• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah terhadap Kesempatan Kerja di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah terhadap Kesempatan Kerja di Kota Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN, UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT UPAH TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI

KOTA MEDAN

OLEH :

Sarma Uli Sianturi

100501025

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Permasalahan tenaga kerja di Kota Medan saat ini sampai beberapa tahun kedepan adalah terbatasnya kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Akibatnya adalah lapangan pekerjaan yang terbatas tersebut harus diperebut oleh warga Kota Medan sekitarnya. Pembangunan dibidang ketenaga kerjaan mencakup perluasan kesempatan kerja secara menyeluruh melalui peningkatan usaha produktif dan terpadu untk mengurangi tingkat pengangguran serta diarahkan pada kompetitif, kemandirian, peningkatan produktivitas, peningkatan pengupahan, perlindungan pekerjaan, dan kebebasan berserikat.

Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada tentang pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder tahun 1990-2012 dan pemecahan masalah dilakukan melalui regresi liner berganda mengunakan metode OLS ( uji t, uji F, uji Determinan dan Uji asumsi Klasik).

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi maka penulis menyimpulkan bahwa hubungna jenis kelamin (X1) terhadap Kesempatan Kerja (Y) diketahui sebesar 0,00 bahwa jenis kelamin berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Sedangkan umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,001. Sedangkan Tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan dan Tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,000.

(3)

ABSTRACT

Labor problem in Medan this until the next few years are limited employment opportunities, for this caused by the increase of the labor force is not accompainted by the creation of new jobs. The result is of labor force is not cuptured by resident of the surrounding field. Development in the field of employment includes employment expansion a whole through increased productive effort and integrated remedy reduce the level of unemployment and directed and directed at a competitive, selfreliance, increased productivity increased wages, job protection, and freedom of a ssociation.

Authors limit only on the issues discussed on the influence of gender, age, level of education, level of wages on employment in the city of Medan. Data collection techniques used are secondary data years 1990-2012 and solving problems carried through multiple linear regression method, OLS (t test, F test, test and test assumptions Determinants Classic).

Based on the analysis and evaluation, the authors conclude that gender hubungna (X1) of the Employment (Y) of 0.00 is known that sex is a positive and significant effect on employment. While age and a significant positive effect on employment of 0.001. While the level of education in a positive and significant effect and the wage rate is negative and significant effect on employment of 0,000.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan

memperoleh gelar Strata-1 (S-1) Sarjana Ekonomi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayah

saya Hatorangan Sianturi dan Ibu Lamina Purba yang telah memberikan

dukungan, moril, material, nasehat dan doa yang merupakan semangat yang tiada

habisnya bagi saya. Semoga Tuhan senantiasa menyayangi Ayah dan Ibu dan

diberi umur panjang. Dan buat adek-adek saya tersayang Boike, Donri, Hotma,

Adi, Nikodemus,Opprin terima kasih atas dukungan dan doa kepada saya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak

Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

(5)

3. Bapak Dr. Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan

4. Bapak Paidi Hidayat, SE. M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi

Pembangunan Universitas sumatera Utara.

5. Bapak selaku Kasyful Mahalli, SE,M.SE M.Si selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulisan selama masa

pendidikan.

6. Bapak Dr. Hasan Basri Tarmizi,SU selaku Dosen Penguji I yang telah

bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi

kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Penguji II yang telah bersedia

meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan

skripsi ini.

8. Seluruh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2010.

(6)

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penelitian lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi

Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karunia-nya serta memberikan

balasan kepada setiap pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi

ini.

Medan,

Sarma Uli Sianturi

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN...……….... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Masalah……….. 5

1.4 Manfaat penelitian……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja………... 6

2.2 Teori dan Struktur Ketenaga kerjaan……… 7

2.2.1 Konsep Ketenagakerjaan………. 7

2.2.2 Struktur Ketenagakerjaan……… 8

2.2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja……… 9

2.3 Tingkat Partisipasi Kerja……… 13

2.4 Pasar kerja……… 14

2.5 Hubungan antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah terhadap Kesempatan kerja………... 16

2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kesempatan Kerja.16 2.5.2 Hubungan umur dan Kesempatan Kerja………… 16

2.5.2 Hubungan Pendidikan dan Kesempatan Kerja…… 16

2.6 Kesempatan Kerja……… 17

2.7 Penelitian Terdahulu……… 18

2.8 Kerangaka Berpikir……… 19

2.9 Hipotesis……… 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup penelitian……… 21

3.2 Jenis dan Sumber Data……… 21

3.3 Identifikasi Variabel dan Operasional Variabel………… 22

3.4 Metode Analisis……… 22

3.4.1 Koefisien Determinan (R-Square)……….. 23

3.4.2 Uji Signifikani Simultan (Uji F)……… 24

3.4.3 Uji Signifikan Parsial (Uji T)……….. 25

3.5 Uji Asumsi Klasik……… 26

3.5.1 Multikolonieritas……… 26

(8)

3.5.3 Autokolrelasi……… 27

BAB III PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan……… 29

4.1.1 Letak Geografis……… 29

4.1.2 Komposisi Penduduk…………...……….. 31

4.1.3 Jumlah penduduk Kota Medan Berdasarkan Jenis kelamin……… 33

4.1.4 Tingkat Umur………..……….………… 35

4.1.5 Tingkat Upah………..……….………… 36

4.2 Hasil Model Estimasi……… 38

4.2.1 Uji Signifikan Parsial (uji t)……… 37

4.2.2 Uji Signifikan Simultan (uji F)……….…. 40

4.2.3 Koefisien Determinan (R2 )……….. 41

4.3 Asumsi Klasik……….……….. 42

4.3.1 Multikolonieritas……… …..………... 42

4.3.2 Heterokedasititas……… 43

4.3.3 Autokolerasi………... 46

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………..……… 51

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kurva keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Tenaga Kerja.……… 10

2.2 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan

dan Penawaran Tenaga Kerja ……….. 11 2.3 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan

dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja……….. 12 2.4 Kerangka Berpikir……… 20 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas………. 43

(10)

DAFTAR TABEL

No.tabel Judul Halaman

1.1 Data Penduduk Kota Medan menurut Jenis kelamin……... 2

1.2 Data tingkat pendidikan kota medan Tahun 2010-2012…….. 3

4.1 Luas wilayah Kota Medan berdasarkan kecamatan………… 30

4.2 Komposisi penduduk Kota Medan Berdasarkan Kecamatan dan Jenis kelamin……… 32

4.3 Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Medan tahun 1990-2012………. 34

