• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH TINGKAT UPAH, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH TINGKAT UPAH, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN OLEH"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT UPAH, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS

TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

OLEH

NADYA WIANDITA PARDEDE 140501059

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT UPAH, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KOTA

MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja di kota Medan selama kurun waktu 1997-2016. Penulisan ini menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik dan dinas instansi terkait.

Analisis yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif dengan model analisis linier berganda. Variabel yang digunakan adalah Tingkat Upah, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kesehatan. Dalam penelitian ini menggunakan Eviews 8 sebagai alat estimasi.

Hasil regresi menunjukkan bahwa Tingkat Upah berpengaruh positif signifikan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan berpengaruh positif tetapi tidak signifkan, dan Tingkat Kesehatan berpengaruh positif signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Kemudian adanya hubungan antara Tingkat Upah, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kesehatan dengan Produktivitas Tenaga Kerja sebesar 85% dan 15% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam model ini.

Kata Kunci : Produktivitas Tenaga Kerja, tingkat Upah, Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan.

(6)

ABSTRACT

EFFECT OF WAGE RATES, LEVEL OF EDUCATION AND LEVEL OF HEALTH OF LABOR PRODUCTIVITY IN MEDAN CITY

This study is to determine labor productivity in Medan city during the period 1997-2016. This study uses secondary data obtained directly from Badan Pusat Statistic and the department or agency concerned.

The analysis used descriptive quantitative analysis of multiple linear models. Variables used are wage rates, level of education and level of health. In this study using Eviews 8 as an estimation tool.

The results showed that wage rates has a significant positive effect on Labor Productivity, Level of Education has no a significant positif on Labor Productivity and Level of Health has a significant positif on Labor Productivity.

Then the relationship between wage rates, level of education and level of health with Labor Productivity 85% and 15% other explained by other factors not mentioned in this model.

Keywords: Labor Productivity, Wage Rates, Level of Education, Level of Health

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan ridho-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Tingkat Upah, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kesehatan Terhadap Produktivitas Tenaga kerja di Kota Medan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua terkasih, Ayahanda T. Pardede dan Ibunda Nilayanti, untuk kasih sayang melimpah yang diberikan bagi penulis.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Inggrita Sari Nasution,S.E.,M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, MSi., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Rujiman, MA., selaku Dosen Pembimbing yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP. dan Bapak Drs. Murbanto Sinaga, MA., selaku pembanding I dan pembanding II skripsi yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Seluruh Staff Administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Teman-teman terhebat yang telah membantu dalam mengerjakan skripsi ini.

(8)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, 16 April 2018

Penulis,

Nadya Wiandita Pardede

140501059

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Ketenagakerjaan ... 12

2.1.1 Teori-teori Ketenagakerjaan ... 13

2.2 Produktivitas Tenaga Kerja ... 15

2.3 Tingkat Upah ... 16

2.3.1 Definisi Upah ... 16

2.3.2 Jenis-Jenis Upah ... 16

2.3.3 Upah Minimum Kota (UMK) ... 19

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Upah Minimum.... 21

2.4 Tingkat Pendidikan ... 23

2.4.1 Definisi Pendidikan ... 23

2.4.2 Jenjang Pendidikan ... 24

2.5 Tingkat Kesehatan ... 26

2.5.1 Definisi Kesehatan ... 26

2.5.2 Angka Harapan Hidup (AHH) ... 27

2.6 Penelitian Terdahulu ... 27

2.7 Kerangka Konseptual ... 30

2.8 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3 Definisi Operasional... 32

3.4. Metode Analisis Data ... 32

3.5 Goodness of Fit Test (Uji Kesesuaian) ... 33

3.5.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 33

3.5.2 Uji t-statistik ... 34

3.5.3 Uji f-statistik... 34

3.6 Uji Asumsi Klasik ... 35

(10)

3.6.1 Uji Normalitas ... 35

3.6.2 Uji Multikolinearitas ... 36

3.6.3 Uji Autokorelasi ... 36

3.6.4 Uji Heterokedastisitas ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 38

4.1.1 Kondisi Geografis ... 38

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 38

4.1.3 Kependudukan ... 40

4.2 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan ... 42

4.3 Perkembangan Tingkat Upah di Kota Medan ... 43

4.4 Perkembangan Tingkat Pendidikan di Kota Medan ... 44

4.5 Perkembangan Tingkat Kesehatan di Kota Medan ... 45

4.6 Hasil dan Analisa ... 47

4.6.1 Interpretasi Model ... 47

4.6.2 Goodness of Fit Test (Uji Kesesuaian) ... 49

4.6.2.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 49

4.6.2.2 Uji t ... 49

4.6.2.3 Uji f ... 52

4.6.3 Uji Asumsi klasik ... 53

4.6.3.1 Uji Normalitas ... 53

4.6.3.2 Uji Multikolinearitas ... 53

4.6.3.3 Uji Autokorelasi ... 54

4.6.3.4 Uji Heterokedastisitas ... 55

4.7 Pembahasan ... 55

4.7.1 Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan ... 55

4.7.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan ... 56

4.7.3 Pengaruh Tingkat Kesehatan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran .. ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Tingkat Pendidikan di Kota Medan (tahun) ……… 6

4.1 Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan di Kota Medan………. 39

4.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Medan……….. 41

4.3 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan pada tahun 1997-2016………... 42

