SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM PROVINSI, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INVESTASI TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA UTARA
OLEH
Yenima Reva Sembiring 100501067
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Besarnya pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara mengindikasikan tingkat kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Utara masih rendah. Meskipun upah minimum dan investasi terus mengalami peningkatan namun belum dapat memperluas kesempatan kerja. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan namun tidak memberikan penambahan kesempatan kerja yang terlalu besar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi di Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan teknik analisis data OLS (Ordinary Least Square), yang terdiri dari data time series selama periode 2001-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upah minimum provinsi dan investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja. Arah koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa peningkatan upah minimum provinsi dan investasi dapat mengurangi kesempatan kerja dan arah koefisien regresi positif menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi meningkat dapat menyebabkan peningkatan kesempatan kerja.
ABSTRACT
The magnitude of population growth in North Sumatra indicates the level of employment in the province of North Sumatra is still low. Although the minimum wage and investment continued to increase but has not been able to expand employment opportunities. Economic growth has increased but did not provide additional employment opportunities that are too large. The purpose of this study was to determine the effect of the provincial minimum wage, economic growth and investment in North Sumatra. This study using secondary data with techniques OLS (Ordinary Least Square)n analysis, which consists of the time series data over the period 2001-2012. The results of this study indicate that the provincial minimum wage and investments and no significant negative effect on employment, economic growth has a positive effect on employment. Directions negative regression coefficient indicates that an increase in the provincial minimum wage and investment can reduce employment opportunities and positive regression coefficient indicates the direction that the increased economic growth can lead to increased employment opportunities.
Key Word : Provincial Minimum Wage, economic Growth,Investment, employment opportunity
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus, oleh karena kasih karuniaNya
yang di berikan kepada penulis yang telah menyelesaikan pengerjaan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi, Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tahun
akademik 2013/2014. Adapun pengerjaan skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, yakni Bapak Marthin Sembiring dan Ibunda tercinta Berliana Hutauruk yang telah memberikan kasih sayang yang tulus seumur hidup saya.
Adapun keberhasilan pengerjaan skripsi ini tidak terlepas oleh pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu kelacaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya
mengucapkan terima kasih yang besar kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec., Ac., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan dan Drs. Syahrir Hakim Nasution, S.E., M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.Hd selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan dan Paidi Hidayat, S.E., M.Si selaku Sekretaris Program Studi S-1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.si selaku dosen pembimbing telah banyak memberikan
5. Bapak Kasyful Mahali, S.E., M.Si dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen
Pembanding, yang juga telah memberikan masukan bagi pengerjaan Skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Pegawai Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh teman-teman ekonomi pembangunan angkatan 2010.
Demikianlah penulisan ini saya buat, atas kesalahan maupun kelalaian penulis
lakukan, saya memohon maaf. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... …… i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Perumusan Masalah ………... 5
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ……… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 7
2.1 Ketenagakerjaan ………. 7
2.1.1 Kesempatan kerja dan Tenaga Kerja………... 7
2.1.1 Jenis-jenis Tenaga Kerja ……….. 9
2.1.3 Teori Tenaga Kerja……… 10
2.2 Upah ………. 11
2.2.1 Pengertian Upah ………... 11
2.2.2 Teori-teori Upah Tenaga Kerja……… 12
2.3 Pertumbuhan Ekonomi ……….. 16
2.3.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ………. 17
2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja ………... 18
2.4 Investasi ………... 19
2.4.1 Jenis-Jenis Investasi ……….. 20
2.4.2 Investasi dan Kesempatan Kerja ……… 20
2.5 Penelitian Terdahulu ……….. 21
2.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………... 23
2.7 Kerangka Konseptual ………. 24
2.9 Hipotesis ………... 24
BAB III METODE PENELITIAN ………. 25
3.1 Jenis Penelitian ………... 25
3.2 Batasan Operasional ……….. 25
3.3 Defenisi Operasional ……….. 25
3.4 Jenis Data ……… 26
3.5 Metode Pengumpulan Data ………... 26
3.6 Teknik Analisis Data ……….. 26
3.6.1 Analisis Linier Berganda ……….. 27
3.6.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ………... 28
3.6.2.1Uji Multikolinieritas ……….. 28
3.6.2.2Uji Heterokedastisitas ………... 28
3.6.2.4Uji Autokorelasi ………... 29
3.6.3 Pengujian Hipotesis ………... 30
3.6.3.1Pengujian Signifikan Parameter Individual ………. 30
3.6.3.2 Koefisien Determinasi (�2) ………... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… . 32
4.1 Hasil Penelitian ……….. 32
4.1.1 Perkembangan Kesempatan Kerja Di Sumatera Utara ……… 32
4.1.2 Perkembangan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara …... 33
4.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara …... 35
4.1.4 Perkembangan Investasi Provinsi Sumatera Utara …………... 37
4.2 Analisis Hasil ………. 39
4.2.1 Hasil Analisis Regresi ……….. 39
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ……… 40
4.2.2.1 Hasil Uji Multikolinieritas ………. 41
4.2.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………. 41
4.2.2.3 Hasil Uji Normalitas ………... 43
4.2.2.4 Hasil Uji Autokorelasi ……… 43
4.2.3 Pengujian Hipotesis ………. 44
4.2.3.1 Uji Signifikan Parameter Individu (Uji Statistik t) ……… 46
4.2.3.2 Uji Koefisien Determinasi ……….. 46
4.3 Pembahasan ………... 46
4.3.1 Pengaruh Upah Minimum Provinsi Terhadap Kesempatan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara………... 47
4.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara ……… 48
4.3.3 Pengaruh Investasi Terhadap Kesempatan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara ……… 49
BAB V PENUTUP ……… 52
5.1 Kesimpulan ………. 52
5.3 Saran ………... 53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Provinsi Sumatera Utara ………... 32
Tabel 4.2 Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara ……….. 34
Tabel 4.3 Perkembangan Pertumbuhan UMP Sumatera Utara ………... . 35
Tabel 4.4 Perkembangan PDRB menurut ADHB dan ADHK Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2008-2012 (Miliar Rupiah) ………... 36
Tabel 4.5 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012 ………. 37
Tabel 4.6 Hasil Regresi Model Kesempatan Kerja Provinsi Sumatera Utara …... 38
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ………... 41
Tabel 4.8 Hasil Regresi Uji White Hteroskedasticity Cross Term ………. 42
Tabel 4.9 Hasil Regresi Uji Autokorelasi……….. 44
ABSTRAK
Besarnya pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara mengindikasikan tingkat kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Utara masih rendah. Meskipun upah minimum dan investasi terus mengalami peningkatan namun belum dapat memperluas kesempatan kerja. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan namun tidak memberikan penambahan kesempatan kerja yang terlalu besar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi di Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan teknik analisis data OLS (Ordinary Least Square), yang terdiri dari data time series selama periode 2001-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upah minimum provinsi dan investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja. Arah koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa peningkatan upah minimum provinsi dan investasi dapat mengurangi kesempatan kerja dan arah koefisien regresi positif menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi meningkat dapat menyebabkan peningkatan kesempatan kerja.
