• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DALAM PENGENDALIAN PENDUDUK DI PROVINSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DALAM PENGENDALIAN PENDUDUK DI PROVINSI "

Copied!
156
0
0

Teks penuh

Pada tahun 1967, Keluarga Berencana dijadikan Proyek Pemerintah DKI Jakarta (Proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta) dan terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi program nasional (Program Keluarga Berencana Nasional) yang mulai dilaksanakan pada tahun 1970. Penyelenggaraan Keluarga Berencana Program di DKI Jakarta dilakukan melalui berbagai upaya untuk mendorong pasangan usia subur untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini.

Latar Belakang dan Permasalahan

Program KB ini dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan kependudukan di DKI Jakarta dan Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka pelaksanaan program KB di DKI Jakarta menarik untuk dibahas dan dikaji.

Ruang Lingkup

Angka kesuburan total merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pelaksanaan program Keluarga Berencana. Hal ini didasari oleh alasan penelitian ini hanya mempelajari pelaksanaan program Keluarga Berencana di DKI Jakarta.

Tujuan Penelitian

DKI Jakarta juga menjadi daerah pertama yang melaksanakan kegiatan keluarga berencana yang diselenggarakan langsung oleh pemerintah. Ketiga, menjelaskan dampak pelaksanaan program KB di DKI Jakarta pada tahun 1967 hingga tahun 2000.

Tinjauan Pustaka

Hal ini diperlukan untuk memahami perkembangan program KB di Indonesia dan DKI Jakarta sebelum tahun 1967 hingga tahun 2000. 25Ahmad Subari, “Implementasi KB di DKI Jakarta Ditinjau dari Sudut Hukum Islam” (Disertasi di Fakultas Hukum Institut Hukum, Universitas Indonesia, 1989).

Kerangka Pemikiran

Tujuan program Keluarga Berencana dibagi menjadi dua kategori, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Segala sesuatu yang dilakukan dari seluruh tujuan program Keluarga Berencana, tujuan utamanya adalah upaya pengendalian jumlah penduduk.

Metode Penelitian

Selain itu, konsep Program Keluarga Berencana digunakan untuk menganalisis kemajuan pelaksanaan Program Keluarga Berencana di DKI Jakarta. Selain itu, sumber primer dalam penelitian ini juga diperoleh dari Perpustakaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Sistematika Penulisan

BAB IV berisi tentang penjelasan mengenai dampak Program Keluarga Berencana di DKI Jakarta pada tahun 1967 hingga tahun 2000. Menurut penulis, variabel demografi yang dibahas dapat menggambarkan keadaan penduduk di DKI Jakarta sebelum dampak diterapkannya Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana pun menjadi nyata

Kondisi Demografi

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta masih sangat tinggi pada periode sebelum dilaksanakannya program Keluarga Berencana. Dilihat dalam jangka waktu yang lebih lama, laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sebesar 4,6 persen dalam kurun waktu setahun terakhir.

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk        di DKI Jakarta pada Tahun 1971
Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di DKI Jakarta pada Tahun 1971

Urbanisasi

Secara rinci besaran arus urbanisasi yang terjadi di DKI Jakarta selama periode tahun tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Angka kematian di DKI Jakarta pada tahun 1969 menunjukkan kematian terbanyak terjadi pada bayi dan anak kecil.

Tabel 2.2 Jumlah dan Persentase Pendatang ke DKI Jakarta Tahun 1961-1971  Daerah Asal  Jumlah Pendatang
Tabel 2.2 Jumlah dan Persentase Pendatang ke DKI Jakarta Tahun 1961-1971 Daerah Asal Jumlah Pendatang

Komposisi Umur dan Jenis Kelamin

Data pada tabel sebelumnya juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di DKI Jakarta sedikit melebihi jumlah penduduk perempuan. Seperti halnya struktur umur secara umum, banyak penduduk DKI Jakarta, baik laki-laki maupun perempuan, yang berusia muda. Pada setiap kelompok umur antara 0-14 dan 25-59 tahun, jumlah penduduk laki-laki di DKI Jakarta sedikit lebih tinggi.