4.4 Perkembangan Tingkat Upah di Kota Medan pada tahun 1997-2016... 44

4.5 Perkembangan Tingkat Pendidikan di Kota Medan pada tahun 1997-2016……….. 45

4.6 Perkembangan Tingkat Kesehatan di Kota Medan pada Tahun 1997-2016.. 46

4.7 Hasil regresi Linier Berganda……… 48

4.8 Hasil Uji Multikolinearitas……… 54

4.9 Hasil Uji Autokorelasi ……….. 54

4.10 Hasil Uji Heterokedastisitas……….. 55

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1 Perkembangan Upah Minimum Kota (UMK) Medan

pada tahun 2012-2016 (Rupiah)……… 7 1.2 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Medan

pada tahun 2012-2016 (tahun)……… 8 2.1 Kerangka Konseptual………. 30 4.1 Hasil Uji Normalitas………... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

I Data Statistik Produktivitas Tenaga Kerja (Y), Tingkat Upah (X1), Tingkat Pendidikan (X2) dan Tingkat Kesehatan (X3)

II Produktivitas Tenaga Kerja (Y) III Hasil Uji Regresi Linier Berganda IV Uji Multikolineritas

V Uji Autokorelasi VI Uji Heterokedastisitas

VII Tabel Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)

VIII Tabel Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi dewasa ini menuntut adanya sumber daya manusia yang cerdas dan terampil. Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga keberadaan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja benar-benar diperlukan guna meningkatkan ekonomi negara. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, baik yang sudah berjalan maupun yang sedang direncanakan, perlu didukung dengan penyiapan tenaga kerja yang memadai.

Masalah ketenagakerjaan atau perburuhan hampir di seluruh negara saat ini selalu tumbuh dan berkembang, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Hal itu terlihat dari selalu adanya departemen yang mengurusi ketenagakerjaan pada setiap kabinet yang dibentuk. Hanya setiap negara memberikan beragam masalah riil sehingga terkadang memunculkan berbagai alternatif solusi.

Umumnya, negara maju berkutat pada masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan tingginya gaji tenaga kerja, bertambahnya pengangguran karena mekanisasi (robotisasi), tenaga kerja illegal, serta tuntutan penyempurnaan status ekonomi, sosial bahkan politis. Sementara di negara berkembang, masalah ketenagakerjaan umumnya berkaitan dengan sempitnya peluang kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya kemampuan SDM tenaga kerja, rendahnya tingkat gaji, serta jaminan sosial yang nyaris tidak ada. Meskipun terlihat adanya

(15)

usaha dari pemerintah untuk menyelesaikan berbagai masalah ketenagakerjaan ini, namun dalam kenyataannya seluruh kebijakan tersebut tidak menyentuh permasalahan mendasar dari berbagai krisis ini.

Menurut Teori Klasik Adam Smith, alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.

Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pertumbuhan pendapatan nasional. Menurut Todaro (2003) dalam pertumbuhan ekonomi terdapat beberapa faktor atau komponen penting , yaitu : (1) Akumulasi modal termasuk investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia, (2) Perkembangan populasi dan karenanya terjadi pertumbuhan dalam angkatan kerja, (3) Kemajuan teknologi. Dari ketiga faktor tersebut, sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting. Yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah kualitas atau mutu penduduk. Karena hal tersebut mengkaji tentang peranan penduduk sebagai sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi, merupakan hal yang sangat mendasar. Akumulasi modal/investasi, laju pertumbuhan ekonomi, volume ekspor dan PDB, menjadi kurang berarti jika tidak mengikutsertakan penduduk dalam pembangunan ekonomi.

(16)

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai kekuatan pembangunan bangsa, dan pemanfaatan potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan pembangunan di berbagai sektor, antara lain dengan mengutamakan pembangunan yang dapat meningkatkan perluasan lapangan kerja. Salah satu tujuan dari pembangunan adalah mengurangi pengangguran, dengan sendirinya dapat menambah lapangan kerja bagi masyarakat serta dapat meningatkan pendapatan masyarakat tersebut.

Dalam hal ini menurut Djojohadikusumo (1975) untuk menciptakan lapangan kerja harus ditujukan pada penggunaan angkatan kerja di berbagai bidang kegiatan yang pada azasnya dua cara untuk meluaskan kesempatan kerja, yaitu melalui proyek pekerjaan umum dan pengembangan industri yang bersifat padat karya.

Mankiw (2007) mengatakan bahwa dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga kerja. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses produksi dan pembangunan.

Peranan sumber daya manusia dalam proses produksi ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia. Tenaga kerja dengan keahlian yang tinggi sangat diperlukan dalam proses pembangunan untuk dapat meningkatkan produktivitas suatu negara. Oleh karena itu sumber daya manusia merupakan suatu alat yang sangat berharga dalam produktivitas tenaga kerja. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya (input) yang digunakan persatuan waktu (Simanjutak, 1985).

(17)

Menurut Sinungan dalam Moses (2012) mengatakan bahwa produktivitas itu penting karena pendapatan nasional atau Gross National Product (GNP) banyak diperoleh dengan meningkatkan keefektifan dan mutu tenaga kerja. Secara umum seorang tenaga kerja yang produktif adalah seorang tenaga kerja yang mampu menghasilkan barang dan jasa sesuai mutu yang ditetapkan dalam waktu yang ditentukan.

