• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA. Oleh : MELLY KRISTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA. Oleh : MELLY KRISTA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI

SUMATERA UTARA

Oleh :

MELLY KRISTA 130501102

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di Sumatera Utara” telah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat pada skripsi ini, saya bersedia menerima sanksisesaui dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 15 April 2017

Melly Krista 130501102

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PERCETAKAN

Nama : Melly Krista

NIM : 130501102

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul : Analisis Pengaruh Upah Minimum Kabupaten?Kota Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di Sumatera Utara

Tanggal : Ketua Program Studi

Drs. Coki Ahmad Syahwier Hsb, Mp.

NIP. 19590912 1987031003

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN

Nama : Melly Krista

NIM : 130501102

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul : Analisis Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di Sumatera Utara

Tanggal : Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Hasan Basri Tarmizi, SU NIP. 195304121981031006

Penguji I Penguji II

Ilyda Sudardjat, S.Si., M.Si. Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si.

NIP. 197303252008012007 NIP. 198011102008122003

(5)

i ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

DI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah minimum Kabupaten/kota terhadap produktivitas tenaga kerja antar Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data panel untuk Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dalam kurun waktu 2013-2015. Penelitian ini menggunakan uji Chow dan uji Hausman untuk memilih model terbaik dengan program Eviews 9 dalam pengolahan datanya dan menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel upah minimum Kabupaten/kota berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivtas tenaga kerja sebesar 61%. Hal ini di tunjukkan dari hasil pengujian identifikasi determinan (R-square) sebesar 0,6115 atau 61% sedangkan sisanya sebesar 39%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci : Upah minimum Kabupaten/kota, Produktivitas tenaga kerja, Ketenagakerjaan

(6)

ABSTRACT

ANALYSES ON THE INFLUENCE OF THE MINIMUM WAGE DISTRICT/CITY TOWARD THE LABOUR PRODUCTIVITY

IN NORTH SUMATERA

The research aims to examine the influence of the minimum wage District/city toward the labour productivity in Regency/City of North Sumatra Province. The data used is data panel districts/cities in North Sumatra in the period 2013-2015. This study used Chow test and Hausman test to select the best model with Eviews 9 program to process the data and with secondary data.

The results show that the minimum wage District/city positively effect and significantly influence the labour productivity of 61%. It is on show from the test results identifying the determinant (R-square) of 0.6115 or 61% while the remaining amount of 39% influenced by other factors not examined in this study.

Key word : Minimum wage district/city, Labour productivity, Employment

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di Sumatera Utara”.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis banyak mendapat bantuan serta dorongan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mendukung, membimbing dan membantu Penulis selama penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Kepada Mama, Novia Ruth Silaen, SE, MM yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa, semangat dan motivasi yang terbaik kepada penulis. Kepada kakak dan adik Rebecca Rulia, ST dan Timothy Douglas yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier Hasibuan, MP. Selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dan Ibu Inggrita Gusti Sari NST, SE., MSi Selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universita Sumatera Utara sekaligus Dosen

(8)

Pembanding II saya yang telah memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Hasan Basri Tarmizi, SU selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan pengarahan dan meluangkan waktunya, memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.

5. Ibu Ilyda Sudrajat, S.Si M.Si selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan dukungan dan masukan berupa kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan dan membantu proses administrasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Teman-teman kuliah terdekat saya, Mila, Lala, Sere, Yunia, Olak serta seluruh rekan mahasiswa stambuk 2013 yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.

8. Kepada teman sekolah terdekat saya Patricia Hanna dan Reigana Gabriel Laurens yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

v

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk membantu menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2017 Penulis

Melly Krista

NIM : 130501102

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Peneletian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Ketenagakerjaan ... 8

2.2 Produktivitas Tenaga Kerja ... 10

2.3 Upah ... 11

2.3.1 Definisi Upah ... 11

2.3.2 Upah Minimum Kota/Kabupaten ... 12

2.4 Hubungan Antara Upah Minimum dan Produktivitas Tenaga Kerja ... 14

2.5 Peneletian Sebelumnya ... 15

2.6 Kerangka Konseptual ... 16

2.7 Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 18

3.2 Definisi Operasional ... 18

3.3 Jenis Data ... 18

3.4 Pengolahan Data ... 19

3.5 Model Analisis Data ... 19

3.5.1 Analisis Regresi Data Panel ... 19

3.5.2 Uji Spesifikasi Model ... 23

3.6 Test of Goodness of Fit ... 25

3.6.1 Uji Signifikansi (t-statistic) ... 25

3.6.2 Koefisien Determinasi (R Square) ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 27

4.1.1 Kondisi Geografis ... 27

(11)

vii

4.1.2 Kondisi Iklim ... 28

4.1.3 Kondisi Demografi ... 29

4.1.4 Produk Domestik Regional Bruto ... 30

4.1.5 Perkembangan Tenaga Kerja ... 31

4.1.6 Produktivitas Tenaga Kerja di Sumatera Utara ... 33

4.1.7 Upah Minimum Kabupaten/Kota Sumatera Utara ... 35

4.2 Analisis Hasil dan Pembahasan ... 36

4.2.1 Pengujian Spesifikasi Model Data Panel ... 37

4.2.1.1 Uji Chow ... 37

4.2.1.2 Uji Hausman ... 38

4.2.2 Hasil Estimasi Dengan Menggunakan REM ... 39

4.2.3 Interpretasi Model ... 39

4.3 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 40

4.3.1 Uji Sigfikansi (t-statistik) ... 40

4.3.2 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 49

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Produktivitas

Tenaga Kerja di Sumatera Utara (2013-2015) ... 5

4.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (2013-2015) ... 30

4.2 Jumlah Tenaga Kerja Sumatera Utara Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2013-2015 ... 32

4.3 Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2013-2015 ... 33

4.4 Hasil Uji F-statistik (Uji Chow) – Likelihood Ratio ... 37

4.5 Hasil Uji Hausman ... 38

4.6 Hasil Regresi Random Effect Model ... 39

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja di Kabupaten/Kota

Sumatera Utara Tahun (2013-2015) ... 2

2.1 Kerangka Konseptual ... 16

3.1 Kurva Uji t-Statistik ... 26

4.1 Upah Minimum Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2013-2015 ... 35

4.2 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik ... 41

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad, 1997). Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah umum dan mendasar yang dihadapi oleh hampir semua negara di dunia, antara lain terkait dengan masalah pengangguran, tingkat upah yang rendah dan produktivitas yang rendah.

Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan arah pembangunan dan sebagai alat untuk mengetahui struktur ekonomi suatu wilayah. Peranan masing-masing sektor dalam produktivitas tenaga kerja dapat menentukan skala prioritas pembangunan saat ini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu perhatian terhadap arti pentingnya produktivitas tenaga kerja akan menjamin kelangsungan hidup suatu negara dalam jangka panjang. Tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja merupakan cerminan tingkat keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Oleh karena itulah, pemerintah senantiasa membuat kebijakan yang dapat meningkatkan taraf

(15)

2 hidup pekerja dengan tingkat upah yang layak.

Tingkat upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika upah ditingkatkan setiap tahunnya maka perusahaan akan mengurangi jumlah tenga kerja yang diminta. Upah minimum Kabupaten/kota tidak dapat mengalami penurunan setiap tahunnya dan hal ini akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, dimana akan semankin besar penawaran tenaga kerja.

Jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara pada tahun 2015 berjumlah 6.391.098 jiwa. Jumlah angkatan yang bekerja sebesar 5.962.374 jiwa. Jumlah tersebut bertambah 80.933 jiwa dari tahun 2014, dimana angkatan yang bekerja sebesar 5.881.371 jiwa. Jumlah tenaga kerja setiap Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 1.1

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, diolah Gambar 1.1

Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja di Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2013-2015

(Jiwa)

(16)

Sejak dari tahun 2013 sampai 2015 jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 jumlah tenaga kerja yang bekerja turun sebesar 18.189 jiwa dari tahun sebelumnya. Tahun 2015 jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan menjadi 5.962.374. Gambar 1.1 menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja mengalami fluktuasi, hanya Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Medan saja yang terus mengalami penurunan tenaga kerja setiap tahunnya dari tahun 2013-2015.

Data tenaga kerja yang bekerja ini digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas yang di kabupaten/kota Sumatera Utara. Pengukuran produktivitas berguna untuk menyusun rencana strategi organisasi baik pada tingkat makro maupun mikro. Tidak hanya menyediakan alat untuk mengetahui apakah tujuan strategi telah tercapai atau tidak, tetapi pengukuran tersebut juga berhubungan dengan kinerja produktivitas.

Salah satu kriteria yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan perekonomian di suatu Negara atau daerah adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan penduduk di suatu wilayah.

PDRB merupakan nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai tingkat kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode (Roby, 2013).

Pada kenyataanya, PDRB mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi apabila nilai PDRB suatu wilayah meningkat, maka jumlah output dalam seluruh unit ekonomi di suatu wilayah akan

(17)

4 meningkat. Produk Domesik Regional Bruto (PDRB) digunakan sebegai salah satu barometer dalam mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja di setiap Kabupaten/Kota suatu Provinsi. Untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja maka dilakukan perhitungan dengan membagi PDRB Atas Harga Konstan dengan jumlah angkatan kerja di setiap Kabupaten/Kota.

Upah merupakan masalah yang menarik dan penting bagi perusahaan, karena upah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pekerja. Apabila upah yang diberikan oleh perusahaan di rasa sudah sesuai dengan jasa atau pengorbanan yang diberikan maka karyawan akan tetap bekerja dan lebih giat dalam bekerja.

Pemerintah telah mengatur tentang Upah Minimal Kota/Kabupaten, sehingga UMK sering kali menjadi perselisihan antara pengusaha dan pekerja.

Hal ini terjadi karena masalah UMK hanya dilihat dari satu sisi di mana seseorang bisa hidup dengan gaji yang diperoleh. Undang-Undang Ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dengan tegas mengatur tentang Pengupahan, dengan melindungi upah tenaga kerja yang merupakan upah minimum berdasarkan wilayah Provinsi atau kabupaten/kota, yang diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

Bagi para pekerja upah merupakan pendapatan yang digunanakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, keluarganya dan juga digunakan sebagai motivasi untuk meningkatkan produktivitas. Bagi perusahaan, upah merupakan biaya produksi yang dikeluarkan sebagai imbalan jasa kepada para pekerja dimana hal tersebut akan mengurangi pendapatan perusahaan. Hal tersebut

(18)

mengakibatkan perusahaan akan menetapkan tingkat upah yang paling minimum sehingga pendapatan atau laba yang diterima perusahaan dapat ditingkatkan. Bagi pemerintah, upah merupakan sarana untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pendapatan. Pemerintah juga berperan sebagai stabilisator dalam hubungan kedua belah pihak antara buruh dan pengusaha.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menetapkan kebijakan tingkat upah minimum. Tingkat upah minimum ditetapkan secara sektoral dan regional. Mulai tahun 2001, tingkat upah minimum regional dikenal dengan tingkat Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Kota (UMK). Tingkat upah minimum yang ditetapkan di atas tingkat upah rata-rata yang diperoleh pekerja akan menyebabkan pengusaha mengurangi penggunaan tenaga kerja sehingga penyerapan tenaga kerja akan berkurang.

Tabel 1.1

Rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sumatera Utara (2013-2015)

Tahun Produktivitas Tenaga kerja

pertumbuhan UMK peretumbuhan

2013 56,070 - 1,439,258 -

2014 59,325 5.80% 1,624,239 12.80%

2015 60,510 1.90% 1,777,382 9.42%

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, BPS, diolah.