Gambar 2.1 Piramida Penduduk DKI Jakarta Tahun 1971  (BPS DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 1972)
Gambar 2.1 Piramida Penduduk DKI Jakarta Tahun 1971 (BPS DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 1972)

Kondisi Sosial Ekonomi 1. Kesehatan

Pendidikan

Situasi demografi di DKI Jakarta terlihat dari dampaknya terhadap sektor sosial, khususnya aspek pendidikan. Padahal setiap tahunnya kurang lebih 600.000 anak di DKI Jakarta memerlukan pendidikan jenjang sekolah dasar sesuai usianya. Pada tabel berikut ini terlihat total tingkat pendidikan penduduk DKI Jakarta pada setiap jenjang.

Tabel 2.6 Jumlah Murid, Guru, Sekolah, Gedung Sekolah Umum dan Kejuruan di       DKI Jakarta Tahun 1971
Tabel 2.6 Jumlah Murid, Guru, Sekolah, Gedung Sekolah Umum dan Kejuruan di DKI Jakarta Tahun 1971

Angka Beban Ketergantungan

Data ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin sedikit pula penduduk DKI Jakarta yang menerimanya. Rasio ketergantungan di DKI Jakarta dapat diperoleh dari komposisi umur yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini menunjukkan beban ketergantungan di DKI Jakarta sangat tinggi; untuk setiap seratus orang produktif pasti ada 80 orang yang belum produktif dan tidak produktif.

Angkatan Kerja

Struktur umur yang diperoleh dari komposisi umur penduduk menunjukkan bahwa penduduk di DKI Jakarta termasuk dalam struktur penduduk muda. Sebab, persentase penduduk DKI Jakarta yang belum produktif lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang sudah tidak produktif, terutama dari kelompok usia muda. Angka tersebut menunjukkan tingginya jumlah pekerja di DKI Jakarta yang tenggelam dalam dunia kerja sehingga menyebabkan tingginya angka pengangguran.

Kondisi Sosial Budaya 1. Agama

Etnisitas

Usaha para pemimpin di Indonesia tidak sia-sia, sehingga didirikanlah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Keluarga berencana sebagai solusi mengatasi permasalahan kependudukan mendapat perhatian dari pemerintah DKI Jakarta dan Indonesia. Doorthy Brush yang juga aktif di Ford Foundation menjajaki kemungkinan pendirian organisasi keluarga berencana di Indonesia.

Keluarga Berencana sebagai Program Pemerintah 1. Proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta

Awal Program Keluarga Berencana Nasional (1968-1970)

Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana Nasional yang sebelumnya dilaksanakan oleh Biro Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga kuasi pemerintah, kemudian dilanjutkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai lembaga pemerintah yang utuh. Masa pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional dimulai dengan terbentuknya BKKBN berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970. Peralihan dari proyek ke program KB di DKI Jakarta Keseriusan pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan kependudukan.

Transisi dari Proyek ke Program Keluarga Berencana di DKI Jakarta Keseriusan pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan kependudukan

Pada tahun yang sama, DKI Jakarta ditetapkan sebagai salah satu provinsi yang menjadi daerah pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional dan Gubernur DKI Jakarta ditunjuk sebagai penanggung jawab Biro Keluarga Berencana Nasional di DKI Jakarta. Pada bulan Oktober 1970 telah berdiri BKKBN DKI Jakarta, namun lembaga ini masih belum berfungsi dengan baik dan pada saat itu pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional masih dikoordinasikan oleh Departemen Keluarga Berencana yang merupakan bagian dari Sub Dinas Kesehatan DKI Jakarta. -Biro tingkat provinsi dan Dinas Keluarga Berencana Sudin Kesehatan masing-masing wilayah kota untuk tingkat wilayah kota. Pada tahun 1971, Dinas dan Seksi Keluarga Berencana berubah menjadi BKKBN masing-masing di tingkat provinsi dan kota.20 Akibat perubahan tersebut, maka pelaksanaan Program Keluarga Berencana di DKI Jakarta menjadi wewenang dan tanggung jawab penuh BKKBN DKI Jakarta pada tahun 1971. pelaksanaan program ini.

