• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELUARGA sakinah keluarga tanpa BERENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELUARGA sakinah keluarga tanpa BERENCANA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

B A B XII

KELUARGA BERENCANA

I. PENDAHULUAN

Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana dalam Repe-lita I adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ke-sejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga beren-cana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi ke-mampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehi-dupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih me-ningkat.

Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar suka-rela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidik-an serta pengarahpendidik-an amat diperlukpendidik-an agar masyarakat dengpendidik-an kesadarannya sendiri dapat menghargai dan, menerima pola

(5)

berencana telah ditingkatkan menjadi suatu program nasio-nal. Sesuai dengan perkembangan pelaksanaan keluarga be-rencana, dibutuhkan (penyempurnaan organisasi, sehingga dalam tahun 1970 LKBN telah dirubah menjadi Badan Koor-dinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya dalam Repelita I terus dilakukan usaha-usaha penyempurnaan organisasi BKKBN.

Untuk lebih mengembangkan pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I telah dimanfaatkan pula berbagai bantuan luar negeri yang serasi dengan pola kebijaksanaan nasional untuk program keluarga berencana.

Selama masa Repelita I pelaksanaan program keluarga be-rencana di pusatkan di daerah Jawa dan Bali. Di daerah-daerah tersebut terdapat situasi kepadatan penduduk yang relatif lebih kritis keadaannya dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Walaupun demikian ternyata bahwa di beberapa daerah di luar Jawa dan Bali selama masa Repelita I telah dirintis pula usaha pelaksanaan keluarga be-rencana oleh pelbagai organisasi kemasyarakatan serta Peme-rintah Daerah yang bersangkutan.

Pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I terutama meliputi kegiatan penerangan dan motivasi, pelayanan medis, pendidikan dan latihan, pengembangan logistik, pencatatan dan pelaporan serta penelitian dan penilaian kegiatan keluarga berencana.

II. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PERKEMBANG- AN HASIL YANG DICAPAI

1. Penerangan dan motivasi

(6)

Hal ini dilakukan baik melalui Penerangan umum, penerangan kelompok, penyuluhan wawan-muka, maupun melalui pendidik-an kependudukpendidik-an.

a. Penerangan umum.

Penerangan yang bersifat umum dilakukan terutama melalui surat-surat kabar, majalah, kantor berita, siaran radio, TVRI, lagu-lagu populer keluarga berencana, pembuatan film cerita dan dokumenter tentang keluarga berencana, penerbitan-pener-bitan, spanduk-spanduk, papan bergambar, stempel pos pada surat-surat, perangko keluarga berencana dan lambang kelu-arga berencana pada mata uang logam.

b. Penerangan kelompok.

Penerangan kelompok terutama dilakukan melalui bantuan yang diberikan kepada seminar/raker/pertemuan berbagai ke-lompok masyarakat serta mengirimkan tenaga-tenaga pene-rangan untuk melakukan pendekatan terhadap berbagai kelom-pok khusus masyarakat di daerah-daerah tertentu. Da1am rangka ini telah dilakukan pendekatan terhadap golongan-golongan "berpengaruh" dalam masyarakat yang diharapkan tidak hanya akan menjadi penghubung dan penyebar gagasan keluarga berencana, akan tetapi diharapkan menjadi "orang contoh" dalam pelaksanaan keluarga berencana. Untuk itu selama Repelita I telah dilakukan pendekatan secara khusus terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, alim ulama, organi-sasi karyawan swasta dan pemerintah, organiorgani-sasi pemuda, pe-lajar, cendekiawan, kalangan Angkatan Bersenjata, usahawan dan lain sebagainya.

c. Penyuluhan wawan-muka.