Pada Tabel 1.1 terdapat perbandingan rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota dan produktivitas tenaga kerja setiap tahunnya dari tahun 2013- 2015. Terjadi penurunan pertumbuhan baik pada produktivitas tenaga kerja maupun upah minimum Kabupaten/kota. Penurunan upah minimum dengan selisih 3.38% tidak sebesar produktivitas tenaga kerja dengan selisih pertumbuhan

(19)

6 sebesar 3,9%. Hal ini dikarenakan pertambahan jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan pertambahan jumlah PDRB Kabupaten/kota Sumatera Utara.

Jika produktivitas tenaga kerja meningkat maka dalam memproduksi hasil dengan jumlah yang sama diperlukan pekerja lebih sedikit (Simanjuntak, 1998).

Berdasarkan Aturan Hick-Marshall dalam Santoso (2012), jika upah meningkat maka total biaya produksi akan mengalami peningkatan secara proporsional lebih tinggi. Sebagai konsekuensinya, tingkat harga barang juga meningkat lebih tinggi sehingga kuantitas barang yang diminta juga akan mengalami penurunan, maka perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta.

Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja agar sampai pada tingkat pendapatan "living wage", yang berarti bahwa orang yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum dapat mencegah pekerja dalam pasar monopsoni darieksploitasi tenaga kerja terutama yang low skilled. Upah minimum dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mengurangi konsekuensipengangguran seperti yang diperkirakan teori ekonomi konverisional (Kusnaini, D, 1998)

Dalam penelitian Sumarlin et al (2010) disebutkan teori upah efisiensi dari Cafferty (1990), yang menjelaskan bahwa produktivitas tenaga kerja tergantung pada tingkat upah yang mereka terima. Tenaga kerja yang mendapatkan upah yang tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi badan menjadi sehat, dengan demikian dia bisa mengalokasikan waktu bekerjanya lebih tenang sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.

(20)

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka perlu melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi

dengan judul “ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan sebagai dasar kajian dalam penulisan proposal skripsi ini adalah bagaimana pengaruh tingkat upah minimum kabupaen/kota terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat upah minimum Kabupaten/Kota terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai referensi bagi peneliti yang mengkaji hal yang berhubungan dengan penelitian ini

2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulisan di bidang penelitian

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah maupun bagi instansi-instansi yang terkait dalam pengambilan keputusan kebijakan.

(21)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan atau tenaga kerja merupakan bagian dari faktor produksi, oleh karena itu tenaga kerja sangat penting dalam dalam kegiatan ekonomi maupun dalam perekonomian suatu negara. Tanpa adanya tenaga kerja, bisa dipastikan perekonomian akan lumpuh dan tidak akan berjalan. Persoalan pokok dari ketenagakerjaan adalah kurangnya daya sang tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan angkatan kerja secara nasional. Permasalahan lain yang menjadi perhatian dalam ketenagakerjaan antara lain faktor kependudukan, perkembangan bidang pendidikan, masalah pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkatan kerja serta kertersediaannya lapangan pekerjaan.

Perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan. Rencana pembangunan memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan diseluruh sektor atau sub sektor. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan membutuhkan tenaga kerja yang sesuai. Perencanaan tenaga kerja memuat perkiraan permintaan atau kebutuhan dan penawaran atau penyediaan tenaga kerja, serta kebijakan maupun program ketenagakerjaan yang diperlukan dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja ( working- age population ). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang- undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki-laki

(22)

atau wanita yang sedang dalam dan / atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tenaga kerja adalah penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut, supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya (Dumairy, 1997).

Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Di Indonesia, batas umur minimal untuk tenaga kerja yaitu 15 tahun tanpa batas maksimal. Dengan demikian semua penduduk yang telah berumur 15 tahun keatas dapat digolongkan sebagai tenaga kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat

Angkatan kerja ( labor force ) adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Arti dari mampu adalah mampu secara fisik dan jasmani, kemampuan mental dan secara yuridis mampu serta tidak kehilangan kebebasan untuk memilih dan melakukan pekerjaan serta bersedia secara aktif maupun pasif melakukan dan mencari pekerjaan (Sumarsono, 2009). Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat di dalam kegiatan produktif yaitu yang memproduksi barang dan jasa

(23)

10 2.2 Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi performansi kemampuan bersaing dalam proses produksi. Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986).

Menurut L. Greenberg dalam Sinungan (2008:12) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Produktivitas merupakan suatu konsep pengukuran rasio output total terhadap rata-rata input tertimbang (Samuelson, 1995). Sehingga berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah sumber daya yang digunakan.

International Labour Organization (ILO) yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2005: 127) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung. Sumber tersebut dapat berupa:

1. Tanah

2. Bahan baku dan bahan pembantu 3. Pabrik, mesin-mesin dan alat-alat 4. Tenaga kerja

(24)

Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu ukuran sampai sejauh man manusai atau angkatan kerja dipergunakan dengan baik dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan output tertentu yang diinginkan. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas hanya dapat dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002). Oleh karena itu tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas.

2.3 Upah

2.3.1 Definisi Upah

Setiap usaha sudah barang tentu mengharapkan hasil tanpa terkecuali.

Demikian pula dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, baik atas kemauan sendiri maupun atas perintah orang dalam suatu hubungan kerja. Upah merupakan hal yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap para pekerja dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, karena untuk pekerjalah balas jasa berupa upah merupakan faktor utama untuk membiayai kehidupannya sendiri serta keluarganya. Upah merupakan salah satu faktor pendorong yang paling besar, sehingga seseorang mau melakukan suatu pekerjaan. Setiap tenaga kerja yang melakukan pekerjaan akan menerima imbalan atau balas jasa yang sesuai dengan sumbangan prestasi yang diberikannya. Balas jasa yang sering disebut dengan kompensasi ini antara lain :dapat berupa upah atau gaji, tunjangan barang, atau balas jasa lainnya.