Arshad dan Malik (2015) mengatakan bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja suatu wilayah dipengaruhi oleh penawaran tenaga kerja, pendidikan yang diproksikan dengan pekerja dengan primary education, secondary education, dan tertiary education, dan kesehatan yang diproksikan dengan angka life expectancy atau angka harapan hidup.

Persoalan pokok ketenagakerjaan bersumber dari kurangnya daya saing tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan tenaga kerja. Persoalan ini sesungguhnya tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan mata rantai yang saling terkait dalam proses pembangunan nasional secara keseluruhan. Jika hendak mengusutnya maka pada awalnya pertumbuhan penduduk, menyusul masalah pendidikan.

Selanjutnya masalah pertumbuhan ekonomi dan kemudian berakhir pada pertumbuhan kesempatan kerja dan angkatan kerja.

Masalah yang muncul dari sumber daya manusia adalah masalah produktivitas tenaga kerja. Semakin banyaknya jumlah penduduk yang berada dalam suatu negara belum tentu akan menjadi modal pembangunan, tetapi mungkin saja menjadi beban atau tanggungan penduduk lainnya. Sebab tidak

(18)

semua penduduk mempunyai kemampuan untuk berproduksi. Oleh sebab itu masalah produktivitas tenaga kerja selalu menarik untuk dipelajari.

Rendahnya produktivitas sering kali dikaitkan dengan tingkat pendidikan.

Diasumsikan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat dicapainya. Karena ini barang kali, kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu elemen penting tahap- tahap awal program industrialisasi (Wie,1995).

Devitasari (2010) mengatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja, karena peningkatan produktivitas tenaga kerja yang bertumpu pada pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja manusia dan untuk meningkatkan taraf hidup manusianya.

Pengukuran pendidikan dalam penelitian ini menggunakan Rata-rata Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah yang tinggi menunjukkan semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya. Angka Rata-rata Lama Sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15tahun keatas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal.

(19)

Tabel 1.1

Tingkat Pendidikan di Kota Medan (Tahun)

Tahun Tingkat Pendidikan

(Rata-rata Lama Sekolah)

2012 10,72

2013 10,76

2014 10,88

2015 11

2016 11,18

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, tingkat pendidikan di kota Medan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2012 angka rata-rata lama sekolah sebesar 10,72. Kemudian tahun 2016 naik menjadi 11,18.

Menunjukkan bahwa penduduk yang menamatkan pendidikan di kota Medan yaitu 12 tahun atau setingkat sekolah menengah atas.

Kemudian tingkat upah juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.

Secara konsep upah merupakan hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja menurut peraturan yang ditetapkan sebelumnya. Upah dan produktivitas tenaga kerja merupakan indikator ekonomi yang penting. Hubungan keduanya telah dianalisis tidak hanya oleh ekonom tetapi juga oleh pengusaha dan politisi.

Hubungan antara upah dan produktivitas tenaga kerja juga sangat penting untuk setiap sektor ekonomi daerah sejak standar hidup dan distribusi pendapatan antara tenaga kerja dan modal tergantung pada upah. (Tamasauskiene dan Stankaiyte,2013).

(20)

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labour union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini menurut Keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan mendorong turunnya harga-harga.

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Gambar 1.1

Perkembangan Upah Minimum Kota (UMK) Medan Pada Tahun 2012-2016 (Rupiah)

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat Upah Minimum Kota Medan dari tahun ketahun selalu mengalami kenaikan. Upah Minimum Kota Medan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.285.000, kemudian pada tahun 2013 naik menjadi Rp.1.650.000, untuk tahun 2014 naik sebesar Rp. 1.851.500, tahun 2015 naik sebesar Rp. 2.037.000, dan untuk tahun 2016 naik sebesar Rp. 2.271.255.

Rp. 1.285.000

RP. 1.650.000

Rp. 1.851.500

Rp. 2.037.000

Rp. 2.271.255

2012 2013 2014 2015 2016

(21)

Selain tingkat kesehatan dan tingkat upah, tingkat kesehatan juga mempengaruhi produktivitas. Devitasari (2010) mengatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan kesehatan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, sehingga menjadi suatu keharusan bagi semua orang untuk memelihara, melindungi, serta meningkatkan kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat.

Kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.

Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual.

Tingkat kesehatan dapat dinilai dengan melihat Angka Harapan Hidup (AHH) penduduknya, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan.

Sumber : BPS Sumatera Utara, 2016

Gambar 1.2

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Medan Pada Tahun 2012-2016 (tahun)

72.05 72.1 72.15 72.2 72.25 72.3 72.35 72.4

2012 2013 2014 2015 2016

(22)

Menurut data dari Badan Pusat Statistik, Angka Harapan Hidup di Kota Medan pada tahun 2012 sebesar 72,21%, tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 73,37%, tahun 2014 sebesar 72,18%, tahun 2015 naik menjadi 72,26%

dan pada tahun 2016 sebesar 72,34%. Meningkatknya angka harapan hidup disebabkan membaiknya pelayanan kesehatan dan peningkatan kondisi sosial ekonomi, sehingga memungkinkan terjadinya perbaikan gizi serta kesehatan dan lingkungan hidup yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan angka harapan hidup.

Kota Medan merupakan pintu gerbang bagi wilayah Indonesia barat dan telah tumbuh menjadi kota metropolitan yang besar di Pulau Sumatera. Dengan populasi penduduk mencapai 2,2 juta penduduk. Kota Medan menjadi pusat perdagangan, perkebunan dan manufaktur di wilayah barat Indonesia. Kota Medan juga bersifat heterogen atau memiliki keragaman suku dan latar belakang yang tentunya memiliki mindset yang berbeda.