4.4 Perkembangan Penduduk Berdasarkan Umur di Kota Medan Tahun1990-2012……….. 36

4.5 Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan Tahun 1990-2012……….. … 37

4.6 Hasil estimasi uji Parsial………. 38

4.7 Hasil estimasi uji Simultan……….. 41

4.8 Hasil estimasi uji Determinan……… … 41

4.9 Hasil estimasi uji Multikolonieritas……….. … 42

4.0 Hasil estimasi Heterokedassititas……….. … 44

(11)

ABSTRAK

Permasalahan tenaga kerja di Kota Medan saat ini sampai beberapa tahun kedepan adalah terbatasnya kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Akibatnya adalah lapangan pekerjaan yang terbatas tersebut harus diperebut oleh warga Kota Medan sekitarnya. Pembangunan dibidang ketenaga kerjaan mencakup perluasan kesempatan kerja secara menyeluruh melalui peningkatan usaha produktif dan terpadu untk mengurangi tingkat pengangguran serta diarahkan pada kompetitif, kemandirian, peningkatan produktivitas, peningkatan pengupahan, perlindungan pekerjaan, dan kebebasan berserikat.

Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada tentang pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder tahun 1990-2012 dan pemecahan masalah dilakukan melalui regresi liner berganda mengunakan metode OLS ( uji t, uji F, uji Determinan dan Uji asumsi Klasik).

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi maka penulis menyimpulkan bahwa hubungna jenis kelamin (X1) terhadap Kesempatan Kerja (Y) diketahui sebesar 0,00 bahwa jenis kelamin berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Sedangkan umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,001. Sedangkan Tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan dan Tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,000.

(12)

ABSTRACT

Labor problem in Medan this until the next few years are limited employment opportunities, for this caused by the increase of the labor force is not accompainted by the creation of new jobs. The result is of labor force is not cuptured by resident of the surrounding field. Development in the field of employment includes employment expansion a whole through increased productive effort and integrated remedy reduce the level of unemployment and directed and directed at a competitive, selfreliance, increased productivity increased wages, job protection, and freedom of a ssociation.

Authors limit only on the issues discussed on the influence of gender, age, level of education, level of wages on employment in the city of Medan. Data collection techniques used are secondary data years 1990-2012 and solving problems carried through multiple linear regression method, OLS (t test, F test, test and test assumptions Determinants Classic).

Based on the analysis and evaluation, the authors conclude that gender hubungna (X1) of the Employment (Y) of 0.00 is known that sex is a positive and significant effect on employment. While age and a significant positive effect on employment of 0.001. While the level of education in a positive and significant effect and the wage rate is negative and significant effect on employment of 0,000.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi selain bertujuan untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, juga menciptakan lapangan kerja dan mengurangi

kemiskinan. Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari keberhasilan

dalam menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja. Kesempatan kerja

merupakan peluang bagi angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan.

Kesempatan kerja di Indonesia masih cenderung kurang, hal ini dilihat dari

jumlah pengangguran tahun 2012 di Indonesia mencapai 7,39 juta jiwa dari

118,19 juta jiwa angkatan kerja, sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80

juta jiwa (BPS 2012).

Kesempatan kerja merupakan suatu keadaan yang menggambarkan

ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja dan merupakan

kebutuhan pokok manusia yang tidak ada bedanya dengan sandang, pangan dan

papan serta merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan perekonomian suatu daerah. Selain itu indikator

ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam

menjalankan kebijakan ekonominya.

Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom yang berstatus kota, yang

memiliki jumlah penduduk yang tinggi, yaitu sebesar 2,1 juta jiwa. dengan jumlah

angkatan kerja sebesar 6,45 juta jiwa, dan jumlah pengangguran sebesar 0,39 juta

(14)

pendidikan, serta tingkat upah, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat

pengangguran. Penambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya dan masih

banyaknya jumlah pengangguran mengakibatkan masalah ketenaga kerjaan di

Kota Medan. Berikut ini data kependudukan Kota Medan berdasarkan jenis

kelamin dan umur.

Tabel 1.1

Data Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2010-2012

Tahun 2010 2011 2012

Umur

Jenis kelamin Jenis kelamin Jenis kelamin

Laki-Laki Perempuan laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

0-4 98.437 92.857 96.545 91.044 99.365 94.516

5-9 99.961 93.532 99.946 93.487 93.989 89.238

10-14 97.514 91.828 97.101 91.411 107.151 90.745

15-19 102.566 107.423 102.913 107.751 114.763 111.075 20-24 112.86 123.092 115.983 126.476 95.927 123.788 25-29 100.935 103.459 98.368 10.788 86.896 99.767

30-34 85.609 87.265 87.666 89.331 78.118 89.404

35-39 77.344 80.795 78.091 81.543 70.535 81.688

40-44 69.238 71.727 70.080 72.575 70.535 73.299

45-49 57.718 59.997 59.180 61.495 59.847 62.115

50-54 48.163 49.244 49.206 50.291 49.928 51.970

55-59 34.548 34.282 36.707 36.411 38.483 39.156

60-64 20.373 22.555 22.310 24.687 24.422 25.508

65-69 14.573 17.556 14.373 17.311 14.9788 17.588

70-74 9.596 12.384 11.337 14.627 9.978 12.746

75+ 7.491 12.688 6.754 11.436 7.312 12.328

Total 1.076.926 1.060.684 1.046.560 1.070.664 1.047.875 1.074.929 Sumber :BPS,Provinsi Sumatra Utara,2010

Berdasarkan data di atas, pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki lebih

tinggi daripada jumlah penduduk perempuan. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah

penduduk laki-laki mengalami penurunan, akan tetapi jumlah perempuan

(15)

mengalami peningkatan.Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2012 sebesar

1.407.875 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.074.929

jiwa.Sementara jumlah penduduk laki-laki pada usia produktif yaitu usia 25-29

tahun mencapai 100.935 jiwa, dan jumlah perempuan pada usia produktif

mencapai 103.459 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah

penduduk laki-laki usia produktif mencapai 86.896 jiwa dan jumlah perempuan

sebesar 99.767 jiwa.