Berbicara masalah upah khususnya bagi tenaga kerja, upah merupakan faktor terpenting guna mempertahankan hidup mereka. Tingkat upah yang masih

(25)

12 sangat rendah akan mempengaruhi usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Sebaliknya tingkat produktivitas yang sangat rendah sulit untuk menjamin naiknya upah. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpedoman atas pedanjian yang disepakati membayarnya (Hasibuan, M, 2005).

2.3.2 Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Propinsi. Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan.

Sesuai pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP-226/MEN/2000, tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang berlaku didaerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a) Upah adalah hak pekerja/buruh sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan diberikan.

b) Upah yang diterima pekerja buruh harus dinyatakan dengan uang.

(26)

c) Upah dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan.

d) Tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya merupakan komponen dari upah.

Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang berlaku di daerah Kabupaten/Kota. Penetapan upah minimum Kabupaten/Kota dilakukan oleh Gubernur yang penetapannya harus lebih besar dari upah minimum propinsi.

Penetapan upah minimum ini dilakukan setiap satu tahun sekali dan di tetapkan selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum yaitu 1 Januari. Peraturan pelaksana terkait upah minimum diatur dalam Permenakertrans No. 01 Tahun 1999 tentang Upah minimum, Kepmenakertrans No. 226/MEN/2000 tentang perubahan beberapa pasal dalam Permenaketrans No 01 tahun 1999.

Penetapan upah minimum dilakukan di tingkat propinsi atau di tingkat kabupaten/kotamadya, dimana Gubernur menetapkan besaran upah minimum propinsi (UMP) atau upah minimum Kabupaten/Kotamadya (UMK), berdasarkan usulan dari Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi atau Kab/Kota) dengan mempertimbangkan; kebutuhan hidup pekerja, indeks harga konsumen, pertumbuhan ekonomi, kondisi pasar kerja dsbnya.

Penerapan upah minimum dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produktivitas pekerja/buruh dan juga meningkatkan pertumbuhan produksi serta meningkatkan penghasilan. Pemerintah memandang upah sebagai peningkatan

(27)

14 kesejahteraan masyarakat dimana jika upah yang ditetapkan semakin tinggi akan semakin meningkatkan kesejahteraaan masyarakat yang akan berdampak pada pendapatan daerah, penetapan upah minimum dimaksudkan agar upah tidak mengalami penurunan terutama untuk pekerja tingkat bawah atau dengan kata lain agar tingkat upah tetap stabil. Untuk para produsen dan pengusaha penetapan upah minimum justru akan menambah biaya produksi dimana pengusaha harus mematuhi peraturan yang berlaku, hal ini lah yang mendorong pengusaha untuk lebih berhati-hati dalam mengambil tenaga kerja sehingga banyak menyebabkan pengangguran karena banyak pekerja yang kurang berpengalaman dan kurang mempunyai keahlian tidak akan dibutuhkan.

2.4 Hubungan Antara Upah Minimum dan Produktivitas Tenaga Kerja Penetapan Upah Minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Komponen Kebutuhan Hidup Layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan hidup pekerja dalam memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan pangan perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya. Perkembangan teknologi dan sosial ekonomi yang cukup pesat menimbulkan pemikiran, kebutuhan hidup pekerja bedasarkan kondisi "minimum" perlu diubah menjadi kebutuhan hidup layak. Kebutuhan hidup layak dapat meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas nasional.

(28)

Perkembangan tingkat upah mengacu pada kebutuhan hidup layak yang selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja. Faktor upah merupakan factor yang terpenting guna mempertahankan hidup, tingkat upah yang masih rendah akan mempengaruhi hubungan antara pelaku atau tenaga kerja dan sekaligus akan memperngaruhi atau berpengaruh terhadap usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja (J. Ravianto, 1985)

Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja agar sampai pada tingkat pendapatan "living wage", yang berarti bahwa orang yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum dapat mencegah pekerja dalam pasar monopsoni dari eksploitasi tenaga kerja terutama yang low skilled. Upah minimum dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mengurangi konsekuensi pengangguran seperti yang diperkirakan teori ekonomi konverisional (Kusnaini, D, 1998)

2.5 Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti untuk memulai proses penelitian.

Marian, Richard, dan Thomas (2016) dalam penelitian mereka yang berjudul “The UK National Wage’s Impact on Productivity”. Penelitian ini menggunakan strategi analisis (analitycal strategy). Hasil dari peneletian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara upah minimum nasional terhadap produktivitas tenaga kerja dan akan meningkatkan efisiensi eknomi pada skala makro.

(29)

16 Ardika Sulaeman (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Upah dan Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Karyawan Kerajinan Ukiran Kabupaten Subang” dengan menggunakan analisis parametrik dan analisis jalur (Path Analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara upah terhadap produktivitas kerja baik secara parsial maupun simultan.

Ketut Alit Wiantara (2014) dalam peneletiannya yang berjudul “Hubungan Tingkat Upah Dengan Produktivitas Kerja Pada Perusahaan Kecap Sumber Rasa di Desa Temukus Tahun 2014” dengan menggunakan metode analisis korelasi product moment, bahwa ada hubungan antara tingkat upah tenaga kerja dengan produktivitas. Hal ini ditunjukkan dari hasil rxy = 0,873 dan p-value 0,000 <

0,05.

2.6 Kerangka Konseptual

Didasari rumusan masalah dalam penelitian ini maka peneliti akan mengkaji lebih lanjut pengaruh yang terjadi antara upah minimum kabupaten/kota dan produktivitas tenaga kerja dalam bentuk kerangka konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Produktivitas Tenaga Kerja (Y) Upah Minimum

Kabupaten/Kota (X)

(30)

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasahan yang menjadi objek penelitian yang memerlukan pengujian untuk menguji kebenarannya. Dari rumusan masalah diatas, maka hipotesis nya adalah sebagai berikut :

1. Tingkat upah minimum berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara.

.

