SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN, UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT UPAH TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI
KOTA MEDAN
OLEH :
Sarma Uli Sianturi
100501025
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Permasalahan tenaga kerja di Kota Medan saat ini sampai beberapa tahun kedepan adalah terbatasnya kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Akibatnya adalah lapangan pekerjaan yang terbatas tersebut harus diperebut oleh warga Kota Medan sekitarnya. Pembangunan dibidang ketenaga kerjaan mencakup perluasan kesempatan kerja secara menyeluruh melalui peningkatan usaha produktif dan terpadu untk mengurangi tingkat pengangguran serta diarahkan pada kompetitif, kemandirian, peningkatan produktivitas, peningkatan pengupahan, perlindungan pekerjaan, dan kebebasan berserikat.
Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada tentang pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder tahun 1990-2012 dan pemecahan masalah dilakukan melalui regresi liner berganda mengunakan metode OLS ( uji t, uji F, uji Determinan dan Uji asumsi Klasik).
Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi maka penulis menyimpulkan bahwa hubungna jenis kelamin (X1) terhadap Kesempatan Kerja (Y) diketahui sebesar 0,00 bahwa jenis kelamin berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Sedangkan umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,001. Sedangkan Tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan dan Tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,000.
ABSTRACT
Labor problem in Medan this until the next few years are limited employment opportunities, for this caused by the increase of the labor force is not accompainted by the creation of new jobs. The result is of labor force is not cuptured by resident of the surrounding field. Development in the field of employment includes employment expansion a whole through increased productive effort and integrated remedy reduce the level of unemployment and directed and directed at a competitive, selfreliance, increased productivity increased wages, job protection, and freedom of a ssociation.
Authors limit only on the issues discussed on the influence of gender, age, level of education, level of wages on employment in the city of Medan. Data collection techniques used are secondary data years 1990-2012 and solving problems carried through multiple linear regression method, OLS (t test, F test, test and test assumptions Determinants Classic).
Based on the analysis and evaluation, the authors conclude that gender hubungna (X1) of the Employment (Y) of 0.00 is known that sex is a positive and significant effect on employment. While age and a significant positive effect on employment of 0.001. While the level of education in a positive and significant effect and the wage rate is negative and significant effect on employment of 0,000.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
memperoleh gelar Strata-1 (S-1) Sarjana Ekonomi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayah
saya Hatorangan Sianturi dan Ibu Lamina Purba yang telah memberikan
dukungan, moril, material, nasehat dan doa yang merupakan semangat yang tiada
habisnya bagi saya. Semoga Tuhan senantiasa menyayangi Ayah dan Ibu dan
diberi umur panjang. Dan buat adek-adek saya tersayang Boike, Donri, Hotma,
Adi, Nikodemus,Opprin terima kasih atas dukungan dan doa kepada saya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak
Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
3. Bapak Dr. Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
4. Bapak Paidi Hidayat, SE. M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Universitas sumatera Utara.
5. Bapak selaku Kasyful Mahalli, SE,M.SE M.Si selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulisan selama masa
pendidikan.
6. Bapak Dr. Hasan Basri Tarmizi,SU selaku Dosen Penguji I yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi
kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Penguji II yang telah bersedia
meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan
skripsi ini.
8. Seluruh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2010.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penelitian lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi
Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karunia-nya serta memberikan
balasan kepada setiap pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi
ini.
Medan,
Sarma Uli Sianturi
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN...……….... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah………... 1
1.2 Perumusan Masalah ………... 4
1.3 Tujuan Masalah……….. 5
1.4 Manfaat penelitian……….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja………... 6
2.2 Teori dan Struktur Ketenaga kerjaan……… 7
2.2.1 Konsep Ketenagakerjaan………. 7
2.2.2 Struktur Ketenagakerjaan……… 8
2.2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja……… 9
2.3 Tingkat Partisipasi Kerja……… 13
2.4 Pasar kerja……… 14
2.5 Hubungan antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah terhadap Kesempatan kerja………... 16
2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kesempatan Kerja.16 2.5.2 Hubungan umur dan Kesempatan Kerja………… 16
2.5.2 Hubungan Pendidikan dan Kesempatan Kerja…… 16
2.6 Kesempatan Kerja……… 17
2.7 Penelitian Terdahulu……… 18
2.8 Kerangaka Berpikir……… 19
2.9 Hipotesis……… 19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup penelitian……… 21
3.2 Jenis dan Sumber Data……… 21
3.3 Identifikasi Variabel dan Operasional Variabel………… 22
3.4 Metode Analisis……… 22
3.4.1 Koefisien Determinan (R-Square)……….. 23
3.4.2 Uji Signifikani Simultan (Uji F)……… 24
3.4.3 Uji Signifikan Parsial (Uji T)……….. 25
3.5 Uji Asumsi Klasik……… 26
3.5.1 Multikolonieritas……… 26
3.5.3 Autokolrelasi……… 27
BAB III PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan……… 29
4.1.1 Letak Geografis……… 29
4.1.2 Komposisi Penduduk…………...……….. 31
4.1.3 Jumlah penduduk Kota Medan Berdasarkan Jenis kelamin……… 33
4.1.4 Tingkat Umur………..……….………… 35
4.1.5 Tingkat Upah………..……….………… 36
4.2 Hasil Model Estimasi……… 38
4.2.1 Uji Signifikan Parsial (uji t)……… 37
4.2.2 Uji Signifikan Simultan (uji F)……….…. 40
4.2.3 Koefisien Determinan (R2 )……….. 41
4.3 Asumsi Klasik……….……….. 42
4.3.1 Multikolonieritas……… …..………... 42
4.3.2 Heterokedasititas……… 43
4.3.3 Autokolerasi………... 46
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………..……… 51
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kurva keseimbangan Permintaan dan Penawaran
Tenaga Kerja.……… 10
2.2 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan
dan Penawaran Tenaga Kerja ……….. 11 2.3 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan
dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja……….. 12 2.4 Kerangka Berpikir……… 20 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas………. 43
DAFTAR TABEL
No.tabel Judul Halaman
1.1 Data Penduduk Kota Medan menurut Jenis kelamin……... 2
1.2 Data tingkat pendidikan kota medan Tahun 2010-2012…….. 3
4.1 Luas wilayah Kota Medan berdasarkan kecamatan………… 30
4.2 Komposisi penduduk Kota Medan Berdasarkan Kecamatan dan Jenis kelamin……… 32
4.3 Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Medan tahun 1990-2012………. 34
4.4 Perkembangan Penduduk Berdasarkan Umur di Kota Medan Tahun1990-2012……….. 36
4.5 Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan Tahun 1990-2012……….. … 37
4.6 Hasil estimasi uji Parsial………. 38
4.7 Hasil estimasi uji Simultan……….. 41
4.8 Hasil estimasi uji Determinan……… … 41
4.9 Hasil estimasi uji Multikolonieritas……….. … 42
4.0 Hasil estimasi Heterokedassititas……….. … 44
ABSTRAK
Permasalahan tenaga kerja di Kota Medan saat ini sampai beberapa tahun kedepan adalah terbatasnya kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Akibatnya adalah lapangan pekerjaan yang terbatas tersebut harus diperebut oleh warga Kota Medan sekitarnya. Pembangunan dibidang ketenaga kerjaan mencakup perluasan kesempatan kerja secara menyeluruh melalui peningkatan usaha produktif dan terpadu untk mengurangi tingkat pengangguran serta diarahkan pada kompetitif, kemandirian, peningkatan produktivitas, peningkatan pengupahan, perlindungan pekerjaan, dan kebebasan berserikat.
Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada tentang pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder tahun 1990-2012 dan pemecahan masalah dilakukan melalui regresi liner berganda mengunakan metode OLS ( uji t, uji F, uji Determinan dan Uji asumsi Klasik).
Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi maka penulis menyimpulkan bahwa hubungna jenis kelamin (X1) terhadap Kesempatan Kerja (Y) diketahui sebesar 0,00 bahwa jenis kelamin berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Sedangkan umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,001. Sedangkan Tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan dan Tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,000.
ABSTRACT
Labor problem in Medan this until the next few years are limited employment opportunities, for this caused by the increase of the labor force is not accompainted by the creation of new jobs. The result is of labor force is not cuptured by resident of the surrounding field. Development in the field of employment includes employment expansion a whole through increased productive effort and integrated remedy reduce the level of unemployment and directed and directed at a competitive, selfreliance, increased productivity increased wages, job protection, and freedom of a ssociation.
Authors limit only on the issues discussed on the influence of gender, age, level of education, level of wages on employment in the city of Medan. Data collection techniques used are secondary data years 1990-2012 and solving problems carried through multiple linear regression method, OLS (t test, F test, test and test assumptions Determinants Classic).
Based on the analysis and evaluation, the authors conclude that gender hubungna (X1) of the Employment (Y) of 0.00 is known that sex is a positive and significant effect on employment. While age and a significant positive effect on employment of 0.001. While the level of education in a positive and significant effect and the wage rate is negative and significant effect on employment of 0,000.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi selain bertujuan untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, juga menciptakan lapangan kerja dan mengurangi
kemiskinan. Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari keberhasilan
dalam menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja. Kesempatan kerja
merupakan peluang bagi angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan.
Kesempatan kerja di Indonesia masih cenderung kurang, hal ini dilihat dari
jumlah pengangguran tahun 2012 di Indonesia mencapai 7,39 juta jiwa dari
118,19 juta jiwa angkatan kerja, sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80
juta jiwa (BPS 2012).
Kesempatan kerja merupakan suatu keadaan yang menggambarkan
ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja dan merupakan
kebutuhan pokok manusia yang tidak ada bedanya dengan sandang, pangan dan
papan serta merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan perekonomian suatu daerah. Selain itu indikator
ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam
menjalankan kebijakan ekonominya.
Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom yang berstatus kota, yang
memiliki jumlah penduduk yang tinggi, yaitu sebesar 2,1 juta jiwa. dengan jumlah
angkatan kerja sebesar 6,45 juta jiwa, dan jumlah pengangguran sebesar 0,39 juta
pendidikan, serta tingkat upah, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat
pengangguran. Penambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya dan masih
banyaknya jumlah pengangguran mengakibatkan masalah ketenaga kerjaan di
Kota Medan. Berikut ini data kependudukan Kota Medan berdasarkan jenis
kelamin dan umur.
Tabel 1.1
Data Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2010-2012
Tahun 2010 2011 2012
Umur
Jenis kelamin Jenis kelamin Jenis kelamin
Laki-Laki Perempuan laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
0-4 98.437 92.857 96.545 91.044 99.365 94.516
5-9 99.961 93.532 99.946 93.487 93.989 89.238
10-14 97.514 91.828 97.101 91.411 107.151 90.745
15-19 102.566 107.423 102.913 107.751 114.763 111.075 20-24 112.86 123.092 115.983 126.476 95.927 123.788 25-29 100.935 103.459 98.368 10.788 86.896 99.767
30-34 85.609 87.265 87.666 89.331 78.118 89.404
35-39 77.344 80.795 78.091 81.543 70.535 81.688
40-44 69.238 71.727 70.080 72.575 70.535 73.299
45-49 57.718 59.997 59.180 61.495 59.847 62.115
50-54 48.163 49.244 49.206 50.291 49.928 51.970
55-59 34.548 34.282 36.707 36.411 38.483 39.156
60-64 20.373 22.555 22.310 24.687 24.422 25.508
65-69 14.573 17.556 14.373 17.311 14.9788 17.588
70-74 9.596 12.384 11.337 14.627 9.978 12.746
75+ 7.491 12.688 6.754 11.436 7.312 12.328
Total 1.076.926 1.060.684 1.046.560 1.070.664 1.047.875 1.074.929 Sumber :BPS,Provinsi Sumatra Utara,2010
Berdasarkan data di atas, pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki lebih
tinggi daripada jumlah penduduk perempuan. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah
penduduk laki-laki mengalami penurunan, akan tetapi jumlah perempuan
mengalami peningkatan.Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2012 sebesar
1.407.875 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.074.929
jiwa.Sementara jumlah penduduk laki-laki pada usia produktif yaitu usia 25-29
tahun mencapai 100.935 jiwa, dan jumlah perempuan pada usia produktif
mencapai 103.459 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah
penduduk laki-laki usia produktif mencapai 86.896 jiwa dan jumlah perempuan
sebesar 99.767 jiwa.
