PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA
SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH
DAN
BANK KONVENSIONAL
OLEH
IKA SARI WIDAYANTI H14103029
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
IKA SARI WIDAYANTI. Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Kinerja Sistem Pembiayaan Syariah dan Konvensional (dibimbing oleh BAMBANG JUANDA).
Peningkatan produksi pada sektor riil akan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan nasional. Namun masalah yang dihadapi tidaklah semudah kenyataannya. Untuk dapat mendirikan kegiatan usaha di sektor riil dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Karena itu perusahaan yang bergerak di bidang keuangan mempunyai peranan penting dalam memenuhi dana atau pembiayaan. Dewasa ini telah terjadi perkembangan sistem perbankan di Indonesia yang dikenal sebagai perbankan konvensional dan perbankan syariah. Hal ini memberikan alternatif sistem pembiayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja bank agar semakin baik dalam memilih usaha yang dapat memberikan keuntungan maksimum bagi pihak bank. Sedangkan dari sisi nasabah, masyarakat memiliki kemampuan untuk memilih sistem pembiayaan yang akan diambil untuk mengembangkan usahanya. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah memiliki jenis bermacam-macam. Bank syariah dapat memberikan pembiayaan yang bersifat jual beli atau yang bersifat bagi hasil. Selain itu masih ada bentuk transaksi lain yang dapat dilakukan oleh bank syariah, seperti sewa dan bentuk jasa-jasa keuangan lainnya. Namun dalam prakteknya sistem pembiayaan yang sering digunakan dalam perbankan syariah di Indonesia saat ini adalah al-murabahah (pembiayaan yang bersifat jual beli). Padahal sistem utama yang ditawarkan oleh perbankan syariah adalah sistem bagi hasil tetapi dalam prakteknya sistem ini justru bukan menjadi pilihan utama dari sistem pembiayaan syariah.
Dalam penelitian kali ini akan di bahas tentang sistem pembiayaan bagi hasil bank syariah yang terdiri dari sistem pembiayaan musyarakah dan mudharabah untuk dibandingkan dengan sistem bunga yang ditawarkan oleh perbankan konvensional. Dengan menggunakan percobaan ekonomi penelitian kali ini akan dibagi dalam dua kondisi, yaitu bagaimana sistem dan resiko berjalan dalam kondisi A yang menggambarkan keadaan suatu wilayah yang tidak memiliki pilihan dalam menentukan sistem pembiayaan yang digunakan dan bagaimana sistem dan resiko mempengaruhi kondisi B menggambarkan keadaan suatu wilayah yang terdapat beberapa jenis pilihan pembiayaan. Prinsip penggunaan percobaan ekonomi ini adalah untuk melihat apakah perbedaan sistem pembiayaan akan mempengaruhi perbedaan respon. Untuk itu akan dilakukan kontrol lingkungan dimana variabel lain yang mempengaruhi dianggap sama (cateris paribus).
banyaknya transaksi yang disepakati oleh bank dan nasabah pada masing-masing sistem pembiayaan.
Pada penelitian ini akan dilihat kinerja sistem pembiayaan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil percobaan ekonomi pada 30 mahasiswa Ilmu Ekonomi dan data pengacakan keuntungan usaha. Data sekunder berupa pangsa pasar sistem pembiayaan syariah.
Hasil evaluasi pertimbangan keputusan menunjukkan baik pada percobaan A maupun pada percobaan B perilaku para pelaku percobaan ekonomi dapat dikontrol sehingga semua pelaku percobaan ingin memaksimumkan keuntungannya. Hal ini menandakan bahwa asumsi induced value telah terpenuhi.
Untuk respon keuntungan nasabah pada percobaan A (tidak ada alternatif) menunjukkan bahwa sistem mempengaruhi respon. Untuk respon keuntungan bank percobaan A (tidak ada alternatif) menunjukkan bahwa periode, sistem dan resiko mempengaruhi respon dan terdapat interaksi antara sistem pembiayaan dan resiko.
Untuk hasil percobaaan gabung dimana terdapat alternatif sistem pembiayaan nasabah banyak memilih sistem musyarakah pada kondisi usaha resiko rendah dan cenderung berimbang pada kondisi usaha resiko tinggi. Proporsi pemilihan nasabah terhadap sistem pembiayaan ini dipengaruhi oleh sistem. Selain itu juga terlihat interaksi antara sistem dan resiko yang mempengaruhi pilihan nasabah terhadap sistem pembiayaan tertentu. Keuntungan nasabah pada sistem ini dipengaruhi oleh sistem dan resiko tetapi tidak terdapat interaksi diantara keduanya. Untuk keuntungan bank dipengaruhi oleh sistem dan resiko serta terdapat interaksi diantara keduanya yang mempengaruhi respon.
PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA
SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH
DAN
BANK KONVENSIONAL
Oleh:
IKA SARI WIDAYANTI H14103029
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Ika Sari Widayanti
Nomor Registrasi Pokok : H14103029
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Kinerja Sistem Pembiayaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Bambang Juanda, MS NIP. 131 779 498
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
BOGOR, 31 Mei 2007
H14103029 Widayanti Sari
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ika Sari Widayanti lahir pada tanggal 6 Februari 1986 di
Pati, Propinsi Jawa Tengah. Penulis anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan Tarsuwi dan Sri Bekti. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa
hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 02 Langenharjo,
kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Pati dan lulus pada tahun 2000. pada
tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Pati dan lulus tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis meninggalkan kota asal untuk melanjutkan
studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi
pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan
pengembangan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya yang berguna bagi
pembangunan kota Pati. Penulis masuk IPB dengan jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul
skripsi ini adalah “Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Kinerja Sistem Pembiayaan Syariah dan Konvensional”. Sistem pembiayaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan modal yang akhirnya dapat
memicu perkembangan sektor riil yang diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan negara. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini
apalagi metode percobaan ekonomi yang digunakan tergolong baru untuk
penelitian di bidang ekonomi. Disamping itu skripsi ini juga merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan banyak
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bambang
Juanda selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara
teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak
Sri Hartoyo yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau
merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jaenal Effendi, terutama
atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala
kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini merupakan tanggung jawab penulis
sepenuhnya.
Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada
seminar hasil penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih
kepada mereka. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini tetapi tidak bisa penulis
Akhirnya penulis mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada
orang tua penulis, yaitu Bapak Tarsuwi dan Ibu Sri Bekti serta saudara penulis.
Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, 31 Mei 2007
H14103029 Widayanti Sari
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI... 8
2.1. Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1. Pembiayaan Syariah ... 8
2.1.1.1. Musyarakah ... 8
2.1.1.2. Mudharabah ... 12
2.1.2. Konsep Kredit ... 14
2.1.2.1. Pengertian Kredit ... 14
2.1.2.2. Unsur-unsur Kredit... 17
2.1.2.3. Jenis-jenis Kredit... 18
2.1.3. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 19
2.1.4. Metode Percobaan... 23
2.2. Penelitian Terdahulu ... 27
2.3. Kerangka Pemikiran... 28
2.3.1. Kerangka Pemikiran... 28
2.3.2. Hipotesis... 30
III. METODE PENELITIAN ... 32
PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA
SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH
DAN
BANK KONVENSIONAL
OLEH
IKA SARI WIDAYANTI H14103029
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
IKA SARI WIDAYANTI. Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Kinerja Sistem Pembiayaan Syariah dan Konvensional (dibimbing oleh BAMBANG JUANDA).