ABSTRACT
The magnitude of population growth in North Sumatra indicates the level of employment in the province of North Sumatra is still low. Although the minimum wage and investment continued to increase but has not been able to expand employment opportunities. Economic growth has increased but did not provide additional employment opportunities that are too large. The purpose of this study was to determine the effect of the provincial minimum wage, economic growth and investment in North Sumatra. This study using secondary data with techniques OLS (Ordinary Least Square)n analysis, which consists of the time series data over the period 2001-2012. The results of this study indicate that the provincial minimum wage and investments and no significant negative effect on employment, economic growth has a positive effect on employment. Directions negative regression coefficient indicates that an increase in the provincial minimum wage and investment can reduce employment opportunities and positive regression coefficient indicates the direction that the increased economic growth can lead to increased employment opportunities.
Key Word : Provincial Minimum Wage, economic Growth,Investment, employment opportunity
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan
Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja yang besar pula. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
Menurut ILO (International Labour Organization), ketenagakerjaan Indonesia antara Agustus 2012 dan 2013 menandakan Indonesia mengalami pertumbuhan pengangguran. Partisipasi angkatan kerja juga menurun pada Agustus 2012 dari 67,9 persen menjadi 66,9 persen pada
Agustus 2013. Struktur pasar tenaga kerja di Indonesia memiliki perubahan yang relatif cepat. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam produktivitas. Pembangunan tidak
terlepas dari tenaga kerja, dengan tenaga kerja yang produktif maka pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan dapat meningkatkan taraf kehidupan penduduk. Tenaga kerja dengan sumber daya manusia yang tersedia dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi proses
pembangunan. Oleh karena itu, ketenagakerjaan di Indonesia menjadi permasalahan yang tidak pernah selesai dalam pembahasannya.
Salah satu indikator dalam mendorong pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat dalam meningkatkan lapangan kerja yang produktif. Hal ini dapat diwujudkan dari peningkatan kesempatan kerja dan produktifitas tenaga kerja.
Pertumbuhan ekonomi dalam hal kesempatan kerja dapat dipertanyakan sejauh mana pertumbuhan ekonomi memberikan bagiannya dalam menyediakan lapangan kerja yang banyak
efisiensi dimana pertumbuhan diterjemahkan menjadi lapangan kerja produktif. Lapangan kerja
produktif bergantung dari serangkaian faktor, seperti komposisi sektor pertumbuhan, intensitas modal/tenaga kerja pertumbuhan dan penghasilan dari pekerjaan (ilo.org).
Dalam (Mulyadi Subri, 2003), Kusumosuwidho (1981) mengatakan salah satu masalah yang
biasa muncul dalam bidang tenaga kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat
upah. Setiap tahun, permasalahan ini selalu ada di Indonesia. Walaupun setiap tahun pemerintah menaikkan UMP (Upah Minimum Provinsi), namun tenaga kerja atau buruh selalu tidak puas dan menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dengan menuntut kesejahteraan mereka.
Upah merupakan salah satu indikator penting dalam hubungannya dengan kesempatan kerja. Di Indonesia upah menjadi salah satu hal penting yang terus menerus dibahas, karena masih
rendahnya sistem pengupahan yang ada di Indonesia.
Dasar tujuan diberikan upah kepada tenaga kerja adalah pertama, menarik pekerja berbakat agar masuk ke dalam perusahaan. Kedua, mempertahankan karyawan terbaik agar tidak pindah
ke perusahaan lain. Ketiga, memotivasi karyawan dalam bekerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 upah minimum terbagi dalam 3 jenis yaitu: Upah minimum regional,
Upah minimum sektor regional dan Upah minimum Sub sektor regional. Namun terjadinya otonomi daerah melalui peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000, pemerintah mengubah pemberlakuan upah minimum regional (UMR) menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) yang
besarannya ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur dalam kurun waktu 1 tahun sekali.
Upah minimum provinsi Sumatera Utara terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.
yang berarti mengurangi kesempatan kerja. Sebaliknya, usaha memperluas kesempatan kerja
cenderung berakibat tingkat upah relatif rendah bahkan dalam banyak kasus sampai di bawah tingkat upah minimum yang ditetapkan pemerintah (Embang dan Cahyono, 1991). Pemerintah dalam menetapkan upah minimum mengkaji sesuai dengan kelayakan masyarakat dan
penyesuaian kenaikan harga (inflasi). Besaran upah minimum ditetapkan atas pertimbangan dewan pengupahan yang melibatkan masukan dan saran dari pekerja, pengusaha dan pemerintah.
Meskipun demikian bagi masyarakat upah minimum yang ditetapkan pemerintah masih saja kurang dan tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini dibuktikan dari terus adanya tuntutan dari para pekerja atau buruh pada tahun 2013. Buruh meminta agar pada tahun
2014 pemerintah menaikkan upah minimum provinsi 50% dari UMP tahun 2013. Para pekerja atau buruh meminta kenaikan karena adanya beban dari kenaikan BBM, inflasi dan faktor
lainnya. Namun pemerintah tidak mengabulkan tuntutan buruh tersebut karena pemerintah telah menetapkan UMP Sumatera Utara 2014 yaitu sebesar Rp 1.505.850, jumlah ini naik 9,52% dari UMP Sumatera Utara yaitu Rp 1.375.000 pada tahun 2013. Jumlah ini tetap saja kurang bagi
para pekerja atau buruh di Sumatera Utara. Oleh sebab itu, tingkat upah seharusnya dapat memberikan penjelasan tambahan seberapa besar pertumbuhan ekonomi dapat menghasilkan kesempatan kerja.