(31)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dan informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut :

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat upah minimum dan produktivitas tenaga kerja kerja di Sumatera Utara. Populasi dalam peneletian ini adalah 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu tiga tahun (2013-2015).

3.2 Definisi Operasional

1. Produktivitas Tenaga Kerja merupakan perbandingan antara PDRB harga konstan dengan jumlah tenaga kerja dalam rupiah

2. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang diterima oleh buruh.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data panel yaitu gabungan antar data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series).

Data yang digunakan meliputi data produktivitas tenaga kerja dan upah minimum.

Data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini sepenuhnya melalui data sekunder wilayah, dalam penelitian ini adalah 33 kabupaten/kota di

(32)

Sumatera Utara pada tahun 2013 sampai tahun 2015. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dll

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program computer E-views 9.0 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

3.5.1 Analisis Regresi Data Panel

Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara upah minimum kota terhadap produktivitas tenaga kerja digunakan analisis data panel dimana analisis data panel ini adalah kombinasi antar deret waktu (time series data) dan deret hitung (cross section data ). Oleh sebab itu pada data panel terdapat deret waktu T > 1 dan kerat lintang N > 1 (Nachrowi, 2006: 310-311).

Data panel merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian dari beberapa tempat pada waktu yang sama. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data panel karena hasil yang diperoleh lebih bagus dan juga menampilkan hasil dari setiap daerah tidak hanya secara keseluruhan.

Data panel merupakan data gabungan antara time series dengan cross section maka model persamaannya adalah sebagai berikut

𝑌𝑖,𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖,𝑡 + 𝜀𝑖,𝑡 Dimana :

Y = Produktivitas tenaga kerja (ribu rupiah) 𝛼 = bilangan konstan

𝛽 = koefisien regresi UMK

(33)

20 X = UMK (juta rupiah)

t = Tahun (2013, 2014, 2015)

i = Kabupaten/Kota (1,2,3,………33) 𝜀 = komponen error / residu (Term of Error)

Analisis data menggunakan regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan yaitu

1. Data panel merupakan gabungan dua data yaitu time series dan cross section sehingga mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.

2. Menggabungkan informasi data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika masalah penghilangan variabel (ommited- variabel). (Widarjono, 2009: 229).

Beberapa keunggulan lain yang diperoleh dari penggunaan metode data panel menurut Shochrul R. Ajija yaitu :

1. Panel data memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variable spesifik individu.

2. Kemampuan mengontrol heterogenitas individu ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membagun model perilaku yang lebih kompleks.

3. Data panel mendasarkan diri pada pada observasi cross section yang berulang- ulang (time series), sehingga metode data panel cocok untuk digunakan sebagai study dinamic of adjusment

(34)

4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yan lebih informatif, lebih variatif kolinieritas antar variabel yang semakin berkurang dan peningkaan derajat kebebasan (degree of fredom = df) sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien. Data panel digunakan untuk mempelajari model perilaku yang kompleks.

5. Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Data panel memungkinkan mempelajari lebih kompleks mengenai perilaku yang ada dalam model sehingga pengujian data panel tidak memerlukan uji asumsi klasik (Gujarati 1992 dalam Wahyuddin et al).

Ada tiga pendekatan beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel yaitu :

1. Pendekatan Common Effect Model (CEM) / Pooled Least Square Metode pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar daerah sama dalam kurun waktu (Widarjono, 2009: 231-232).

2. Pendekatan Fixed Effect Model

Model dengan menggunakan pendekatan ini mengasumsikan adanya perbedaan intersep. Teknik ini mengestimasi data panel dengan menggunakan variable dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Fixed effect didasarkan adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time invariant). Di samping itu model ini juga mengasumsikan

(35)

22 bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar daerah dan antar waktu. Uji signifikansi fixed effect dimana untuk mencari F statistikanya adalah

𝐹 =(𝑅𝑆𝑆1−𝑅𝑆𝑆2)/𝑚 𝑅𝑆𝑆2 /(𝑛−𝑘)

Dimana m merupakan numerator dan (k-1) merupakan denumerator (n-k) (Widarjono, 2009: 238).

3. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Dalam pendekatan ini perbedaan antar waktu dan antar individu diakomodasi lewat komponen error. Error dalam pendekatan ini terbagi error untuk komponen individu, error komponen waktu, dan error gabungan.

Peneletian ini menggunakan metode Generalized Least Square (GLS).

Keuntungan random effect model dibandingkan dengan fixed effect adalah dalam hal derajat kebebasannya. Tidak perlu dilakukan estimasi terhadap interseo N cross-sectional.

Berikut ini persamaan random effect :

𝑌𝑖,𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖,𝑡 + 𝜀𝑖,𝑡 ; 𝜀𝑖,𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑣𝑡+ 𝑤𝑖𝑡

Dimana :

𝑢𝑖 = error cross section 𝑣𝑡 = error time series 𝑤𝑖𝑡 = error gabungan

Ada beberapa hasl terkait output estimasi REM, yaitu :

1. Penjumlahan dari nilai random effect adalah 0, karena komponen error (𝑤𝑖𝑡) merupakan penjumlahan dari time series error dan cross section error.

(36)

2. Nilai 𝑅2 diperoleh dari transformasi regresi Generalized Least Square (GLS)

3.5.2 Uji Spesifikasi Model

Dari tiga pendekatan metode data panel, dua pendekatan yang sering digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel adalah pendekatan fixed effect model dan pendekatan random effect model. Berikut pengujian spesifikasi model yang akan dilakukan.