Peningkatan produksi pada sektor riil akan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan nasional. Namun masalah yang dihadapi tidaklah semudah kenyataannya. Untuk dapat mendirikan kegiatan usaha di sektor riil dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Karena itu perusahaan yang bergerak di bidang keuangan mempunyai peranan penting dalam memenuhi dana atau pembiayaan. Dewasa ini telah terjadi perkembangan sistem perbankan di Indonesia yang dikenal sebagai perbankan konvensional dan perbankan syariah. Hal ini memberikan alternatif sistem pembiayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja bank agar semakin baik dalam memilih usaha yang dapat memberikan keuntungan maksimum bagi pihak bank. Sedangkan dari sisi nasabah, masyarakat memiliki kemampuan untuk memilih sistem pembiayaan yang akan diambil untuk mengembangkan usahanya. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah memiliki jenis bermacam-macam. Bank syariah dapat memberikan pembiayaan yang bersifat jual beli atau yang bersifat bagi hasil. Selain itu masih ada bentuk transaksi lain yang dapat dilakukan oleh bank syariah, seperti sewa dan bentuk jasa-jasa keuangan lainnya. Namun dalam prakteknya sistem pembiayaan yang sering digunakan dalam perbankan syariah di Indonesia saat ini adalah al-murabahah (pembiayaan yang bersifat jual beli). Padahal sistem utama yang ditawarkan oleh perbankan syariah adalah sistem bagi hasil tetapi dalam prakteknya sistem ini justru bukan menjadi pilihan utama dari sistem pembiayaan syariah.
Dalam penelitian kali ini akan di bahas tentang sistem pembiayaan bagi hasil bank syariah yang terdiri dari sistem pembiayaan musyarakah dan mudharabah untuk dibandingkan dengan sistem bunga yang ditawarkan oleh perbankan konvensional. Dengan menggunakan percobaan ekonomi penelitian kali ini akan dibagi dalam dua kondisi, yaitu bagaimana sistem dan resiko berjalan dalam kondisi A yang menggambarkan keadaan suatu wilayah yang tidak memiliki pilihan dalam menentukan sistem pembiayaan yang digunakan dan bagaimana sistem dan resiko mempengaruhi kondisi B menggambarkan keadaan suatu wilayah yang terdapat beberapa jenis pilihan pembiayaan. Prinsip penggunaan percobaan ekonomi ini adalah untuk melihat apakah perbedaan sistem pembiayaan akan mempengaruhi perbedaan respon. Untuk itu akan dilakukan kontrol lingkungan dimana variabel lain yang mempengaruhi dianggap sama (cateris paribus).
banyaknya transaksi yang disepakati oleh bank dan nasabah pada masing-masing sistem pembiayaan.
Pada penelitian ini akan dilihat kinerja sistem pembiayaan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil percobaan ekonomi pada 30 mahasiswa Ilmu Ekonomi dan data pengacakan keuntungan usaha. Data sekunder berupa pangsa pasar sistem pembiayaan syariah.
Hasil evaluasi pertimbangan keputusan menunjukkan baik pada percobaan A maupun pada percobaan B perilaku para pelaku percobaan ekonomi dapat dikontrol sehingga semua pelaku percobaan ingin memaksimumkan keuntungannya. Hal ini menandakan bahwa asumsi induced value telah terpenuhi.
Untuk respon keuntungan nasabah pada percobaan A (tidak ada alternatif) menunjukkan bahwa sistem mempengaruhi respon. Untuk respon keuntungan bank percobaan A (tidak ada alternatif) menunjukkan bahwa periode, sistem dan resiko mempengaruhi respon dan terdapat interaksi antara sistem pembiayaan dan resiko.
Untuk hasil percobaaan gabung dimana terdapat alternatif sistem pembiayaan nasabah banyak memilih sistem musyarakah pada kondisi usaha resiko rendah dan cenderung berimbang pada kondisi usaha resiko tinggi. Proporsi pemilihan nasabah terhadap sistem pembiayaan ini dipengaruhi oleh sistem. Selain itu juga terlihat interaksi antara sistem dan resiko yang mempengaruhi pilihan nasabah terhadap sistem pembiayaan tertentu. Keuntungan nasabah pada sistem ini dipengaruhi oleh sistem dan resiko tetapi tidak terdapat interaksi diantara keduanya. Untuk keuntungan bank dipengaruhi oleh sistem dan resiko serta terdapat interaksi diantara keduanya yang mempengaruhi respon.
PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA
SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH
DAN
BANK KONVENSIONAL
Oleh:
IKA SARI WIDAYANTI H14103029
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Ika Sari Widayanti
Nomor Registrasi Pokok : H14103029
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Kinerja Sistem Pembiayaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Bambang Juanda, MS NIP. 131 779 498
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
BOGOR, 31 Mei 2007
H14103029 Widayanti Sari
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ika Sari Widayanti lahir pada tanggal 6 Februari 1986 di
Pati, Propinsi Jawa Tengah. Penulis anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan Tarsuwi dan Sri Bekti. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa
hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 02 Langenharjo,
kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Pati dan lulus pada tahun 2000. pada
tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Pati dan lulus tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis meninggalkan kota asal untuk melanjutkan
studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi
pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan
pengembangan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya yang berguna bagi
pembangunan kota Pati. Penulis masuk IPB dengan jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul
skripsi ini adalah “Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Kinerja Sistem Pembiayaan Syariah dan Konvensional”. Sistem pembiayaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan modal yang akhirnya dapat
memicu perkembangan sektor riil yang diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan negara. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini
apalagi metode percobaan ekonomi yang digunakan tergolong baru untuk
penelitian di bidang ekonomi. Disamping itu skripsi ini juga merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan banyak
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bambang
Juanda selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara
teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak
Sri Hartoyo yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau
merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jaenal Effendi, terutama
atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala
kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini merupakan tanggung jawab penulis
sepenuhnya.
Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada
seminar hasil penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih
kepada mereka. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini tetapi tidak bisa penulis
Akhirnya penulis mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada
orang tua penulis, yaitu Bapak Tarsuwi dan Ibu Sri Bekti serta saudara penulis.
Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, 31 Mei 2007
H14103029 Widayanti Sari
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI... 8
2.1. Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1. Pembiayaan Syariah ... 8
2.1.1.1. Musyarakah ... 8
2.1.1.2. Mudharabah ... 12
2.1.2. Konsep Kredit ... 14
2.1.2.1. Pengertian Kredit ... 14
2.1.2.2. Unsur-unsur Kredit... 17
2.1.2.3. Jenis-jenis Kredit... 18
2.1.3. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 19
2.1.4. Metode Percobaan... 23
2.2. Penelitian Terdahulu ... 27
2.3. Kerangka Pemikiran... 28
2.3.1. Kerangka Pemikiran... 28
2.3.2. Hipotesis... 30
III. METODE PENELITIAN ... 32
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32
3.3. Rancangan Percobaan ... 33
3.4. Metode Analisis ... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 44
4.1. Evaluasi Pertimbangan Keputusan dan Asumsi Model ... 44
4.2. Perbandingan Keuntungan Nasabah Percobaan A (Tidak Ada Alternatif)... 45
4.3. Perbandingan Keuntungan Bank Percobaan A (Tidak Ada Alternatif)... 50
4.4. Hasil Percobaan Gabung (Ada Alternatif) ... 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
5.1. Kesimpulan ... 66
5.2. Saran... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
4.1 Hasil Uji Dua Arah t Kondisi High Risk untuk Respon Untung Nasabah 48 4.2. Hasil Uji Dua Arah t Kondisi Low Risk untuk Respon Untung Nasabah . 49 4.3 Hasil Uji Perbedaan Nilai Tengah Sistem Musyarakah dan Mudharabah pada Kondisi Usaha Risiko Tinggi (High Risk)... 52 4.4. Hasil Uji Perbedaan Nilai Tengah Sistem Musyarakah dan Mudharabah pada Kondisi Usaha Risiko Rendah (Low Risk) ... 53 4.5. Hasil Analisis Ragam Keuntungan Bank pada Percobaan A
(tidak ada alternatif) ... 54
4.6. Hasil Analisis Ragam Proporsi Keikutsertaan Nasabah Percobaan B
(ada alternatif) ... 58
4.7. Analisis Ragam Keuntungan Nasabah pada Percobaan B (ada alternatif) 62
DAFTAR GAMBAR
4.1. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Nasabah Percobaan A
(tidak ada alternatif) pada Kondisi High Risk... 45 4.2. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Nasabah Percobaan A
(tidak ada alternatif) pada Kondisi Low Risk... 46 4.3. Rata-rata Keuntungan Nasabah Percobaan A (tidak ada alternatif)... 47
4.4. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Bank Percobaan A
(tidak ada alternatif) pada Kondisi High Risk... 51 4.5. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Bank Percobaan A
(tidak ada alternatif) pada Kondisi Low Risk... 51 4.6. Rata-rata Keuntungan Bank Percobaan A (tidak ada alternatif) ... 52
4.7. Hasil Dotplot untuk Respon Proporsi Keikutsertaan Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Percobaan B (ada alternatif) pada Kondisi
High Risk... 56 4.8. Hasil Dotplot untuk Respon Proporsi Keikutsertaan Nasabh terhadap Sistem Pembiayaan Percobaan B (ada alternatif) pada Kondisi
Low Risk... 56 4.9. Rata-rata Proporsi Nasabah yang Bertransaksi Percobaan B
(ada alternatif) ... 57
4.10. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Nasabah Percobaan B
(ada alternatif) pada Kondisi High Risk... 59 4.11. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Nasabah Percobaan B
(ada alternatif) pada Kondisi Low Risk... 60 4.12. Rata-rata Keuntungan Nasabah Percobaan B (ada alternatif) ... 61
4.13. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Bank Percobaan B
4.14. Hasil Dotplot untuk Respon Keuntungan Bank Percobaan B
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Instruksi Percobaan ... 70
2. Lembar Keputusan ... 86
3. Data Pengacakan Keuntungan Usaha... 90
4. Data Hasil Percobaan A (Tidak Ada Alternatif) ... 91
5. Data Hasil Percobaan B (Ada Alternatif)... 92
6. Hasil Uji Asumsi ANOVA... 93
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Peningkatan produksi pada sektor riil akan berpengaruh positif terhadap
peningkatan pendapatan nasional. Namun masalah yang dihadapi tidaklah
semudah kenyataannya. Untuk dapat mendirikan kegiatan usaha di sektor riil
dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Karena itu perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan mempunyai peranan penting dalam memenuhi dana atau
pembiayaan yang biasa disebut sebagai lembaga keuangan. Dalam praktek
lembaga keuangan ini dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan lainnya (non bank). Bank merupakan lembaga
keuangan yang memberikan jasa pinjaman atau kredit (menyalurkan dana) juga
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Sementara lembaga
keuangan lainnya (non bank) lebih terfokus kepada penyaluran dana atau
penghimpunan dana.
Dewasa ini telah terjadi perkembangan sistem perbankan di Indonesia
yang dikenal sebagai perbankan konvensional dan perbankan syariah. Hal ini
memberikan alternatif sistem pembiayaan yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja bank agar semakin baik dengan memilih usaha yang dapat
memberikan keuntungan maksimum bagi pihak bank. Sedangkan dari sisi
nasabah, masyarakat memiliki kemampuan untuk memilih sistem pembiayaan
Sebenarnya, kajian tentang perbankan syariah sudah ada sejak 1980-an.
Namun, realisasinya baru pada 1991 dengan munculnya bank syariah pertama di
Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang beroperasi pada 1992.
Tapi ketika itu landasan hukumnya belum kuat mengingat dalam Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, belum disebutkan adanya perbankan
syariah. Baru setelah terjadi revisi dan muncul UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan yang merinci mengenai landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang
dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah status bank syariah
secara hukum sudah mulai kuat. Bahkan dalam UU tersebut, bank umum
konvensional diperbolehkan membuka unit syariah. Hal ini berdampak pada
pesatnya perkembangan perbankan syariah beberapa tahun belakangan ini. Selain
itu fatwa MUI tentang suku bunga bank yang dianggap merupakan salah satu
praktek riba juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
perbankan syariah.
Penyebab munculnya bank syariah di antaranya, satu, pasar yang dianggap
luas ternyata belum digarap secara maksimal. Apalagi bank syariah tidak hanya
dikhususkan untuk orang muslim karena di sejumlah bank ternyata terdapat
nasabah nonmuslim. Ini membuktikan bahwa bank syariah membuka peluang
yang sama terhadap semua nasabah tanpa membedakan agama.
Dua, sistem bagi hasil terbukti lebih menguntungkan dibandingkan dengan
sistem bunga yang dipakai bank konvensional. Seperti yang terjadi ketika krisis,
nasabah kredit dikenakan suku bunga yang tinggi karena banyak bank mengalami
simpanan berbeda dengan bank syariah yang mengunakan sistem bagi hasil pada
akhir tahun, bukan sistem bunga. Itulah sebabnya mereka tidak terpengaruh
dengan krisis.
Tiga, return yang diberikan kepada nasabah pemilik dana ternyata lebih besar daripada bunga deposito bank konvesional. Bahkan bila rata-rata bunga
deposito hanya 7.5%, bank syariah dapat memberikan kentungan hingga 9.5%.
Ditambah lagi belakangan ini suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terus
mengalami penurunan sehingga suku bunga bank juga menurun. Dampaknya
sejumlah bank syariah mendapat tambahan pendapatan karena para nasabah
memindahkan dana ke deposito syariah.
