• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Kajian Organologis Garantung Simalungun Buatan Bapak Rossul Damanik Di Desa Sari Matondang ecamatan Sidamanikabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Kajian Organologis Garantung Simalungun Buatan Bapak Rossul Damanik Di Desa Sari Matondang ecamatan Sidamanikabupaten Simalungun"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI

SINGKAT BAPAK ROSUL DAMANIK

Dalam Bab ini penulis akan menjelaskan secara umum gambaran wilayah penelitian serta etnografi Simalungun, penulis akan menjelaskan lokasi penelitian, Keadaan Penduduk, Sistem Bahasa, Sistem Kesenian, Sistem Kekerabatan, Marga-Marga Simalungun, Sistem Kepercayaan, dan Biografi Singkat bapak Rosul Damanik.

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang menjadi sasaran kerja penulis berada di Desa Sarimatondang I, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun yang merupakan lokasi produksi, sekaligus tempat pembuatan Garantung Simalungun, tempat ini juga merupakan tempat tinggalnya bapak Rosul Damanik.

2.2 Keadaan Penduduk

(2)

Para ahli berpendapat bahwa “Simalungun” memiliki beberapa makna, yang dibagi menjadi tiga penggalan suku kata yaitu, Si berarti “Orang”, ma sebagai kata sambung berarti “yang” dan lungun berarti “sunyi, sepi, jarang dikunjungi”. Dengan demikian, Simalungun berarti “ia yang sedih hati, sunyi atau

kesepian” ( A.D. Jansen, 2003:10).

D. Kenan Purba dan M. D Purba memberikan pengertian yang sama mengenai asal nama Simalungun. Mereka menyebutkan bahwa istilah Simalungun berasal dari kata sima dan lungun.Sima atau sima-sima artinya “peninggalan” atau “sisa”.Lungun artinya sepi atau sedih.Sehingga penggabungan dari dua kata tersebut menjadikan Simalungun yang artinya peninggalan orang-orang sepi atau sedih. Pengertian lain adalah berawal dari si dan malungun. Si artinya “yang” dan

malungun artinya “rindu”.Jadi Simalungun artinya yang dirindukan. (Setia

Dermawan Purba, 1994 : 31). Pada awalnya Desa Sarimatondang I merupakan tempat berdomisilinya masyarakat Simalungun, namun setelah beberapa dekade terakhir terjadi urbanisasi kependudukan, Desa Sarimatondang I menjadi desa yang bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai ragam suku dan etnis, antara lain : Simalungun, Toba, Jawa, melayu Mandaliling, Nias dan Tiongkok.

2.3 Sistem Bahasa

(3)

suatu etnis ditentukan berdasarkan nama etnis yang bersangkutan, misalnya etnis Batak Toba bahasa yang digunakan adalah bahasa Batak Toba,demikian juga halnya dengan etnis Simalungun bahasa yang digunakan adalah bahasa Simalungun. Bahasa Simalungun sendiri adalah bahasa rumpun austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang banyak sekali memperngaruhi bahasa-bahasa yang ada di indonesia, (Dr. P. Voorhoeve: 1937), Voorhoeve menyebutkan kedekatan bahasa Simalungun dengan bahasa Sansekerta dapat ditemui dalam beberapa penggalan kata-kata Simalungun, antara lain dengan huruf penutup suku kata mati yaitu uy dalam kata apuy dan babuy, huruf G dalam kata dolog, huruf B dalam kata abab, huruf D dalam kata bagod, huruf AH dalam kata babah dan

sabah, juga EI dalam kata simbei dan OU dalam kata sopou dan lopou.

Dalam masyarakat Simalungun terdapat beberapa jenis bahasa yang disesuaikan dengan pemakaian penggunanya yaitu:

1. Bahasa simbol

Bahasa simbol merupakan bahasa yang ditafsirkan dengan benda-benda untuk menyatakan maksud tertentu.Biasanya bahasa ini digunakan dalam permainan muda-mudi masyarakat Simalungun.

2. Bahasa Simalungun kasar

(4)

3. Bahasa yang digunakan oleh dukun

Dalam bahasa Simalungun dukun disebut datu.Bahasa ini biasanya mengandung mantra-mantra dalam setiap pengucapannya.