Selain jenis kelamin dan umur tingkat pendidikan juga mempengaruhi
kesempatan kerja.Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kesempatan kerja
yang dimiliki semakin tinggi. Berikut jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan di Kota Medan.
Tabel 1.2
Tingkat Pendidikan Kota Medan Tahun 2010-2012
Tingkat
Sarjana/Diploma 2.720 4.491 511 607 2.071 2.761 Sumber : BPS,Provinsi Sumatra utara,2012
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan hal
yang paling utama dalam meningkatkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
mengembangkan kualitas lingkungan pekerjaan atau meningkatkan kesempatan
kerja yang lebih baik dikedepannya. Tingkat pendidikan kota Medan yang lebih
yang memiliki peluang banyak terhadap kesempatan kerja yang lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Seseorang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
dan dibarengi dengan keahlian-keahlian dibidangnya masing-masing, maka
peluang untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih mudah.
Dengan pendidikan yang lebih tinggi juga akan mempengaruhi tingkat upah
yang diterima. Tingkat upah kota Medan tiap tahunnya mengalami kenaikan
dalam tiga tahun terakhir (2010,2011,2013). Besar upah pada tahun 2010 sebesar
Rp. 1.100.000, tahun 2011 sebesar Rp. 1.197.000 dan pada tahun 2012 sebesar
1.200.000 (BPS 2012 Sumatera Utara).
Seiring dengan tuntunan kemajuan pertumbuhan yang pesat di Indonesia
pada umumnya, Kota Medan khususnya sangat dibutuhkan angkatan kerja yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, Karena kesempatan kerja sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur jenis kelamin dan upah. Dari latar
belakang di atas, menjadi dasar dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
dengan judul “Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat pendidikan,
Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Kota Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas permasalan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap kesempatan kerja?
2. Bagaimana pengaruh umur terhadap kesempatan kerja?
3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesempatan kerja?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kesempatan kerja.
2. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap kesempatan kerja.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesempatan kerja.
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap kesempatan kerja.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan studi dan literature tambahan bagi mahasiswa yang ingin
melakukan penelitian selanjutnya.
2. Sebagai penambahan wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan
hubungan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan tingkat upah terhadap
kesempatan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah
dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi. Tenaga kerja merupakan penduduk dengan
batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimal.Pembangunan
ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan saling berkaitan. Keterkaitan
itu mencakup tenga kerja dengan pengusaha, pemerintah dan masyarakat.
Menurut Undang-undang Pokok Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 yang
dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah Setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
Sedangkan menurut Depnakertrans Tahun 2006 pengertian
ketenagakerjaan ada 2 yaitu:
1. Setiap orang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
2. Setiap orang laki-laki atau perempuan yang berumur 15 tahun keatas yang
sedang dalam melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar
hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Permasalahan pokok dalam pengembagan kebijakkan ketenagakerjaan
masyarakat. Dipihak lain alat kebijakan ekonomi belanja dimaksudkan untuk
membantu dalam menentukan jumlah permintaan tenaga kerja. Sementara
kebijaksanaan makro ekonomi menentukan tingkat jumlah kesempatan kerja,
maka kebijakan ketenagakerjaan dapat menambah efektifnya penggunaan
kebijaksanaan fiskal, moneter dan anggaran belanja dengan menyediakan secara
tepat guna sumber daya untuk kesempatan kerja yang maksimum maupun untuk
menyelesaikan masalah struktur. Program-program ketenagakerjaan jika
digunakan bersama dengan kebijakan fiskal dan moneter dapat mengurangi
masalah struktur yang bercirikan adanya pengangguran yang tinggi (Basir
Barthos, 2004).
2.2 Teori Dan Struktur Ketenagakerjaan 2.2.1 Teori Ketenagakerjaan
Ada dua teori penting dalam kosep ketenagakerjaan yaitu teori Lewis
dalam (Mulyadi, 2003) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja
merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja pada satu
sektor akan memberikan andilterhadap pertumbuhan output dan penyediaan
pekerja di sektor lain. Teori kedua adalah Fei-Ranis dalam (Mulyady, 2003) yang
berkaiatn dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
kelebihan buruh, sumber daya alam yang belum dapat diolah, sebagian besar
penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi.Menurut Fei Rans ada tiga tahap
penganngur semu (yang tidak menambah out put pertanian) di alihkan ke sektor
industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja
pertanian menambah out put tetapi memproduksi lebih kecil dari upah
institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga,
tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian
menghasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah institusional.
2.2.2 Struktur Ketenagakerjaan
Struktur perekonomian suatu Negara dapat dicerminkan dengan struktur
lapangan pekerjaan utama, struktur jenis pekerjaan utama dan status pekerjaan
utama dari para pekerjaannya (Mulyadi, 2006). Lapangan pekerjaan utama
seseorang adalah bidang kegiatan utama pekerja tersebut. Lapangan pekerjaan
utama biasanya digolongkan atas:
1. Pertanian, perburuan, kehutanan, perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas, dan air
5. Bangunan
6. Perdangangan besar, eceran dan rumah makan
7. Angkutan, usaha pergudangan dan komunikasi
8. Keuangan, asuransi, persewaan bangunan dan tanah serta jasa perusahaan
9. Jasa masyarakat
Jenis pekerjaan utama seseorang adalah macam pekerjaan yang dilakukan
pekerja tersebut. Jenis pekerjaan utama biasanya digolongkan atas:
1. Tenaga professional, teknisi dan sejenisnya
2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3. Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis
4. Tenaga usaha penjualan
5. Tenaga usaha jasa
6. Tenaga usaha pertanian, perkebunan dan perikanan
7. Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar
2.2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah.
Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin rendah permintaan pengusaha akan
tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah
dengan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh penawar untuk ditawarkan.
Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada: (1) besarnya penduduk,
(2) persentase penduduk yang memilih berada pada angkatan kerja, (3) jam kerja
yang ditawarkan, dimana komponen tersebut tergantung pada tingkat upah.
Berikut gambar 2.1 yang menunjukkan adanya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran kerja.
W
SL
We
DL
0 Ne N
Sumber: Mulyadi Subri, 2006
Gambar 2.1
Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Keterangan:
SL : Penawaran tenaga kerja (Supply of Labor) DL : Permintaan tenaga kerja (demand for Labor) W : Upah rill
N : Jumlah tenaga kerja
Ne : Jumlah tenaga kerja yang diminta We : Tingkat Upah
E : Keseimbangan Permintaan dan Penawaran
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa jumlah orang yang
menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja
yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat Upah keseimbangan
We. Dengan demikian titik-titik keseimbangan adalah titik E. Disini ada tidak
ada exses supply of labor maupun exses demand for labor. Pada tingkat upah
berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut
dengan full employment pada tingkat We tersebut.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah
ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran angkatan kerja pada suatu
tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat terlihat dalam gambar 2.2 seperti
di bawah. Pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar
daripada permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan
dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 ini
sebanyak N1 N2.
W
SL
Excess SL
W1
DL
N
0 N1 N2
Sumber: Mulyadi Subri, 2006
Gambar 2.2
Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja (Excess Supply Of Labour)
Keterangan gambar:
W : Tingkat Upah
Pada gambar 2.3 terlihat adanya excess demand supplyfor Labor. Pada
tingkat upah w2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya, untuk
bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3 tenaga kerja sedangkan yang
diminta adalahsebanyak N4 tenaga kerja.
W
SL
W2
Excess
DL DL
0 N1 N2 N
Sumber : Mulyadi Subri, 2006
Gambar 2.3
Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Demand For Labour).
2.3 Tingkat Partisipasi Kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPK) atau Labour Force Participation
(LPFR) suatu kelompok penduduk tertentu merupakan perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang
TPK= %
Menurut Sony Sumarsono (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya TPK yaitu:
1. Jumlah penduduk yang masih bersekolah
Semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil jumlah
angkatan kerja dan semakin kecil TPK.
2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga
Semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah
tangga, semakin kecil TPK.
3. Tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga
Keluarga berpendapatan besar relatif terhadap biaya hidup, cenderung
memperkecil anggota keluarga untuk bekerja, jadi TPK relatif rendah. Dan
sebaliknya keluarga yang biaya hidupnya sangat besar relatif kepada
penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota keluarga
untuk bekerja, jadi TPK relatif tinggi.
4. Umur
Penduduk berumur muda umumnyatidak mempunyai tanggung jawab begitu
besar, sebagai pencari nafkah untuk keluarga, bahkan mereka umumnya
bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 22-55 tahun, terutama laki-laki
umumnya dituntut untuk ikut mencari nafkah, oleh sebab itu TPK relatif
besar. Sedangkan penduduk di atas usia 55 tahun kemampuan bekerja sudah
5. Tingkat upah
Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota
keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi
TPK.
6. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan
untuk bekerja. Terutama bagi para wanita, dengan semakin tinggi pendidikan
kecenderungan untuk bekerja semakin besar dan TPK semakin besar.
7. Kegiatan ekonomi
Program pembangunan di sutu pihak menuntut keterlibatan lebih banyak
orang. Di lain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan-harapan
baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut
dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja.Jadi semakin bertambah
kegiatan ekonomi semakin besar TPK.
2.4 Pasar Kerja
Pasar kerja merupakan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari pelaku-pelaku
yang mempertemukan para pencari kerja dan lowongan pekerjaan.Pelaku ini
terdiri dari pengusaha, pencari kerja, serta perantara atau pihak ketiga yang
memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling
berhubungan. Penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja utama dan biasa
sudah bekerja di dalamnya dan sebaliknya penggolongan pasar kerja menurut
pasar kerja intern dan ekstern menekankan proses pengisian lowongan kerja.
Penyaluran keseluruhan persediaan tenaga kerja ini sangat tergantung pada
permintaan dan penawaran. Permintaan dipengaruhi oleh kekuatan pasar kerja.
Penawaran kerja mencakup yang sudah bekerja dan pencari pekerja. Tingkat
partisipasi tenaga kerja terdidik biasanya lebih tinggi daripada tingkat partisipasi
tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga kerja terdidik mempunyai produktivitas kerja
yang lebih tinggi dari tenaga kerja tidak terdidik. Penyediaan tenaga kerja terdidik
harus melalui sistem sekolah yang memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu
elastisitas penyediaan tenaga kerja terdidik lebih kecil daripada penyediaan
tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga tidak terdidik biasanya berasal dari keluarga
miskin, yang umumnya tidak mampu meneruskan pendidikan, sehingga terpaksa
mencari pekerjaan. Sedangkan teanga kerja terdidik umumnya berasal dari
keluarga yang lebih kaya, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke
pendidikan yang lebih tinggi.
2.5 Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja
2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesempatan Kerja
Tingkat partisipasi kerja (TPK) laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat partisipasi kerja perempuan karena dianggap laki-laki merupakan tulang
laki-laki sangat selektif dalam mencari pekerjaan agar mendapat pendapatan
yang lebih tinggi (Payaman Simanjuntak, 2001).
2.5.2 Hubungan Umur dengan Kesempatan Kerja
Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam
mencarai nafkah, Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula
partisipasi dalam bekerja. Penduduk yang berusia 0-20 tahun umumnya tidak
mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah
untuk keluarga. Namun, umumya mereka dituntut untuk bersekolah. Penduduk
dalam kelompok umur 22-25 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk
mencari nafkah dan oleh sebab itu TPK relatif besar. Sedangkan penduduk usia
diatas 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun dan TPK umumnya
menurun.