Peluang karier di kota ini sangat besar terutama bagi profesi-profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi seperti pengacara, dokter, notaris dan wartawan. Selain itu, Kota Medan memiliki bidang usaha yang sangat berpotensi di bidang ekonomi seperti kegiatan perdagangan, perhotelan dan restoran, dan akan disusul oleh sektor industri pengolahan.

Karena letaknya yang strategis, yakni dekat dengan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang masuknya wisatawan dan perdagangan, baik domestik maupun mancanegara, pemerintah pun menyediakan

(23)

fasilitas penunjang untuk semakin memajukan perekonomian daerah dengan memperbaiki sarana dan prasarana perhubungan.

Hal ini menjadikan Kota Medan menjadi pusat ekonomi, sosial dan perdagangan bagi kota-kota lain yang berada disekitarnya. Sehingga banyak penduduk dari kota-kota lain yang berada di sekitarnya termotivasi untuk datang dan mencari pekerjaan. Namun terdapat masalah dalam bidang ketenagakerjaan yaitu tingkat upah, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang relatif rendah pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja.

Dari uraian diatas, dengan berbagai permasalahan berkaitan dengan ketenagakerjaan, serta masalah yang terjadi di dalamnya, penulis tertarik dan ingin melihat sejauh mana tingkat upah, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Tingkat Upah, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kesehatan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan proposal skripsi. Maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah :

1. Apakah tingkat upah berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Medan?

2. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Medan?

(24)

3. Apakah tingkat kesehatan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerj di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti dalam masalah ketenagakerjaan, serta salah satu syarat bagi peneliti dalam menyelesaikan perkuliahan.

2. Sebagai masukan terhadap pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan di Kota Medan

3. Menjadi referensi atau bahan kajian bagi peneliti-peneliti lain untuk menulis topik yang sama.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia termasuk di Kota Medan diperkirakan akan semakin kompleks. Indikasi ini terlihat di samping pertambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya yang terus meningkat sebagai implikasi dari jumlah penduduk yang cukup besar disertai struktur umur yang cenderung mengelompok pada usia muda juga masih tingginya angka pengangguran terutama pengangguran terbuka. Oleh sebab itu pembangunan ketenagakerjaan dititikberatkan pada tiga masalah pokok, yakni perluasan dan pengembangan lapangan kerja, peningkatan kualitas dan kemampuan tenaga kerja serta perlindungan tenaga kerja.

Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-undang No.13 tahun 2003.

Menurut UU No.13 Pasal 1 ayat 2 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Pada analisis ketenagakerjaan ini digunakan batasan bahwa penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja (economically active) didefinisikan bagian dari tenaga kerja yang benar-benar siap bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Mereka yang siap bekerja ini terdiri dari yang benar-benar bekerja dan pengangguran.

Tenaga kerja yang termasuk kedalam bukan angkatan kerja (uneconomically

(26)

active) adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga, penerima pendapatan (pensiunan) dan lain-lain. (Badan Pusat Statistik, 2016)

Sedangkan menurut DR. Payaman Simanjuntak dalam bukunya

“Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia” tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya dibedakan oleh batas umur.

2.1.1 Teori-teori Ketenagakerjaan 1) Teori Keynes

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik.

Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labour union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga-harga. Kalau harga- harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labour ( marginal value of productivity of labour) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labour akan turun. Jika penurunan harga

(27)

tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit.

Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.

2) Teori Lewis

Lewis (1959) mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja.

Menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa pindahan pekerja dapat berjalan lancer dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi “terlalu banyak”.

3) Teori Fei-Ranis

Fei-Ranis (1961) mengatakan bahwa negara berkembang mempunya ciri- ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak Fei-ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, di mana para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke sektor industry dengan upah institusional

(28)

yang sama. Kedua, tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industry. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar daripada perolehan upah institusional. Dan dalam hal ini kelebihan pekerja yang meningkat terus-menerus sejalan dengan pertumbuhan output dan perluasan usahanya.

2.2 Produktivitas Tenaga Kerja

Telah kita ketahui bahwa pemerintah berusaha keras untuk membenahi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Termasuk usaha meningkatkan produktivitas kerja di Indonesia. Produktivitas banyak diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu atau diartikan juga perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output).

Semakin kecil pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai suatu target penghasilan (output) dikatakan sebagai produktif sebaliknya semakin tinggi persyaratan yang diperlukan (input) untuk mencapai penghasilan tertentu dikatakan kurang produktif. Produktivitas pada dasarnya mencakup suatu sikap yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hasil pekerjaan yang dicapai besok juga harus lebih baik dari hari ini. Pendek kata orang akan menjadi optimis.

Optimisme membuat seseorang selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan. Sikap optimisme tersebut mendorong seseorang untuk menjadi

(29)

dinamis, kreatif, inovatif, terbuka tapi kritis terhadap ide-ide baru dan perubahan- perubahan. Produktivitas kerja mengandung pengertian, perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keikutsertaan tenaga kerja persatuan waktu. (Suprihanto, 1986).