Menurut identifikasi Bank Indonesia yang disampaikan pada seminar akhir
tahun perbankan syariah 2005 dalam wikipedi disebutkan bahwa kendala-kendala
perkembangan Bank Syariah disamping imbas kondisi makroekonomi juga
dipengaruhi hal-hal sebagai berikut:
1. Jaringan kantor pelayanan dan keuangan Syariah masih relatif terbatas.
2. Sumber Daya Manusia yang kompeten dan profesional masih belum optimal.
3. Pemahaman masyarakat terhadap Bank Syariah sudah cukup baik tetapi minat
untuk menggunakannya masih kurang.
4. Sinkronisasi kebijakan dengan institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan
transaksi keuangan seperti kebijakan pajak dan aspek legal masih belum
maksimal.
6. Fungsi Bank Syariah dalam memfasilitasi keterkaitan antara voluntary sector dengan pemberdayaan ekonomi marjinal masih belum optimal.
Bank syariah memiliki dinamika, mekanisme dan perkembangan sendiri.
Karena itu BI hanya menfasilitasi agar bank syariah semakin meningkat dan
semakin baik. Maka mulai November lalu di BI sudah dibentuk Direktorat Bank
Syariah. Kalau sebelumnya hanya ada unit syariah yang berada di bawah
direktorat, sekarang perbankan syariah sudah menjadi sebuah direktorat yang
dilengkapi dengan bidang perizinan, pengaturan dan pengawasan.
Terdapat persamaan antara bank konvensional dan syariah yakni dalam hal
sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang
digunakan maupun dalam hal syarat-syarat umum untuk mendapat pembiayaan
seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya. Dalam hal
persamaan ini semua hal yang terjadi pada Bank Syariah itu sama seperti yang ada
pada Bank Konvensional dan hampir tidak ada bedanya.
Kegiatan alokasi dana bank yang terpenting adalah alokasi dalam bentuk
pinjaman atau dikenal dengan kredit pada perbankan konvensional dan
pembiayaan pada perbankan syariah. Pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah memiliki jenis bermacam-macam. Bank syariah dapat memberikan
pembiayaan yang bersifat jual beli (ba'I al-murabahah, ba'I al-istishna, dan ba'I as-salam) atau yang bersifat bagi hasil (al-musyarakah dan al-mudharabah). Selain itu masih ada bentuk transaksi lain yang dapat dilakukan oleh bank syariah,
digunakan dalam perbankan syariah di Indonesia saat ini adalah al-murabahah (pembiayaan yang bersifat jual beli). Padahal sistem utama yang ditawarkan oleh
perbankan syariah adalah sistem bagi hasil tetapi dalam prakteknya sistem ini
justru bukan menjadi pilihan utama dari sistem pembiayaan syariah. Karena itulah
dalam penelitian saat akan membahas tentang sistem bagi hasil yang dilakukan
oleh perbankan syariah dengan menggunakan metode percobaan dan
membandingkan sistem bagi hasil ini dengan sistem bunga yang lebih dulu
berkembang di Indonesia.
1.2Permasalahan
Sebelum memberikan atau menerima pembiayaan yang terjadi antara
nasabah dan pihak bank keduanya akan memperhitungkan risiko dan pendapatan
yang akan diperoleh dari pembiayaan tersebut. Pihak bank lebih memilih untuk
memberikan uangnya pada kreditur atau nasabah yang mempunyai risiko usaha
terendah sedangkan nasabah sendiri akan mencari pinjaman yang menguntungkan
dan menghasilkan pendapatan tertingginya setelah mengembalikan pokok
pinjamannya kepada bank yang bersangkutan beserta bagi hasil maupun bunga
yang telah disepakati. Dengan alasan-alasan tersebut maka akan diadakan
tawar-menawar sehingga kedua belah pihak akan sama-sama diuntungkan dengan sistem
pembiayaan yang telah disepakati. Fenomena yang sama juga terjadi dalam
perbankan syariah. Sistem bagi hasil merupakan salah satu sistem pembiayaan
yang ditawarkan oleh perbankan syariah. Sistem bagi hasil ini pula yang
dilihat apakah perbedaan sistem mempengaruhi perbedaan kinerja bank. Sehingga
dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian, yaitu:
1. Sistem pembiayaan mana yang lebih baik digunakan diantara ketiga sistem
pembiayaan, yaitu musyarakah, mudharabah dan bunga.
2. Sistem mana yang paling banyak disukai oleh nasabah diantara ketiga sistem
pembiayaan, yaitu musyarakah, mudharabah dan bunga yang dapat diketahui
nasabah dari sistem yang paling banyak memberikan keuntungan bagi nasabah
itu sendiri.
Untuk itu akan dilakukan kontrol lingkungan dengan menganggap faktor
lain yang mempengaruhi penilaian kinerja perbankan sama (ceteris paribus). Dalam penelitian kali ini akan dibagi dalam dua kondisi, yaitu bagaimana sistem
dan risiko berjalan dalam kondisi A yang menggambarkan keadaan suatu wilayah
yang tidak memiliki pilihan dalam menentukan sistem pembiayaan yang
digunakan dan bagaimana sistem dan risiko mempengaruhi kondisi B
menggambarkan keadaan suatu wilayah yang terdapat beberapa jenis pilihan
pembiayaan.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.Untuk menganalisis sistem pembiayaan bagi hasil mana yang lebih banyak
memberikan keuntungan baik bagi pihak nasabah maupun pihak bank dengan
2.Untuk melihat sistem pembiayaan mana yang banyak diminati oleh nasabah
mengingat risiko usaha yang dijalankan dengan melihat banyaknya transaksi
yang disepakati oleh bank dan nasabah pada masing-masing sistem
pembiayaan.
1.4Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian yang akan dilaksanakan ini antara lain:
1.Memberikan gambaran tentang sistem bagi hasil yang dilakukan oleh bank
syariah maupun sistem bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional.
2.Memberikan gambaran umum tentang sistem pembiayaan yang paling banyak
diminati oleh nasabah saat dilakukan pengendalian terhadap lingkungan
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pembiayaan Syariah
Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan
bahwa pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian imbalan atau bagi hasil. Produk pembiayaan syariah terbagi dalam tiga
kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu sistem bagi
hasil, sistem jual beli dan sistem sewa. Sistem bagi hasil sendiri masih dibagi
menjadi pembiayaan musyarakah dan mudharabah, sedangkan dalam sistem jual
beli yang sering dipakai adalah pembiayaan murabahah dan prinsip sewa sendiri
lebih banyak dikenal dengan nama ijarah. Karena dalam penelitian kali ini hanya membandingkan tentang sistem bagi hasil dan kredit maka pembahasan hanya
akan berkisar mengenai sistem bagi hasil itu sendiri yang dibagi menjadi sistem
pembiayaan musyarakah dan mudharabah.