2.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Kesempatan Kerja
Modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh
melalui pendidikan, mulai dari pendidikan anak-anak, sampai pada pelatihan
dalam pekerjaan. Jumlah tamatan pendidikan masyarakat menggambarkan tingkat
ketersediaan pendidikan terdidik atau sumber daya manusia pada suatu daerah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesempatan kerja yang diperoleh juga
semakin tinggi dan tingkat partisipasi kerjanya juga semakin tinggi dan
sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka kesempatan untuk
2.6 Kesempatan Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ
yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan
atau disertai sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang
sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja (Yos
Merizal: 2008). Menurut Sadono Sukirno (2000) kesempatan kerja sebagai
sesuatu yang keadaan dimana semua pekerja ingin bekerja pada suatu tingkat upah
tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan. Sedangkan menurut
Sulityaningsih (1993) kesempatan kerja termasuk lapangan pekerjaan yang sudah
diduduki dan lowongan (vacancy).
Dari defenisi tersebut, maka kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi
golongan yaitu:
1. Kesempatan kerja permanen yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan
orang bekerja terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi
untuk bekerja. Misalnya seseorang yang bekerja pada instansi pemerintah
atau swasta yang memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja
di tempat lain.
2. Kesempatan kerja temporer, yaitu kesempatan kerja yang memungkinan
seseorang bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian
menganggur untuk menunggu kesempatan kerja baru.
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Kesempatan kerja
nasional, melalui meningkatnya tingkat pendapatan perkapita (Mulyadi Subri,
2003).
2.7 Penelitian Terdahulu
Analisis pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah
terhadap kesempatan kerja di kota medan selalu menarik untuk diteliti. Salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Indra Oloan Nainggolan (2009) dengan judul
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kesempatan Kerja pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode
Generaliezed Least Square (GLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan, Upah Minimum (UMK)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesempatan Kerja, sementara Tingkat
Bunga Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kesempatan
Kerja pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Furukh Bashir, Shahid Farooq, Shabaz
Nawaz, Munwar Bagum, Muhamad Asif Sandila, dan Muhamad Ramzan Arshad
(2012) dengan judul Education, Health, Employment in Pakistan dengan metode
analisis kointegrasi dengan menggunakan data tahun 1972-2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam konteks jangka panjang, pengeluaran pendidikan, total
rumah sakit, dan pengeluaran kesehatan sangat penting terhadap kesempatan kerja
di Pakistan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Tuminajati Budi Utami (2009) dengan
Angkatan Kerja dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Jember.
Dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan
menggunakan data tahun 1980-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upah
minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, PDRB
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, angkatan kerja dan
investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja.
2.8 Kerangka Berpikir
Adanya kecenderungan dalam meningkatnya jumlah tenaga kerja yang
menganggur dan tidak tertampung dalam pasar kerja merupakan masalah sistem
ketenagakerjaan di Indonesia termasuk Kota Medan khususnya banyaknya jumlah
penduduk yang mengalami pengangguran dan Kesempatan kerja yang rendah
sehingga peluang penduduk yang ingin mendapatkan pekerjaan menjadi
bertambah tinggi. Dengan terciptanya kesempatan kerja di Kota Medan akan
mengurangi pengangguran sehingga peluang pencari kerja mendapatkan
kesempatan untuk memiliki pekerjaan. Berkurangnya jumlah penganngguran
berarti kesejaterahan hidup masyarakat sudah tercapai.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, tingkat upah sebagai variabel independen dan Kesempatan kerja
sebagai variabel dependen yang di ukur dari jumlah orang yang bekerja di Kota
Medan. Untuk mengetahui hubungan dari variabel independen dan variabel
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
Berdasarkan bangan di atas bahwa hubungan antara jenis kelamin dengan
kesempatan kerja yaitu bagaimana mengetahui tingkat partisipasi kerja (TPK)
laki-laki lebih berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi
kerja (TPK) perempuan dalam mendapatkan kesempatan kerja, sedangkan umur
berpengaruh terhadap kesempatan kerja yaitu bagaimana kita mengetahui tingkat
umur yang lebih selektif dalam mendapatkan kesempatan kerja.
2.9 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir teoritis dan untuk menjawab tujuan peneliti
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif antara jenis kelamin dengan kesempatan kerja.
2. Terdapat pengaruh positif antara umur dengan Kesempatan kerja.
3. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat pendidikan dengan Kesempatan
kerja.
4. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat Upah dengan Kesempatan kerja. Jenis Kelamin
Umur
Tingkat Pendidikan
Tingkat Upah
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah peraturan kegiatan atau prosedur yang akan
dilakukan dengan mengumpulkan data guna memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesis penelitian, metodologi penelitian juga merupakan analisis
teoritis mengenai suatu cara atau metode. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat
Pendidikan, tingkat Upah terhadap Kesempatan kerja di Kota Medan. Ruang
lingkup penelitian ini dilakukan di kota Medan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder
yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, catatan-catatan, internet, serta
sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik
(BPS) berupa data jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah dan
kesempatan kerja yang diukur berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja di kota
Medan.Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dalam runtun waktu
3.3Identifikasi variabel dan Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini indentifikasi variabel adalah satu variabel dependen
yaitu kesempatan kerja (Y) dan variabel independen yaitu jenis kelamin
(X1),umur (X2),Tingkat pendidikan (X3), Tingkat upah (X4).
1. Jenis kelamin (X1) adalah jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
dalam mendapatkan kesempatan kerja. Diukur dengan skala dummy
variabel.
1 = Jika jenis kelamin laki-laki ; 0 = Jika jenis kelamin perempuan
2. Umur (X2) adalah Jumlah penduduk yang produktif 15 tahun ke atas
dalam memperoleh kesempatan kerja.
3. Tingkat pendidikan (X3) adalah Persentasi jumlah tingkat pendidikan di
kota medan. Diukur berdasarkan angka Melek Huruf.
4. Tingkat Upah (X4) adalah jumlah tingkat upah minimum tiap tahunnya.
Diukur dalam satuan rupiah.