Selain jenis kelamin dan umur tingkat pendidikan juga mempengaruhi

kesempatan kerja.Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kesempatan kerja

yang dimiliki semakin tinggi. Berikut jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan di Kota Medan.

Tabel 1.2

Tingkat Pendidikan Kota Medan Tahun 2010-2012

Tingkat

Sarjana/Diploma 2.720 4.491 511 607 2.071 2.761 Sumber : BPS,Provinsi Sumatra utara,2012

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan hal

yang paling utama dalam meningkatkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam

mengembangkan kualitas lingkungan pekerjaan atau meningkatkan kesempatan

kerja yang lebih baik dikedepannya. Tingkat pendidikan kota Medan yang lebih

(16)

yang memiliki peluang banyak terhadap kesempatan kerja yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki. Seseorang memiliki pendidikan yang lebih tinggi

dan dibarengi dengan keahlian-keahlian dibidangnya masing-masing, maka

peluang untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih mudah.

Dengan pendidikan yang lebih tinggi juga akan mempengaruhi tingkat upah

yang diterima. Tingkat upah kota Medan tiap tahunnya mengalami kenaikan

dalam tiga tahun terakhir (2010,2011,2013). Besar upah pada tahun 2010 sebesar

Rp. 1.100.000, tahun 2011 sebesar Rp. 1.197.000 dan pada tahun 2012 sebesar

1.200.000 (BPS 2012 Sumatera Utara).

Seiring dengan tuntunan kemajuan pertumbuhan yang pesat di Indonesia

pada umumnya, Kota Medan khususnya sangat dibutuhkan angkatan kerja yang

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, Karena kesempatan kerja sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur jenis kelamin dan upah. Dari latar

belakang di atas, menjadi dasar dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

dengan judul “Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat pendidikan,

Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas permasalan yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap kesempatan kerja?

2. Bagaimana pengaruh umur terhadap kesempatan kerja?

3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesempatan kerja?

(17)

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kesempatan kerja.

2. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap kesempatan kerja.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesempatan kerja.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap kesempatan kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi dan literature tambahan bagi mahasiswa yang ingin

melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai penambahan wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan

hubungan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan tingkat upah terhadap

kesempatan kerja.

 

 

 

 

 

 

 

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah

dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Tenaga kerja merupakan penduduk dengan

batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimal.Pembangunan

ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan saling berkaitan. Keterkaitan

itu mencakup tenga kerja dengan pengusaha, pemerintah dan masyarakat.

Menurut Undang-undang Pokok Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 yang

dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah Setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat.

Sedangkan menurut Depnakertrans Tahun 2006 pengertian

ketenagakerjaan ada 2 yaitu:

1. Setiap orang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

2. Setiap orang laki-laki atau perempuan yang berumur 15 tahun keatas yang

sedang dalam melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar

hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Permasalahan pokok dalam pengembagan kebijakkan ketenagakerjaan

(19)

masyarakat. Dipihak lain alat kebijakan ekonomi belanja dimaksudkan untuk

membantu dalam menentukan jumlah permintaan tenaga kerja. Sementara

kebijaksanaan makro ekonomi menentukan tingkat jumlah kesempatan kerja,

maka kebijakan ketenagakerjaan dapat menambah efektifnya penggunaan

kebijaksanaan fiskal, moneter dan anggaran belanja dengan menyediakan secara

tepat guna sumber daya untuk kesempatan kerja yang maksimum maupun untuk

menyelesaikan masalah struktur. Program-program ketenagakerjaan jika

digunakan bersama dengan kebijakan fiskal dan moneter dapat mengurangi

masalah struktur yang bercirikan adanya pengangguran yang tinggi (Basir

Barthos, 2004).

2.2 Teori Dan Struktur Ketenagakerjaan 2.2.1 Teori Ketenagakerjaan

Ada dua teori penting dalam kosep ketenagakerjaan yaitu teori Lewis

dalam (Mulyadi, 2003) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja

merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja pada satu

sektor akan memberikan andilterhadap pertumbuhan output dan penyediaan

pekerja di sektor lain. Teori kedua adalah Fei-Ranis dalam (Mulyady, 2003) yang

berkaiatn dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

kelebihan buruh, sumber daya alam yang belum dapat diolah, sebagian besar

penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat

pertumbuhan penduduk yang tinggi.Menurut Fei Rans ada tiga tahap

(20)

penganngur semu (yang tidak menambah out put pertanian) di alihkan ke sektor

industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja

pertanian menambah out put tetapi memproduksi lebih kecil dari upah

institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga,

tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian

menghasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah institusional.

2.2.2 Struktur Ketenagakerjaan

Struktur perekonomian suatu Negara dapat dicerminkan dengan struktur

lapangan pekerjaan utama, struktur jenis pekerjaan utama dan status pekerjaan

utama dari para pekerjaannya (Mulyadi, 2006). Lapangan pekerjaan utama

seseorang adalah bidang kegiatan utama pekerja tersebut. Lapangan pekerjaan

utama biasanya digolongkan atas:

1. Pertanian, perburuan, kehutanan, perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan

4. Listrik, gas, dan air

5. Bangunan

6. Perdangangan besar, eceran dan rumah makan

7. Angkutan, usaha pergudangan dan komunikasi

8. Keuangan, asuransi, persewaan bangunan dan tanah serta jasa perusahaan

9. Jasa masyarakat

(21)

Jenis pekerjaan utama seseorang adalah macam pekerjaan yang dilakukan

pekerja tersebut. Jenis pekerjaan utama biasanya digolongkan atas:

1. Tenaga professional, teknisi dan sejenisnya

2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

3. Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis

4. Tenaga usaha penjualan

5. Tenaga usaha jasa

6. Tenaga usaha pertanian, perkebunan dan perikanan

7. Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar

2.2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah.

Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin rendah permintaan pengusaha akan

tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah

dengan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh penawar untuk ditawarkan.

Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada: (1) besarnya penduduk,

(2) persentase penduduk yang memilih berada pada angkatan kerja, (3) jam kerja

yang ditawarkan, dimana komponen tersebut tergantung pada tingkat upah.

Berikut gambar 2.1 yang menunjukkan adanya keseimbangan antara

permintaan dan penawaran kerja.