Disamping itu dalam mempercepat proses pembangunan, penyediaan lapangan kerja, memperbaiki tingkat upah yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, investasi
juga merupakan salah satu kegiatan yang mendorong perekonomian Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang masih menarik bagi para investor untuk berinvestasi. Di Sumatera Utara investasi yang dapat menjanjikan sangat beragam seperti sektor
sebagainya. Jika dilihat dari potensi yang dimiliki Sumatera Utara seharusnya kegiatan investasi
telah dikelola dengan baik dan benar, dan menjadi provinsi yang sejahtera. Namun pada kenyataannya warga Sumatera Utara masih jauh dari sejahtera, pengangguran masih banyak dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menganalisis atau melihat perkembangan kesempatan kerja dihadapkan dengan tingkat upah, pertumbuhan ekonomi dan investasi di
Sumatera Utara. Untuk maksud tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh UMP (Upah Minimum Provinsi), Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja di Sumatera Utara”
1.2Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi provinsi Sumatera Utara dalam hal pengupahan adalah masih
terdapatnya penetapan upah yang dilakukan dibawah rata-rata yang ditetapkan pemerintah dan masih banyak tenaga kerja yang menerima walaupun ditetapkan demikian. Sehingga ketika para pengusaha menetapkan upah yang sesuai dengan kebijakan pemerintah, apakah masih banyak
terdapat kesempatan kerja yang tersedia. Demikian halnya dengan pertumbuhan ekonomi dan investasi, pada saat rendah dan saat tingginya pertumbuhan ekonomi dan investasi, apakah akan
mempengaruhi kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengungkapkan masalah :
2. Seberapa besar pengaruh UMP (Upah Minimum Provinsi) terhadap kesempatan kerja di
Sumatera Utara?
3. Seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara?
4. Seberapa besar pengaruh investasi terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Menganalisis berapa besar pengaruh UMP (upah minimum provinsi) terhadap
kesempatan kerja di Sumatera Utara.
2. Menganalisis berapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.
3. Menganalisis berapa besar pengaruh investasi terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.
4. Mengetahui variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kesempatan kerja di Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Sebagai informasi bagi pemerintah mengenai perkembangan kesempatan kerja dan keadaan upah minimum, pertumbuhan ekonomi dan investasi di Sumatera Utara.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa
maupun lanjutan di bidang pembangunan ekonomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Ketenagakerjaan
2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja
Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut Payaman (2001), kesempatan kerja adalah penduduk
yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan kerja adalah termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan masih lowong. Dari
lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan tenaga kerja yang datang. Adanya kebutuhan tersebut berarti ada kesempatan kerja bagi orang yang menganggur untuk bekerja (Tambunan, 1998). Dengan kata lain, kesempatan kerja disini tidak menunjukkan pada
potensi tetapi pada fakta jumlah orang yang bekerja. Dan jumlah orang yang bekerja tersebut termasuk kategori tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja sangat dibutuhkan oleh
perusahaan/lembaga pada suatu tingkat upah tertentu.
Dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Sedangkan dalam buku Lalu Husni “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” Payaman J.
Simanjuntak mengatakan bahwa tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Penulis yang lain mengatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk
dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika
mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003).
Semua defenisi dari tenaga kerja tersebut menyimpulkan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dengan usia kerja yang telah ditetapkan yang dapat memproduksi barang atau jasa dan
sesuai dengan permintaan dari mereka. Adanya permintaan tenaga kerja karena terdapat kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai
imbalannya (Suroto, 1992). Kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang seorang pengusaha bersedia untuk memperkerjakan pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu. Tenaga kerja terdiri dari : 1) Angkatan Kerja (Labor
Force) dan 2) Bukan Angkatan Kerja.
Angkatan kerja (Labor Force) adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi
siap untuk mencari kerja. Dan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga dan para penyandang cacat lanjut usia (Prijono, 1996).
2.1.2 Jenis-Jenis Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Tenaga kerja terampil tinggi (high skilled labour). Yang termasuk ke dalam kelompok
2. Tenaga kerja tidak terampil (casual white collar worker) namun masuk ke dalam “kerah
putih” adalah yang bekerja pada jenis digit 3,4 dan 5 yakni tenaga tata usaha yang sejenis, tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa
3. Tenaga kerja kasar (blue collar worker) yang masuk ke dalam digit 6/7/8/9 dan lainnya,
yakni mereka yang bekerja sebagai tenaga usaha pertanian, peternakan, perburuan dan perikanan, tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar serta lainnya
(Elfindri dan Nasri, 2004).
Di Sumatera Utara jenis pekerjaannya lebih banyak tenaga kerja tidak terampil (casual white
collar worker) yaitu sebagai buruh dan karyawan sebanyak 28,43% dari jumlah angkatan kerja di
Sumatera Utara Februari 2012 sebanyak 6,56 juta orang (dephut.go.id).
2.1.2 Teori Tenaga kerja
Lewis, (dalam Sadono Sukirno, 2006) menyatakan bahwa Kenaikan produktivitas
merupakan keadaan yang menyebabkan proses pembangunan terus-menerus berlangsung. Dengan adanya kenaikan produktivitas maka produk marjinal tenaga kerja di sektor kapitalis dapat dipertahankan agar besarnya tetap lebih dari tingkat upah di sektor tersebut. Keadaan ini
Dapat disimpulkan bahwa inti dari teori Lewis memberikan gambaran tentang peranan
pembentukan modal terhadap perkembangan kesempatan kerja dan kenaikan produktifitas dan akibat dari perubahan-perubahan tersebut kepada perekonomian. Teori Lewis mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja
satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain.
Teori Fei-Ranis berpendapat bahwa berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran dan tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana pengangguran semu dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang
sama. Kedua, tahap dimana pekerjaan pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor indutri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih daripada
perolehan upah institusional.
2.2Upah
2.2.1 Pengertian Upah
Dalam peraturan pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang perlindungan upah disebutkan bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan,
baik untuk buruh itu sendiri maupun keluarganya.
Dalam pasal 1 angka 30 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Dengan kata lain bahwa upah adalah imbalan yang didapat pekerja/buruh atas pekerjaan
yang dilakukan dengan adanya suatu perjanjian kerja yang telah disepakati. Walaupun adanya perjanjian kerja yang disepakati, namun pemerintah membuat kebijakan untuk melindungi para
pekerja/buruh atas upah yang mereka terima. Agar para pengusaha juga tidak dapat memberikan upah yang terlalu rendah kepada pekerja/buruh. Sebagaimana undang-undang No. 13 Tahun 2003 menyebutkan setiap/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan standar upah terendah melalui peraturan perundang-undangan yang disebut upah
minimum atau dalam era otonomi daerah saat ini disebut “Upah Minimum Provinsi”. Upah minimum provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah tertentu.
Tujuan ditetapkannya upah minimum adalah untuk memberikan penghasilan yang layak bagi
pekerja tanpa harus mengenyampingkan produktifitas perusahaan.
2.2.2 Teori-teori Upah Tenaga Kerja
Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dibedakan atas dua ekstrim.
Pertama, didasarkan pada ajaran Karl Marx yang berpendapat :
1. Teori nilai, bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilai suatu
barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut.
2. Peranan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata sangat berpengaruh dalam penentuan
harga. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh. Dengan demikian munculnya pengangguran yang besar.