Struktur Organisasi/Kelembagaan

Masa Proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta

Pada masa proyek KB DKI Jakarta, pemerintah daerah membentuk struktur organisasi yang mencakup berbagai instansi pemerintah daerah hingga pengurus tingkat RW untuk mencapai tujuan langsung dari proyek ini, yaitu pasangan usia subur di DKI Jakarta. Pelaksanaan proyek KB DKI Jakarta pada tahun 1967-1970 dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin yang pekerjaan sehari-harinya dikelola dan dilaksanakan oleh kontraktor proyek yaitu Dr. Selain itu, dalam strukturnya juga terdapat Komisi Keluarga Berencana yang anggotanya merupakan perwakilan dari instansi yang kegiatannya berkaitan dengan kegiatan KB, misalnya Dinas Sosial, Kantor Agama, Fakultas Psikologi dan lain-lain.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional DKI Jakarta

Pegawai departemen ini bertugas mendorong pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional di provinsi dengan bantuan tiga departemen pada satuan kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yaitu Departemen Pemrograman, Pengarahan dan Pelaporan Program dan Evaluasi. Pegawai departemen ini bertugas melakukan pembinaan dan pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan pelayanan KB di provinsi, pelaksanaan tugas dan tugas dibantu oleh tiga bagian satuan kerja yaitu Dinas Informasi dan Motivasi, Dinas Kontrasepsi dan Dinas. Program Komprehensif. . Pegawai departemen ini bertugas mendorong dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pelembagaan dan pembudayaan keluarga berencana di provinsi dengan dibantu oleh tiga unit kerja departemen dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yaitu departemen pendidikan keluarga. , bimbingan kelembagaan dan staf program. .

Kebijaksanaan dan Strategi

Dimensi Operasional

Memperluas sosialisasi, upaya mengajak masyarakat untuk menjadi peserta KB dan mengembangkan lembaga yang nantinya dapat ikut serta dalam pengelolaan program KB. Pedoman, upaya untuk lebih memantapkan penerimaan gagasan KB secara berkelanjutan, baik dalam keikutsertaannya sebagai penerima KB maupun dalam pengelolaan/pengusahaan programnya. Selain itu juga meningkatkan tanggung jawab dan peran aktif aparat/pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk ikut serta dalam efektivitas pengelolaan program Keluarga Berencana.

Segmentasi Sasaran

Strategi Dasar

28 Tinjauan Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana Nasional Daerah Khusus Ibukota Jakarta di Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional DKI Jakarta, 1987), hal. Keluarga dan masyarakat perkotaan yang menjadi sasaran program KB di DKI Jakarta mempunyai keinginan dan kebutuhan masing-masing. 29 Kajian Program Keluarga Berencana Nasional Daerah Khusus Ibukota Jakarta, April 1988-September 1988) (Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional DKI Jakarta, 1988), hal.

Sarana Penunjang

Klinik Layanan Kontrasepsi

Salah satu tempat pelayanan kontrasepsi bagi masyarakat yang akan melaksanakan Program Keluarga Berencana adalah Klinik Keluarga Berencana. Ditetapkannya Klinik Keluarga Berencana sebagai fasilitas program merupakan bagian yang menunjukkan keseriusan pemerintah dan unit pelaksana dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana. Pada era sentralisasi, program KB sepenuhnya menjadi kewenangan BKKBN Pusat yang dikendalikan oleh pemerintah Indonesia.

Petugas Lapangan Keluarga Berencana

Kegiatan Program Keluarga Berencana 1. Mobil Keliling

  • Operasi Laju Bahtera
  • BMW Kencana
  • Bhakti Kencana
  • Saka Kencana
  • BMW Kencana Pemuda

Penyelenggaraan program KB di DKI Jakarta telah berlangsung selama 33 tahun, mulai dari Proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta yang dimulai pada tahun 1967 hingga Program Keluarga Berencana Nasional yang dilaksanakan pada tahun 1970-2000. Barulah dengan diberlakukannya Program Keluarga Berencana Nasional yang serius dilaksanakan pada masa Orde Baru, program KB baru terlihat dampaknya, terutama terhadap situasi demografi di DKI Jakarta. Oleh karena itu, pada bab ini akan diuraikan dampak pelaksanaan program KB di DKI Jakarta pada aspek-aspek berikut.