(7)

yang telah berkembang tersebut dapat tumbuh menjadi tin-dakan melaksanakan keluarga berencana. Hal ini dilakukan melalui penyuluhan wawan-muka baik berupa pendekatan secara langsung kepada calon akseptor maupun kepada mereka yang telah menjadi akseptor. Dengan demikian diharapkan jumlah akseptor baru terus bertambah dan bersamaan dengan itu kelangsungan akseptor yang telah ada dapat terus diper-tahankan. Kegiatan penyuluhan wawan-muka tersebut untuk sebagian besar dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Oleh karena itu selama Repelita I jumlah tenaga PLKB terus ditingkatkan. Dalam tahun 1969/70 dan tahun 1970/71 belum terdapat tenaga PLKB yang terorganisir. Sejak tahun 1971/72 telah tercatat 1.930 orang tenaga PLKB, kemudian dalam tahun 1972/73 terdapat tambahan 3.774 orang dan kemudian dalam tahun 1973/74 tercatat PLKB baru sejum-lah 5.969 orang (Tabel XII — 1).

TABEL XII — 1

1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74 JUMLAH

1. PLKB — — 1.930 3.774 5.969 11.673

(8)

jumlah penduduk (manusia) dan perkembangan sumber-sumber kehidupan yang terdapat di sekitarnya. Kegiatan ini dilakukan baik melalui pendidikan di dalam sekolah maupun pendidikan di luar sekolah.

Pelaksanaan kegiatan pendidikan kependudukan secara ter-organisir mulai dilaksanakan sejak tahun 1971/72. Langkah ini dirintis melalui seminar dan loka karya untuk mendapatkan pengarahan dan cara pendekatan yang tepat untuk masyara-kat Indonesia. Selama masa Repelita I telah dapat diselesaikan penyusunan bahan-bahan pelajaran pendidikan kependudukan dan telah dapat dirumuskan 26 bahan pelajaran dari 26 judul.

2. Pelayanan medis keluarga berencana.

Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan keluarga berencana segera membutuhkan tersedianya sarana pelayanan agar mereka mendapatkan kesempatan sebaik-baik-nya untuk melaksanakan keluarga berencana. Sarana utama untuk melayani pelaksanaan keluarga berencana adalah terse-dianya klinik-klinik keluarga berencana yang dengan mudah dapat dicapai oleh masyarakat banyak.

(9)

Indone-sia, perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya. Jumlah klinik keluarga berencana terus berkembang selama Repelita I. Apa-bila dalam tahun 1969/70 hanya terdapat 727 klinik keluarga berencana maka pada tahun terakhir Repelita I (1973/74) jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2.235 buah (Tabel X I I - 2 ) .

TABEL XII — 2

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS DI JAWA DAN BALI

1969/70 — 1973/74

Catatan: * ) Belum ada perincian menurut status.

(10)

GRAFIK XII - I

(11)

TABEL XII — 3

JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA

BEREN-CANA MENURUT KATEGORI DI JAWA DAN BALI

1969/70— 1973/74

Bagi daerah yang agak terpencil sehingga penduduknya tidak dapat dicapai oleh klinik keluarga berencana, pelayanan dila-kukan oleh Team Medis Keliling Keluarga Berencana. Selama masa Repelita I telah dikembangkan 89 buah Team Medis Ke-liling Keluarga Berencana yang tersebar di daerah Jawa dan Bali.

Sementara itu kepada ibu yang baru melahirkan di rumah sakit, atau klinik bersalin, dilakukan "pendekatan khusus". Pendekatan ini dimaksudkan agar ibu yang baru melahirkan tersebut dapat memperoleh pelayanan langsung pada waktu-nya. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 1969 meliputi 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung. Sejak tahun 1971 kegiatan ini diperluas ke daerah lainnya di Jawa, Bali dan Sumatera sehing-ga seluruhnya meliputi 26 buah rumah sakit.

(12)
(13)

ber-sangkutan langsung memperoleh pelayanan keluarga beren-cana pada waktunya. Konsep pelaksanaan kegiatan pelayanan keluarga berencana sesudah melahirkan di luar rumah sakit tersebut telah diselesaikan perumusannya pada akhir Repelita I (1973/74).