2.1.1.1Musyarakah
Produk ini merupakan produk pembiayaan yang sebagian dari modal
usaha adalah penyertaan dari pihak bank dan akan dilibatkan dalam proses
manajemen usaha. Pembagian keuntungan berdasarkan perjanjian sesuai dengan
kesepakatan bersama antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan
modalnya pada suatu proyek dimana risiko laba rugi dibagi secara berimbang
dengan penyertaannya. Dalam Antonio (2001) disebutkan bahwa musyarakah
adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
a. Jenis-Jenis Musyarakah
1) Musyarakah Kepemilikan adalah musyarakah yang tercipta karena warisan,
wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan suatu aset oleh
dua orang atau lebih
2) Musyarakah Akad adalah musyarakah yang terjadi karena kesepakatan dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal
musyarakah dan sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah akad
dalam wikipedi terdiri dari:
a) Syirkah al-'Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih dimana setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja, kedua belah pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian
sesuai kesepakatan antara mereka.
b) Syirkah Mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau
lebih dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban utang
dibagi oleh masing-masing pihak.
c) Syirkah A'maal adalah kontrak kerja sama dua orang dengan profesi yang
sama untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan
dari pekerjaan.
d) Syirkah Wujuh adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang
tersebut secara tunai. Mereka berbagi keuntungan dan kerugian
berdasarkan jaminan yang disediakan oleh mitra. Jenis musyarakah ini
tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan
jaminan tersebut.
e) Syirkah al-Mudharabah
b. Manfaat Musyarakah
1) Bank menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan bank sehingga bank tidak
akan pernah mengalami negative spread.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5) Prinsip-prinsip bagi hasil dalam al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip
bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan nasabah satu
jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah sekalipun
merugi dan terjadi krisis ekonomi.
c. Risiko Musyarakah
1) Asymetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak yang menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu
penerapan pembiayaan bagi hasil haruslah dilakukan dengan memperhatikan
incentive compatible constrain (batasan-batasan untuk memberikan insentif bagi nasabah untuk berlaku jujur).
2) Slide streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
3) Lalai dan kesalahan disengaja
Gambar 2.1 Skema Al-Musyarakah Nasabah
parsial:nisbah
Bank syariah parsial:pembiayaan
Proyek/Usaha
Bagi hasil keuntungan sesuai proporsi kontribusi modal (nisbah)
2.1.1.2Mudharabah
Produk ini menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja
bagi nasabah hingga 100%. Besarnya bagi keuntungan didasarkan pada perjanjian
yang sesuai dengan proporsinya. Mudharabah juga dapat diartikan sebagai suatu
bentuk kerjasama disatu pihak bank menyediakan dana sedangkan dipihak lain
menyiapkan keahlian. Setiap keuntungan (profit) yang didapat akan dibagi berdasarkan perjanjian sebelumnya. Dalam wikipedi Indonesia disebutkan bahwa
mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
a. Jenis-jenis Mudharabah
1) Mudharabah Mutlaqah, yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
2) Mudharabah Muqoyyadah, yaitu bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha.
b. Manfaat Mudharabah
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan bank sehingga bank tidak
akan pernah mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cara cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
c. Risiko Mudharabah
1) Asymetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak yang menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu
penerapan pembiayaan bagi hasil haruslah dilakukan dengan memperhatikan
incentive compatible constrain (batasan-batasan untuk memberikan insentif bagi nasabah untuk berlaku jujur).
2) Slide streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
Perjanjian Bagi hasil
Keahlian/ modal 100% ketrampilan
Nisbah X% nisbah Y%
Gambar 2.2 Skema Al-Mudharabah
2.1.2 Konsep Kredit 2.1.2.1Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan yang memberikan
nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu bahwa nilai ekonomi yang sama akan kesepakatan yang telah
disetujui antar kreditur (bank) dan debitur. Menurut Undang-Undang No. 7 tahun
1992 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
MUDHARIB BANK
Pembagian Keuntungan Proyek/Usaha
atau pembagian hasil keuntungan. Setelah dilakukan revisi Undang-Undang No 7
tahun 1992 dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan Dalam
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Bunga menurut Sudrajat (2006) adalah penentuan besarnya kelebihan dari
pinjamam modal yang diterima oleh pemberi pinjaman dengan persyaratan
periode waktu tertentu. Bunga mengandung tiga unsur sebagai berikut:
1. Kelebihan atau surplus yang melebihi dari modal yang dipinjamkan.
2. Ketentuan besarnya surplus tergantung periode waktu.
3. Persetujuan terhadap syarat-syarat pembayaran kelebihan telah ditentukan.
Faktor yang juga berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk
memberikan kredit menurut Agung (2001) dalam Rusmiati (2004), yaitu:
1.Kecukupan modal
Modal yang cukup merupakan syarat bagi bank untuk menyalurkan
kreditnya. Kecukupan modal memiliki hubungan yang positif dengan kemauan
perbankan menyalurkan kredit. Jika modal yang dimiliki perbankan cukup maka
bank akan menyalurkan kreditnya. Namun pada saat krisis modal yang dimiliki
bank negatif yang terjadi karena penurunan modal dan kualitas perbankan dapat
mengakibatkan perbankan cenderung menahan diri untuk menyalurkan kredit ke
kekhawatiran perbankan jika tetap menyalurkan kredit maka akan menambah
aset berisiko. Jadi apabila jumlah modal yang dimiliki bank mengalami
kenaikan dan mencukupi maka bank akan dapat menyalurkan kredit ke
nasabahnya.
2.Kredit bermasalah (NPLs)
Kredit bermasalah merupakan faktor penyebab terjadinya penurunan
keinginan bank untuk menyalurkan kredit. Jika jumlah NPL yang dimiliki bank
meningkat maka bank akan mengurungkan niatnya untuk menyalurkan kredit.
NPL yang tinggi akan memperburuk kondisi permodalan perbankan dan
penurunan pendapatan bunga. Oleh karena itu pada saat NPL tinggi bank akan
lebih memilih untuk memperbaiki kondisi permodalannya daripada
menyalurkan kredit.
3.Tingkat Risiko
Salah satu yang menjadi indikator tingginya risiko usaha menurut
perspektif perbankan adalah selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga
(deposito). Tingginya tingkat risiko akan menyebabkan keengganan perbankan
untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan. Bank tetap akan menyalurkan
kredit ke dunia usaha tetapi jumlahnya kecil.
Djinarto (2000) dalam Risdwianto (2004) mengemukakan ada beberapa
variabel yang menentukan tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh
a. Profit Margin yaitu persentase rentang keuntungan yang ingin didapatkan bank pada kebijaksanaan harga kredit yang ditujukan untuk memperoleh
return on asset.
b. Cost on Service yaitu persentase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan oleh penghimpun dana serta administrasi rekening data dan
pinjaman.
c. Credit Premium yaitu penambahan evaluasi kemungkinan terjadinya risiko dimana kredit tidak dibayar oleh debitur.
d. Cost on Fund yaitu hasil murni suku bunga dengan mempertimbangkan aset dana yang biasa dipinjamkan.
2.1.2.2Unsur-unsur Kredit
Menurut Muljono, (2001), terdapat unsur-unsur kredit antara lain:
a. Waktu yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian
kredit dan pelunasannya.
b. Kepercayaan yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada
debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikan
sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
c. Penyerahan yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai
ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo.
d. Risiko yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan adanya risiko
yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan
e. Persetujuan dan Perjanjian yang menyatakan bahwa antara kreditur dan
debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.