Dengan adanya pengangguran yang besar ini pengusaha dapat menekan upah.
Didalam pembahasan mengenai tenaga kerja, diasumsikan terdapatnya keseimbangan antara penawaran dengan permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dengan jumlah tenaga
kerja yang tertentu pula. Bila ada campur tangan pemerintah ataupun desakan tenaga kerja dalam menentukan upah minimum, keseimbangan ini tidak menunjukkan tingkat upah yang berlaku di
pasar kerja. Dalam teori tenaga kerja yang ditandai dengan persaingan, diperkirakan pengenaan upah minimal yang efektif akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Hal ini bisa diperhatikan dalam gambar dibawah ini.
Upah
Um ---a--b---c Ue ---
S
TKm D
0 Tke Jumlah Tenaga Kerja
Gambar 2.1 Pengaruh Upah Minimal Resmi Dalam Pasar Persaingan Sempurna
Kurva permintaan tenaga kerja adalah DD dan kurva penawarannya adalah SS. Titik pertemuan kedua kurva ini menunjukkan keseimbangan upah pada Ue dan banyaknya tenaga kerja yang
dipekerjakan Tke. Apabila ditetapkan upah minimum sebesar Um, yang berada di atas upah nyata di pasar Ue, maka jumlah tenaga kerja yang dikerjakan akan berkurang dari Tke ke titik TKm.
Pengurangan pekerja sebesar TKe – TKm ini lebih kecil dari kelebihan penawaran tenaga kerja akibat penetapan upah minimum. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya orang yang ingin masuk pasar kerja bila mendengar upah dinaikkan. Namun, harapan mereka sia-sia, karena dari
gambar tersebut tampak, bila upah dinaikkan maka pengusaha justru berusaha mengurangi pekerjanya. Sehingga orang-orang yang ingin bekerja dengan tingkat upah yang baru, Um, tidak
bisa dipekerjakan. Keadaan ini menyebabkan sebagian orang kehilangan pekerjaannya, garis ab, dan yang lain mungkin bekerja dimana saja meskipun dengan tingkat upah yang lebih rendah dari Um, seperti ditunjukkan dengan garis bc (Prijono, 1989).
1. Teori ini menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif.
2. Teori kedua menyatakan, upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Para pekerja keluar dari pekerjaannya karena berbagai alasan untuk menerima posisi yang lebih baik di perusahaan lain, mengubah karier atau pindah ke wilayah lain. Teori ini
lebih relevan bagi negara-negara maju.
3. Teori ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja perusahaan
bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya
4. Teori keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja.
Upah di provinsi Sumatera Utara lebih mengarah kepada teori upah-efisiensi poin ketiga dan
keempat. Hal ini dibuktikan karena banyaknya tuntutan dari masyarakat dalam meningkatkan upah minimum provinsi.
Dalam buku Elfindri dan Nasri, Manning (2000) menyampaikan pendekatan Keynessian dan
Neo Klassic yaitu penggunaan asumsi bekerjanya dampak perubahan upah terhadap penggunaan
ketenagakerjaan pada perekonomian makro. Keynessian dengan non-flexible wage hypothesis
menyatakan bahwa penurunan nilai real upah menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja. Sedangkan Neo Klassic dalam flexible wage hypotesis menyatakan dampak penurunan upah
menyebabkan berpindahnya tenaga kerja dari sektor upahan ke sektor non upahan. Akan tetapi hipotesa Neo classic lebih relevan untuk tenaga kerja di Sumatera Utara khususnya pada masa sekarang.
dan menunjukkan peningkatan kesempatan kerja sebanyak 5 persen, itu berarti upah minimum
provinsi menambah jumlah orang yang bekerja sebanyak 5 persen.
2.3Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Schumpeter dalam (Iskandar, 2008) pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan
output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan.
Pendapat lain mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa (Muana Nanga, 2005). Dalam Sadono Sukirno (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu
ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Prof. Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya.
Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi lebih mengacu pada perubahan kuantitatif dan diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) / Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau pendapatan atau output perkapita.
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut Adam Smith, pembangunan merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan
mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan, karena spesialisasi akan mendorong tingkat perkembangan teknologi (Suryana, 2000).
2. Teori Basis Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pembangunan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja, bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja (Job creation) baru (Arsyad, 2010).
Strategi pembangunan daerah berdasarkan teori ini memberikan penekanan kepada pentingnya dunia usaha yang mempunyai pasar secara luas. Laju pertumbuhan ekonomi pada
suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Yt = PDRBt−PDRBt−1
PDRBt−1 X 100
Secara teori semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu sektor, maka semakin tinggi pertumbuhan kesempatan kerja sektor tersebut. Dengan kata lain hubungan pertumbuhan
ekonomi dengan kesempatan kerja sangat erat, semakin baik peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka semakin meningkat kesempatan kerja yang tersedia.
Salah satu faktor-faktor pertumbuhan ekonomi menurut Todaro (1998) adalah pertumbuhan
penduduk dan tenaga kerja. Todaro mengatakan pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja merupakan faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertambahan penduduk yang
lebih besar akan menambah luasnya pasar domestik.
Pertumbuhan ekonomi akan mendorong kenaikan produktivitas. Kenaikan produktivitas
total adalah kenaikan hasil atau output per unit dari seluruh sumber daya sehingga menyebabkan peningkatan produktifitas tenaga kerja. Kenaikan produktifitas tenaga kerja ada yang bersifat positif dan diantaranya ada yang bersifat negatif. Karena meningkatnya produktivitas
menyebabkan penggunaan lebih banyak modal dalam proses produksi atau sehubungan adanya impor mesin-mesin dan peralatan serba canggih yang cenderung mengurangi pemakaian tenaga
kerja, hal ini dapat merugikan kepentingan negara-negara yang pencari kerjanya sangat banyak. Adanya penggunaan barang modal tidak hanya membuang-buang sumber daya keuangan domestik serta devisa, tetapi juga akan menghalangi upaya-upaya dalam rangka menciptakan
pertumbuhan penciptaan lapangan kerja baru (Todaro, 1998).
Pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat
dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan kesempatan kerja dalam setiap periodenya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan
peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik.
Menurut penelitian Arifatul (2013), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan pendapat lain mengatakan, investasi adalah jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu
(Muana Nanga, 2005).
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Dampak langsung dari investasi adalah investor mendapat keuntungan yang memadai untuk
melakukan penambahan modal, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan pekerja, dan melakukan ekspansi usaha.
Oleh sebab itu, investasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan saat ini dengan mengolah dana atau sumber daya yang tersedia sehingga akan memperoleh keuntungan dari usaha yang telah dilakukan.