1. Uji Chow

Uji Chow merupakan pengujian untuk menentukan model Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM) yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Dalam melakukan uji Chow, data diregresikan dengan menggunakan model common effect dan fixed effect terlebih dahulu kemudian dibuat hipotesis untuk diuji. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ho : maka digunakan model common effect (model pool)

Ha : maka digunakan model fixed effects dan lanjut uji Hausman

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Chow adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai probability F ≥ 0,05 artinya Ho diterima; maka model common effect.

2. Jika nilai probability F < 0,05 artinya Ho ditolak; maka model fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau metode random effect.

(37)

24 2. Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih antara random effect atau fixed effect. Ide dasar Hausman test adalah adanya hubungan yang berbanding terbalik antara model yang bias dengan model yang efisien. Pada FEM, hasil estimasi tidak bias dan tidak efisien, sebaliknya pada REM hasil estimasi bias dan efisien.

Nachrowi (2005) menyatakan bahwa karena metode efek tetap diduga menggunakan OLS, maka dalam data panel, uji hausman dapat digunakan untuk melihat kelayakan penggunaan model panel.

Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan degree of freedom sebanyak k dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika menolak hipotesis nol yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model fixed effect sedangkan sebaliknya bila gagal menolak hipotesis nol yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model random effect.

Beberapa pakar ekonometrika membuat pembuktian untuk menentukan model apa yang paling sesuai untuk digunakan dalam data panel. Adapun kesimpulan dari pembuktian tersebut adalah (Nachrowi, 2006):

1. Jika pada data panel jumlah data time series lebih besar dibandingkan jumlah data crossection, maka disarankan untuk mengunakan model Fixed Efffect Model (FEM ).

2. Jika pada data panel jumlah data time series lebih sedikit dibanding jumlah data cross section, maka disarankan untuk menggunakan model Random Effect Model (REM).

(38)

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Uji Siginifikansi (t-stastistic)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

𝐻𝑜 = 𝛽𝑖 = 0 𝐻𝑎 = 𝛽𝑖 ≠ 0

Nilai beta menunjukkan slope variabel bebas. Bila nilai statistik beta sama dengan nol maka variabel bebas tidak memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-statistic dengan t-tabel

- Bila t statistik < t tabel, maka 𝐻𝑜diterima - Bila t statistik > t tabel, maka 𝐻𝑎diterima

𝐻𝑜 diterima artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

𝐻𝑎 diterima artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

(39)

26 Gambar 3.1

Kurva Uji t-Statistik

3.6.2 Koefisien Determinasi (R-Square)

R-Square disebut juga koefisien determinasi. Koefisien ini menjelaskan berapa besar proporsi variasi dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel- variabel independen secara bersama-sama. Nilai ini menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai 𝑅2 berkisar antara 0<𝑅2<1. Semakin besar nilai 𝑅2 (mendekati 100%) semakin baik model regresi tersebut. Nilai 𝑅2 sebesar 0 berarti variasi dari variabel dependen tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel independennya, dan sebaliknya.

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Provonsi Sumatera Utara 4.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1º - 4º Lintang Utara dan 98º – 100º Bujur Timur. Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa. Letak provinsi ini sangat strategis dikarena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan negara Malaysia dan Singapura dengan batas – batas sebagai berikut:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh.

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Riau.

c) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

d) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km², sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera Utara dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau – Pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262 km² atau sekitar 8,58% dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan Luas 6.134 km² atau 8,4%, kemudian Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 km² atau sekitar 8,26%.

Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 41,31 km² atau sekitar 0,06% dari total luas wilayah Sumatera Utara.

(41)

28 Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah / kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padangsidempuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunungsitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasudutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.

4.1.2 Kondisi Iklim

Karena terletak dekat dengan garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Pasat dan angin Muson.Kelembaban udara rata-rata 78% - 91% per tahun, curah hujan (800- 4000) mm/tahun dan penyinaran matahari 43%. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi. Sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas pernukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33ºC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang, dan sebagian lagi berada di daerah ketinggian yang suhu minimalnya mencapai 15ºC.

(42)

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juli dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember, diantara kedua musim itu terdapat musim pancaroba.

4.1.3 Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada Tahun 2014 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.766.851 jiwa yang terdiri dari 6.868.587 jiwa penduduk laki-laki dan 6.898.264 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 99,57.

Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat adalah tiga kabupaten/kota dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 2.191.140 orang (15,91%), 1.984.598 orang (14,41%), dan 1.005.965 orang (7,30%). Sedangkan Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling sedikit yang berjumlah 44.520 orang (0,32%). Dengan luas wilayah Provinsi Sumatera Utara sekitar 71.680,68 kilometer persegi yang didiami oleh 13.766.851 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 192 orang per kilo meter persegi.

(43)

30 4.1.4 Produk Domestik Regional Bruto

Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB atas harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang di nilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan selama satu tahun.

Tabel 4.1

Produk Domestik Regional Bruto

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (2013-2015) (Milyar Rupiah)

Daerah

PDRB Harga Konstan

2013 2014 2015

Kab Asahan 18,906.42 20,019.06 21,118.75

Kab Batubara 18,673.42 19,457.83 20,259.69

Kab Dairi 4,906.97 5,153.96 5,413.75

Kab Deli Serdang 51,892.42 55,870.48 58,722.46

Kab Humbang Hasundutan 3,119.00 3,284.16 3,419.57

Kab Karo 10,768.99 11,326.40 11,880.93

Kab Labuhan Batu 17,266.41 18,167.79 19,079.93

Kab Labuhan Batu Selatan 13,812.09 14,548.32 15,294.17 Kab Labuhan batu Utara 12,732.11 13,420.27 14,109.37