2.1.2.3 Jenis-jenis Kredit
Jenis Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Berdasarkan tujuan penggunaannya, Kaslan (1970) dalam Risdwianto
(2004) membagi kredit menjadi dua jenis yaitu:
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian
barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung
kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang
bersifat konsumtif misalnya kredit perumahan, kredit pembiayaan serta kredit
untuk membeli makanan dan pakaian. Secara tidak langsung kredit konsumtif
akan memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan produksi dari
barang atau jasa yang dibeli oleh peminjam.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang
produktif. Kredit ini dipakai untuk membeli barang-barang modal tetap.
Sedangkan kredit modal kerja digunakan untuk membiayai kebutuhan modal
lancar yang biasanya habis dalam satu kali atau beberapa kali proses
produksi.
Kredit Menurut Jangka Waktu
Menurut Djinarto (2000) dalam Risdwianto (2004) jangka waktu kredit
a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang yang waktu pembayarannya
maksimal satu tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang jangka waktu
pembayarannya antara satu sampai tiga tahun. Kredit ini biasanya berupa
kredit modal kerja dan kredit investasi yang tidak terlalu besar.
c. Kredit jangka panjang, merupakan jenis kredit yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk
membeli mesin, pabrik, perumahan, dan alat-alat keperluan investasi.
Gambar 2.3 Skema Bunga
2.1.3 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Irawan (2004) disebutkan bahwa perbedaan bank konvensional dan
bank syariah meliputi:
Nasabah: parsial Bank: parsial
Proyek/Usaha
Keuntungan
%bunga x pinjaman
2.1.3.1Akad, Aspek Legalitas, dan Lembaga Penyelesaian Sengketa
Yang pertama tentang akad dan legalitas. Akad dan legalitas ini
merupakan kunci utama yang membedakan antara bank syariah dan bank
konvensional. "innamal a'malu bin niat", sesungguhnya setiap amalan itu bergantung dari niatnya. Dan dalam hal ini bergantung pada akadnya. Akad
adalah perjanjian yang dibuat oleh pihak nasabah dengan pihak bank. Setiap akad
dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan-ketentuan transaksi.
Ketentuan-ketentuan transaksi tersebut yaitu: (a) rukun, seperti: penjual,
pembeli, barang, harga dan ijab-qabul. (b) syarat, seperti: barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal, harga
barang dan jasa harus jelas, tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi, barang dan jasa yang ditransaksikan sepenuhnya dalam
kepemilikan.
Pada perbankan konvensional, jika terjadi perselisihan antara bank dan
nasabahnya, kedua belah pihak menyelesaikannya di peradilan negeri.
Perselisihan antara bank dan nasabahnya pada perbankan syariah diselesaikan
sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang menangani hal ini
dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang
didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis
2.1.3.2Struktur Organisasi
Dalam bank syariah ada keharusan untuk memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalam struktur organisasinya. Posisi DPS berada setingkat dengan
Dewan Komisaris, sehingga dapat menjamin efektifitas dari setiap opini yang
dikeluarkan oleh DPS. Penetapan anggotanya ditentukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham. DPS harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya
setiap tahun), yang biasanya diterbitkan dalam laporan tahunan, bahwa bank yang
diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Selain itu DPS juga
dapat meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya.
DPS akan bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti
kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
DSN merupakan suatu lembaga yang dibentuk oleh MUI yang memiliki
fungsi untuk mengawasi lembaga-lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan
syariah Islam. Dewan ini tidak hanya mengawasi bank tetapi juga
lembaga-lembaga keuangan lain seperti: asuransi, reksadana, modal ventura dan
sebagainya. DSN membuat garis panduan pokok syariah yang diambil dari
sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi
DPS pada lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan
produk-produknya.
Fungsi lain dari DSN adalah meneliti dan membuat fatwa-fatwa bagi
produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah yang telah
mendapat rekomendasi dari DPS. Selain itu, DSN juga bertugas untuk
memberikan teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga tersebut
menyimpang dari panduan.
2.1.3.3Pinjaman (Kredit) dan Pembiayaan
Perbankan konvensional menyalurkan dana yang mereka himpun dari
masyarakat ke sektor riil dalam bentuk pinjaman atau kredit. Keuntungan yang
akan didapatkan bank adalah dari bunga yang dikenakan kepada nasabah atas
pinjamannya. Pada bank syariah istilah pinjaman tidak dapat digunakan untuk
menjelaskan kegiatan penyaluran dana yang dilakukan bank syariah.
Ada dua alasan yang dapat menjelaskan pernyataan diatas. Pertama,
pinjaman hanyalah salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Masih
banyak metode lain yang diajarkan oleh syariah seperti: jual beli, bagi hasil, sewa
dan lain-lain. Kedua, pinjaman dalam konteks Islam adalah akad sosial, bukan
akad komersial. Artinya apabila bank memberikan pinjaman, nasabah tidak boleh
disyaratkan untuk meberikan tambahan atas pokok pinjamannya.
Bank Syariah sebagai lembaga komersial yang mengharapkan keuntungan,
tentu saja tidak dapat melakukan hal ini. Bank syariah dapat melakukan jual beli
dimana bank syariah boleh mengambil keuntungan dari selisih harga jual dan
harga beli sesuai dengan akadnya. Selain itu bank syariah juga dapat melakukan
bagi hasil, sewa, ataupun jenis jasa-jasa keuangan lainnya.bank syariah tidak
menggunakan istilah pinjaman atau kredit, melainkan pembiayaan (financing). Pembiayaan adalah transaksi dalam perbankan syariah yang merupakan
bentuk penyaluran dana ke sektor riil. Perbedaan utama dengan kredit terletak
dan hukumnya haram. Pembiayaan menggunakan konsep profit and loss sharing atau bagi hasil. Besarnya bagian tergantung pada perjanjian yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak. Jika mengalami kerugian maka kerugian itu akan dibagi
sesuai dengan akadnya.
2.1.4 Metode Percobaan
Pada pertengahan abad kedua puluh para ahli ekonomi masih percaya
bahwa ilmu ekonomi tidak dapat diuji dengan menggunakan percobaan seperti
yang sering dijumpai dalam disiplin ilmu lainnya. Persepsi ini muncul karena para
ahli ekonomi beranggapan bahwa karakteristik yang dimiliki pelaku ekonomi
sangat beragam dan sulit dikontrol. Namun seiring dengan dikembangkannya
metode percobaan ekonomi, muncul teori Induced Value yang memungkinkan untuk mengontrol karakteristik-karakteristik tersebut dan tercipta kondisi yang
mudah dipenuhi dalam melakukan percobaan sehingga anggapan awal tidak
berlaku lagi (Juanda, 2003).