2.4.1 Jenis-Jenis Investasi
Jenis-jenis investasi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu (Sukirno, 2010) :
1. Autonomous investment, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,
misalnya investasi pada rehabilitasi prasarana jalan danirigasi. Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut
2. Induced investment, yaitu macam investasi yang mempunyai hubungan dengan tingkat
pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah pasti akan mendorong untuk melakukan
investasi.
3. Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga uang atas modal
yang berlaku di masyarakat.
2.4.2 Investasi Dan Kesempatan kerja
Menurut neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Dimana tingkat bunga akan menentukan tingginya tingkat investasi. Jika tingkat bunga
rendah, maka tingkat investasi akan tinggi, dan sebaliknya. Apabila permintaan investasi berkurang maka tingkat bunga turun dan barang-barang kapital turun dan keinginan untuk
menabung akan turun. Dalam tingkat perkembangan ini, akumulasi modal berakhir dan perekonomian menjadi tidak berkembang.
Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena disamping akan
mendorong kenaikan ouput secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan
kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat (Makmun dan Yasin, 2003).
Menurut Rostow dalam ( Todaro, 2000) menyatakan bahwa setiap upaya untuk tinggal
Dengan meningkatnya investasi dengan berarti akan menciptakan lapangan pekerjaan yang
baru, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi. Terciptanya lapangan kerja yang baru berarti memperluas kesempatan kerja yang tersedia dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Masyarakat yang bekerja juga pasti akan meningkat.
2.5Penelitian Terdahulu
Dalam mendukung penelitian yang dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, maka ada
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu bertujuan untuk membandingkan dan memperkuat atas hasil analisis yang dilakukan. Hasil dari penelitian terdahulu dapat dilihat berikut ini:
1. Mukhamad Rizal Azaini (2014), Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang (studi kasus
pada tahun 1998-2012), menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi dan investasi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja, namun upah minimum berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja.
2. Ikka Dewi Rahmawati (2013), Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Timur, menunjukkan hasil investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur dan tingkat upah
berpengaruh signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur.
3. Arifatul Chusna (2013), Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi, dan Upah
sedangkan laju pertumbuhan sektor industri tidak berpengaruh terhadap penyerapan
tenaga kerja.
2.6Ringkasan Penelitian Terdahulu
No NAMA
PENELITI
JUDUL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN 1 Mukhamad Rizal
Azaini (2014)
Analisis Pengaruh Upah Minimum dan Inflasi Terhadap Kesempatan Kerja Sektor Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Jawa
Tengah (35 Kab/Kota)
menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi dan
investasi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja, namun upah minimum berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja.
2 Ikka Dewi Rahmawati (2013))
Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah Terhadap
Kesempatan Kerja di Jawa Timur
menunjukkan hasil investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur dan tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur.
3 Arifatul Chusna (2013)
Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi, dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 1980-2011
menunjukkan hasil variabel investasi dan upah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
2.7Kerangka Konseptual
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.9 Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga upah minimum provinsi berdampak positif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.
2. Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.
Upah Minimum Provinsi
Sumatera Utara
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara
Investasi
Kesempatan kerja Provinsi
3. Diduga investasi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.
4. Diantara upah minimum, pertumbuhan ekonomi dan investasi variabel apakah yang paling berpengaruh terhadap kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara?
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang menganalisis pengaruh upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara adalah analisis deskriptif kuantitatif.
3.2Batasan Operasional
Penelitian ini menganalisis pengaruh upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan
investasi terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara. Variabel yang digunakan adalah upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi, investasi dan jumlah penduduk yang bekerja di Sumatera Utara. Yang menjadi variabel dependen (Y) adalah kesempatan kerja (jumlah
penduduk yang bekerja) sedangkan yang menjadi variabel independen (X) adalah upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi Sumatera Utara. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 2001-2012.
3.3Defenisi Operasional
Defenisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini
1. Kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu
wilayah. Dengan kata lain, kesempatan kerja disini tidak menunjukkan pada potensi tetapi pada fakta jumlah orang yang bekerja (Suroto, 1992).
2. Upah minimum provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan
dalam daerah tertentu.
3. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
4. Investasi adalah kegiatan yang dilaksanakan saat ini dengan mengolah dana atau sumber daya yang tersedia sehingga akan memperoleh keuntungan dari usaha yang telah dilakukan.
3.4Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data time series yang
digunakan adalah data tahunan dari tahun 2001-2012. Data diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari BPS provinsi Sumatera Utara.
3.5Metode Pegumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library
research) yang berasal dari publikasi BPS provinsi Sumatera Utara, berupa tulisan-tulisan
ilmiah, buku, jurnal, dan laporan-laporan penelitian ilmiah lainnya yang membahas tentang faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja.
3.6Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua terhadap variabel dependen. Pada
penelitian ini regresi berganda akan digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas/independen (upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi) secara parsial
maupun simultan terhadap variabel tidak bebas/dependen (kesempatan kerja). Adapun rumus dari regresi berganda ini adalah:
LnTK = �0+ �1GROWTH + �2LnUMP + �3LnI + e
Keterangan :
LnTK = Logaritma Kesempatan Kerja
β0 = Konstanta
GROWTH = Pertumbuhan Ekonomi
LnUMP = Logaritma upah LnI = Logaritma Investasi
β1,β2,β3 = Koefisien Variabel Independen
3.6.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Adapun asumsi-asumsi dasar itu dikenal sebagai asumsi klasik, yaitu sebagai berikut:
3.6.2.1Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti, di antara
beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati,1978). Indikasi awal adanya multikolinieritas adalah :
1. Interval kepercayaan lebar (standar error besar)
2. Uji-t tidak signifikan, artinya nilai t statistik yang rendah.
3. �2 tinggi, tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari uji t (Nachrowi dan Hardius,
2008).
Dengan adanya indikasi diatas maka kemungkinan terdapat multikolinieritas dari model
regresi.
3.6.2.2Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas merupakan keadaan dimana semua gangguan yang muncul dalam fungsi
regresi populasi tidak memiliki varians yang sama. Uji Heterokesdastisitas dapat dilakukan dengan metode White Heteroskedasticity. Untuk membuktikan dugaan pada uji
Heterokedastisitas pertama, maka dilakukan uji White Heteroskedasticity yang tersedia dalam program Eviews. Hasil yang diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs*R-Square.
Jika nilai Obs*R-Square < dari tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika nilai Obs*R-Square > dari tabel, maka terjadi heteroskedastisitas (Ajija,
R. Shochrul, 2011).
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penggangguatau residual mempunyai distribusi normal. Salah satu cara metode untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan uji Jarque-Berra (Uji J-B). hasil yang dilihat dari uji ini adalah nilai probability.
