A. Pelembagaan dan Pembudayaan
1. Program Terintegrasi a. KB-Kesehatan
KB-Kesehatan merupakan suatu kegiatan yang pada awal pelaksanaannya didasarkan atas Intruksi Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN No.06/MenKes/Inst/I/1981-22/HK.010/1981 dan No.264/Menkes/Inst/VI/1983- 26/HK.011/E3/1983 tentang Intensifikasi Pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di Daerah-Daerah.1 Kegiatan ini berupa pelayanan terpadu lapangan yang meliputi pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Kegiatan ini dilakukan melalui Posyandu yang dikelola oleh kader-kader dari masyarakat maupun yang dilaksanakan oleh Dharma Wanita, baik tingkat pusat maupun tingkat DKI Jakarta. Posyandu ini dibentuk atas kerja sama dengan Kantor Wilayah Kesehatan DKI Jakarta dan Tim Penggerak PKK DKI Jakarta serta dalam kegiatan operasionalnya dibantu oleh dinas/instansi yang terkait.2
Salah satu pelayanan KB-Kesehatan adalah perihal gizi dan dalam hal ini diadakan suatu kegiatan yang bernama Usaha Perbaikan Gizi Kesehatan (UPGK) yang pelaksanaannya melalui kelompok penimbangan balita, dengan memanfaatkan Posyandu sebagai sarana dalam kegiatan pembinaan serta pelayanan KB dan UPGK dengan kegiatan pokok KIE dan pelayanan Keluarga Berencana serta gizi keluarga. Kegiatan ini dititikberatkan pada pelayanan kesehatan anak dan peningkatan gizi balita serta ibu hamil. Kegiatan tersebut telah berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan jumlah kelompok
1Endang Sutisna Sulaeman, “Revitalisasi Program Keterpaduan KB- Kesehatan (Posyandu) di Era Desentralisasi Suatu Keniscayaan, Journal of Rural Development, Vol. I, No. 2, 2010 (https://jurnal.uns.ac.id/rural-and-development/
issue/view/1960, diunduh pada 23 November 2018)”, hlm. 91.
2Telaahan Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1986-1987, hlm. 31.
penimbangan pada bulan Januari 1994 telah mencapai sekitar 4.062 kelompok atau sekitar 1-2 kelompok per-RW.3
b. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk melestarikan dan meningkatkan pasrtisipasi kelompok akseptor dalam pembangunan ekonomi dengan memberikan modal kepada oleh akseptor oleh BKKBN. Kegiatan ini mulai dilaksanakan di DKI Jakarta pada tahun 1981/1982 dan pelaksanaannya melibatkan Tim Penggerak PKK DKI Jakarta dan instansi/lembaga yang terkait secara langsung seperti koperasi, perindustrian, dan perikanan. Pada awal tahun dimulainya kegiatan ini terdapat 12 kelompok UPPKA yang berlokasi di sembilan kelurahan dan lima kecamatan dan sampai pada bulan Maret 1987 telah berkembang menjadi 89 kelompok yang berada di 54 kelurahan, 26 kecamatan.
Untuk mengarahkan agar program UPPKA ini sampai pada tujuan dan sasarannya telah dilakukan kegiatan bimbingan, baik bimbingan langsung di lapangan dalam bentuk konsultasi.4
Pada perkembangannya sampai tahun 1988 kegiatan ini telah dilaksanakan di lima wilayah kota dan pelaksanaannya sudah menjangkau hampir seluruh kecamatan yang ada di DKI Jakarta. Sebagian besar bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok UPPKA adalah kegiatan usaha bersama yang bersifat Pra-Koperasi. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan ini dapat berkembang menjadi kegiatan koperasi. Pada kelompok akseptor tersebut diselenggarakan kegiatan ekonomi secara kecil yang produktif dalam bidang usaha, seperti salon kecantikan, warung kecil, simpan pinjam, kerajinan tangan, konveksi, budidaya rumput laut, dan lain-lain. Sampai pada bulan Agustus 1988 kelompok UPPKA di
3Laporan Evaluasi Gerakan Keluarga Berencana Nasional di Propinsi DKI Jakarta Pelita ke Lima (1989/90-1993/94) (Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional DKI Jakarta, 1994), hlm. 54.
4Telaahan Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1986-1987, hlm. 32.