4. Bahasa Simalungun Ratap Tangis

Bahasa ini dikenal juga dengan guruni hata karena dipakai untuk pengucapan hal yang dianggap lebih halus.Misalnya Simahulsop artinya mulut, simakidop artinya mata, sihumoyon artinya perut,

marhehenauli artinya berangkat.

5. Bahasa Tingkatan

Bahasa tingkatan merupakan bahasa yang digunakan untuk berbicara kepada orang di masyarakat Simalungun secara umum. Bahasa tingkatan terbagi menjadi dua yaitu:

• Bahasa Simalungun yang dipakai menurut tingkatan usia dalam

pergaulan ataupun partuturan misalnya ho dan hanima biasanya digunakan oleh orang yang lebih tua sebagai panggilan untuk orang yang lebih muda. Ho sebagai penyebutan subjek tunggal dan hanima sebagai penyebutan subjek jamak.

• sBahasa yang dipakai untuk berbicara kepada raja misalnya

paramba yang berarti hamba.

2.4 Sistem Kesenian

(5)

merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan dalam kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif. Masyarakat Simalungun memiliki keanekaragaman seni. Kesenian yang ada di Simalungun dapat dibedakan atas tiga bagian besar, yaitu: seni musik (gual), seni tari (tor-tor), dan seni suara (doding), (Taralamsyah Saragih 1974).

2.4.1 Seni Musik (Gual)

Pada masyarakat Simalungun, seni musik digunakan untuk upacara-upacara hiburan dan upacara-upacara-upacara-upacara adat lainnya. Upacara tersebut terbagi atas upacara dukacita (pusok ni uhur) dan sukacita (malas ni uhur). Alat-alat musik pada masyarakat Simalungun dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu alat musik yang dimainkan secara ensambel dan alat musik yang dimainkan secara tunggal (Solo Instrument). Alat musik yang dimainkan secara ensambel adalah Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Sipitu-pitu atau dapat dikelompokkan delam bagian besar Gonrang Bolon, sedangkat alat musik yang dimainkan secara tunggal

(Solo Instrument) adalah Garantung, Jatjaulu/ Tengtung, Hodong-hodong,

Ole-ole, Saligung, Sordam, husapi, Tulilla dsb.

Di dalam upacara-upacara ritual Simalungun, penggunaan Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Sipitu-pitu sangat penting diantaranya:

1. Manombah yaitu suatu upacara untuk mendekatkan diri kepada sembahan

2. Maranggir yaitu upacara untuk membersihkan badan dari

(6)

3. Ondus Hosah yaitu upacara ritual khusus yang dilakukan suatu desa atau

keluarga agar terhindar dari mara bahaya.

4. Rondang Bittang yaitu acara tahunan yang diadakan suatu desa karena

mendapatkan panen yang baik. Muda-mudi menggunakan kesempatan tersebut untuk mencari jodoh.

Dalam upacara adat, kedua ensambel tersebut digunakan dalam acara:

1. Mamongkot Rumah Bayu yaitu acara memasuki rumah baru agar

mendapatkan rejeki dan jauh dari marabahaya.

2. Patuekkon yaitu acara untuk membuat nama seseorang yang biasanya

dibawa ke air untuk dimandikan.

3. Bagah-bagah ni Sahalak yaitu upacara acara yang dilaksanakan

seseorang karena ada sesuatu niat untuk membuat pesta. 4. Marhajabuan yaitu acara pemeberkatan pernikahan.

5. Mangiligi yaitu acara yang diadakan untuk menghormati seseorang

yang meninggal dunia, yang sudah tua, yang sudah memiliki cucu. Dalam upacara sukacita ensambel Gonrang digunakan dalam acara:

1. Mangalo-alo tamu yaitu upacara untuk menyambut tamu dari luar

daerah.

2. Marilah yaitu acara muda-mudi yang menyanyi bersama.

3. Pesta Malas ni Uhur yaitu acara kegembiraan yang diadakan suatu

keluarga yang menari bersama-sama.

(7)

2.4.2 Seni Suara/vokal (Doding)

Nyanyian dalam masyarakat Simalungun disebut juga dengan doding sedangkan teknik bernyanyi dalam bahasa Simalungun disebut inggou. Berikut adalah beberapa contoh nyanyian Simalungun:

1. Mangmang adalah nyanyian berupa mantera. Mangmang ini dinyanyikan

oleh seorang dukun atau dalam masyarakat Simalungun disebut datu sebagai mediasi dalam menyembuhkan suatu penyakit. Mangmang ini juga dapat digunakan untuk menobatkan seorang raja pada zaman dahulu. 2. Urdo-urdo adalah suatu bentuk nyanyian yang biasanya dinyanyikan oleh

seorang ibu kepada anaknya atau juga dapat dinyanyikan oleh seorang anak perempuan kepada adiknya. Urdo-urdo dinyanyikan untuk menidurkan anak.