Jika nilai probability > α maka dapat dikatakan bahwa error term berdistribusi normal.
Sebaliknya jika nilai probability < α maka dapat dikatakan bahwa error term
berdistribusi tidak normal (Ajija, R. Shochrul, 2011). 3.6.2.4Uji Autokorelasi
Menurut Gujarati (1978) autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antar anggota observasi
yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data
cross-sectional).
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan melakukan uji LM (metode Bruesch Godfrey). Metode ini didasarkan pada nila F dan
Obs*R-Square.
Jika nilai probabilitas dari Obs*R-Square melebihi tingkat kepercayaan, maka �0 diterima. Artinya, tidak ada masalah autokorelasi (Ajija, R. Shochrul, 2011).
3.6.3 Pengujian Hipotesis
3.6.3.1Pengujian Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t )
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan.
1. Menentukan formulasi hipotesis
�0: �� = 0 tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat �0: �� ≠ 0 mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat
2. Menentukan taraf nyata (α) dengan t tabel
Taraf nyata dari t tabel ditentukan dengan derajad bebas (db) = n-k
3. Menentukan nilai uji t 4. Membuat kesempulan
Menyimpulkan bahwa �0 diterima atau ditolak. Jika nila t-hitung > ��(n−k), maka �0ditolak pada tingkat kepercayaan (1-α)100%. Dalam hal ini berarti bahwa
�� berpengaruh nyata terhadap Y.
5. Cara lain dapat dilihat dari nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas < α = 5%, maka Ho
ditolak, dalam arti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
3.6.3.2Koefisien Determinasi (��)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Jika nilai yang dimiliki kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu bararti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
• Jika 0 ≤ �2, maka antara variabel independen dengan variabel dependen tidak ada
keterkaitan.
• Jika 1 ≤ �2 , maka variabel independen dengan variabel dependen ada keterkaitan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Perkembangan kesempatan kerja di Sumatera Utara
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam suatu perusahaan, walaupun di saat sekarang ini segalanya dapat dilakukan dengan teknologi. Karena manusia merupakan penggerak dari
semua komponen yang diperlukan dalam produksi termasuk teknologi. Kesempatan kerja merupakan lapangan pekerjaan yang tersedia untuk bekerja. Oleh sebab itu untuk melihat kesempatan kerja yang tersedia dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah
penduduk bekerja di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 mencapai 5.752 ribu jiwa, jumlah ini turun jika dilihat pada tahun sebelumnya tahun 2011 sebesar 5.912 ribu jiwa.
Tahun Jumlah Penduduk
Bekerja 2008 5,540,263 2009 5,765,643 2010 6,125,571 2011 5,912,114 2012 5,751,682
Jika dilihat dari tabel diatas jumlah penduduk yang bekerja dari tahun 2008-2012 di Provinsi
Sumatera utara mengalami perkembangan naik turun dan pertumbuhan jumlah yang paling banyak ditunjukkan pada tahun 2010 sebanyak 6.125 ribu orang. Penduduk Sumatera Utara yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 43,90 persen. Sektor kedua
terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Sumatera Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 20,45 persen.
4.1.2 Perkembangan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara
Upah merupakan faktor yang sangat penting bagi tenaga kerja. Bagi tenaga kerja upah berguna untuk menghidupi keluarganya, sedangkan bagi perusahaan upah merupakan beban
biaya yang dapat mempengaruhi keuntungan dan menentukan produksi perusahaan. Upah minimum provinsi Sumatera Utara terus meningkat setiap tahunnya. Besarnya upah minimum didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi daerah provinsi Sumatera Utara, faktor
Tabel 4.2 Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara
Tahun Upah Minimum Provinsi (Rp)
2001 340,500
2002 464,000
2003 505,000
2004 537,000
2005 600,000
2006 737,800
2007 761,000
2008 822,000
2009 905,000
2010 965,000
2011 1,035,500 2012 1,200,000 2013 1,375,000 2014 1,505,850 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa upah minimum provinsi Sumatera Utara meningkat setiap tahunnya. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara tahun 2014 ditetapkan melalui surat keputusan (SK) Gubernur Sumut Nomor 188,44/811/kpts/2013
tertanggal 1 November 2013 meningkat sebesar 9,52 % jika dibandingkan UMP Sumatera Utara tahun 2013 yaitu Rp 1.375.000 menjadi Rp 1505.850. Dibandingkan dengan tahun-tahun
tahun 2014 lebih kecil. Besarnya UMP Sumatera Utara berada diatas tingkat Kebutuhan Hidup
[image:43.612.212.386.245.339.2]Layak (KHL) tahun 2014 yaitu 119,02%, namun tingkat kenaikannya masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan UMP selama 4 tahun terakhir sebesar 11,82%. Pertumbuhan UMP Sumatera Utara tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 15,89%.
Tabel 4.3 Perkembangan Pertumbuhan UMP Sumatera Utara
Tahun Pertumbuhan (%)
2011 7,31
2012 15,89 2013 14,85
2014 9,52
Sumber: Kajian Ekonomi Regional BI (diolah)
Berdasarkan kajian ekonomi regional bank Indonesia triwulan IV 2013 proses penetapan upah berjalan dengan lancar dan dapat diterima dengan baik. Hal ini didasarkan karena
sedikitnya unjuk rasa yang menolak keputusan kenaikan UMP tersebut (hanya terjadi di daerah Deli Serdang) serta tidak adanya pengaduan UMP yang masuk ke Disnaker Sumatera Utara.
Selain itu penetapan UMP juga tidak membuat pengurangan karyawan pada perusahaan sektor industri di Sumatera Utara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kantor perwakilan Bank Indonesia wilayah IX kepada pelaku usaha, kenaikan UMP belum menyebabkan pengurangan
tenaga kerja, namun jumlah dari tenaga kerja tersebut tetap, terutama sektor padat karya (antara lain perhotelan dan eksportir kopi).
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kesejahteraan meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka panjang, maka pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi biasanya dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama, seperti sepuluh tahun, duapuluh tahun atau bahkan lebih. Dalam mengetahui suatu perekonomian mengalami pertumbuhan dilihat
dari nilai PDRB baik secara daerah maupun nasional.
PDRB Provinsi Sumatera Utara menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas tahun tahun 2012 mencapai 351,118 miliar rupiah lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya. PDRB ADHB dengan migas Provinsi Sumatera Utara menyumbang sebesar 5,22 persen terhadap PDB nasional (33 provinsi). Sementara untuk PDRB ADHK tahun 2000 dengan
[image:44.612.92.463.485.603.2]migas sebesar 134,464 miliar rupiah, sementara tanpa migas sebesar 133,705 miliar rupiah.