Kab Langkat 22,024.16 23,150.80 24,321.61

Kab Mandailing Natal 6,604.94 7,037.24 7,474.42

Kab Nias 1,888.76 1,992.05 2,100.11

Kab Nias Barat 923.29 970.53 1,017.80

Kab Nias Selatan 3,217.70 3,356.63 3,506.03

Kab Nias Utara 1,750.25 1,842.56 1,948.96

Kab Padang Lawas 5,659.62 5,999.93 6,341.53

Kab Padang Lawas Utara 5,871.51 6,230.97 6,598.30

Kab Pak pak Bharat 603.55 639.24 677.18

Kab Samosir 2,233.59 2,366.56 2,503.73

Kab Serdang Bedagai 14,345.76 15,080.96 15,841.75

Kab Simalungun 20,124.06 21,197.54 22,305.40

Kab Tapanuli Selatan 7,222.61 7,540.96 7,921.24

Kab Tapanuli Tengah 5,198.56 5,460.81 5,738.32

(44)

Kab Tapanuli Utara 4,420.15 4,646.64 4,868.95

Kab Toba Samosir 4,178.00 4,355.22 4,553.17

Kota Binjai 5,887.47 6,230.55 6,571.20

Kota Gunung Sitoli 2,417.75 2,565.47 2,703.50

Kota Medan 110,794.42 117,497.62 124,277.48

Kota Padag Sidempuan 3,120.26 3,276.83 3,451.08 Kota Pematang Siantar 7,142.06 7,596.87 7,992.32

Kota Sibolga 2,604.21 2,757.70 2,914.51

Kota Tanjung Balai 4,152.39 4,392.45 4,637.50

Kota Tebing Tinggi 2,924.75 3,083.91 3,234.05

Rata-Rata 12,042.05 12,742.98 13,418.1

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, diolah

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa setiap Kabupaten/Kota mengalami kenaikan PDRB setiap tahunnya dari tahun 2013-2015. Rata-rata PDRB meningkat dari 12,042.05 milyar menjadi 12,742 milyar rupiah. Pada tahun 2015 PDRB mengalami peningkatan sebesar 675.72 milyar rupiah dari tahun 2014.

4.1.5 Perkembangan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan unsur utama di dalam proses produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

Tenaga kerja merupakan bagian penting dari penduduk dimana pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2015 sebanyak 6,39 juta jiwa yang terdiri dari 5,96 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 428,79 ribu jiwa terkategori pengangguran. Jumlah tenaga kerja yang bekerja mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 5,88 juta jiwa pada tahun 2014. Berikut jumlah tenaga kerja yang bekerja di Sumatera Utara menurut Kabupaten Kota.

(45)

32 Tabel 4.2

Jumlah Tenaga Kerja Sumatera Utara Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2013-2015

(Jiwa)

Daerah 2013 2014 2015

Kab Asahan 248,052 279,873 276,998

Kab Batubara 141,508 141,156 145,679

Kab Dairi 151,797 148,471 151,557

Kab Deli Serdang 754,454 835,162 810,620

Kab Humban Hasundutan 96,012 101,408 97,151

Kab Karo 201,758 206,709 223,122

Kab Labuhan Batu 173,564 175,507 163,324

Kab Labuhan Batu Selatan 119,395 117,898 131,746 Kab Labuhan batu Utara 151,674 125,190 141,176

Kab Langkat 468,295 408,682 417,906

Kab Mandailing Natal 194,880 188,042 191,616

Kab Nias 65,890 72,485 68,820

Kab Nias Barat 41,154 43,876 42,615

Kab Nias Selatan 150,480 156,236 147,863

Kab Nias Utara 55,164 63,406 61,297

Kab Padang Lawas 98,457 91,862 107,923

Kab Padang Lawas Utara 109,835 100,556 114,643

Kab Pak pak Bharat 22,301 23,685 23,879

Kab Samosir 66,212 69,974 69,373

Kab Serdang Bedagai 279,249 253,501 245,891

Kab Simalungun 381,657 368,425 389,413

Kab Tapanuli Selatan 146,618 123,301 128,123 Kab Tapanuli Tengah 147,628 144,474 158,273

Kab Tapanuli Utara 151,458 155,099 153,301

Kab Toba Samosir 87,314 90,315 91,268

Kota Binjai 103,682 111,172 112,661

Kota Gunung Sitoli 52,535 52,889 53,596

Kota Medan 904,331 882,514 875,794

Kota Padag Sidempuan 81,287 92,893 91,385

Kota Pematang Siantar 100,958 91,802 110,785

Kota Sibolga 33,503 35,961 36,845

Kota Tanjung Balai 56,671 62,958 64,659

Kota Tebing Tinggi 60,787 65,889 63,001

Sumatera Utara 5,899,560 5,881,371 5,962,374 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, diolah

(46)

4.1.6 Produktivitas Tenaga Kerja di Sumatera Utara

Untuk mengukur tenaga kerja didasarkan pada fungsi produktivitas cobb- Douglas, yaitu produksi rata-rata per satuan tenaga kerja dengan formula sebagai berikut :

Produktivitas Tenaga Kerja = Jumlah Tenaga KerjaPDRB Dimana :

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga kosntan tahun 2010

Jumlah Tenaga Kerja = Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja

Berikut dapat dilihat perkembangan produktivitas tenaga kerja pada setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dari tahun 2013-2015

Tabel 4.3

Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Sumatera Utara tahun 2013-2015

(Ribu Rupiah)

DAERAH Produktivitas

2013 2014 2014

Kab Asahan 76,220 71,529 76,242

Kab Batubara 131,960 137,846 139,071

Kab Dairi 32,326 34,714 35,721

Kab Deli Serdang 68,781 66,898 72,441

Kab Humbang Hasundutan 32,486 32,386 35,199

Kab Karo 53,376 54,794 53,249

Kab Labuhan Batu 99,482 103,516 116,823

Kab Labuhan Batu Selatan 115,684 123,398 116,088 Kab Labuhan batu Utara 83,944 107,199 99,942

Kab Langkat 47,031 56,647 58,199

Kab Mandailing Natal 33,892 37,424 39,007

Kab Nias 28,665 27,482 30,516

Kab Nias Barat 22,435 22,120 23,884

Kab Nias Selatan 21,383 21,484 23,711

(47)

34 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, diolah

Produktivitas tenaga kerja mengalami fluktuasi pada setiap Kabupaten/kota di Sumatera Utara. Dari 33 Kabupaten/kota hanya 11 kabupaten dan 3 Kota saja yang mengalami kenaikan produktivitas tenaga kerja dari tahun 2013-2015, yaitu Kabupaten Batubara, Dairi, Labuhan Batu, Langkat, Mandailing Natal, Nias Selatan, Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Kota Gunung Sitoli, Medan, dan Sibolga. Selain 14 Kabupaten/kota tersebut produktivitasnya mengalami fluktuasi.