83
DKI Jakarta berjumlah 71 kelompok yang beranggotakan 1.739 orang dengan usaha berbentuk perseorangan sebanyak 311 dan kolektif sebanyak 64.5
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan pengembangan usaha kelompok UPPKA, maka sebagai realisasi kerja sama Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN dengan BNI 1946 (PERSERO), di DKI Jakarta pada Pelita V telah menyalurkan pinjaman dana dalam bentuk kredit masing-masing sebesar 1-5 juta rupiah kepada delapan kelompok UPPKA yang tersebar di lima wilayah kota. Selain itu, untuk meningkatkan mutu pengelolaan UPPKA telah dilakukan pembinaan berupa pelatihan penyegaran bagi kelompok UPPKA baru yang dilaksanakan di lima wilayah kota.6 Bila dilihat pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa jumlah kelompok UPKKA di DKI Jakarta mengalami perkembangan, yang setiap tahunnya mengalami kenaikan.
Tabel 4.1 Jumlah Kelompok UPPKA di DKI Jakarta Tahun 1989-1994
Wilayah 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94*
Jakarta Pusat 19 21 26 33 40
Jakarta Utara 16 18 33 41 49
Jakarta Barat 19 27 43 49 61
Jakarta Selatan 17 37 27 34 40
Jakarta Timur 18 24 33 38 45
DKI Jakarta 89 127 162 195 235
Sumber: BKKBN DKI Jakarta.
*) Sampai bulan Januari 1994 c. KB-BKB
Bina Keluarga Balita (BKB) pada tahun 1986/1987 telah dikembangkan di DKI Jakarta, yang merupakan perpaduan antara proyek BKB prakarsa Menteri Negara Urusan Peranan Wanita yang pelaksanaannya telah dimodifikasi sebagai kegiatan yang saling mengisi dan melengkapi, sehingga lokasi program BKB yang dikelola oleh BKKBN ini sama dengan proyek BKB yang dikelola oleh PKK. Pada tahun tersebut BKB telah dilaksanakan di 16 kelurahan pada lima kecamatan di lima
5Penelaahan Program Keluarga Berencana Nasional Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun: 1988-1989 (April 1988-September 1988), hlm. 7.
6Laporan Evaluasi Gerakan Keluarga Berencana Nasional di Propinsi DKI Jakarta Pelita ke Lima (1989/90-1993/94), hlm. 54.
wilayah kota dan telah dilaksanakan pula latihan Kader BKB sebanyak lima angkatan dengan jumlah peserta 195 orang yang terdiri dari unsur Tim Penggerak PKK, unsur BKKBN, dan unsur Kesehatan.
Perkembangan program BKB ini pun menjadikan Proyek BKB yang sebelumnya berada di bawah pengelola Tim Penggerak PKK DKI Jakarta yang berjumlah sekitar 100 buah dikembangkan menjadi Posyandu pada tahun 1986/1987. Selain itu, untuk lebih memantapkan operasional program BKB di lapangan dilakukan kerja sama dengan Tim Penggerak PKK DKI Jakarta dan Kantor Wilayah Kesehatan dalam kegiatan monitoring dan bimbingan langsung ke lapangan.7 Pada tahun 1988/1989 wilayah pelaksanaan dari program ini telah mengalami perkembangan menjadi 27 lokasi kegiatan di 25 kelurahan pada sembilan kecamatan di lima wilayah kota DKI Jakarta. Perkembangan jumlah kelompok BKB di DKI Jakarta baru mulai terlihat kembali pada tahun 1990/1991 dengan jumlah 75 dan pada tahun-tahun selanjutnya jumlahnya terus mengalami kenaikan, hingga tahun 2000 berjumlah 4.617.8
d. KB-Perusahaan
Pada tahun 1986/1987 di DKI Jakarta telah diupayakan pengembangan pelayanan Keluarga Berencana di perusahaan. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana di perusahaan, sehingga para pekerja juga dapat mencapai kesejahteraan dengan melaksanakan program ini. Proses kegiatan dimulai dengan pendataan kembali PUS/Peserta Keluarga Berencana di setiap perusahaan dan dilakukan pembentukan Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKB) Perusahaan. Pada tahun tersebut juga dibentuk Kelompok Kerja KB Perusahaan yang akan menangani dan menggarap secara khusus kegiatan-kegiatan pelayanan di perusahaan. Selain pertemuan rutin
7Telaahan Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1986-1987, hlm. 32-33.
8Kumpulan Data Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Keluarga Sejahtera (Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2001), hlm.
4. Kenaikan yang terjadi ini tidak terlepas dari perkembangan program Keluarga Berencana dan BKB pada tahun 1990-an sebagai kegiatan pembangunan keluarga sejahtera.
85
PPKB Perusahaan, dilakukan juga pelayanan medis, pelayanan gizi KIA, penanggulangan diare, dan lain-lain yang pelaksanaannya dalam hal ini melibatkan Unit Pelaksana Keluarga Berencana (UPKB) Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja.9
2. Lembaga Kemasyarakatan