3. Pendidikan dan latihan keluarga berencana.

Kegiatan pendidikan dan latihan keluarga berencana selama masa Repelita I terutama meliputi usaha-usaha dalam lapangan sebagai berikut:

a. Pengembangan sarana pusat-pusat latihan (termasuk per-alatan pengajar).

b. Pengembangan tenaga-tenaga pelatih keluarga berencana. c. Penyediaan buku pedoman.

d. Pembakuan kurikulum latihan keluarga berencana. e. Pembinaan sistim latihan.

f. Integrasi kurikulum keluarga berencana pada universitas dan berbagai lembaga pendidikan lainnya.

Kegiatan latihan untuk keluarga berencana selama Repelita I meliputi pelbagai jenis tenaga, antara lain dokter, bidan, pera-wat, petugas lapangan keluarga berencana, pekerja sosial, pe-tugas penerangan, dukun dan pelbagai jenis tenaga lainnya. Selama masa Repelita I telah berhasil diberikan latihan kelu-arga berencana bagi 40.752 orang yang terdiri dari para petu-gas dari berbagai lapangan (Tabel XII — 4).

4. Logistik.

Kegiatan di lapangan logistik keluarga berencana merupakan kegiatan penunjang dalam pelbagai bidang yang amat mem-pengaruhi berhasilnya pelaksanaan program keluarga beren-cana secara keseluruhan. Hal ini meliputi penyediaan alat kon-trasepsi, fasilitas kerja, sarana angkutan dan lain sebagainya.

(14)

TABEL XII — 4

JUMLAH TENAGA-TENAGA YANG MENDAPAT LATIHAN

KELUARGA BERENCANA

1969/70 — 1973/74

KATEGORI TENAGA R E P E L I T A I

K.B. 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74 JUMLAH

1. Dokter K B 251 434 274 272 249 1.480

2. Bidan/Pembantu 585 614 588 1.298 1.608 4.693 Bidan K B

3. P.L.K B Pimpinan 172 293 3.304 3.541 4.273 11.583 kelompok, Pengawas

dan Koordinator ( P L K B ) .

4. Petugas Pencatatan — — 2.042 716 1.386 4.144 dan Pelaporan.

5. Petugas Penerangan 216 42 3.012 162 2.312 5.744 6. Dukun Keluarga Be- — — — 10.965 — 10.965

rencana

7. Lain-lain petugas*) 337 1.231 285 78 186 2.117

J u m l a h : 1.561 2.614 9.505 17.032 10.014 40.726

Catatan: K B. = Keluarga Berencana

P L KB = Petugas Lapangan Keluarga Berencana

*) Meliputi: Perawat, Petugas Sosial, Petugas Logistik, Administrator Pusat dan Daerah, Petugas Penelitian dan Pelatih.

Keadaan penyediaan obat/alat kontrasepsi pada tahun-tahun pertama Repelita I dirasakan sangat kurang. Selama masa Repelita I berbagai langkah telah diambil agar alat .kontrasepsi

dapat tersedia pada tempat dan waktu yang tepat. Dalam rangka memantapkan penyediaan alat kontrasepsi tersebut, pada akhir Repelita I telah dapat dicatat kemajuan-kemajuan sebagai berikut:

a. Produksi I.U.D. telah mulai dilakukan di Indonesia (sejak akhir 1973/74).

(15)

c. Kegiatan swasta dalam lapangan produksi alat kontrasepsi telah mulai berkembang (misalnya kondom).

Dalam hubungan ini, penyediaan alat kontrasepsi selama masa Repelita I dapat dilihat pada Tabel XII — 5.

T A B E L X I I — 5

1. P M 1.100 1.000 2.500 9.000 15.000

2.I U D 98 236,5 257 436 400

3. KONDOM — — 25 10 29

Catatan :

Semua angka-angka dalam Tabel XII — 5 adalah angka yang sudah diperbaiki.

Di samping penyediaan alat kontrasepsi, selama masa Repe-lita I telah dapat disediakan pula sarana angkutan (kenda-raan) untuk para petugas/pelayanan keluarga berencana. Demikian pula telah disediakan peralatan medis untuk klinik keluarga berencana, serta peralatan untuk pusat-pusat latihan keluarga berencana.