Kab Nias Utara 31,728 29,060 31,795

Kab Padang Lawas 57,483 65,315 58,760

Kab Padang Lawas Utara 53,458 61,965 57,555

Kab Pak pak Bharat 27,064 26,989 28,359

Kab Samosir 33,734 33,821 36,091

Kab Serdang Bedagai 51,373 59,491 64,426

Kab Simalungun 52,728 57,536 57,280

Kab Tapanuli Selatan 49,261 61,159 61,825

Kab Tapanuli Tengah 35,214 37,798 36,256

Kab Tapanuli Utara 29,184 29,959 31,761

Kab Toba Samosir 47,850 48,223 49,888

Kota Binjai 56,784 56,044 58,327

Kota Gunung Sitoli 46,022 48,507 50,442

Kota Medan 122,515 133,140 141,903

Kota Padang Sidempuan 38,386 35,275 37,764 Kota Pematang Siantar 70,743 82,753 72,143

Kota Sibolga 77,731 76,686 79,102

Kota Tanjung Balai 73,272 69,768 71,722

Kota Tebing Tinggi 48,115 46,805 51,333

(48)

4.1.7 Upah Minimum Kabupaten/Kota Sumatera Utara

Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang berlaku di daerah Kabupaten/Kota. Penetapan upah minimum Kabupaten/Kota dilakukan oleh Gubernur yang penetapannya harus lebih besar dari upah minimum provinsi.

Gambar 4.1

Upah Minimum Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2013-2015

(Rupiah)

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tingkat upah minimum Kabupaten/kota dari than 2013-2015 mengalami kenaikan pada setiap Kabupaten/kota. Upah minimum tertinggi yaitu sebesar 2.075.000 rupiah berada di Kabupaten Batubara tahun 2015 dan diikuti dengan Kota Medan sebesar 2.037.000 rupiah. Sedangkan untuk upah minimum Kabupaten/kota terendah pada tahun 2015 berada di Kabupaten Pakpak Barat dan Nias Barat yaitu sebesar 1.625.000 rupiah dimana

(49)

36 nilai tersebut sama dengan Upah Minimum Regional atau yang lebih dikenal dengan UMR Sumatera Utara sebesar 1.625.000 rupiah.

4.2 Analisis Hasil dan Pembahasan

Dalam analisis data panel yang dilakukan, yang menjadi variabel terikat adalah Produktivitas Tenaga Kerja sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Hubungan fungsional antara variabel terikat dengan variabel bebas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Produktivitas Tenaga kerja = f(Upah Minimum Kabupaten/kota).

Untuk pengolahan datanya, maka digunakan spesifikasi model ekonometrika dibawah ini:

𝑌𝑖,𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖,𝑡 + 𝜀𝑖,𝑡 Dimana :

Y = Produktivitas tenaga kerja (ribu rupiah) 𝛼 = bilangan konstan/Intercept

𝛽 = koefisien regresi UMK X = UMK (juta rupiah) t = Tahun (2013, 2014, 2015)

i = Kabupaten/Kota (1,2,3,………33) 𝜀 = komponen error / residu (Term of Error)

(50)

4.2.1 Pengujian Spesifikasi Model Data Panel 4.2.1.1 Uji Chow

Uji ini digunakan untuk memilih antara model Common Effect atau Fixed Effect Model (FEM) dalam mengolah data panel. Hal ini dikarenakan asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama dan cenderung tidak realistis mengingat tiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda.

Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis : Ho = Metode Common Effect

Ha = Metode FEM

Berikut ditampilkan hasil uji Chow dengan menggunakan tes Likelihood Ratio pada aplikasi E-views :

Tabel 4.4

Hasil Uji F-Statistic (Uji Chow) – Likelihood Ratio

Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 34.932784 (32,65) 0.0000

Cross-section Chi-square 287.228107 32 0.0000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai p-value (prob) dari uji F- statistik adalah sebesar 0.0000 (lebih kecil dari 0.05), sehingga dengan tingkat keyakinan 95% kita dapat menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini berarti berdasarkan Uji Chow, metode Fixed Effect Model lebih tepat digunakan daripada Common Effect Model (CEM).

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan fasilitas pengampunan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

yang shalihah terhadap perbaikan bangsa adalah wanita yang shalihah lebih berpotensi untuk memberikan keturunan-keturunan generasi bangsa yang berakhlak mulia

Permasalahan yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian produk tepung baku semen ( raw meal ) adalah pada parameter penyimpangan modulus LSF dengan tingkat persentase

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pembentukan titer antibodi terhadap ND dan Avian Influenza di dalam serum itik grower yang diberi ransum berbeda dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan di kawasan transmigrasi Kecamatan Rio Pakava tahun 1991 hingga tahun 2017 yaitu

Pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK) untuk Penelitian dengan judul -Pengaruh lklan TV, Baliho, Kanerja Tim Sukses, Citra Partai Koalisi dan Personal Branding

yang berjudul Pengembangan Model Integrated Learning dalam Pembelajaran Berkarakter Menyonsong KRnl 2013 di Sekolah Dasar, dari sumber BOPTN yang dialokasikan ke

Likuiditas Terhadap Struktur Modal dan Kebijakan Dividen yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2010-2014 ” bertujuan sebagai salah satu persyaratan yang harus