Teori induced value dikembangkan oleh Smith (1976) dalam Davis dan Holt (1993) dalam Chrisanti (2005). Dasar pemikiran teori ini adalah pemberian
imbalan (reward) yang tepat yang memungkinkan peneliti untuk memunculkan (induced) karakteristik pelaku ekonomi dan karakteristik bawaan menjadi tidak berpengaruh lagi. Apabila karakteristik pelaku ekonomi telah sama (homogen) maka peneliti dapat melakukan percobaan ekonomi. Dalam memunculkan
1.Monotonicity. Subjek atau pelaku percobaan harus dapat dipengaruhi agar menyukai imbalan yang terbesar dan tidak merasa puas akan imbalan yang
mereka peroleh. Kondisi ini mudah dipenuhi dengan cara pemberian imbalan
dengan uang domestik.
2.Salience. Imbalan yang diterima pelaku percobaan tergantung dari tindakan mereka (dan pelaku lainnya) yang sesuai dengan peraturan yang ada dalam
percobaan, sehingga ada hubungan antara tindakan dan imbalan yang akan
berimplementasi kepada tujuan dan hubungan antar subjek penelitian.
3.Dominance. Adanya dominasi kepentingan subjek penelitian dalam percobaan yaitu lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.
Menurut Friedman dan Sunder (1994) dalam Noviati (2005), percobaan
ekonomi harus dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan ekonomi
itu sendiri adalah lingkungan yang terdiri dari individu atau pelaku ekonomi dan
aturan yang berlaku dalam suatu institusi sebagai tempat bertransaksinya para
pelaku ekonomi tersebut. Disini pelaku ekonomi bisa sebagai pembeli (nasabah)
dan penjual (jasa pembiayaan), sedangkan institusi sebagai bank. Pada umumnya
kelompok yang terpilih menjadi subjek penelitian atau pelaku percobaan di bidang
ekonomi berasal dari kalangan mahasiswa. Alasan digunakannya pelaku ekonomi
dari kalangan pelajar atau mahasiswa adalah:
1.Pelajar atau mahasiswa dinilai paling siap masuk ke dalam kelompok
eksperimen
2.Berasal dari kampus tempat munculnya peneliti
Instruksi percobaan berisi deskripsi tentang tujuan penelitian, ketentuan
percobaan, pilihan tindakan yang harus dilakukan subjek penelitian dan yang
terpenting adalah aturan pemberian imbalan (reward) kepada subjek sesuai tindakan yang mereka lakukan (Friedman & Sunder 1994 dalam Noviati 2005).
Instruksi percobaan ini diberikan kepada subjek peneliti pada saat percobaan akan
dilaksanakan sehingga subjek peneliti saat percobaan akan dilaksanakan sehingga
subjek memahami prosedur dan aturan yang berlaku. Instruksi dapat dilengkapi
dengan ilustrasi sederhana untuk memperjelas permasalahan. Isi instruksi dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi di lapangan. Berdasarkan referensi
dari website Bank Mandiri Syariah jumlah pembiayaan maksimum adalah 70% dari total modal usaha.
Risiko adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian atau suatu keadaan
ketidakpastian. Suatu keputusan dikatakan mengandung risiko apabila hasil
keputusan tersebut tidak diketahui secara pasti sebelumnya, tetapi dapat diketahui
nilai probabilitasnya (kemungkinannya). Menurut Supranto (2004) dalam Noviati
(2005), pada dasarnya manusia bisa dibedakan menjadi tiga kelompok dalam
menanggapi risiko yaitu:
1. Kelompok yang berani mengambil risiko disebut pengambil atau pencari risiko
(risk seeker).
2. Kelompok yang netral terhadap risiko (risk neutral).
3. Kelompok yang senang menghindar dari risiko (risk avoider/risk averter). Dalam Mattjik (2002) disebutkan terdapat tiga prinsip dasar dalam
a. Ulangan, yang fungsinya untuk:
1) Menghasilkan nilai dugaan bagi galat (kekeliruan)
2) Meningkatkan ketepatan percobaan dengan memperkecil simpangan baku
nilai tengah perlakuan
3) Mengendalikan galat percobaan
b. Pengacakan. Sebelum percobaan pengalokasian subjek ke kelompok yang
akan dicobakan dengan randomization. Dengan pengacakan ini dapat dianggap ekuivalen bahwa subjek-subjek tersebut hanya berbeda karena faktor kebetulan dalam peubah yang dikaji. Selain itu pengacakan juga berfungsi
untuk mendapatkan dugaan tak bias bagi galat percobaan dan nilai tengah
perlakuan.
c. Pengelompokan (kontrol lingkungan). Fungsinya adalah untuk mengontrol
faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi respon dan mengurangi galat
percobaan.
Kelebihan metode percobaan dibandingkan dengan metode survey dalam
Juanda, (2003), antara lain:
a. Peneliti memiliki keleluasaan untuk melakukan pengawasan terhadap
sumber-sumber keragaman data.
b. Dapat menciptakan jenis perlakuan yang diinginkan dan kemudian
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada responnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian serupa pernah dilaksanakan sebelumnya oleh Yuline Rena
Chrisanti (2005) dalam skripsinya yang berjudul "Percobaan Ekonomi untuk
Mengkaji Sistem Pembiayaan Bank Syariah dan Bank Konvensional". Dalam
skripsi yang ditulisnya Yuline menggunakan dua kondisi yang berbeda yaitu
percobaan yang menggambarkan realitas suatu wilayah yang tidak ada pilihan
sistem pembiayaan yang lain dan percobaan yang menggambarkan realitas suatu
wilayah dimana nasabah mempunyai pilihan dalam menentukan jenis pembiayaan
yang akan digunakan yaitu sistem bagi hasil perbankan syariah dan sistem bunga
bank konvensional. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yuline pada
kondisi tidak terdapat pilihan jenis pembiayaan diketahui bahwa sistem bagi hasil
memberikan keuntungan yang maksimum kepada nasabah sedangkan pada sistem
bunga pihak bank lebih diuntungkan dibandingkan dengan nasabah. Besar
pinjaman pada bank syariah cenderung lebih besar dibandingkan dengan bank
konvensional.
Penelitian yang hampir serupa juga pernah dilakukan oleh Noviati dalam
tesisnya yang berjudul "Metode Percobaan Ekonomi Untuk Mengkaji Sistem
Pembiayaan di Perbankan". Dalam percobaan tersebut membandingkan dua
sistem pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah yaitu sistem bagi hasil dan
sistem jual beli dengan sistem bunga yang dilakukan oleh bank konvensional.
Dalam hasilnya disimpulkan yang pertama, bahwa secara umum sistem
pembiayaan dan risiko berpengaruh pada besar pinjaman dan keuntungan bank,
besar pinjaman pada sistem bagi hasil umumnya cenderung lebih tinggi dari
sistem lainnya yang diteliti. Yang ketiga, dari periode ke periode sistem bagi hasil
cenderung semakin diminati. Dan empat, dilihat dari jumlah debitur (peserta
percobaan) yang melakukan transaksi pembiayaan memilih sistem bunga karena
perhitungannya yang relatif lebih mudah.