5. Pencatatan dan pelaporan.

(16)

laksanaan sistim pencatatan dan pelaporan dan sekaligus juga menghambat langkah-langkah untuk menilai kemajuan pelak-sanaan program.

Sejak awal tahun 1971/72 telah dilaksanakan satu sistim pencatatan dan pelaporan (serta dokumentasi) yang berlaku seragam secara nasional. Tujuan utama pembinaan sistim, pen-catatan dan pelaporan ini adalah untuk menyediakan data tentang jalannya pelaksanaan program secara teratur dan terus menerus. Proses pelaporan ini diusahakan berjalan secepat

a. Pendaftaran klinik keluarga berencana.

b. Penggunaan kartu dan formulir yang seragam secara na-sional.

c. Penggunaan sistim laporan yang seragam secara nasional. d. Mempercepat proses pelaporan balik.

e. Identifikasi ciri-ciri akseptor secara terus menerus.

6. Penelitian dan penilaian.

Kegiatan penelitian dan penilaian selama Repelita I teruta-ma ditujukan untuk :

a. Mengadakan pembinaan para tenaga peneliti (dan staf) baik di pusat maupun di daerah.

(17)

a. Inventarisasi Lembaga-lembaga Penelitian yang bergerak di bidang penelitian yang ada hubungannya dengan keluar-ga berencana (sosial, psikologi, anthropologi dan lain se-bagainya).

b. Inventarisasi lembaga penelitian yang bergerak di lapangan keluarga berencana yang terdapat pada universitas/ perguruan tinggi.

c. Latihan bagi petugas penelitian keluarga berencana (di da-lam maupun di luar negeri).

Sementara itu telah dilakukan penelitian-penelitian yang secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Penelitian data dasar :

b. Penelitian dalam rangka follow up:

(1) Penelitian tentang kebenaran pelaporan jumlah aksep-tor.

(2) Penelitian kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. (3) Penelitian tingkah laku akseptor setelah menerima alat

kontrasepsi.

(4) Faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu metode keluarga berencana.

c. Penelitian dalam rangka penilaian program:

(18)

(2) Penilaian alat mass media untuk keluarga berencana.

(3) Penilaian hasi1 1atihan yang telah dilakukan.

(4) Penelitian tentang efisiensi dan efektifitas pembiayaan.

7. Perkembangan jumlah dan ciri khas akseptor.

Dalam tahun pertama Repelita I (1969/70) jumlah akseptor baru mencapai jumlah 53,1 ribu orang. Jumlah ini terus mening-kat setiap tahun. Pada tahun terakhir Repelita I (1973/74) jumlah akseptor mencapai jumlah 1.369,1 ribu orang (Tabel XII 6). Dengan demikian jumlah akseptor baru selama Re-pelita I (jumlah kumulatif) adalah 3.201,6 ribu orang. Jumlah

ini

telah melampaui perkiraan jumlah akseptor baru selama Repelita I, yang semula diperkirakan akan berjumlah 3.000.000 orang.

TABEL XII — 6

JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI MENURUT METHODE KONTRASEPSI

1. Pil 14.6 79,8 281,8 607,0 857,7

2. IUD. 29,0 76,4 212,7 380,3 293,2

3. Lain-lain 9.5 24,9 24,9 91,6 218,2

J u m l a h 53,1 131,1 519,4 1.078,9 1.369,1 Catatan: Angka-angka dibulatkan.

(19)
(20)

GRAFIK XII — 3

JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI MENURUT METHODE KONTRASEPSI DI JAWA DAN BALI

(21)

Repelita I (1971/72, 1972/73, 1973/74) menunjukkan beberapa gambaran yang menarik. Ternyata misalnya bahwa kelompok umur yang lebih muda dari para akseptor baru persentasenya terus menaik (Tabel XII 7) . Kenyataan ini cukup

menggem-TABEL XII — 7

PERSENTASE AKSEPTOR BARU

MENURUT KELOMPOK UMUR DI JAWA DAN BALI

Kelompok

*) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang bersangkutan.

birakan, oleh karena ternyata bahwa pelaksanaan keluarga be-rencana makin mencakup kalangan penduduk yang relatif masih memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan.