Tabel 4.4 Perkembangan PDRB menurut ADHB dan ADHK Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2008-2012 (Miliar Rupiah)
Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK
Dengan Migas
Tanpa Migas Dengan Migas
Tanpa Migas 2008 213,932 212,145 106,172 105,432 2009 236,354 234,473 111,559 110,851 2010 275,057 272,893 118,719 117,979 2011 314,372 312,008 126,588 125,805 2012 351,118 348,807 134,464 133,705
Struktur perekonomian Provinsi Sumatera Utara tahun 2011, Sektor dengan kontribusi besar
lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor jasa (11,02%), dan sektor
pengangkutan dan komunikasi (9,16%).
Tabel 4.5 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012
Tahun Pertumbuhan Ekonomi
2009 5,07
2010 6,42
2011 6,63
2012 6,22
Perkembangan ekonomi Sumatera Utara dalam empat tahun terakhir mengalami percepatan,
laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 6,22% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara adalah: Sektor keuangan (13,61%), sektor pengangkutan (8,96%), dan sektor bangunan (8,54%)
4.1.4 Perkembangan Investasi Provinsi Sumatera Utara
Dalam hal menggerakkan kegiatan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara, diperlukan modal
sebagai bentuk investasi setiap tahunnya. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sangat menjanjikan bagi para investor untuk berinvestasi. Di Sumatera Utara terdapat beragam sektor yang menjanjikan untuk berinvestasi seperti sektor perkebunan,
Pertumbuhan investasi meningkat dibandingkan pertumbuhan investasi triwulan lalu sebesar
10,34% (yoy). Peningkatan investasi tersebut salah satunya didukung oleh peningkatan realisasi penanaman modal, baik dalam negeri maupun asing. Peningkatan nilai realisasi investasi, khususnya investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Peningkatan besar khususnya
terjadi pada nilai investasi PMDN sebesar Rp1,99 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 7. Sementara itu, nilai investasi oleh PMA sebesar Rp175 miliar dengan jumlah proyek sebanyak
51 proyek. Peningkatan nilai investasi triwulan ini, sejalan dengan peningkatan pembangunan infrastruktur (penjualan semen) yang merupakan salah satu indikator tingkat investasi juga menunjukkan adanya peningkatan. Tingkat penjualan semen pada triwulan laporan tercatat
sebesar 781,6 ribu ton mengalami pertumbuhan sebesar 13,49% (yoy). Nilai penjualan barang konstruksi berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) juga menunjukkan peningkatan dari
Rp6,49 miliar pada triwulan IV-2012 menjadi Rp6,96 miliar pada triwulan laporan. Meskipun demikian, pertumbuhan penjualan pada triwulan ini mengalami perlambatan yaitu sebesar 53,05% (yoy), dari sebelumnya tumbuh hingga 81,39% (yoy) pada triwulan lalu.
Sektor perkebunan menjadi dalah satu andalan investasi Sumut, bahan komoditi seperti sawit, karet, kelapa, kopi dan kakao sangat berlimpah, namun secara pada tahun 2013 Dinas
Perkebunan Provinsi Sumut menutup peluang masuknya investasi perluasan lahan perkebunan dan lebih memprioritaskan pengembangan industri hilir.
4.2Analisis Hasil
4.2.1 Hasil Analisis Regresi
Least Squares (OLS). Analisis model ini menggunakan model Log Linear dengan alat bantu
[image:47.612.88.477.174.290.2]program komputer Eviews 5. Hasil estimasi model diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Regresi Model Kesempatan Kerja Provinsi Sumatera Utara
Independen Koefisien Std. Error
probabilitas F-statistik R-Square (Constant) 1,164312 0,339567 0.0090
1,864265 0,411453 GROWTH 0,074038 0,047646 0.1588
LOG(UMP) -0,001976 0,015630 0.9025 LOG (I) -0,011109 0,014433 0.4636
Ket signifikan pada α = 5% = 0,05
Sumber : data diolah eviews 5
Dari hasil estimasi diatas dapat dituliskan persamaan berikut :
LnTK = 1,164312 + 0,074038GROWTH - 0,001976LnUMP - 0,011109LnI + e
GROWTH = 0,074038 artinya apabila terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,074038%
dengan asumsi variabel yang lain tetap.
LnUMP = - 0,001976 artinya apabila terjadi peningkatan upah minimum provinsi sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan terhadap kesempatan kerja sebesar -0,001976 %
dengan asumsi variabel yang lain tetap.
LnI = - 0,011109 artinya apabila terjadi peningkatan investasi sebesar 1% maka akan terjadi
peningkatan terhadap kesempatan kerja sebesar - 0,011109% dengan asumsi variabel yang lain tetap.
GROWTH = 0.1588 > 0,05, maka Ho diterima sehingga model ini dapat dikatakan tidak
signifikan
LnUMP = 0.9025 > 0,05 maka Ho diterima sehingga model ini dapat dikatakan tidak
signifikan
LnI = 0.4636 > 0,05 maka Ho diterima sehingga model ini dapat dikatakan tidak
signifikan.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan karena dalam model regresi perlu memperhatikan adanya
penyimpangan-penyimpangan atas asumsi klasik, karena pada umumnya jika asumsi klasik tidak dipenuhi maka variabel-variabel yang ada akan menjadi tidak efisien. Pengujian asumsi klasik
dalam penelitian ini meliputi uji multikolinieritas, hereroskedastisitas, autokorelasi, dan apakah data dalam penelitian sudah berdistribusi secara normal atau belum, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik maka uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya tidak
valid dan secara statistk dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.
4.2.2.1Hasil Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. jika koefisien kolerasi antara
masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8, berarti terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas
GROWTH I UMP
GROWTH 1 -0.437897 -0.279484
I -0.437897 1 -0.004361
UMP -0.279484 -0.004361 1 Sumber: hasil perhitungan regresi (Lampiran)
Dari output di atas dapat kita lihat bahwa tidak terdapat variabel yang memiliki nilai lebih dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
4.2.2.2Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dapat digunakan untuk melihat apakah model regresi memiliki
gangguan yang variannya sama (homoskedastisitas). Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity cross term.
Apabila hasil nilai probabilitas obs*R-squared > dari taraf nyata yang digunakan (α=5%)
maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan mempunyai variabel penganggu yang variannya sama.
Jika nilai probabilitas obs*S-squared < dari taraf nyata yang digunaka maka model
[image:49.612.129.413.71.142.2]persamaan mempunyai variabel pengganggu yang variannya beda (heteroskedastisitas). Uji heteroskedastisitas pada model kesempatan kerja provinsi Sumatera Utara ditunjukkan pada
tabel.