5. Kesempatan kerja (Y) adalah jumlah penduduk yang bekerja di kota
Medan.
3.4Metode Analisis Data
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis
kuantitatif.dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), Untuk
menganalisis data penelitidengan menggunakan Model persamaan yang
Y= β0+β1D1X1+β2X2+β3X3+β4X4+µ
Keterangan :
Y = kesempatan kerja X1 = jenis kelamin
D1 merupakan Variabel Dummy jenis kelamin, dimana ; D1 = 1 Laki- laki
D1 = 0 Perempuan
X2 = Umur
X3 = Tingkat pendidikan X4 = Tingkat upah minimum β1β2β3β4 = Koefisien regresi
β0 = Konstanta
µ = Residu
Selain peneliti menggunakan metode OLS sebagai alat analisis, peneliti
juga menggunakan uji signifikan Parsial (Uji t), Uji signifikan Simultan (Uji F)
Koefisien determinan (R2), dan Uji asumsi klasik.
3.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (bi) sama dengan nol, atau :
H0 : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:
Quicklook: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan
derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat
ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain
kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila
nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
3.4.2 UJi Signifikan Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang
hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol,
atau:
H0 : b1 = b2 = ... =bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, atau:
Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
Quicklook: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada
derajat kepercayaan 5%., Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif,
yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila
nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
3.4.3 Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) Pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dengan menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinan adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen yang terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.Secara umum koefisien determinasi
untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu
(timeseries) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
tambahan jumlah variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan
nilai adjustedR2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak
seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji
emperis didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap
bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka nilai adjusted R2= R2 = 1 sedangkan jika R2 = 0, makaadjusted R2 = (1-k)/(n-k). jika K>1 maka adjusted
R2 akan bernilai negatif.
3.5Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian, terhaap hipotesis akan dilakukan pengujian penyimpangan klasik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model
yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari penyimpanagn asumsi
klasik. Uji asumsi klasik tersebut antara lain sebagai berikut:
3.5.1 Multikolinieritas
Salah satu model asumsi klasik adalah tidak terdapat multikolinearitas
diantara variable dependen dan variabel independen dalam model regresi.
atau pasti antara variabel independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas di dalam model yaitu dengan:
1. Nilai R square ( R2) yang dihasilkan oleh sutu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi varaibel dependen.
2. Menganalisis matrik korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 9,0),s
maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
3. Melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Suatu regresi
bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance kurang dari 10
dan nilai VIF lebih dari 10.
3.5.2 Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi tidak terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedasitisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas dalam
model persamaan regresi digunakan metode gleyser. Metode ini melakukan
regresi antara nilai absolut dari tiap variabel independen. Apabila koefisien regresi
tersebut signifikan maka terdapat heterokedastisitas di dalam data. (Gujarati
3.5.3 Autokorelasi
Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel error dengan
variabel error yang lain. Autokorelasi seringkkali terjadi pada data time series dan
dapat juga terjadi pada data cross section tetapi jarang (Widarjono,2007). Adapun
dampak dari adanya autokorelasi dalam regresi adalah sama dengan dampak dari
heteroskedastisitas yang telah diuraikan diatas yaitu walaupun estimator OLS
masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang minimum
dan menyebabkan perhitungan standar error metode OLS tidak bias dipercaya
kebenarannya.
Menurut Imam Ghozali (2002) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya),
dimana jika terjadi korelasi, maka indikasi masalah autokorelasi. Salah satu cara
yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji
Breusch-Godfrey (BG Test) (Gujarati 2003). Dimana koefisien autoregressive secara
keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada
setiap orde. Secara manual apabila X2 tabel lebih besar dibandingkan nilai
R-Square, maka model tersebut bebas autokorelasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Medan 4.1.1 Letak Geografis
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran
tendah timur dari provinsi Sumatera utara dengan ketinggian berada di 22,5
meter dibawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu sungai
Babura yang bermuara di Selat Malaka.
Secara geografis, Medan terletak pada 3,3º -3,43º LU dan 95,35º -98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota
Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang.Di sebelah utara
berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan
berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik
itu domestik maupun internasional.Kota Medan beriklim tropis basah dengan
curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota medan
berada pada maksimum 32,4ºC dan minimum 24ºC.
Kotamadya Medan memiliki 21 kecamatan dari 158 kelurahan. Adapun
Tabel 4.1
Luas Wilayah KotaMedan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010
No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%)
Sumber :BPS Medan Dalam Angka Tahun 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terluas di Kota
Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan 3.667 Ha, sedangkan Kecamatan Kota
Medan yang memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan denga wilayah lainnya
adalah Kecamatan Medan Maimun sebesar 298 Ha. Berdasarkan Tabel 4.1 juga
dapat disimpulkan bahwa luas Kota Medan secara Keseluruhan adalah sebesar
4.1.2 Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk Kota Medan tentunya memberikan pengaruh terhadapa
kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan.
Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan kesejaterahan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa
penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.
Progran kependudukan di Kota Medan seperti hanya di daerah Indonesia
lainnya meliputi : pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan
anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang
serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus di
tingkatkan.
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai suku dan etnis. Sebelum
kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah
Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli,
seperti: Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan
berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi
penduduk Medan berubah dengan hadirnya pendatang-pendatang seperti : Jawa,
Batak Toba, Cina, Dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah
bercampur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni
oleh berbagai macam etnis Seperti: Melayu, Simalungun, Batak Toba,
Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa dan lain sebagainya.
Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara
Komposisi penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat berdasarkan suku,
tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, umur tingkat pendidikan dan tingkat upah.