Pelembagaan dan Pembudayaan

Program Terintegrasi a. KB-Kesehatan

Kegiatan ini dimulai di DKI Jakarta pada tahun 1981/1982 dan pelaksanaannya melibatkan kelompok penggerak PKK DKI Jakarta dan instansi/lembaga terkait langsung seperti koperasi, industri dan perikanan. Dalam perkembangannya hingga tahun 1988, kegiatan ini dilaksanakan di lima wilayah perkotaan dan pelaksanaannya menjangkau hampir seluruh kecamatan di DKI Jakarta. 3 Laporan Evaluasi Gerakan Keluarga Berencana Nasional di DKI Jakarta Pelita do Lim Provinsi Jakarta: Panitia Koordinasi Keluarga Berencana Nasional DKI Jakarta, 1994), hal.

Tabel 4.1 Jumlah Kelompok UPPKA di DKI Jakarta Tahun 1989-1994
Tabel 4.1 Jumlah Kelompok UPPKA di DKI Jakarta Tahun 1989-1994

Lembaga Kemasyarakatan a. Bahtera Kencana

Perusahaan PPKB, pelayanan kesehatan, pelayanan makanan KIA, pencegahan diare dan lain-lain yang pelaksanaannya dalam hal ini meliputi Unit Pelaksana Keluarga Berencana (UPKB). Program Keluarga Berencana Nasional merupakan gerakan keluarga berencana yang dilakukan bersama masyarakat melalui kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan program ini. Dalam upaya tersebut PPKB antara lain dibentuk sebagai wadah kegiatan masyarakat di lingkup RT, RW, Majelis Rapat, instansi, perusahaan, ABRI dan Kota untuk mewujudkan program Keluarga Berencana di lingkungannya.

Tabel 4.3 Jumlah PPKB RW di DKI Jakarta Tahun 1985-1994
Tabel 4.3 Jumlah PPKB RW di DKI Jakarta Tahun 1985-1994

Sikap dan Pandangan

Jumlah Anak Ideal

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 1991 terjadi penurunan rata-rata jumlah anak ideal menjadi 2,8, hal ini terutama disebabkan oleh penurunan jumlah ideal anak dari tahun 1987 pada setiap kelompok umur antara 20- 49 tahun. Pada tahun 1994 dan 1997 jumlah anak ideal berada pada angka 2,7 dan pada tahun 1994 terjadi penurunan jumlah anak ideal pada kelompok umur 15-19 dan 35-49 tahun serta mengalami stagnasi pada kelompok umur 20-34 tahun. . Pada tahun 1997, jumlah ideal anak mengalami stagnasi pada kelompok umur antara 14-29 tahun, meningkat pada kelompok umur antara 35-49 tahun dan menurun pada kelompok umur 30-34 dan 40-44 tahun.

Wanita yang Tidak ingin Anak Lagi

Hal ini menunjukkan hanya sedikit perempuan di DKI Jakarta yang menghidupi dua anak, yang merupakan jumlah anak ideal. Hanya pada wanita yang mempunyai tiga anak, sebagian besar tidak menginginkan anak lagi, artinya sebagian besar beranggapan cukup memiliki tiga anak lagi. Di antara perempuan yang memiliki empat anak, keinginan untuk tidak memiliki anak lagi berkisar antara 92 hingga 94 persen antara tahun 1987 dan 1997.