3. Tihtah adalah suatu bentuk nyanyian gembira. Nyanyian ini sering sekali

dinyanyikan pada saat anak-anak bermain.

4. Taur-taur adalah nyanyian yang digunakan oleh sepasang muda-mudi

secara saut-sautan, biasanya nyanyian ini digunakan untuk mengungkapakan satu sama lainnya.

5. Doding-doding adalah bentuk nyanyian pujian ataupun sindiran biasanya

dinyanyikan oleh sekelompok pemuda –pemudi atau orangtua.

6. Tangis-tangis adalah suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang

(8)

2.4.3 Seni Tari (Tor-tor)

Pada masyarakat Simalungun, seni tari disebut sebagai

Tor-tor.Keberadaan Tor-tor sendiri dalam kebudayaan Simalungun memiliki peranan

penting terutama dalam aspek upacara-upacaranya. Namun, pada saat ini banyak jenis Tor-tor yang hilang, hal ini dikarenakan tidak ada masyarakat yang meneruskannya, sehingga keberadaannya tidak diketahui lagi. Melakukan gerakan Tor-tor dalam Simalungun disebut dengan Manortor (menari).Manortor (menari) pada umumnya mempertontonkan atau mempertunjukkan gerakan tubuh dan anggota tubuh sebagai hiburan dalam koridor seni tari yang dibatasi oleh etika dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.Tor-tor Simalungun biasanya tidak hanya sebatas hiburan semata tetapi terdapat nilai plus bersifat sakral yang merupakan realisasi dari salah satu elemen budaya Simalungun yang mengandung nilai-nilai luhur sosial universal dan dogma-dogma religi. Adapun jenis Tor-tor yang sering digunakan antara lain:

1. Tor-tor Turahan adalah Tor-tor yang dilakukan untuk bergotong

royong menarik kayu untuk membangun sebuah istana kerajaan atau rumah besar. Biasanya kinerja gotong-royong diawasi oleh seorang mandor yang sekaligus bertugas untuk penyemangat para pekerja.

2. Tor-tor Toping-toping adalah Tor-tor yang digunakan untuk

menghibur keluarga atau kerabat orang yang sudah meninggal dalam kondisi Saurmatua3

3

Tingkatan kematian yang dianggap tinggi karena telah menyelesaikan tugas-tugasnya (dalam konteks adat) selama yang bersangkutan hidup.

. Tarian ini merupakan bentuk tarian yang mirip

(9)

raja yang mengalami duka karena anggota keluarganya yang meninggal.

3. Tor-torSombah adalah tarian yang digunakan untuk menyambut

kehadiran Tondong4

4. Tor-tor Porang yaitu tarian adu ketangkasan seni beladiri dengan

tangan kosong.

. Tarian ini juga sering digunakan untuk

menyambut para tamu kehormatan yang datang berkunjung untuk menghadiri acara ataupun upacara.

5. Tor-tor Dihar Manglao-alo yaitu tarian yang digunakan untuk

penyambutan dan pengawalan tamu-tamu kerajaan atau tamu pemerintahan. Tarian ini biasanya ditarikan oleh dua orang atau empat orang pria dengan menggunakan sebilah pedang di setiap penari. 6. Tor-tor Haro-haro tarian ini disebut sebagai Haroan Bolon yang

merupakan Tor-tor hiburan dalam konteks kreasi.

2.4.4 Seni Ukir atau Seni Gorga

Seni Gorga adalah seni ukir yang sering digunakan sebagai simbol-simbol kekerabatan ataupun sebagai bukti sejarah perkembangan kebudayaan Simalungun biasanya Gorga terdapat pada dinding-dinding dan tiang rumah adat Simalungun. Ada beberapa jenis Gorga pada masyarakat Simalungun diantaranya:

4

(10)

1.

Gambar 1 : Gorga Pinar Suleppat 2.

Gambar 2 :Gorga Pinar Sirangrang

3.

(11)

4.

Gambar 4 :Gorga Pinar Rumbak-Rumbak Sihala

5.