Adapun Komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan Jenis kelamin dapat
dilihat dalam tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010
NO Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Medan
Tuntungan 32.839 33.839 66.745
2 Medan Johor 51.567 53.452 105.109
Perjuangan 48.961 50.385 99.346
17 Medan
Tembung 68.418 68.225 136.643
18 Medan Deli 66.807 70.668 137.496
19 Medan Labuhan 45.72 49.914 95.639
20 Medan Marelan 46.038 49.905 95.943
21 Medan Belawan 47.572 45.309 92.881
Total 979.106 984.749 1.963.855
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak
berada pada kecamatan Medan Deli dengan jumlah 137.496 orang yang dihuni
oleh 66.807 orang laki-laki dan 70.688 orang perempuan.Sementara itu, Medan
Deli juga lebih banyak di dominasi oleh jumlah penduduk perempuan yang
berjumlah 70.688 dan jumlah penduduk laki-laki paling terbanyak adalah
Kecamatan Medan Denai berjumlah 67.984 orang. Dari data tabel tersebut dapat
di simpulkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2002 bila dirinci
dari jenis kelaminnya Jumlah penduduk Perempuan sebesar 984.749 orang lebih
tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki 979.106 orang. Dengan
demikian jumlah penduduk kota Medan secara keseluruhan 1.963.855 orang.
4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin.
Kotamedan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar di pulau Sumatera Kota Medan merupakan pintu gerbang
wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para
wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah daratan tinggi Karo.
Jumlah penduduk merupakan salah satu indikator dalam pembangunan dan
pertumbuhan perekonomian suatu daerah atau wilayah. Dengan semakin tingginya
jumlah penduduk yang ada di kota Medan maka kepadatan penduduk semakin
tinggi dan jumlah orang yang ingin mendapatkan pekerjaan juga semakin tinggi.
Jumah penduduk kota Medan lebih tinggi pada tahun 2009 yaitu dengan jumlah
3.605.686 jiwa, 2.117.224 jiwa untuk jumlah penduduk laki-laki dan 1.488.462
terendah pada tahun 1992 sebesar 180.970 dengan jumlah penduduk laki-laki
sebesar 90.760 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 90.210 jiwa.
Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 1990-2012
Tahun Jenis kelamin Total Laki-Laki (%) Perempuan (%)
2000 945.847 958.426 1.904.273 49,66 50,33
2001 960.477 966.043 1.926.52 49,85 50,16
2002 979.106 984.776 1.963.882 49,86 50,14
2003 990.216 1.003.386 1.993.602 49,52 50,18
2004 995.968 1.010.174 2.006.142 49,64 50,35
2005 1.012.040 1.024.145 2.036.185 49,69 50,30
2006 1.027.607 1.039.681 2.067.288 49,70 50,29
2007 1.034.607 1.048.460 2.083.067 49,54 50,20
2008 1.039.707 1.062.398 2.102.105 49,46 50,53
2009 1.049.457 1.071.596 2.121.053 49,47 50,52
2010 1.409.559 1.374.129 2.783.688 50,63 49,36
2011 2.117.224 1.488.462 3.605.686 58,19 41,28
2012 1.047.875 1.074.929 2122804 49.362 50,63
Total 11.613.101 9.713.493 597.409.604 311,79 409,84 Sumber: BPS Medan Dalam Angka (Data Diolah)
Berdasarkan tabel diatas jumlah keseluruhan dari penduduk laki-laki
sebesar 11.613.101 sedangkan jumlah keseluruhan penduduk perempuan sebesar
9.713.493. Artinya jumlah penduduk laki-laki Kota Medan lebih tinggi
jumlah laki-laki dengan perempuan adalah sebesar 318 % dan 410 % (angka
dibulatkan dari total penjumlahan penduduk laki-laki dengan perempuan).
4.1.4 Tingkat Umur
Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam
mencarai nafkah, Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula
partisipasi dalam bekerja. Penduduk yang berusia 0-20 tahun umumnya tidak
mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah
untuk keluarga. Namun, umumya mereka dituntut untuk bersekolah. Penduduk
dalam kelompok umur 22-25 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk
mencari nafkah dan oleh sebab itu tingkat partisipasi kerja (TPK) relatif besar.
Sedangkan penduduk usia diatas 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun
dan tingkat partisipasi kerja (TPK) umumnya menurun.
Tingkat partisipasi umur yang bekerja di Kota Medan merupakan orang–
orang yang bekerja yang usia produktif (umur 15 tahun keatas). Perkembangan
penduduk kota medan yang aktif bekerja atau sedang bekerja serta mencari
pekerjaan paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 1.516.220 jiwa sedangkan umur
Tabel 4.4
Perkembangan Penduduk Berdasarkan Umur di Kota Medan Tahun 1990-2012
Tahun Jumlah Umur yang Produktif (15-45) Tahun
Sumber: BPS Kota Medan dalam Angka (data diolah)
4.1.5 Tingkat Upah
Definisi Upah berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 1997 tentang
ketenaga kerjaan, hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu jasa yang telah atau
akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undang termasuk tunjangan bagi pekerja
Besarnya UMR (Upah Minimum Regional) yang sekarang lazim dikenal
dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) tiap tahunnya terus mengalami
peningkatan dan penurunan. Hal ini didasarkan pada kebutuhan fisik/hidup
minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, upah pada
umumnya yang berlaku secara regional, kelangsungan perusahaan, dan tingkat
perkembangan ekonomi regional atau pun nasional.
Tabel 4.5
Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan Tahun 1990-2012
Tahun Tingkat Upah
4.2 Hasil Model Estimasi dengan Analisis Regresi Berganda
Dari data yang diperlukan didalam model estimasi diperoleh dan dianalisis
melalui persamaan linier berganda dan melalui perhitungan komputer (lampiran)
dan menggunakan program SPSS dapat diperoleh koefisien dan besaran statistik
sebagai berikut:
Y= β0 + β1D1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ
Y = 65.175 + 17.120(1) X1 + 1.825 X2 + 0,014 X3 + (-0,007)
Y= β0 + β1D1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ
Y = 65.175 + 17.120(0) X1 + 1.825 X2 + 0,014 X3 + (-0,007)
Berdasarkan model dan hasil estimasi dengan menggunakan SPSS untuk
melihat bagaimana hubungan atau pengaruh antara variabel bebas yaitu jenis
kelamin, umur, tinngkat pendidikan dan tingkat upah terhadap variabel terikatnya
yaitu kesempatan kerja Kota Medan. Berikut ini adalah hasil pengujian regresi
linier berganda:
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Variabel
Koefisien
estimasi t-tabel Sig Keterangan
Constant 65,173
Jenis kelamin (X1) 17,210 1,714 0,000 Signifikan
Umur (X2) 1,825 1,714 0,001 Signifikan
Pendidikan (X3) 0,14 1,714 0,000 Signifikan
4.2.1 UJi Signifikan Parsial (Uji t)
Uji signifiknsi parameter parsial (Uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi
dari pengaruh independen terhadap variabel dependen secara individual dan
menganggap variabel lain konstan.bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20
atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0
dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain
kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel
independensecara individual mempengaruhi variabel dependen.