 

 

(22)

W   

 

SL

We 

DL

0  Ne N 

Sumber: Mulyadi Subri, 2006

Gambar 2.1

Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Keterangan:

SL : Penawaran tenaga kerja (Supply of Labor) DL : Permintaan tenaga kerja (demand for Labor) W : Upah rill

N : Jumlah tenaga kerja

Ne : Jumlah tenaga kerja yang diminta We : Tingkat Upah

E : Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa jumlah orang yang

menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja

yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat Upah keseimbangan

We. Dengan demikian titik-titik keseimbangan adalah titik E. Disini ada tidak

ada exses supply of labor maupun exses demand for labor. Pada tingkat upah

(23)

berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut

dengan full employment pada tingkat We tersebut.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah

ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran angkatan kerja pada suatu

tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat terlihat dalam gambar 2.2 seperti

di bawah. Pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar

daripada permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan

dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 ini

sebanyak N1 N2.

 

SL 

Excess SL 

W1 

DL 

0  N1  N2

Sumber: Mulyadi Subri, 2006

Gambar 2.2

Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja (Excess Supply Of Labour)

Keterangan gambar:

W    : Tingkat Upah

(24)

Pada gambar 2.3 terlihat adanya excess demand supplyfor Labor. Pada

tingkat upah w2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya, untuk

bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3 tenaga kerja sedangkan yang

diminta adalahsebanyak N4 tenaga kerja.

W   

 

SL

W2 

Excess 

DL  DL

0  N1  N2 N 

Sumber : Mulyadi Subri, 2006

Gambar 2.3

Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Demand For Labour).  

2.3 Tingkat Partisipasi Kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPK) atau Labour Force Participation

(LPFR) suatu kelompok penduduk tertentu merupakan perbandingan antara

jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang

(25)

TPK= %

Menurut Sony Sumarsono (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

besarnya TPK yaitu:

1. Jumlah penduduk yang masih bersekolah

Semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil jumlah

angkatan kerja dan semakin kecil TPK.

2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga

Semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah

tangga, semakin kecil TPK.

3. Tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga

Keluarga berpendapatan besar relatif terhadap biaya hidup, cenderung

memperkecil anggota keluarga untuk bekerja, jadi TPK relatif rendah. Dan

sebaliknya keluarga yang biaya hidupnya sangat besar relatif kepada

penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota keluarga

untuk bekerja, jadi TPK relatif tinggi.

4. Umur

Penduduk berumur muda umumnyatidak mempunyai tanggung jawab begitu

besar, sebagai pencari nafkah untuk keluarga, bahkan mereka umumnya

bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 22-55 tahun, terutama laki-laki

umumnya dituntut untuk ikut mencari nafkah, oleh sebab itu TPK relatif

besar. Sedangkan penduduk di atas usia 55 tahun kemampuan bekerja sudah

(26)

5. Tingkat upah

Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota

keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi

TPK.

6. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan

untuk bekerja. Terutama bagi para wanita, dengan semakin tinggi pendidikan

kecenderungan untuk bekerja semakin besar dan TPK semakin besar.

7. Kegiatan ekonomi

Program pembangunan di sutu pihak menuntut keterlibatan lebih banyak

orang. Di lain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan-harapan

baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut

dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja.Jadi semakin bertambah

kegiatan ekonomi semakin besar TPK.

2.4 Pasar Kerja

Pasar kerja merupakan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari pelaku-pelaku

yang mempertemukan para pencari kerja dan lowongan pekerjaan.Pelaku ini

terdiri dari pengusaha, pencari kerja, serta perantara atau pihak ketiga yang

memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling

berhubungan. Penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja utama dan biasa

(27)

sudah bekerja di dalamnya dan sebaliknya penggolongan pasar kerja menurut

pasar kerja intern dan ekstern menekankan proses pengisian lowongan kerja.

Penyaluran keseluruhan persediaan tenaga kerja ini sangat tergantung pada

permintaan dan penawaran. Permintaan dipengaruhi oleh kekuatan pasar kerja.

Penawaran kerja mencakup yang sudah bekerja dan pencari pekerja. Tingkat

partisipasi tenaga kerja terdidik biasanya lebih tinggi daripada tingkat partisipasi

tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga kerja terdidik mempunyai produktivitas kerja

yang lebih tinggi dari tenaga kerja tidak terdidik. Penyediaan tenaga kerja terdidik

harus melalui sistem sekolah yang memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu

elastisitas penyediaan tenaga kerja terdidik lebih kecil daripada penyediaan

tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga tidak terdidik biasanya berasal dari keluarga

miskin, yang umumnya tidak mampu meneruskan pendidikan, sehingga terpaksa

mencari pekerjaan. Sedangkan teanga kerja terdidik umumnya berasal dari

keluarga yang lebih kaya, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke

pendidikan yang lebih tinggi.

2.5 Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja

2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesempatan Kerja

Tingkat partisipasi kerja (TPK) laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan

tingkat partisipasi kerja perempuan karena dianggap laki-laki merupakan tulang

(28)

laki-laki sangat selektif dalam mencari pekerjaan agar mendapat pendapatan

yang lebih tinggi (Payaman Simanjuntak, 2001).

2.5.2 Hubungan Umur dengan Kesempatan Kerja

Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam

mencarai nafkah, Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula

partisipasi dalam bekerja. Penduduk yang berusia 0-20 tahun umumnya tidak

mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah

untuk keluarga. Namun, umumya mereka dituntut untuk bersekolah. Penduduk

dalam kelompok umur 22-25 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk

mencari nafkah dan oleh sebab itu TPK relatif besar. Sedangkan penduduk usia

diatas 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun dan TPK umumnya

menurun.

2.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Kesempatan Kerja

Modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh

melalui pendidikan, mulai dari pendidikan anak-anak, sampai pada pelatihan

dalam pekerjaan. Jumlah tamatan pendidikan masyarakat menggambarkan tingkat

ketersediaan pendidikan terdidik atau sumber daya manusia pada suatu daerah.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesempatan kerja yang diperoleh juga

semakin tinggi dan tingkat partisipasi kerjanya juga semakin tinggi dan

sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka kesempatan untuk

(29)

2.6 Kesempatan Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ

yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan

atau disertai sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang

sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja (Yos

Merizal: 2008). Menurut Sadono Sukirno (2000) kesempatan kerja sebagai

sesuatu yang keadaan dimana semua pekerja ingin bekerja pada suatu tingkat upah

tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan. Sedangkan menurut

Sulityaningsih (1993) kesempatan kerja termasuk lapangan pekerjaan yang sudah

diduduki dan lowongan (vacancy).