Gambar 5 : Gorga Pinar Porkis Manakkih Bakkar

6.

(12)

7.

Gambar 7 :Gorga Pinar Mombang

8.

Gambar 8 :Gorga Pinar Jembut Uwou

9.

(13)

10.

Gambar 10 :Gorga Pinar Hail Putor

11.

Gambar 11 :Gorga Pinar Gundur Manggulapa

12.

(14)

13.

Gambar 13 :Gorga Pinar Bulungni Andudur

14.

Gambar 14 :Gorga Pinar Asi-Asi

15.

(15)

16.

Gambar 16 : Gorga Pinar Andoni Tabu

(16)

Masyarakat Simalungun menggunakan Ulos dalam beberapa upacara adat misalnya dalam upacara pernikahan, upacara kematian dan dalam kegiatan adat istiadat lainya. Bentuk kesenian lainnya adalah Seni Arsitektur yaitu seni untuk membangun rumah dengan arsitektur tradisional. Aspek seni ini berperan sebagai tolak ukur ketepatan bangunan rumah adat Simalungun. Biasanya yang menjadi pertimbagan dalam Seni Arsitektur adalah posisi rumah, jumlah tangga rumah, besar kecilnya rumah, hingga aturan ruangan dalam rumah.

Banyak dari aspek kesenian tersebut ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman.Walaupun demikian beberapa masyarakat Simalungun yang memilih hidup di perkampungan lebih mempertahankan aspek kesenian tersebut.Hal ini dikarenakan aspek kesenian tersebut menjadi sebuah mata pencaharian pokok dalam kehidupan masyarakat di perkampungan tersebut.

2.5 Sistem Kekerabatan

Menurut M.D. Purba dalam bukunya yang berjudul Adat Perkawinan Simalungun (1985), ada dua cara yang umum yang dipakai untuk menarik garis keturunan, yaitu :

(17)

keturunan dari pihak laki-laki atau ayah saja, maka keturunan tersebut disebut masyarakat patrilineal. Dan jika menarik dari garis keturunan perempuan (ibu) maka disebut matrilineal.

2. Menarik garis keturunan dari kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu, masyarakat demikian disebut masyarakat bilateral atau masyarakat parental.

Berdasarkan teori di atas, masyarakat Simalungun dalam garis keturunannya menganut sistem patrilineal, dimana ayah sebagai penentu garis keturunan dalam suatu keluarga, sehingga anak laki-laki dalam suatu keluarga adat Simalungun dianggap lebih memiliki posisi penting. Beberapa pembuktian mengenai garis keturunan Simalungun adalah sistem marga, setiap kelahiran seorang anak dalam adat Simalungun akan mengikuti marga ayahnya. Hal lain yang mendukung gagasan di atas adalah kedudukan laki-laki sebagai kepala rumah tangga sekaligus sebagai pewarta harta warisan.

Hubungan kekerabatan masyarakat Simalungun dilandasi oleh tata marga yang masing-masing mempunyai hubungan tertentu. Perkawinan dalam masyarakat Simalungun hanya dapat dilakukan dengan marga yang berbeda, perkawinan antar marga yang satu dengan yang lainnya akan menghasilkan penggolongan marga yang membuat marga lainnya memiliki status kedudukan tertentu.

Dalam kehidupan masyarakat Simalungun sering dikenal sebutan

Partuturan yaitu istilah yang digunakan untuk penggolongan setiap marga, jauh

(18)

setiap masyarakat Simalungun ditentukan oleh Partuturan. Partuturan dibagi ke dalam beberapa bagian:

1. Tutur Manorus / Langsung

Kekerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri. Misalnya:

Sima-sima artinya anak dari Nono/Nini. Botou artinya saudara perempuan

baik lebih tua atau lebih muda.Mangkela (baca: Makkela) artinya suami dari saudara perempuan dari ayah.

2. Tutur Holmouan / Kelompok

Proses berjalannya adat istiadat dalam kehidupan masyarakat Simalungun dapat dilihat melalui tutur Holmouan. Misalnya: Panogolan artinya kemenakan, anak laki/perempuan dari saudara perempuan.

Tondong Bolon artinya pambuatan (orang tua atau saudara laki dari

istri/suami).Bapa Tongah artinya saudara lelaki ayah yang lahir dipertengahan (bukan paling muda, bukan paling tua).

