• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Kondisi Demografi 1. Kelahiran

2. Kematian Bayi dan Harapan Hidup

Program Keluarga Berencana Nasional tidak semata hanya berpengaruh terhadap kondisi kelahiran saja. Dengan pasangan usia subur yang melaksanakan program ini maka akan meningkatkan pula kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak, sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan harapan hidup bagi anak yang baru lahir. Oleh karena dalam hal ini program Keluarga Berencana Nasional juga menjadi salah satu faktor pendorong dalam meningkatkan kesehatan bagi pasangan usia subur. Untuk itu dalam pembahasan

101

ini akan digambarkan dan dijelaskan sejauh mana program Keluarga Berencana Nasional berpengaruh terhadap kematian bayi dan harapan hidup waktu lahir.

a. Kematian Bayi

Angka kematian bayi di DKI Jakarta pada periode tahun 1967-1970 masih sangat tinggi, dengan jumlah kematian bayi sebesar 129 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan, pada periode tersebut bayi laki-laki di DKI Jakarta lebih tinggi memiliki risiko kematian daripada bayi perempuan, karena terdapat 140 kematian bayi laki-laki dan 119 kematian bayi perempuan per 1.000 kelahiran hidup. Pada periode selanjutnya tahun 1976-1979 angka kematian bayi mengalami penurunan dan terus terjadi setiap periodenya hingga periode tahun 1991-1994. Penurunan ini juga masih diikuti oleh tren bahwa pada setiap periodenya angka kematian bayi laki-laki masih lebih besar dibandingkan dengan kematian bayi perempuan.

Pada periode tahun 1996-1999 angka kematian bayi di DKI Jakarta tidak mengalami penurunan seperti tren pada periode-periode sebelumnya. Pada periode ini malah terjadi kenaikan angka kematian bayi, baik pada bayi laki-laki maupun perempuan. Kenaikan angka kematian bayi di DKI Jakarta ini diperkiran karena terjadinya krisis yang melanda Indonesia sebelum tahun 1999. Krisis yang terjadi ini turut memengaruhi perekonomian dan kesehatan keluarga, sehingga ibu maupun bayi yang masih dalam kandungan mengalami kesulitan, seperti dalam mengakses fasilitas kesehatan maupun pemenuhan gizi. Angka kematian bayi di DKI Jakarta periode tahun 1967-1999 dapat secara detail dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10 Angka Kematian Bayi (IMR) Per 1.000 Kelahiran Hidup di DKI Jakarta Tahun 1967-1999

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Penurunan

1971 140 119 129

36,43

1980 90 74 82

47,56

1990 46 35 43

48,84

1995 26 19 22

-13,64

2000 29 21 25

Sumber: Badan Pusat Statistik.

Terkait dengan kematian bayi, program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi dalam hal ini, karena program Keluarga Berencana

Nasional salah satunya bertujuan untuk menjarakkan kelahiran. Melalui tujuan tersebut maka dengan melaksanakan program Keluarga Berencana Nasional, wanita usia subur di DKI Jakarta dapat menghindari kehamilan yang berisiko terhadap terjadinya komplikasi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas berikutnya sehingga menekan angka kematian bayi maupun ibu.27 Pada pelaksanaan program Keluarga Berencana terdapat pula kegiatan-kegiatan yang saling terpadu dengan program kependudukan lainnya, seperti program KB-Kesehatan dan KB-BKB, sehingga dapat meningkatkan kesadaran bagi kaum ibu akan kesehatannya dan anaknya. Kematian bayi yang terjadi berkaitan pula dengan kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti fasilitas kesehatan yang dalam hal ini DKI Jakarta sebagai ibu kota dalam perkembangannya telah mempunyai fasilitas kesehatan yang sangat cukup memadai, selain itu adalah faktor ekonomi28 dan keadaan gizi bayi.29

27Inti Mujiati, “Pelayanan KB Pasca Persalinan dalam Upaya Mendukung Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu”, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013), hlm. 12.

28Perkembangan pendapatan regional DKI Jakarta atas dasar harga yang berlaku pada tahun 1969-1972 menunjukkan peningkatan yang terjadi setiap tahunnya yang secara berurutan berada pada angka 100, 119,04, 135,76, 163,76.

Lihat Jakarta Dalam Angka 1973 (Jakarta: Kantor Sensus dan Statistik DKI Jakarta, 1974), hlm. 206. Selain itu, rata-rata pengeluaran keluarga dalam sebulan untuk konsumsi berupa makanan mengalami kenaikan, pada tahun 1970/1971 menjadi Rp 5.420 yang sebelumnya pada tahun 1968/1969 sebesar Rp 3.239.

Lihat Jakarta Dalam Angka 1972 (Jakarta: Kantor Sensus dan Statistik DKI Jakarta, 1973), hlm. 180.

29Pada tahun 1985/1986 status gizi balita di DKI Jakarta 57,96 persen berstatus baik, 34 persen berstatus sedang, 6,57 persen berstatus kurang, dan 1,48 persen berstatus buruk. Lihat Status Gizi Batita (Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI dan BPS), hlm. 27. Status gizi ini pun semakin meningkat, pada tahun 1995 dan 1998 sebagian besar berstatus baik dengan persentase 70,9 dan 77,9 persen. Lihat Kantor Statistik Provinsi DKI Jakarta, Profil Kependudukan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2000 (Jakarta: Badan Pusat Statistik), hlm.44.

103

b. Harapan Hidup

Penurunan angka kematian bayi yang telah dijelaskan di atas, turut berpengaruh pula terhadap angka harapan hidup di DKI Jakarta. Hal ini karena angka harapan hidup berhubungan erat dengan kematian bayi. Secara teoretis, menurunnya angka kematian bayi akan menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup. Angka harapan hidup juga merupakan indikator yang mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat.30

Angka harapan hidup di DKI Jakarta dapat dikatakan masih rendah, hal ini karena pada tahun 1971 harapan hidup penduduk DKI Jakarta hanya sampai pada usia sekitar 58 tahun. Pada penduduk perempuan mempunyai harapan hidup yang lebih panjang daripada penduduk laki-laki, dengan harapan hidup sampai pada usia sekitar 49 tahun untuk perempuan dan 47 tahun untuk laki-laki. Bila dikaitkan kembali dengan angka kematian bayi, maka dapat dilihat bahwa tingginya harapan hidup pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki disebabkan oleh rendahnya angka kematian bayi perempuan dibandingkan dengan bayi laki-laki. Tren penurunan yang terjadi pada kematian bayi sampai pada tahun 1995 diikuti pula oleh naikknya angka harapan hidup sampai pada tahun tersebut.

Pada tahun 2000 angka kelahiran di DKI Jakarta mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 1995, walaupun penurunan yang terjadi hanya sedikit.

Penurunan ini tidak terlepas merupakan pengaruh yang terjadi karena pada tahun 2000 terjadi kenaikan kematian bayi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan kematian bayi. Angka harapan hidup di DKI Jakarta pada tahun 1971-2000 lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11.

30Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2011), hlm. 7.

Tabel 4.11 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir di DKI Jakarta Tahun 1967-1999

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

1971 47,06 49,95 48,55

1980 55,77 59,24 57,56

1990 64,34 68,20 66,27

1995 69,88 73,75 71,87

2000 69,15 73,07 71,17

Sumber: Badan Pusat Statistik.