Dari defenisi tersebut, maka kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi

golongan yaitu:

1. Kesempatan kerja permanen yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan

orang bekerja terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi

untuk bekerja. Misalnya seseorang yang bekerja pada instansi pemerintah

atau swasta yang memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja

di tempat lain.

2. Kesempatan kerja temporer, yaitu kesempatan kerja yang memungkinan

seseorang bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian

menganggur untuk menunggu kesempatan kerja baru.

Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan

ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Kesempatan kerja

(30)

nasional, melalui meningkatnya tingkat pendapatan perkapita (Mulyadi Subri,

2003).

2.7 Penelitian Terdahulu

Analisis pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah

terhadap kesempatan kerja di kota medan selalu menarik untuk diteliti. Salah satu

penelitian yang dilakukan oleh Indra Oloan Nainggolan (2009) dengan judul

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kesempatan Kerja pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode

Generaliezed Least Square (GLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan, Upah Minimum (UMK)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesempatan Kerja, sementara Tingkat

Bunga Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kesempatan

Kerja pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Furukh Bashir, Shahid Farooq, Shabaz

Nawaz, Munwar Bagum, Muhamad Asif Sandila, dan Muhamad Ramzan Arshad

(2012) dengan judul Education, Health, Employment in Pakistan dengan metode

analisis kointegrasi dengan menggunakan data tahun 1972-2010. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dalam konteks jangka panjang, pengeluaran pendidikan, total

rumah sakit, dan pengeluaran kesehatan sangat penting terhadap kesempatan kerja

di Pakistan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Tuminajati Budi Utami (2009) dengan

(31)

Angkatan Kerja dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Jember.

Dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan

menggunakan data tahun 1980-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upah

minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, PDRB

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, angkatan kerja dan

investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja.

2.8 Kerangka Berpikir

Adanya kecenderungan dalam meningkatnya jumlah tenaga kerja yang

menganggur dan tidak tertampung dalam pasar kerja merupakan masalah sistem

ketenagakerjaan di Indonesia termasuk Kota Medan khususnya banyaknya jumlah

penduduk yang mengalami pengangguran dan Kesempatan kerja yang rendah

sehingga peluang penduduk yang ingin mendapatkan pekerjaan menjadi

bertambah tinggi. Dengan terciptanya kesempatan kerja di Kota Medan akan

mengurangi pengangguran sehingga peluang pencari kerja mendapatkan

kesempatan untuk memiliki pekerjaan. Berkurangnya jumlah penganngguran

berarti kesejaterahan hidup masyarakat sudah tercapai.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, tingkat

pendidikan, tingkat upah sebagai variabel independen dan Kesempatan kerja

sebagai variabel dependen yang di ukur dari jumlah orang yang bekerja di Kota

Medan. Untuk mengetahui hubungan dari variabel independen dan variabel

(32)

 

     

   

Gambar 2.4

Kerangka Berpikir

Berdasarkan bangan di atas bahwa hubungan antara jenis kelamin dengan

kesempatan kerja yaitu bagaimana mengetahui tingkat partisipasi kerja (TPK)

laki-laki lebih berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi

kerja (TPK) perempuan dalam mendapatkan kesempatan kerja, sedangkan umur

berpengaruh terhadap kesempatan kerja yaitu bagaimana kita mengetahui tingkat

umur yang lebih selektif dalam mendapatkan kesempatan kerja.

2.9  Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir teoritis dan untuk menjawab tujuan peneliti

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif antara jenis kelamin dengan kesempatan kerja.

2. Terdapat pengaruh positif antara umur dengan Kesempatan kerja.

3. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat pendidikan dengan Kesempatan

kerja.

4. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat Upah dengan Kesempatan kerja. Jenis Kelamin

Umur

Tingkat Pendidikan

Tingkat Upah

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah peraturan kegiatan atau prosedur yang akan

dilakukan dengan mengumpulkan data guna memecahkan permasalahan dan

menguji hipotesis penelitian, metodologi penelitian juga merupakan analisis

teoritis mengenai suatu cara atau metode. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat

Pendidikan, tingkat Upah terhadap Kesempatan kerja di Kota Medan. Ruang

lingkup penelitian ini dilakukan di kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder

yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, catatan-catatan, internet, serta

sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik

(BPS) berupa data jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah dan

kesempatan kerja yang diukur berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja di kota

Medan.Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dalam runtun waktu

(34)

3.3Identifikasi variabel dan Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini indentifikasi variabel adalah satu variabel dependen

yaitu kesempatan kerja (Y) dan variabel independen yaitu jenis kelamin

(X1),umur (X2),Tingkat pendidikan (X3), Tingkat upah (X4).

1. Jenis kelamin (X1) adalah jumlah penduduk laki-laki dan perempuan

dalam mendapatkan kesempatan kerja. Diukur dengan skala dummy

variabel.

1 = Jika jenis kelamin laki-laki ; 0 = Jika jenis kelamin perempuan

2. Umur (X2) adalah Jumlah penduduk yang produktif 15 tahun ke atas

dalam memperoleh kesempatan kerja.

3. Tingkat pendidikan (X3) adalah Persentasi jumlah tingkat pendidikan di

kota medan. Diukur berdasarkan angka Melek Huruf.

4. Tingkat Upah (X4) adalah jumlah tingkat upah minimum tiap tahunnya.

Diukur dalam satuan rupiah.

5. Kesempatan kerja (Y) adalah jumlah penduduk yang bekerja di kota

Medan.

3.4Metode Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis

kuantitatif.dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), Untuk

menganalisis data penelitidengan menggunakan Model persamaan yang

(35)

Y= β0+β1D1X1+β2X2+β3X3+β4X4+µ

Keterangan :

Y = kesempatan kerja X1 = jenis kelamin

D1 merupakan Variabel Dummy jenis kelamin, dimana ; D1 = 1 Laki- laki

D1 = 0 Perempuan

X2 = Umur

X3 = Tingkat pendidikan X4 = Tingkat upah minimum β1β2β3β4 = Koefisien regresi

β0 = Konstanta

µ = Residu

  Selain peneliti menggunakan metode OLS sebagai alat analisis, peneliti

juga menggunakan uji signifikan Parsial (Uji t), Uji signifikan Simultan (Uji F)

Koefisien determinan (R2), dan Uji asumsi klasik.