Demikian pula nampak bahwa persentase turut sertanya para akseptor baru dari kalangan petani makin bertambah mening-kat (Tabel XII 8) . Gambaran ini memberikan harapan bahwa

pelaksanaan keluarga berencana lambat laun makin menjadi milik dari kalangan sebahagian besar masyarakat terutama yang berada di daerah pedesaan.

Perkembangan lainnya yang menarik pula adalah, bahwa "saluran penghubung" dari mana akseptor baru memperoleh keterangan tentang keluarga berencana juga mengalami

(22)

TABEL XII — 8

PERSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUT PEKERJAAN SUAMI DI JAWA DAN BALI

PEKERJAAN SUAMI 1971/72 *) 1972/73 *) 1973/74 *) AKSEPTOR

Pegawai Negeri 1t,11 8,70 8,35

Pegawai Swasta 5,82 4,27 4,46

ABM 5,77 2,97 2,63

Pedagang 5,82 3,93 3,64

Petani 58,72 70,82 70,68

Pekerja lepas 8,57 8,46 9,51

Tidak bekerja, dan lain-lain 1,21 0,86 0,70

Catatan: *) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang bersangkutan.

sebagian besar keterangan tentang keluarga berencana diper-oleh dari pada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (Tabel

XII

9). Dengan demikian maka peranan para PLKB menjadi

lebih kentara dan oleh karenanya perlu lebih ditingkatkan pem-binaannya untuk waktu selanjutnya.

(23)

TABEL XII — 9

PERSENTASE JUMLAH AKSEPTOR MENURUT "SALURAN PENGHUBUNG" KEARAH PELAKSANAAN

KELUARGA BERENCANA

DATANG ATAS PETUNJUK 1971/72 *) 1972/73 *) 1973/74 *)

Teman/Suami/Famili 6,95 3,03 2,02

Akseptor lain 3,26 1,23 0,67

Petugas Kesehatan 48,09 23,54 12,97

P L K B 33,08 40,57 56,75

Dukun 3,01 2,81 1,13

Lain-lain 0,64 5,09 5,88

Tak dikenal 4,98 23,73 20,58

Catatan :

(24)

Gambar

GRAFIK XII - I
TABEL XII — 3
TABEL XII — 4
GRAFIK XII — 3JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI MENURUT
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan pengamatan selama tiga bulan ketika melakukan PKL 1 di GOR UNY fitness center peneliti menemukan bahwa terdapat banyak members Pria yang menjalankan

Dengan adanya kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri dalam Putusan pengadilan Bojonegoro Nomor

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsi model pemantauan SNP selama ini, (2) menghasilkan model pemantauan SNP yang sesuai dengan kebutuhan pengawas sekolah saat ini dan

Berdasarkan tabel 1.3 mengenai Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dalam Satuan Kawasan Wisata Ciater di Kabupaten Subang Tahun 2012, terdapat dua Desa Wisata yang

Pada halaman WELD, Seleksi salah satu gabungan obyek, pilih dan klik WELD pada property, kemudian pisahlkan masing-masing obyek dari gabungan tersebut.. Lakukan hal

Pada pembahasan tema ini Anda akan dihantarkan untuk berlatih secara berkelanjutan tentang mendengarkan informasi isi laporan, mengungkapkan gagasan dan tanggapan dalam diskusi,

Hal ini perlu dan harus dilakukan agar manusia Papua tidak kokoh pada satu bidang (sisi) saja. Jika mau bebas, bebaskan diri sendiri dahulu, lalu beranjak ke

Tiongkok mengancam akan memberlakukan tarif impor sebesar US$60 miliar atas barang yang diimpor dari AS.. Tarif impor sebesar US$200 miliar merupakan jumlah yang terbesar dan