2.3 Tingkat Upah 2.3.1 Definisi Upah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Pasal 1 ayat 30 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Kemudian menurut Imam Soepomo (1989), Upah adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan atau di pandang melakukan pekerjaan, pembayaran upah dapat berupa uang maupun berupa barang termasuk pengobatan, perawatan, pengangkutan, perumahan, jasa, dan lain sebagainya.

2.3.2 Jenis-Jenis Upah

Ada beberapa jenis upah yang diberikan oleh pengusaha kepada para pekerja yang telah mengadakan hubungan kerja kepada perusahaan. Jenis-jenis upah tersebut antara lain :

(30)

1. Upah nominal

Upah nominal adalah sejumlah uang yang diberikan atau dibayarkan secara kontan oleh perusahaan sebagai imbalan atas tenaga atau usaha yang diberikan oleh pekerja.

2. Upah nyata

Upah nyata adalah upah uang yang nyata yang benar-benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan tergantung dari :

a. Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima b. Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan 3. Upah hidup

Bilamana upah yang diterima seseorang relatif cukup besar untuk membiayai tidak hanya kebutuhan pokok hidupnya tetapi juga cukup untukmembiayai sebagian kebutuhan sosial keluarganya seperti pendidikan, pakaian, dan pangan dengan gizi dan mutu yang lebih baik, serta asuransi.

4. Upah wajar

Upah wajar dimaksudkan sebagai upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh seorang pekerja sebagai imbalan atas usaha atau kerjanya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan lain hidupnya sekeluarga disamping pangan. Upah ini tentunya sangat bervariasi dan bergerak antara upah terendah (minimum) dan upah hidup.

(31)

Faktor-faktor yang mempengaruhi upah wajar adalah sebagai berikut : a. Kondisi ekonomi negara secara umum

b. Posisi perusahaan dilihat dari struktur ekonomi negara

c. Nilai upah rata-rata di daerah di mana perusahaan tersebut beroperasi

d. Undang-undang terutama yang mengatur masalah upah dan jam kerja

e. Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perusahaan f. Peraturan perpajakan

g. Bargaining Power (kekuatan tawar - menawar) antara perusahaan dan organisasi pekerja. Dalam hal ini dimaksudkan sejauh mana organisasi pekerja mempunyai pengaruh terhadap perusahaan atau manajemen

h. Standar hidup dari para pekerja sendiri 5. Upah minimum

Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari peraturan menteri tenaga kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefenisikan sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap. Kebijakan upah minimum di dalam undang-undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang isinya antara lain :

1. Pemerintah menetapkan upah berdasarkan kebutuhan hidup layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

2. Upah minimum dapat diterapkan :

(32)

a) Berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota

b) Berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.

3. Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

4. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.

Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan. Penangguhan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang No 13 tahun 2003 disebutkan bahwa upah minimum hanya ditujukan bagi pekerja dengan masa kerja maksimal 1(satu) tahun. Terdapat dua unsur penting dari upah minimum (Sumarsono,2003) yaitu:

a) Upah permulaan adalah upah terendah yang harus diterima oleh buruh pada waktu dia pertama kali diterima bekerja.

b) Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh secara minimal yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan dan keperluan rumah tangga.

(33)

2.3.3 Upah Minimum Kota (UMK)

Pada awalnya, Permenaker No. 01/MEN/1999 menyebut bahwa istilah Upah Minimum untuk kabupaten/kota adalah Upah Minimum Regional Tingkat II (UMR Tk.2). Namun setelah adanya Kepmenakertrans No. 226/MEN/2000, istilah itu berganti nama menjadi Upah Minimum Kota (UMK). Upah Minimum Kota adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun 1999 bahwa Upah Minimum ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja, namun dengan adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pusat, bahwa dengan otonomi daerah hal itu membawa perubahan dalam penetapan upah minimum. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 226/MEN/2000 bahwa penetapan Upah Minimum Kota (UMK) ditetapkan oleh Gubernur.

Adapun ketentuan dalam penetapan Upah Minimum Kota (UMK) adalah sebagai berikut :

1. Upah Minimum Kota harus sama atau lebih besar dari Upah Minimum Provinsi.

2. Peninjauan Upah Minimum Kota dilakukan paling sedikit satu tahun sekali.

3. Upah Minimum Kota ditetapkan paling lambat 40 hari sebelum tanggal diberlakukannya upah minimum.

(34)

4. Usulan penetapan Upah Minimum Kota dirumuskan oleh Dewan Pengupahan Kota yang merupakan hasil pembahasan dengan pemerintah, serikat pekerja, dan APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia).

5. Usulan Upah Minimum Kota disampaikan kepada Walikota, yang selanjutnya Walikota menerbitkan Surat Rekomendasi Walikota perihal Upah Minimum Kota.

6. Rekomendasi Walikota merupakan dasar dari Gubernur untuk menetapkan Upah Minimum Kota dan sudah harus diterima oleh Dewan Pengupahan Provinsi untuk diberikan rekomendasi kepada Gubernur dalam penetapan Upah Minimum Kota.

7. Keterlambatan dalam penyerahan rekomendasi oleh Walikota, memberikan kewenangan kepada Gubernur untuk menetapkan sendiri Upah Minimum Kota setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi.

8. Pertimbangan yang dilakukan dalam penetapan upah minimum adalah Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Indeks harga konsumen (IHK), kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan, tingkat upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah, kondisi pasar, tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita.