Tabel 4.5 Persentase Wanita Berstatus Kawin yang Tidak Ingin Anak Lagi        Tahun 1987-1997
Tabel 4.5 Persentase Wanita Berstatus Kawin yang Tidak Ingin Anak Lagi Tahun 1987-1997

Pandangan Sosial Budaya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada dekade kedua tahun 1970 menunjukkan bahwa jumlah anak terbanyak di DKI Jakarta dimiliki oleh etnis Sunda (asli Jakarta) dengan rata-rata sebesar 4,97, bahkan perempuan yang suaminya etnis Sunda (asli Jakarta) mempunyai rata-rata jumlah anak 5,11. 16 Hubungan Nilai Anak Dengan Pemilihan Besar Kecilnya Jumlah Anak di Kota Jakarta dan Surabaya (Kulon Progo: Kantor Kementerian Kependudukan dan Lingkungan Hidup serta Pusat Penelitian Lembaga Pembangunan Universitas Indonesia, 1986 ), hal.18 Hubungan nilai anak dengan pilihan besar kecilnya jumlah anak di kota Jakarta dan Surabaya, hal.

Peserta Keluarga Berencana

20 Lihat Lampiran C untuk jumlah peserta KB baru per metode kontrasepsi di DKI Jakarta periode 1969-2000. 22 Lihat Lampiran E untuk jumlah peserta KB aktif dengan metode kontrasepsi di DKI Jakarta periode 1971-2000. Sebaran jumlah peserta KB aktif berbeda dengan wilayah sebaran peserta KB baru di DKI Jakarta.

Kondisi Demografi 1. Kelahiran

  • Kematian Bayi dan Harapan Hidup
  • Pertumbuhan Penduduk
  • Struktur Penduduk
  • Angka Beban Ketergantungan

Sebelum dilaksanakannya Program Keluarga Berencana Nasional secara intensif, laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta cukup tinggi. Namun laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta pada setiap periode berikutnya hingga tahun 2000 mengalami penurunan. Hal ini terlihat dengan menurunnya angka ketergantungan di DKI Jakarta pada tahun 1980 menjadi 68,2 persen.

Tabel 4.12 Pertumbuhan Penduduk Menurut Wilayah di DKI Jakarta Tahun       1961-2000
Tabel 4.12 Pertumbuhan Penduduk Menurut Wilayah di DKI Jakarta Tahun 1961-2000

Pembangunan Keluarga Sejahtera

Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera (GKKS)

Gerakan ini merupakan inti dari pembangunan keluarga sejahtera yang mempunyai dimensi kuat sebagai perekat antara GRKS (Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera) dan GEKS (Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera). Kegiatan BKB merupakan upaya mewujudkan pembangunan keluarga sejahtera, memposisikan keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama serta wahana pendidikan bagi anak dibawah usia lima tahun, baik secara fisik, mental, intelektual, spiritual, sosio-emosional dan moral. stimulasi yang berlandaskan nilai dan nilai agama, budaya bangsa yang luhur sebagai upaya mendorong tumbuh kembang anak di bawah usia lima tahun secara menyeluruh dan terpadu. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan Keluarga Sejahtera yang dilakukan melalui GKKS juga dilakukan di DKI Jakarta.

Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (GEKS)

Gerakan Nasional Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional DKI Jakarta, 1994). Jumlah peserta KB baru dengan metode kontrasepsi menurut wilayah di Provinsi DKI Jakarta, 1988-2000. Jumlah peserta KB aktif dengan alat kontrasepsi menurut wilayah di Provinsi DKI Jakarta tahun 1988-2000.

Gambar

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk        di DKI Jakarta pada Tahun 1971
Tabel 2.2 Jumlah dan Persentase Pendatang ke DKI Jakarta Tahun 1961-1971  Daerah Asal  Jumlah Pendatang
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Perkawinan Tahun          1971
Tabel 2.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di         DKI Jakarta Tahun 1971
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Keluarga dan Partisipasi Masyarakat Pada Program Keluarga Berencana di Masa Pandemi Covid-19 Desa Kerandin Kecamatan Lingga Timur Kabupaten Lingga.. Tanjak:

Berbagai upaya dalam pelaksanaan program keluarga berencana oleh Pemerintah Kota Bitung antara lain melalui penyediaan anggaran setiap tahun sebesar 3,5 milyar yang digunakan untuk