3. Tutur Natipak / Kehormatan

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Simalungun Tutur Natipak/Kehormatan biasanya digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat. Misalnya: Kaha digunakan pada istri dari saudara laki-laki yang lebih tua. Ambia Panggilan seorang laki-laki terhadap laki-laki lain yang seumuran atau bawahan. Ikatan kekerabatan diklasifikasikan dalam suatu sistem yang dalam bahasa Simalungun dikenal Tolu Sahundulan, yaitu :

(19)

2. Anak Boru/Boru (Penerima Istri)

3. Sanina/Sapanganonkon (Sanak saudara, individu semarga atau pembawa garis keturunan).

Dalam masyarakat Simalungun pengakuan atas seorang pria dewasa dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam kegiatan adat istiadat, menurut aturan adat yang berlaku, pria yang sudah menikah dan memiliki anak adalah syarat seseorang agar dapat ikut serta dalam kegiatan adat-istiadat.

i. Marga-marga Simalungun

Dalam penggolongan marga pada masyarakat Simalungun terdapat empat bagian besar marga dengan akronim SISADAPURyaitu:

1. Damanik 2. Saragih 3. Purba 4. Sinaga

Keempat marga besar itu didapatkan dari Permusyawaratan Besar atau disebut dengan “Harungguan Bolon” yang dilakukan oleh empat raja besar Simalungun yang berjanji untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan, Marsiurupan bani hasunsuhan na legan, rup mangimbang munsuh. Raja-raja tersebut aalah:

(20)

Adapun penjelasan mengenai keempat raja di atas adalah sebagai berikut : 1. Raja Nagur bermarga Damanik

Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).Raja ini berasal dari kaum bangsawan Hindia Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya: Marah Silau yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Siantar dan Tuan Raja Damanik Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola) Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok). Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih

Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.

(21)

 Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan

kembali ke Raya. Saragih Garingging kemudian pecah menjadi dua, yaitu: Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei, Dajawak merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.

 Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan

Bona ni Gonrang.

Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada dua keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi) yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk.

Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir.Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba Simalungun.

3. Raja Banua Purba bermarga Purba

(22)

4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga

Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor. Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan. Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga.

Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu umpah (Sibijaon). (Tideman, 1922).

2.6 Sistem Kepercayaan.

Dalam kepercayaan Masyarakat Simalungun yang diperoleh melalui catatan (analisis) Tiongkok sewaktu Dinasty SWI (570-620), Kerajaan Nagur sebagai Simalungun Tua, banyak disebut-sebut dalam hasil penelitian Sutan Martua Raja Siregar yang dimuat dalam Buku Sejarah Batak oleh Batara Sangti Simanjuntak, yang mana terdapat pernyataan bahwa pada abad ke V Kerajaan “Nagur” sebagai satu “Simalungun Batak First Kingdom” yang telah mempunyai hubungan bilateral dagang dengan bangsa-bangsa lain terutama dengan Tiongkok (China).

(23)

supajuh begu-begu/sipele begu, dimana pemimpin kepercayaannya disebut Datu.

Dalam kepercayaan supajuh begu-begu/sipele begu mereka mempercayai adanya tiga Dewa, yaitu :

1. Naibata na i babou/i nagori atas (di Benua Atas) 2. Naibata na i tongah/i nagori tongah (di Benua Tengah) 3. Naibata na i toruh/i nagori toruh (di Benua Bawah)

Dalam Kerajaan Nagur terdapat istilah “Parhutahon” yaitu pemanggilan arwah nenek moyang melalui upacara ritual, dimana dalam upacara tersebut dipercayai hadirnya roh melalui “Paninggiran” (kesurupan) oleh salah seorang keturunannya atau seseorang yang mempunyai kemampuan sebagai perantara “paniaran”.

Dalam penelitian G. L Tichelman dan P. Voorhoeve yang dimuat dalam bukunya “Steenplastiek Simaloengoen” terbitan Kohler&Co Medan tahun 1936 bahwa di Simalungun (kerajaan Nagur) terdapat 156 Panghulubalang (Berhala).

Panghulubalang adalah patung batu yang pada mulanya adalah panglima perang

yang kalah di medan pertempuran musuh yang kemudian kepala panglima tersebut dijadikan sebagai sesajen untuk para dewa dan selanjutnya roh panglima perang tersebut terikat pada patung dan setia kepada musuh. Panghulubalang ini akan ditempatkan pada tempat yang dikeramatkan (Sinumbah).