9. Dimungkinkan Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) harus lebih besar 5% dari Upah Minimum Kota (UMK).

(35)

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upah Minimum

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Nomor 07 Tahun 2013, faktor-faktor yang mempengaruhi upah minimum adalah Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum diarahkan pada pencapaian KHL yaitu dengan membandingkan besarnya upah minimum disesuaikan dengan nilai KHL pada periode yang sama. Komponen Kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan Upah Minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan hidup pekerja dalam memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan pangan 2100kkal perhari, perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya. Nilai KHL dijadikan dasar pertimbangan utama dalam perumusan upah minimum. Namun, KHL bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan upah minimum. Seperti dalam penelitian ini, penetapan upah minimum juga mempertimbangkan faktor-faktor lain diantaranya adalah :

1. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono,2000).

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif

(36)

secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. TPAK adalah indikator yang biasa digunakan untuk menganalisa partisipasi angkatan kerja.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Gregory Mankiw (2006) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa jadi yang diproduksi di suatu daerah pada periode tertentu.

2.4 Tingkat Pendidikan 2.4.1 Definisi Pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kemudian menurut Mulyadi S. peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan rata-rata yang semakin baik, memberi dampak positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi.

(37)

Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya.

Dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja. Dan menurut Suprihanto (1986) pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya.

Yang dimaksud pendidikan yaitu pendidikan formal maupun non formal.

Pendidikan baik formal maupun non formal merupakan pra syarat untuk mempertahankan martabat manusia. Melalui pendidikan karyawan diberi kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Karena dengan pendidikan berarti keahlian dan keterampilan karyawan meningkat maka diharapkan karyawan tersebut bisa mencapai prestasi yang maksimal dalam bidang tugasnya.

Dengan prestasi maksimal berarti produktivitas kerja karyawan tersebut meningkat, dan dengan meningkatnya produktivitas karyawan tersebut berarti pula kesejahteraanya meningkat. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan dia untuk bekerja lebih produktif daripada orang lain yang tingkat pendidikannya rendah, hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai cakrawala atau pandangan yang lebih luas sehingga mampu untuk bekerja atau menciptakan lapangan kerja.

(38)

2.4.2 Jenjang Pendidikan

Menurut Pasal 14 Undang-Undang No.20 tahun 2003, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Adapun tiga (3) jenjang pendidikan tersebut sebagai berikut : a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Perguruan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute, atau

(39)

universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggrakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan akademik, profesi, dan/atau vokasi.

2.5 Tingkat Kesehatan 2.5.1 Definisi Kesehatan

Sesuai dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud tingkat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Masyarakat yang sehat akan menciptakan kehidupan yang berkualitas, karena kesehatan merupakan modal berharga bagi seseorang dalam melakukan akivitasnya.

Bangsa yang memiliki tingkat kesehatan yang tinggi akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembangunan. Oleh sebab itu kesehatan menjadi salah satu aspek kesejahteraan dan menjadi fokus utama pembangunan manusia. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata karena memang salah satu hak dasar rakyat adalah mendapat pelayanan kesehatan. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui Sistem kesehatan Nasional.

Pelaksanaannya diusahakan dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat yang diarahkan terutama kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Selain itu upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit

(40)

serta peningkatan pembangunan pusat-pusat kesehatan masyarakat serta sarana penunjangnya terus dilakukan oleh Pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air bersih. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik. Oleh karena itu, pembangunan yang sedang digiatkan pemerintah diharapkan dapat berakselerasi positif.

2.5.2 Angka Harapan Hidup (AHH)

Secara umum, tingkat kesehatan penduduk suatu wilayah juga dapat dinilai dengan melihat Angka Harapan Hidup (AHH) penduduknya. Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan.

Kebijakan peningkatan kesehatan antara lain bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk hidup sehat, sehingga sangat membantu memperpanjang angka harapan hidup penduduk. Di samping itu, adanya peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat memungkinkan penduduk untuk memperoleh perawatan kesehatan yang lebih baik sehingg dapat memperpanjang usia.

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Tri Setiani (2014) yang berjudul “Analisis Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja di kota Binjai”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas tenaga kerja di kota Binjai dan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan

(41)

terhadap produktivitas tenaga kerja di kota Binjai. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja, tingkat upah dan tingkat pendidikan.

2. Ryan Andreas (2012) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan dan Investasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di kota Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan investasi terhadap produktivitas tenaga kerja di kota Medan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).

Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan investasi di estimasikan berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.

3. Dewi Andayani (2007) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja di Sumatera Utara”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara.

Adapun metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat upah berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara dan investasi berhubungan positif terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara.

(42)

4. Teddy Adhadika (2013) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahan di Kota Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan, upah, insentif, jaminan sosial dan pengalaman kerja terhadap produktivitas tenaga kerja di kota Semarang. Adapun metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu lima variabel independen, hanya empat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja yaitu pendidikan, upah, insentif, dan pengalaman kerja, sedangkan yang tidak signifikan adalah jaminan sosial.

5. Wiwik Astuti Buranda (2015) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industrial Kecil di Kota Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil konveksi di kota Makassar. Adapun metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu pendidikan, pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan, dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil konveksi di Kota Makassar.