3.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu

parameter (bi) sama dengan nol, atau :

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

(36)

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen.

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:

Quicklook: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan

derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat

ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain

kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila

nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita

menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

3.4.2 UJi Signifikan Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang

hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol,

atau:

H0 : b1 = b2 = ... =bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) tidak semua

parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

(37)

Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut:

Quicklook: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada

derajat kepercayaan 5%., Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif,

yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila

nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3.4.3 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) Pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dengan menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinan adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen yang terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.Secara umum koefisien determinasi

untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar

antara masing-masing pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu

(timeseries) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

(38)

tambahan jumlah variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan

nilai adjustedR2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak

seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun satu variabel independen ditambahkan kedalam model.

Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji

emperis didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap

bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka nilai adjusted R2= R2 = 1 sedangkan jika R2 = 0, makaadjusted R2 = (1-k)/(n-k). jika K>1 maka adjusted

R2 akan bernilai negatif.

3.5Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian, terhaap hipotesis akan dilakukan pengujian penyimpangan klasik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model

yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari penyimpanagn asumsi

klasik. Uji asumsi klasik tersebut antara lain sebagai berikut:

3.5.1 Multikolinieritas

Salah satu model asumsi klasik adalah tidak terdapat multikolinearitas

diantara variable dependen dan variabel independen dalam model regresi.

(39)

atau pasti antara variabel independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada

tidaknya multikolinearitas di dalam model yaitu dengan:

1. Nilai R square ( R2) yang dihasilkan oleh sutu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak

yang tidak signifikan mempengaruhi varaibel dependen.

2. Menganalisis matrik korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 9,0),s

maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3. Melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Suatu regresi

bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance kurang dari 10

dan nilai VIF lebih dari 10.

3.5.2 Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi tidak terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homokedasitisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas dalam

model persamaan regresi digunakan metode gleyser. Metode ini melakukan

regresi antara nilai absolut dari tiap variabel independen. Apabila koefisien regresi

tersebut signifikan maka terdapat heterokedastisitas di dalam data. (Gujarati

(40)

3.5.3 Autokorelasi

Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel error dengan

variabel error yang lain. Autokorelasi seringkkali terjadi pada data time series dan

dapat juga terjadi pada data cross section tetapi jarang (Widarjono,2007). Adapun

dampak dari adanya autokorelasi dalam regresi adalah sama dengan dampak dari

heteroskedastisitas yang telah diuraikan diatas yaitu walaupun estimator OLS

masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang minimum

dan menyebabkan perhitungan standar error metode OLS tidak bias dipercaya

kebenarannya.

Menurut Imam Ghozali (2002) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya),

dimana jika terjadi korelasi, maka indikasi masalah autokorelasi. Salah satu cara

yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji

Breusch-Godfrey (BG Test) (Gujarati 2003). Dimana koefisien autoregressive secara

keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada

setiap orde. Secara manual apabila X2 tabel lebih besar dibandingkan nilai

R-Square, maka model tersebut bebas autokorelasi.

 

 

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan 4.1.1 Letak Geografis

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran

tendah timur dari provinsi Sumatera utara dengan ketinggian berada di 22,5

meter dibawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu sungai

Babura yang bermuara di Selat Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,3º -3,43º LU dan 95,35º -98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota

Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang.Di sebelah utara

berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan

berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik

itu domestik maupun internasional.Kota Medan beriklim tropis basah dengan

curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota medan

berada pada maksimum 32,4ºC dan minimum 24ºC.

Kotamadya Medan memiliki 21 kecamatan dari 158 kelurahan. Adapun

(42)

Tabel 4.1

Luas Wilayah KotaMedan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%)

Sumber :BPS Medan Dalam Angka Tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terluas di Kota

Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan 3.667 Ha, sedangkan Kecamatan Kota

Medan yang memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan denga wilayah lainnya

adalah Kecamatan Medan Maimun sebesar 298 Ha. Berdasarkan Tabel 4.1 juga

dapat disimpulkan bahwa luas Kota Medan secara Keseluruhan adalah sebesar

(43)

4.1.2 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk Kota Medan tentunya memberikan pengaruh terhadapa

kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan.

Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu

kehidupan dan kesejaterahan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa

penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.

Progran kependudukan di Kota Medan seperti hanya di daerah Indonesia

lainnya meliputi : pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan

anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang

serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus di

tingkatkan.

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai suku dan etnis. Sebelum

kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah

Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli,

seperti: Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan

berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi

penduduk Medan berubah dengan hadirnya pendatang-pendatang seperti : Jawa,

Batak Toba, Cina, Dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah

bercampur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni

oleh berbagai macam etnis Seperti: Melayu, Simalungun, Batak Toba,

Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa dan lain sebagainya.

Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara

(44)

Komposisi penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat berdasarkan suku,

tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, umur tingkat pendidikan dan tingkat upah.

Adapun Komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan Jenis kelamin dapat

dilihat dalam tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010

NO Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Medan

Tuntungan 32.839 33.839 66.745

2 Medan Johor 51.567 53.452 105.109

Perjuangan 48.961 50.385 99.346

17 Medan

Tembung 68.418 68.225 136.643

18 Medan Deli 66.807 70.668 137.496

19 Medan Labuhan 45.72 49.914 95.639

20 Medan Marelan 46.038 49.905 95.943

21 Medan Belawan 47.572 45.309 92.881

Total 979.106 984.749 1.963.855

(45)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak

berada pada kecamatan Medan Deli dengan jumlah 137.496 orang yang dihuni

oleh 66.807 orang laki-laki dan 70.688 orang perempuan.Sementara itu, Medan

Deli juga lebih banyak di dominasi oleh jumlah penduduk perempuan yang

berjumlah 70.688 dan jumlah penduduk laki-laki paling terbanyak adalah

Kecamatan Medan Denai berjumlah 67.984 orang. Dari data tabel tersebut dapat

di simpulkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2002 bila dirinci

dari jenis kelaminnya Jumlah penduduk Perempuan sebesar 984.749 orang lebih

tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki 979.106 orang. Dengan

demikian jumlah penduduk kota Medan secara keseluruhan 1.963.855 orang.

4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin.