Tabel 4.8 Hasil Regresi Uji White Hteroskedasticity Cross Term
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.436675 Probability 0.476489 Obs*R-squared 10.39251 Probability 0.319654
Ho : tidak ada heteroskedastisitas
H1 : ada heteroskedastisitas
Jika probabilitas obs*-square < ɑ, maka Ho ditolak
Jika probabilitas obs*-square > ɑ, maka Ho diterima
Dapat diketahui bahwa probabilitas obs*-square = 0.319654 > 0,05, maka Ho diterima.
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil regresi uji White Heteroskedastisitas
(cross term) menunjukkan kesempatan kerja memiliki nilai probabilitas obs*-square sebesar
0.319654 dan lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α = 5%) sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
4.2.2.3Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini menggunakan Jarque-Berra Test dimana hasilnya dapat ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra Test.
Ho : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal
Jika probabilitas < ɑ, maka Ho ditolak
Jika probabilitas > α, maka Ho diterima
Uji normalitas menggunakan Jarque-Berra hasilnya dapat ditunjukkan dari nilai probabilitas
Jarque-Berra sebesar 0,841367. Menyatakan bahwa probabilitas 0,841367 > 0,05, maka Ho
diterima, yang berarti bahwa model regresi yang digunakan terdistribusi normal.
4.2.2.4Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dengan menggunakan eviews dapat diketahui melalui serial
Correlation LM Test, yaitu:
Jika nilai probabilitas obs*R-squared pada model > α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa
model tidak mengalami gejala autokorelasi.
Jika nilai probabilitas obs*R-squared pada model < α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa
model persamaan mengalami gejala autokorelasi.
Tabel 4.9 Hasil Regresi Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.066973 Probability 0.803241 Obs*R-squared 0.113723 Probability 0.735945 Sumber: hasil perhitungan regresi (Lampiran)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas obs*R-squared adalah sebesar 0.735945 > 0,05, maka dapat disimpulkan model tidak mengalami gejala autokorelasi.
4.2.3 Pengujian Statistik
4.2.3.1Uji Signifikan Parameter Individu (Uji Statistik t)
setiap variabel independen akan menunjukkan pengaruh dari ketiga variabel independen yaitu
upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi secara individu terhadap variabel dependen yaitu kesempatan kerja. Pengujian uji-t dilakukan dengan membandingkan antara nilai
probabilitas dengan nilai taraf nyata sebesar α = 5% = 0,05.
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Regresi Secara Parsial
Variabel t-statistik Probabilitas α = 5% Kesimpulan GROWTH 2.412294 0.0365 0,05 Signifikan LnUMP -0.555589 0.5907 0,05 Tidak Signifikan LnI -1.596846 0.1414 0,05 Tidak Signifikan Sumber : data diolah dengan eviews (Lampiran)
1. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan tabel hasil regresi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0365 dan t-hitung
sebesar 2.412294 sehingga diperoleh hasil nilai probabilitas 0.0365 < α = 5% (0,05), maka keputusannya hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi di
Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja dan signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh nyata terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.
2. Upah Minimum Provinsi
Berdasarkan tabel hasil regresi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.5907 dan t-hitung
sebesar -0.555589 sehingga diperoleh hasil probabilitas 0.5907 > α = 5% (0,05), maka hipotesis nol (Ho) diterima , yang berarti bahwa upah minimum provinsi berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja dan tidak signifikan secara statistik. Sehingga dapat
3. Investasi
Berdasarkan tabel regresi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.1414 dan thitung sebesar -1.596846 sehingga diperoleh hasil probabilitas 0.1414 > α = 5% (0,05), maka hipotesis nol (Ho) diterima, yang berarti bahwa investasi berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja
dan tidak signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi tidak berpengaruh nyata terhadap kesempatan kerja.
4.2.3.2Uji Koefisien Determinasi (��)
Koefisien determinasi ini menunjukkan tingkat derajat keakuratan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Dari hasil regresi diperoleh nilai sebesar 0.411453 yang berarti bahwa kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variasi model
dari upah minimum provinsi, pertumbuhan ekonomi dan investasi sebesar 41% dan sisanya 59% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model tersebut.
4.3Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Upah Minimum Provinsi Terhadap Kesempatan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara
Hasil estimasi persamaan regrsi selama tahun 2001-2012 menunjukkan bahwa pengaruh upah minimum mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh keterangan bahwa upah minimum
berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja secara tidak signifikan, hal ini berarti semakin tinggi upah minimum provinsi Sumatera Utara maka kesempatan kerja di provinsi Sumatera
Jika dijelaskan kenaikan upah bisa menyebabkan meningkatkan kehidupan yang layak bagi
pekerja, tetapi peningkatan upah minimum provinsi yang terlalu tinggi yang tidak disertai dengan peningkatan produktivitas kerja juga akan mendorong pengusaha untuk :
a. Mengurangi penggunaan tenaga kerja dengan menurunkan produksi
b. Menggunakan teknologi yang lebih padat modal dan/atau
c. Menaikkan harga jual barang yang kemudian justru akan mendorong inflasi
Hal ini terjadi dikarenakan terlalu banyak beban yang ditanggung dari suatu badan usaha akibat bertambahnya upah minimum provinsi dan biaya bahan baku yang tidak kunjung stabil.
Sebelum diberlakukannya otonomi daerah penentuan upah minimum provinsi ditetapkan
oleh pemerintah, pengusaha, akademisi dan tenaga kerja yang berdasarkan besaran biaya Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Setelah ditetapkannya otonomi daerah melalui peraturan
pemerintah No. 25 Tahun 2000 upah minimum provinsi ditetapkan berdasarkan (a) biaya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), (b) Indeks Harga Konsumen (IHK), (c) tingkat upah minimum antar daerah, (d) kemampuan, pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan, (e)
kondisi pasar kerja dan (f) pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
Upah minimu provinsi Sumatera Utara setiap tahun mengalami peningkatan jumlahnya
dengan tujuan supaya adanya pemenuhan kehidupan yang layak untuk pekerja. Dengan peningkatan yang terus dilakukan diharapkan terciptanya kesejahteraan bagi pekerja, namun peningkatan upah minimum ini harus wajar supaya nantinua tidak terjadi pengurangan tenaga
Itu sebabnya pemerintah dalam menetapkan kebijakan nilai upah minimum provinsi harus
secara tepat dan pertimbangan yang jelas agar dapat meningkatkan kehidupan yang layak bagi para pekerja tanpa harus merugikan perusahaan. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan dan juga tidak terjadi pengurangan tenaga kerja.
4.3.2 Pengaruh Pertumbuhan ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara
Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh keterangan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kesempatan
kerja secara signifikan, hal ini berarti semakin tinggi pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan semakin tinggi pula kesempatan kerja.
Sumbangan pertumbuhan ekonomi provins