Dalam sebuah upacara ritual peserta yang mengikuti jalannya upacara adalah para

Datu.Setiap Datu memiliki tongkat sihir atau disebut juga “Tungkot Tunggal

Panaluan”.Pimpinan tertingginya dari Datu-datu disebut “GURU BOLON”.Acara

(24)

2.7 Biografi Singkat Bapak Rosul Damanik

Dalam bagian ini penulis akan memaparkan perjalanan hidup sekaligus riwayat Bapak Rosul Damanik, terutama peranan Bapak Rosul Damanik sebagai seniman dan pembuat alat musik tradisional Simalungun di Sumatera Utara khususnya di kabupaten Simalungun. Biografi ini akan membahas hal-hal umum yang berkaitan dengan kehidupan Bapak Rosul Damanik. Data biografi diperoleh melalui wawancara langsung dengan Bapak Rosul Damanik serta para musisi tradisional Simalungun yang memiliki kedekatan emosional dengan Bapak Rosul Damanik. Hal ini dilakukan untuk melengkapi keabsahan biografi beliau.

Bapak Rosul Damanik lahir pada 10 November 1957 di desa Sari Matondang I, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Beliau adalah pemeluk agama islam anak dari Bapak (alm) D. Damanik dan Ibu (almh) O Saragih. Kedua orang tua beliau berprofesi sebagai petani. Dalam perjalanannya di dunia pendidikan, bapak Rosul Damanik menyelesaikan pendidikan akhirnya di tingkat Diploma III jurusan SPG Pematang Raya pada tahun 1977. Beliau pertama kali menekuni kesenian Simalungun khususnya di bidang musik pada tahun 1994 yang kemudian berkembang hingga saat ini. Penampilan dalam acara Marsombu

SiholSimalungun (Istora Senayan Jakarta, 1994) merupakan penampilan

(25)

ditugaskan di tenaga pengajar bidang seni budaya. Beliau juga memiliki grup musik Simalungun yang bernama Riahmadear, grup ini bermain disegala jenis kegiatan Simalungun, mulai dari upacara-upacara, hiburan, sampai peresmian. Selain grup musik beliau juga memiliki bengkel musik sendiri, tempat ini dijadikan sebagai tempat perbaikan sekaligus tempat pembuatan alat-alat musik Simalungun. Banyak produk alat musik Simalungun yang telah dibuat oleh bapak Rosul Damanik, mulai dari ensambel Gondrang Sidua sampai Gondrang

Sipitu.bahkan alat musik solo instrumen juga menjadi sasaran beliau.

Gambar

Gambar 1 :  Gorga Pinar Suleppat
Gambar 6 :Gorga Pinar Pahu-Pahu Patundal
Gambar 7 :Gorga Pinar Mombang
Gambar 10 :Gorga Pinar Hail Putor
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tengtung adalah alat musik tradisional Simalungun jenis idiokord.Bahannya dibuat dari bambu besar, yang memiliki dua atau tiga senar.Senarnya itu diambil dari badan bambu

Tengtung adalah alat musik tradisional Simalungun jenis idiokord.Bahannya dibuat dari bambu besar, yang memiliki dua atau tiga senar.Senarnya itu diambil dari badan bambu

Purba, dermawan, 2004.”Musik Tradisional Simalungun,” dalam Ben Pasaribu (ed), Pluralitas Musik Etnik.. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian

Segala puji, hormat, serta syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-NYA yang tidak pernah henti, yang memberikan pertolongan kepada penulis untuk dapat

Badu Purba Siboro telah banyak mendapatkan penghargaan dari Pemerintah khususnya untuk daerah Simalungun, diantaranya adalah piagam penghargaan dari Program Revitalisasi musik

mitologi tentang lahirnya suku Batak, juga dikarenakan bila dikaji lebih dalam, khususnya pada awal terjadinya marga dalam masyarakat Simalungun, merupakan.. suatu hal yang

Menurut Bapak Sahat Dam anik dalam proses melubangi kedua sisi gonrang sipitu-pitu yaitu dengan membersihkan badan gonrang dengan menggunakan pisau, setelah itu dilanjutkan

Museum Patung Batu di Desa Batubulan, Bali, merupakan suatu fasilitas yang ingin mengangkat kebudayaan lokal Desa Batubulan dalam bidang seni pahat patung batu,