Kotamedan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini

merupakan kota terbesar di pulau Sumatera Kota Medan merupakan pintu gerbang

wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para

wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah daratan tinggi Karo.

Jumlah penduduk merupakan salah satu indikator dalam pembangunan dan

pertumbuhan perekonomian suatu daerah atau wilayah. Dengan semakin tingginya

jumlah penduduk yang ada di kota Medan maka kepadatan penduduk semakin

tinggi dan jumlah orang yang ingin mendapatkan pekerjaan juga semakin tinggi.

Jumah penduduk kota Medan lebih tinggi pada tahun 2009 yaitu dengan jumlah

3.605.686 jiwa, 2.117.224 jiwa untuk jumlah penduduk laki-laki dan 1.488.462

(46)

terendah pada tahun 1992 sebesar 180.970 dengan jumlah penduduk laki-laki

sebesar 90.760 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 90.210 jiwa.

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 1990-2012

Tahun Jenis kelamin Total Laki-Laki (%) Perempuan (%)

2000 945.847 958.426 1.904.273 49,66 50,33

2001 960.477 966.043 1.926.52 49,85 50,16

2002 979.106 984.776 1.963.882 49,86 50,14

2003 990.216 1.003.386 1.993.602 49,52 50,18

2004 995.968 1.010.174 2.006.142 49,64 50,35

2005 1.012.040 1.024.145 2.036.185 49,69 50,30

2006 1.027.607 1.039.681 2.067.288 49,70 50,29

2007 1.034.607 1.048.460 2.083.067 49,54 50,20

2008 1.039.707 1.062.398 2.102.105 49,46 50,53

2009 1.049.457 1.071.596 2.121.053 49,47 50,52

2010 1.409.559 1.374.129 2.783.688 50,63 49,36

2011 2.117.224 1.488.462 3.605.686 58,19 41,28

2012 1.047.875 1.074.929 2122804 49.362 50,63

Total 11.613.101 9.713.493 597.409.604 311,79 409,84 Sumber: BPS Medan Dalam Angka (Data Diolah)

Berdasarkan tabel diatas jumlah keseluruhan dari penduduk laki-laki

sebesar 11.613.101 sedangkan jumlah keseluruhan penduduk perempuan sebesar

9.713.493. Artinya jumlah penduduk laki-laki Kota Medan lebih tinggi

(47)

jumlah laki-laki dengan perempuan adalah sebesar 318 % dan 410 % (angka

dibulatkan dari total penjumlahan penduduk laki-laki dengan perempuan).

4.1.4 Tingkat Umur

Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam

mencarai nafkah, Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula

partisipasi dalam bekerja. Penduduk yang berusia 0-20 tahun umumnya tidak

mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah

untuk keluarga. Namun, umumya mereka dituntut untuk bersekolah. Penduduk

dalam kelompok umur 22-25 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk

mencari nafkah dan oleh sebab itu tingkat partisipasi kerja (TPK) relatif besar.

Sedangkan penduduk usia diatas 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun

dan tingkat partisipasi kerja (TPK) umumnya menurun.

Tingkat partisipasi umur yang bekerja di Kota Medan merupakan orang–

orang yang bekerja yang usia produktif (umur 15 tahun keatas). Perkembangan

penduduk kota medan yang aktif bekerja atau sedang bekerja serta mencari

pekerjaan paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 1.516.220 jiwa sedangkan umur

(48)

Tabel 4.4

Perkembangan Penduduk Berdasarkan Umur di Kota Medan Tahun 1990-2012

Tahun Jumlah Umur yang Produktif (15-45) Tahun

Sumber: BPS Kota Medan dalam Angka (data diolah)

4.1.5 Tingkat Upah

Definisi Upah berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 1997 tentang

ketenaga kerjaan, hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang

sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu jasa yang telah atau

akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan perundang-undang termasuk tunjangan bagi pekerja

(49)

Besarnya UMR (Upah Minimum Regional) yang sekarang lazim dikenal

dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) tiap tahunnya terus mengalami

peningkatan dan penurunan. Hal ini didasarkan pada kebutuhan fisik/hidup

minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, upah pada

umumnya yang berlaku secara regional, kelangsungan perusahaan, dan tingkat

perkembangan ekonomi regional atau pun nasional.

Tabel 4.5

Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan Tahun 1990-2012

Tahun Tingkat Upah

(50)

4.2 Hasil Model Estimasi dengan Analisis Regresi Berganda

Dari data yang diperlukan didalam model estimasi diperoleh dan dianalisis

melalui persamaan linier berganda dan melalui perhitungan komputer (lampiran)

dan menggunakan program SPSS dapat diperoleh koefisien dan besaran statistik

sebagai berikut:

Y= β0 + β1D1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ

Y = 65.175 + 17.120(1) X1 + 1.825 X2 + 0,014 X3 + (-0,007)

Y= β0 + β1D1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ

Y = 65.175 + 17.120(0) X1 + 1.825 X2 + 0,014 X3 + (-0,007)

  

Berdasarkan model dan hasil estimasi dengan menggunakan SPSS untuk

melihat bagaimana hubungan atau pengaruh antara variabel bebas yaitu jenis

kelamin, umur, tinngkat pendidikan dan tingkat upah terhadap variabel terikatnya

yaitu kesempatan kerja Kota Medan. Berikut ini adalah hasil pengujian regresi

linier berganda:

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Variabel

Koefisien

estimasi t-tabel Sig Keterangan

Constant 65,173

Jenis kelamin (X1) 17,210 1,714 0,000 Signifikan

Umur (X2) 1,825 1,714 0,001 Signifikan

Pendidikan (X3) 0,14 1,714 0,000 Signifikan

(51)

4.2.1 UJi Signifikan Parsial (Uji t)

Uji signifiknsi parameter parsial (Uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi

dari pengaruh independen terhadap variabel dependen secara individual dan

menganggap variabel lain konstan.bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20

atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0

dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain

kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel

independensecara individual mempengaruhi variabel dependen.

Dengan dilakukan melakukan uji-t yang mana untk melihat signifikansi

dari masing masing parameter secara individual atau untuk mengetahui pengaruh

variabel independen sercara parsial terhadap variabel dependen. Apabila

t

hitung <

t

tabel maka terima Ho (tidak signifikan).