(43)

2.7 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

1. Variabel Tingkat Upah berpengaruh positif terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan.

2. Variabel Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan.

3. Variabel Tingkat Kesehatan berpengaruh positif terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan.

Tingkat Upah (X1)

Tingkat Pendidikan

(X2)

Produktivitas Tenaga Kerja

(Y)

Tingkat Kesehatan

(X3)

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah peraturan kegiatan atau prosedur yang akan dilakukan dengan mengumpulkan data guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian, metodologi penelitian juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan data kuantitatif. Dimana data kuantitatif adalah data yang bersifat numerik atau angka. Penelitian dilakukan di kota Medan dalam runtun waktu dua puluh tahun (1997-2016) untuk melihat Pengaruh Tingkat Upah, Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Kesehatan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, catatan-catatan, internet, serta sumber- sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik(BPS) berupa data tingkat upah (upah minimum kota), tingkat pendidikan (rata-rata lama sekolah), tingkat kesehatan (angka harapan hidup) yang diukur berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja di kota Medan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dalam runtun waktu (time series) yaitu selama periode 1997-2016.

(45)

3.3 Definisi Operasional

1. Produktivitas Tenaga Kerja adalah hasil perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja dilihat dari perbandingan antara PDRB harga konstan dengan jumlah tenaga kerja. Dalam satuan Rupiah.

2. Tingkat Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan kepada pekerja/buruh. Tingkat Upah dalam penelitin ini diambil dari upah minimum kota dari tahun 1997-2016 menurut Badan Pusat Statistik(BPS) Sumatera Utara. Dalam satuan Rupiah.

3. Tingkat Pendidikan diambil dari angka Rata-rata Lama Sekolah, yaitu jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15tahun ke atas diseluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani di kota Medan dari tahun 1997-2016 menurut Badan Pusat Statistik(BPS) Sumatera Utara. Dalam satuan tahun.

4. Tingkat Kesehatan diambil dari Angka Harapan Hidup, yaitu persentase rata- rata lama hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada satu tahun tertentu di kota Medan dari tahun 1997-2016 menurut Badan Pusat Statistik(BPS) Sumatera Utara.

Dalam satuan tahun.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menghitung besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda dengan

(46)

menggunakan program komputer E-views. Analisis regresi tersebut merupakan metode analisis yang digunakan selain untuk mengetahui hubungan variable bebas (X) terhadap variable terikat (Y), juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun model analisis regresi yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda dimana :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan :

Y = Produktivitas Tenaga Kerja β0 = Intercept

β1β2β3 = Koefisien regresi X1 = Tingkat Upah (Rupiah) X2 = Tingkat pendidikan (tahun) X3 = Tingkat Kesehatan (tahun) e = Term of error

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel- variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependennya.

(47)

3.5.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini, digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : b1 = b………(tidak ada pengaruh) Ha : b1 ≠ b……….(ada pengaruh)

Dalam b1 adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-statistik > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

 Ho : β = 0 Ho diterima (t-statistik < t-tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

 Ha : β ≠ 0 Ha diterima (t-statistik > t-tabel) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.5.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

 Ho : b1 = 0………..(tidak ada pengaruh)

 Ha : b1 ≠ 0 ………..( ada pengaruh)

(48)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F- tabel jika F-hitung>F–tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:

 Ho : β1 = β2= 0 Ho diterima (F-hitung < F-tabel) artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

 Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 Ha diterima (F-hitung > F-tabel) artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.6 Uji Asumsi Klasik 3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak. Data yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji asumsi klasik normalitas mengasumsikan bahwa distribusi probabilitas dari gangguan t memiliki rata-rata yang diharapkansama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian yang konstan. Dengan asumsi ini penaksir akan memenuhi sifat-sifat statistik yang diinginkan seperti unbiased dan memiliki varian yang minimum. Normalitas dapat dideteksi dengan menggunakan uji Jarque-Berra (JB), dengan melihat nilai probability J-B. Jika probability J-B > α (0,05) maka nilai residual terdistribusi normal.

(49)

3.6.2 Uji Multikolineritas

Multikolineritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan korelasi antar variabel bebas (independent). Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Tolerance Value atau nilai Variance Inflation factor (VIF). Dasar pengambilan keputusan pada Uji Mutikolinearitas :

a. Nilai VIF < dari 10, maka artinya tidak terjadi multikolinearitas terhadap data yang di uji.

b. Nilai VIF > dari 10, maka artinya terjadi multikolinearitas terhadap data yang di uji.

3.6.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dalam sebuah model regresi. untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi maka dibutuhkan sebuah metode pengujian Breusch-Godfrey.

Adapun langkah-langkah awal pengujian adalah mencari nilai dengan kriteria sebagai berikut :

a. Obs*R-squared > taraf nyata yang digunakan maka persamaan tersebut tidak mengandung autokorelasi.

b. Obs*R-squared < taraf nyata tertentu maka persamaan tersebut mengandung autokorelasi.