Melanjutkan penelitian sebelumnya yang memberikan kesimpulan bahwa
sistem bagi hasil lebih cenderung diminati maka dalam penelitian saat ini penulis
akan mencoba meneliti jenis sistem bagi hasil yang biasa digunakan dalam
perbankan syariah yaitu musyarakah dan mudharabah kemudian membandingkan
kembali hasilnya dengan sistem bunga pada perbankan konvensional. Perbedaan
utama pada sistem bagi hasil musyarakah dan mudharabah adalah mengenai
presentasi modal kedua sistem pembiayaan. Dalam musyarakah masing-masing
pihak memberikan kontribusi baik dana, tugas maupun tanggung jawab,
sedangkan dalam mudharabah dana ditanggung oleh pihak pertama sedangkan
pihak kedua memberikan kontribusi berupa keahlian atau ketrampilan.
2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Kerangka Pemikiran
Sektor finansial mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan
dengan sektor riil. Perkembangan perbankan syariah turut melengkapinya dengan
menawarkan alternatif produk pembiayaan lainnya yaitu dengan sistem bagi hasil,
jual beli serta sistem sewa. Dengan adanya perkembangan ini diharapkan akan
diambil sebelum pihak perbankan mau mengeluarkan dananya untuk melakukan
investasi terhadap sektor riil ini. Tentunya banyak pertimbangan yang
mempengaruhi penilaian kinerja perbankan. Untuk itu dalam penelitian ini hanya
akan digunakan dua faktor saja untuk mengkaji kinerja perbankan. Salah satu
pertimbangan yang akan dapat mempengaruhi keuntungan perbankan yaitu
dengan mempertimbangkan risiko usaha yang akan diinvestasikan. Yang kedua
sistem perbankan itu sendiri baik perbankan syariah maupun perbankan
konvensional yang menerapkan aturan masing-masing sebelum mengeluarkan
uangnya untuk membiayai usaha. Semakin tinggi risiko usaha yang akan dibiayai
maka bank akan semakin hati-hati dalam mengeluarkan uangnya. Tentunya bukan
hanya pihak perbankan saja yang punya pertimbangan terhadap pembiayaan
karena pihak pengusaha atau nasabah juga punya pertimbangan tersendiri dalam
memilih jenis pembiayaan. Namun pada intinya baik pihak bank maupun nasabah
akan memilih jenis pembiayaan yang dapat memberikan keuntungan maksimum
kepada masing-masing pihak, baik keuntungan yang diperoleh nasabah maupun
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian
2.2.3 Hipotesis
Berdasarkan teori, konsep dan penelitian yang terdahulu diperoleh
kesimpulan sementara sebagai berikut:
1.Sistem yang memberikan keuntungan terbesar bagi nasabah adalah sistem
musyarakah karena keuntungan yang dihasilkan berasal dari modal usaha yang
lebih besar sedangkan sistem yang memberikan keuntungan terbesar bagi bank
adalah sistem bunga karena sistem ini tidak terpengaruh oleh risiko atau
keuntungan usaha. Sehingga berapapun risiko atau keuntungan usaha
keuntungan bank akan tetap sama.
2.Sistem pembiayaan yang paling banyak diminati oleh nasabah adalah sistem
mudharabah karena dalam jenis pembiayaan ini seluruh kerugian material yang
Nasabah/Investor
Pembiayaan
Syariah konvensional
Sistem bagi hasil
Musyarakah Mudharabah
Percobaan Ekonomi
Risiko Sistem
Mana yang lebih baik?
dialami dalam usaha akan ditanggung oleh pihak bank kecuali kerugian yang
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang sistem pembiayaan ini akan dilaksanakan di Fakultas
Ekonomi dan Manajemen IPB Darmaga Bogor. Percobaan ekonomi yang akan
dilaksanakan ini akan diteliti pada 30 mahasiswa Ilmu Ekonomi. Metode
percobaan ekonomi ini dilaksanakan di kampus dengan peserta yang berasal dari
mahasiswa Ilmu Ekonomi sendiri dengan mempertimbangkan biaya yang lebih
murah dibandingkan dengan melakukan percobaan langsung terhadap pengusaha.
Selain itu tempat dilakukannya penelitian juga lebih mudah dijangkau serta
dengan peserta adalah mahasiswa maka diharapkan akan bisa lebih bersikap
rasional selama penelitian dilakukan yang maksudnya perilakunya sesuai dengan
perilaku pelaku ekonomi yang sebenarnya. Penelitian yang akan menganalisis
hubungan sebab akibat antara risiko usaha dan pemilihan jenis pembiayaan ini
dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2007.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah data tentang
keuntungan baik keuntungan nasabah maupun keuntungan perusahaan yang dalam
hal ini adalah bank yang diperoleh dari hasil percobaan ekonomi. Selain itu juga
ada data risiko jenis usaha yang mencerminkan jenis usaha risiko tinggi dan risiko
nasabah serta data proporsi keikutsertaan nasabah terhadap jenis pembiayaan yang
dapat memaksimalkan keuntungannya.
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan percobaan terhadap 30
mahasiswa dengan lima kali pengulangan serta wawancara dengan beberapa pihak
yang terkait dengan pembiayaan syariah dan kredit konvensional serta para
pengusaha yang memberikan data peluang keuntungan usaha. Data sekunder
diperoleh dari beberapa jurnal ekonomi yang membahas tentang perbankan
syariah dan perbankan konvensional. Data sekunder digunakan untuk memperoleh
data tingkat suku bunga kredit yang sekarang ditawarkan oleh perbankan
konvensional dan persentase bagi hasil yang ditawarkan oleh perbankan syariah.
3.3 Rancangan Percobaan
Percobaan ekonomi akan dibagi menjadi dua kondisi, yaitu:
1. Pada percobaan A ini menggambarkan realitas suatu wilayah dimana tidak
terdapat pilihan sistem pembiayaan yang lain. Diagram rancangan
percobaannya adalah:
Sistem pembiayaan
musyarakah mudharabah bunga
High risk
Low risk
High risk
Low risk
High risk
Gambar 3.1 Rancangan Percobaan A
Percobaan ekonomi dengan dilakukan dengan enam perlakuan yang melibatkan
30 orang pelaku percobaan sebagai nasabah (debitur), dengan jumlah peserta
yang sama untuk setiap perlakuan yaitu lima orang. Rincian perlakuan adalah
sebagai berikut:
a. Perlakuan transaksi pengambilan pembiayaan dengan sistem musyarakah
pada risiko usaha tinggi (high risk).
b. Perlakuan transaksi pengambilan pembiayaan dengan sistem musyarakah
pada risiko usaha rendah (low risk).
c. Perlakuan transaksi pengambilan pembiayaan dengan sistem mudharabah
pada risiko usaha tinggi (high risk).
d. Perlakuan transaksi pengambilan pembiayaan dengan sistem mudharabah
pada risiko usaha rendah (low risk).
e. Perlakuan transaksi pengambilan kredit konvensional dengan sistem bunga
pada risiko usaha tinggi (high risk).
f. Perlakuan transaksi pengambilan kredit konvensional dengan sistem bunga
pada risiko usaha tinggi (low risk).
2. Pada percobaan ekonomi B menggambarkan realitas suatu wilayah dimana
pelaku percobaan memiliki kebebasan untuk memilih jenis transaksi
pembiayaan bagi hasil (musyarakah dan mudharabah) atau kredit. Diagram