Dengan dilakukan melakukan uji-t yang mana untk melihat signifikansi
dari masing masing parameter secara individual atau untuk mengetahui pengaruh
variabel independen sercara parsial terhadap variabel dependen. Apabila
t
hitung <t
tabel maka terima Ho (tidak signifikan).Berdasarkan hasil pengujian estimasi maka dapat disimpulkan bahwa
variabel dependen berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel
independen. Adapun variabel – variabel yang dilakukan dengan tingkat
kepercayaan 95% dengan alpa 5 %.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda diatas menunjukkan bahwa
kesempatan kerja kesempatan kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin dengan
koefisien 17,21 yang berarti bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berpeluang
terhadap kesempatan kerja dibanding dengan jenis kelamin perempuan.
Tingkat umur berpengaruh signifikan secara positif terhadap kesempatan
Koefisien umur sebesar 1,825 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan 1
tahun umur mempengaruhi kesempatan kerja.
Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan secara positif terhadap
kesempatan kerja dengan nilai t-hitung (7,264) lebih besar dari t-tabel (1,714),
koefisien tingkat pendidikan sebesar 0,14 yang menunjukkan bahwa setiap
penambahan 1 jenjang pendidikan akan mempengaruhi kesempatan kerja sebesar
1,4 %.
Tingkat upah berpengaruh signifikan secara negatif terhadap kesempatan
kerja dengan nilai t-hitung (2,430) lebih besar t-tabel (1,714) koefisien -0,007
setiap penambahan nilai 1 rupiah maka mempengaruhi tingkat upah sebesar 7 %
terhadap kesempatan kerja.
4.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen (jenis
kelamin, umur, Tingkat pendidikan, Tingkat upah) secara bersama-sama
(simultan) mempuyai pengaruh yang signifikan baik positif maupun negatif
terhadap variabel dependennya (Kesempatan kerja).
Dari uji ANOVA atau F hitug sebesar 30.669 dengan probabilitas 0,000.
Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi kesempatan kerja atau apat dikatakan bahwa jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, dan tingkat upah secara bersama-sama berpengaruh
Tabel 4.8
Hasil Estimasi Uji Simultan
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3413.420 4 853.355 30.669 .000a
Residual 500.838 18 27.824 Total 3914.258 22
a. Predictors: (Constant), tingkat upah, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
4.2.1 Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi ini digunakan untuk menjelaskan seberapa besar
pengaruh variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap varibel terkaitnya.
Nilai koefisien determinasi digunakan adjusted R square. Dari hasil perhitungan
dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh sebesar
0.872, yang berarti bahwa 87,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan tingkat upah dapat menerangkan 87,2 %
variabel kesempatan kerja di kota Medan. Sedangkan sisanya sebesar 22,8 %
kesempatan kerja dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model analisis dalam penelitian ini.
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3413.420 4 853.355 30.669 .000a
Residual 500.838 18 27.824
Total 3914.258 22
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Ghozali,2007).
Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dapat dilihat dari Value Inflation
Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas dan
sebaliknya jika VIF < 10 tidak terjadi multikolonieritas (Wijaya, 2009).
Untuk analisinya dapat kita lihat dalam output hasil estimasi pada tabel di
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan dalam variabel- variabel yang
digunakan maka pemenuhan asumsi dari model statistika regresi berganda adalah
bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi.
Pengujian ada tidaknya multikolonieritas yaitu dengan melihat nilai hasil
tolerance VIF apakah koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar atau lebih
kecil dari 10.
Dari hasil estimasi dilihat dari nilai tolerance VIF diatas bahwa nilai X1
(jenis kelamin) 0,740 < 10 maka tidak ada gejala multikolonieritas dalam variabel
tersebut, Variabel X2 (umur) dilihat dari hasil estimasi nilai tolerance VIF sebesar
0,774 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas di dalam variabel X2
(umur). Variabel X3 (tingkat pendidikan) dari hasil estimasi nilai tolerance
sebesar 0,522 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas dalam variabel
X3 (tingkat pendidikan). Kemudian variabel X4 (tingkat upah) dari hasil estimasi
nilai tolerance sebesar 0,458 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas
dalam variabel X4 (tingkat upah).
Dan dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa di dalam hasil estimasi
yang dilakukan di atas semua variabel-variabel tidak mengalami gejala
multikoloneritas atau hasil estimasi tersebut multikolonieritas terpenuhi.
4.3.2 Heterokedasititas
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel penganggu
mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedasititas mempunyai suatu
keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain
akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien.
Hasil penafsiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heteroskedasititas
bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier, yaitu bahwa variasi
residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homokedastisitas.Untuk
mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas dalam model persamaan regresi
digunakan metode glejser. Metode ini melakukan regresi antara nilai absolut dari
tiap variabel independen. Apabila koefisien regresi tersebut signifikan maka
terdapat heterokedastisitas di dalam data (Gujarati Damondar,2003). Selain
metode glejser digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
heterokedasititas dapat juga di gunakan dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada atau tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual ( Y
prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar analisisnya adalah sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit).
2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasititas.
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedasititas
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa tidak terjadi
heteroskedasititas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat dikatakan uji ini
heteroskedastitas terpenuhi.
Uji heteroskedassititas dengan menggunakan metode glejser, uji glejser
dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolute
residualnya. Jika nilai signifikan antara variabel independen dengan absolute
residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Untuk
mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari tabel sebagai