3.6.4 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas yaitu terdapatnya

(50)

ketidaksamaan varian dari residual pada sebuah model regresi. Untuk melakukan sebuah pengujian diperlukan beberapa sebuah metode. Pada penelitian ini menggunakan pengujian White-test. Adapun langkah-langkah yang diperkenankan untuk pengujian White-test oleh Halbert White dalam sebagai berikut :

a. Menghitung nilai residual (et)

b. Menghitung regresi untuk mencari nilai R2

c. Cari nilai (nxR2) dan nilai (berdasarkan degree of fredom yangsama dengan variabel)

d. Bandingkan nilai dan dengan kriteria :

 Jika lebih besar dari maka terdapat gejala heterokedastisitas

 Jika lebih kecil dari maka tidak terdapat gejala heterokedastisitas

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan

4.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis, Kota Medan terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan ketinggian meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Selatan dan Timur, sedangkan di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli yang bermuara di Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Kota Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar . Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun BMKG Wilayah I pada tahun 2014 yaitu dan suhu maksimum yaitu serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu dan suhu maksimum yaitu . Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata- rata dan kecepatan angin rata-rata sebesar , sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya , serta rata-rata curah

(52)

hujan di Kota Medan menurut Stasiun Sampali per bulannya . Berikut table luas wilayah perkecamatan di kota Medan:

Tabel 4.1

Luas Wilayah Perkecamatan di Kota Medan Kecamatan

Districts

Luas Area (Km2)

Persentase Percentage (%)

( 1 ) ( 2 ) ( 3 )

Medan Tuntungan 20,68 7,80

Medan Johor 14,58 5,50

Medan Amplas 11,19 4,22

Medan Denai 9,05 3,41

Medan Area 5,52 2,08

Medan Kota 5,27 1,99

Medan Maimun 2,98 1,13

Medan Polonia 9,01 3,40

Medan Baru 5,84 2,20

Medan Selayang 12,81 4,83

Medan Sunggal 15,44 5,83

Medan Helvetia 13,16 4,97

Medan Petisah 6,82 2,57

Medan Barat 5,33 2,01

Medan Timur 7,76 2,93

Medan Perjuangan 4,09 1,54

Medan Tembung 7,99 3,01

Medan Deli 20,84 7,86

Medan Labuhan 36,67 13,83

Medan Marelan 23,82 8,99

Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah Total

2015 265,10 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Medan

(53)

Kota Medan memiliki luas atau dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya yang berada di Sumatera Utara, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Wilayah terbesar di Kota Medan berada di Kecamatan Medan Labuhan dengan persentase luas wilayah sebesar dari keseluruhan wilayah Kota Medan. Kota Medan sendiri memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan.

4.1.3 Kependudukan

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis.

Sampai saat ini, Kota Medan dihuni oleh berbagai macam etnis seperti Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, China ( Tionghoa), Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, Nias dan lain sebagainya. Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2016 mencapai 2.229.408 jiwa.

Berdasarkan data perkecamatan di Kota Medan, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Medan Deli dengan jumlah 184.762 jiwa, diikuti Kecamatan Medan Marelan dengan jumlah 167.984 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Medan Baru yakni sebanya 40.560 jiwa. Dari 2.229.408 jiwa penduduk yang ada di Kota Medan , yang paling banyak penduduknya adalah penduduk berjenis kelamin perempuan, yakni sebesar 1.128.388 jiwa.

Berikut dapat dilihat tabel jumlah penduduk dan ratio jenis kelamin menurut kecamatan di kota Medan :

(54)

Tabel 4.2

Jumah Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Medan

Jenis Kelamin (Sex) Kecamatan

(Subdistricts)

Laki-laki (Male)

Perempuan (Female)

Jumlah Total

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) 1 Medan

Tuntungan

42 689 43 736 86 425 97,61

2 Medan Johor 65 968 67 609 133 577 97,57

3 Medan Amplas 62 356 63 984 126 340 97,46

4 Medan Denai 72 308 74 080 146 388 97,61

5 Medan Area 48 911 50 110 99 021 97,61

6 Medan Kota 36 780 37 681 74 461 97,61

7 Medan Maimun 20 099 20 591 40 690 97,61

8 Medan Polonia 27 906 28 607 56 513 97,55

9 Medan Baru 20 035 20 525 40 560 97,61

10 Medan Selayang 53 253 54 578 107 831 97,57

11 Medan Sunggal 57 218 58 619 115 581 97,61

12 Medan Helvetia 74 873 76 708 63 390 97,61

13 Medan Petisah 31 311 32 079 72 717 97,61

14 Medan Barat 35 919 36 798 72 717 97,61

15 Medan Timur 55 045 56 393 111 438 97,61

16 Medan Perjuangan

47 388 48 548 95 936 97,61

17 Medan Tembung 67 789 69 450 137 239 97,61

18 Medan Deli 91 248 93 514 184 762 97,58

19 Medan Labuhan 58 558 59 993 118 551 97,61

20 Medan Marelan 82 876 85 108 167 984 97,38

21 Medan Belawan 48 490 49 677 98 167 97,61

Medan 2016

1 101 020 1 128 388 2 229 408 97,57 2015 1 091 937 1 118 687 2 210 624 97,61 2014 1 081 797 1 109 343 2 191 140 97,52 2013 1 053 393 1 082 123 2 135 516 97,35 2012 1 047875 1 074 929 2 122 804 97,48 Sumber : Badan Pusat Statistik Medan, 2016

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual
Tabel Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)
Tabel Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sumber data tugas akhir ini,menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik(BPS) Sumatera Utara untuk mengumpulkan data jumlah penduduk, dan di Asuransi

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah, jumlah tenaga kerja dan tingkat pendidikan di

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Keuangan (Depkeu), antara lain berupa data

Pada uji F secara simultan menjelaskan bahwa keseluruhan dari variabel independen dalam penelitian ini, yaitu tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota memiliki

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Produktivitas

2.5 Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja. 2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan

Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada tentang pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Kota Medan.. Teknik

Metode yang digunakan dalam memprediksi yaitu Recurent Neural Network RNN dengan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS berupa data set, dan membagi dua data set