Berdasarkan hasil pengujian estimasi maka dapat disimpulkan bahwa

variabel dependen berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel

independen. Adapun variabel – variabel yang dilakukan dengan tingkat

kepercayaan 95% dengan alpa 5 %.

Berdasarkan analisis regresi linier berganda diatas menunjukkan bahwa

kesempatan kerja kesempatan kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin dengan

koefisien 17,21 yang berarti bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berpeluang

terhadap kesempatan kerja dibanding dengan jenis kelamin perempuan.

Tingkat umur berpengaruh signifikan secara positif terhadap kesempatan

(52)

Koefisien umur sebesar 1,825 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan 1

tahun umur mempengaruhi kesempatan kerja.

Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan secara positif terhadap

kesempatan kerja dengan nilai t-hitung (7,264) lebih besar dari t-tabel (1,714),

koefisien tingkat pendidikan sebesar 0,14 yang menunjukkan bahwa setiap

penambahan 1 jenjang pendidikan akan mempengaruhi kesempatan kerja sebesar

1,4 %.

Tingkat upah berpengaruh signifikan secara negatif terhadap kesempatan

kerja dengan nilai t-hitung (2,430) lebih besar t-tabel (1,714) koefisien -0,007

setiap penambahan nilai 1 rupiah maka mempengaruhi tingkat upah sebesar 7 %

terhadap kesempatan kerja.

4.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen (jenis

kelamin, umur, Tingkat pendidikan, Tingkat upah) secara bersama-sama

(simultan) mempuyai pengaruh yang signifikan baik positif maupun negatif

terhadap variabel dependennya (Kesempatan kerja).

Dari uji ANOVA atau F hitug sebesar 30.669 dengan probabilitas 0,000.

Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan

untuk memprediksi kesempatan kerja atau apat dikatakan bahwa jenis kelamin,

umur, tingkat pendidikan, dan tingkat upah secara bersama-sama berpengaruh

(53)

Tabel 4.8

Hasil Estimasi Uji Simultan

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3413.420 4 853.355 30.669 .000a

Residual 500.838 18 27.824 Total 3914.258 22

a. Predictors: (Constant), tingkat upah, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan

4.2.1 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi ini digunakan untuk menjelaskan seberapa besar

pengaruh variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap varibel terkaitnya.

Nilai koefisien determinasi digunakan adjusted R square. Dari hasil perhitungan

dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh sebesar

0.872, yang berarti bahwa 87,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan tingkat upah dapat menerangkan 87,2 %

variabel kesempatan kerja di kota Medan. Sedangkan sisanya sebesar 22,8 %

kesempatan kerja dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model analisis dalam penelitian ini.

Tabel 4.7

Uji Koefisien Determinasi

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3413.420 4 853.355 30.669 .000a

Residual 500.838 18 27.824

Total 3914.258 22

(54)

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen

saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Ghozali,2007).

Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dapat dilihat dari Value Inflation

Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas dan

sebaliknya jika VIF < 10 tidak terjadi multikolonieritas (Wijaya, 2009).

Untuk analisinya dapat kita lihat dalam output hasil estimasi pada tabel di

(55)

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan dalam variabel- variabel yang

digunakan maka pemenuhan asumsi dari model statistika regresi berganda adalah

bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi.

Pengujian ada tidaknya multikolonieritas yaitu dengan melihat nilai hasil

tolerance VIF apakah koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar atau lebih

kecil dari 10.

Dari hasil estimasi dilihat dari nilai tolerance VIF diatas bahwa nilai X1

(jenis kelamin) 0,740 < 10 maka tidak ada gejala multikolonieritas dalam variabel

tersebut, Variabel X2 (umur) dilihat dari hasil estimasi nilai tolerance VIF sebesar

0,774 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas di dalam variabel X2

(umur). Variabel X3 (tingkat pendidikan) dari hasil estimasi nilai tolerance

sebesar 0,522 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas dalam variabel

X3 (tingkat pendidikan). Kemudian variabel X4 (tingkat upah) dari hasil estimasi

nilai tolerance sebesar 0,458 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas

dalam variabel X4 (tingkat upah).

Dan dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa di dalam hasil estimasi

yang dilakukan di atas semua variabel-variabel tidak mengalami gejala

multikoloneritas atau hasil estimasi tersebut multikolonieritas terpenuhi.

4.3.2 Heterokedasititas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel penganggu

mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedasititas mempunyai suatu

keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain

(56)

akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien.

Hasil penafsiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heteroskedasititas

bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier, yaitu bahwa variasi

residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homokedastisitas.Untuk

mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas dalam model persamaan regresi

digunakan metode glejser. Metode ini melakukan regresi antara nilai absolut dari

tiap variabel independen. Apabila koefisien regresi tersebut signifikan maka

terdapat heterokedastisitas di dalam data (Gujarati Damondar,2003). Selain

metode glejser digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya

heterokedasititas dapat juga di gunakan dengan melihat grafik plot antara nilai

prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.

Deteksi ada atau tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual ( Y

prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di studentized.

Dasar analisisnya adalah sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit).

2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasititas.

(57)

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedasititas 

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa tidak terjadi

heteroskedasititas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat dikatakan uji ini

heteroskedastitas terpenuhi.

Uji heteroskedassititas dengan menggunakan metode glejser, uji glejser

dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolute

residualnya. Jika nilai signifikan antara variabel independen dengan absolute

residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Untuk

mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari tabel sebagai

Gambar

Tabel 1.1 Data Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Umur Tahun
Tabel 1.2
Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Gambar 2.2 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi terhadap kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara

“Pengaruh tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, agama dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir”.. 1.2

Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Kota (Umk) Medan Tahun 2013 Terhadap Tingkat Konsumsi Buruh Di Kawasan Industri Medan (Kim) Persero.. Tanggal,

Skripsi dengan judul ”Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Upah Minimum dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhdap Kesempatan Kerja di Provinsi Bali” disusun

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI (UMUR, JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN) DENGAN KUALITAS HIDUP PENDUDUK DI KELURAHAN KOLONGAN KECAMATAN TOMOHON TENGAH KOTA

Berdasarkan uji t diperoleh koefisien regresi untuk variabel Tingkat Upah adalah 0,221 dengan nilai t hitung 0,292 &lt; t tabel 1,990, nilai ini tidak signifikan

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui tamatan pendidikan dan tingkat upah diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran terdidik, dengan asumsi banyak lapangan