Shabaz
Nawaz, Munwar Bagum, Muhamad Asif Sandila, dan Muhamad Ramzan Arshad
(2012) dengan judul Education, Health, Employment in Pakistan dengan metode
analisis kointegrasi dengan menggunakan data tahun 1972-2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam konteks jangka panjang, pengeluaran pendidikan, total
rumah sakit, dan pengeluaran kesehatan sangat penting terhadap kesempatan kerja
di Pakistan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Tuminajati Budi Utami (2009) dengan
Angkatan Kerja dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Jember.
Dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan
menggunakan data tahun 1980-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upah
minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, PDRB
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, angkatan kerja dan
investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja.
2.8 Kerangka Berpikir
Adanya kecenderungan dalam meningkatnya jumlah tenaga kerja yang
menganggur dan tidak tertampung dalam pasar kerja merupakan masalah sistem
ketenagakerjaan di Indonesia termasuk Kota Medan khususnya banyaknya jumlah
penduduk yang mengalami pengangguran dan Kesempatan kerja yang rendah
sehingga peluang penduduk yang ingin mendapatkan pekerjaan menjadi
bertambah tinggi. Dengan terciptanya kesempatan kerja di Kota Medan akan
mengurangi pengangguran sehingga peluang pencari kerja mendapatkan
kesempatan untuk memiliki pekerjaan. Berkurangnya jumlah penganngguran
berarti kesejaterahan hidup masyarakat sudah tercapai.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, tingkat upah sebagai variabel independen dan Kesempatan kerja
sebagai variabel dependen yang di ukur dari jumlah orang yang bekerja di Kota
Medan. Untuk mengetahui hubungan dari variabel independen dan variabel
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
Berdasarkan bangan di atas bahwa hubungan antara jenis kelamin dengan
kesempatan kerja yaitu bagaimana mengetahui tingkat partisipasi kerja (TPK)
laki-laki lebih berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi
kerja (TPK) perempuan dalam mendapatkan kesempatan kerja, sedangkan umur
berpengaruh terhadap kesempatan kerja yaitu bagaimana kita mengetahui tingkat
umur yang lebih selektif dalam mendapatkan kesempatan kerja.
2.9 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir teoritis dan untuk menjawab tujuan peneliti
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif antara jenis kelamin dengan kesempatan kerja.
2. Terdapat pengaruh positif antara umur dengan Kesempatan kerja.
3. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat pendidikan dengan Kesempatan
kerja.
4. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat Upah dengan Kesempatan kerja. Jenis Kelamin
Umur
Tingkat Pendidikan
Tingkat Upah