• Tidak ada hasil yang ditemukan

30 PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERSETTING PROBLEM POSSING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI KELAS X IPA SMA NEGERI 8 PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "30 PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERSETTING PROBLEM POSSING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI KELAS X IPA SMA NEGERI 8 PONTIANAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

30

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERSETTING PROBLEM POSSING TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI KELAS X IPA SMA NEGERI 8 PONTIANAK

Fitriani*, Tuti Kurniati dan Raudhatul Fadhilah Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak

Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat *

E-mail: Fitrianikimia@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan dan pengaruh hasil belajar siswa pada materi stoikiometri yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) bersetting problem possing dan metode ceramah, serta bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT bersetting problem possing di kelas X SMA Negeri 8 Pontianak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi- Experimental Design dengan rancangan Nonequivalent Control Group. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling purposive dengan kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (78,06) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol (67,30). Penilaian afektif siswa kelas kontrol lebih kecil dibandingkan kelas eksperimen dengan kriteria penilaian A (Baik Sekali) pada pertemuan pertama dan kedua. Untuk penilaian afektif kriteria B (Baik) kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua, sehingga didapatkan rata-rata penilaian afektif 78,26%. Hasil analisis statistik uji U-man witney (α= 0,05) diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,00, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol. Perhitungan menggunakan effect size menunjukkan nilai ES=0,57 dikategorikan sedang. Dengan demikian model kooperatif tipe NHT bersetting problem possing berpengaruh 21,57% terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Numbered Heads Together (NHT), Problem Possing

ABSTRACT

This study aimed at finding out the difference, the influence, and the implementation of students’ learning outcomes on Stoichiometry taught by using problem posing and lecturing method of Numbered Heads Together (NHT) cooperative model in class X, SMA 8 Pontianak. Using quasi experimental and Nonequivalent Control Group designs, this study employed students of class X MIA 1 as the experimental group and class X MIA 4 as the control group. The study revealed that the average score of experimental class was higher (78,06) than the control class (67,30). The affective assessment of the control class gained lower score than the experimental class with the Excellent criteria at the first and the second meeting. Whereas, the affective assessment for Good criteria was dominated by the control class with the average score of 78,26%. The results of U-man witney test (α=0,05) showed that significance score of 0,000 which means that there was significant difference of control and experiment classes. The effect size calculations indicated ES=0.57 which categorized into average. Therefore, problem posing and lecturing method of Numbered Heads Together (NHT) cooperative model contributed positive influence to the students’ learning outcomes (21,57).

(2)

31 PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional yang memiliki prinsip bahwa pembelajaran harus berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa serta lingkungannya (Nuraeni, 2014:1). Berdasarkan kurikulum

2013, yang menonjolkan pendekatan

saintifik, proses pembelajaran lebih menekankan pada peserta didik. Namun kenyataannya, kimia sering diajarkan dengan pendekatan yang masih berpusat pada guru dan kurang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan hasil

observasi pada tanggal 18 Januari dan 28 Januari 2015 di kelas X MIA 3 dan Lintas Minat Kimia SMA Negeri 8 yang

memperlihatkan bahwa guru masih

menggunakan pendekatan yang bepusat pada guru artinya pendekatan yang

digunakan guru kurang melibatkan

pendekatan pada peserta didik. Metode yang digunakan yaitu metode ceramah

pada saat proses pembelajaran dan

terkadang menggunakan alat peraga untuk mendukung penjelasannya. Metode ini memiliki kelemahan yaitu, membuat siswa bosan, mengantuk, dan pada akhirnya kegagalan bagi sebagian siswa (Supardi, dkk 2010: 574).

Pada saat guru menjelaskan

beberapa siswa berbicara dengan temannya dan hanya sebagian siswa mendengarkan

penjelasan guru. Untuk melihat

pemahaman siswa guru memberikan

latihan soal di papan tulis dan meminta siswa untuk maju kedepan mengerjakan soal tersebut. Siswa yang mau maju

kedepan selalu siswa yang sama sehingga keaktifan terlihat hanya dari beberapa siswa. Hal ini yang belum menjamin setiap siswa paham pada materi yang dijelaskan.

Tingginya tingkat kegagalan hasil belajar siswa merupakan fenomena bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam mempelajari kimia. Tingginya tingkat kesulitan siswa dalam belajar kimia karena karakteristik ilmu kimia yang antara lain sebagian besar konsepnya bersifat abstrak dan berurutan, serta berhubungan dengan perhitungan (Winarti, 2001:109).

Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMA adalah materi stoikiometri. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan harian semester genap materi stoikiometri masih rendah di kelas X IPA tahun pelajaran 2013/2014 dengan rata-rata

persentase ketuntasan siswa sebesar

41,04% dan masih banyak siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) yaitu 75. Persentase

ketidaktuntasan siswa pada materi

stoikiometri berjumlah 58,96%. Tingginya ketidaktuntasan materi stoikiometri karena karakteristik materi stoikiometri yang berisi konsep-konsep, hukum-hukum, dan rumus-rumus perhitungan dasar kimia yang sangat rumit sehingga siswa sulit untuk mengingat materi tersebut.

Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara terhadap guru pada tanggal 12 Maret 2015 yang menyatakan bahwa hasil

belajar materi stoikiometri rendah

(3)

32 yang sulit terutama dalam penyelesaian soal. Hal ini juga dibuktikan dari hasil wawancara 3 siswa pada tanggal 26 Februari 2015 diperoleh informasi bahwa materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi yang memuat banyak hapalan rumus dan perhitungan. Siswa tidak bisa mengerjakan soal karena siswa tidak memahami konsep yang dijelaskan guru sehingga tidak dapat mengerjakan soal latihan.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena sulitnya siswa dalam mengaplikasikan rumus terhadap soal yang diberikan dan kurangnya latihan yang diberikan guru dalam mempelajari materi

perhitungan. Sebenarnya materi

Stoikiometri berhasil dikuasai jika

menggunakan model pembelajaran yang banyak memberikan latihan soal agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak mudah lupa rumus-rumus pada materi Stokiometri.

Mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di lapangan, maka solusi yang dapat dilakukan menggunakan model pembelajaran yang tepat, salah satunya model kooperatif tipe NHT. Pemilihan model kooperatif tipe NHT karena pada saat guru meminta siswa maju kedepan kelas untuk mengerjakan soal, siswa yang sering maju adalah siswa yang sama setiap guru memberikan soal, sehingga siswa yang paham pada materi saat pembelajaran berlangsung hanya siswa yang sering maju ke depan. Oleh karena itu, agar semua siswa paham pada materi yang diajarkan dipilih model NHT. Model NHT ini memiliki kelebihan diantaranya siswa belajar secara berkelompok, kemudian

saling membagikan ide-ide, dan siswa yang pandai mengajarkan siswa yang kurang pandai (Hamdani, 2011: 90). Dengan

adanya kerjasama dalam kelompok

diharapkan agar seluruh siswa paham pada materi yang diajarkan.

Model kooperatif tipe NHT

disetting dengan model problem possing.

Model problem possing merupakan

perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana

dan dapat dipahami dalam rangka

memecahkan soal yang rumit (Suyatno,

2009:62). Pemilihan Problem Possing ini

agar siswa lebih banyak mengerjakan latihan soal sehingga dapat memperkaya

konsep-konsep dasar melalui belajar

mandiri (Handayani, 2008: 3).

Penelitian yang menggunakan

model kooperatif tipe NHT untuk

meningkatkan hasil belajar siswa telah

banyak dilakukan. Wijayati (2008),

melaporkan bahwa model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 6,9 pada materi hidrokarbon. Begitu juga dengan penelitian

yang menggunakan model problem possing

telah banyak dilakukan Rasmawan (2010),

melaporkan problem possing dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep akhir mahasiswa sebesar 91% pada materi asam basa. Sudiana (2006), dalam

penelitiannya juga memperoleh hasil

bahwa problem possing dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus I, II, dan III secara berturut -turut sebesar 73,2 (baik), 73,8 (baik), dan 83,0 (baik) pada pembelajaran Kimia Dasar 1. Penggunaan model kooperatif tipe NHT

(4)

33 sebagai alternatif untuk meningkatkan prestasi akademik khususnya hasil belajar siswa pada materi stoikiometri di SMA Negeri 8 Pontianak.

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diberikan dua perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Bentuk Penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis

eksperimen semu (Quasi- Experimental

Design). Peneliti mencoba mengungkapkan

akibat perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah untuk kelas kontrol dengan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT bersetting problem possing untuk

kelas eksperimen. Rancangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design.

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian terdiri atas variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.

1. Variabel Bebas ( X)

a. Pembelajaran dengan model kooperatif

tipe NHT bersetting problem possing

pada materi stoikiometri kelas X SMA Negeri 8 Pontianak.

b. Pembelajaran dengan metode ceramah

pada materi stoikiometri kelas X SMA Negeri 8 Pontianak.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi stoikiometri kelas X SMA Negeri 8 Pontianak.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas X MIA SMA Negeri 8 Pontianak. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 7 sampai 29 Agustus 2015. Jumlah Pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan waktu 2 × (3JP × 45 menit). Adapun materi yang diajarkan:

a. Pertemuan Pertama: Konsep mol,

massa molar, dan volume molar gas.

b. Pertemuan Kedua: Persentase unsur

dalam senyawa dan rumus empiris dan rumus molekul.

D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 8 Pontianak tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, X MIA 4 yang berjumlah 136 siswa.

Berdasarkan hasil dari uji Bartlett yang

dilakukan pada nilai Ujian Tengah

Semester (UTS) kimia materi peranan ilmu kimia, struktur atom, dan konfigurasi elektron di kelas X SMA Negeri 8 Pontianak menunjukkan 4 kelas tersebut tidak homogen. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah sampling purposive dengan kelas

(5)

34 E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap awal

Observasi di kelas X MIA 3 dan Lintas

Minat Kimia, selanjutnya

mewawancarai guru kimia dan 3 siswa kelas X MIA 3.

2. Tahap persiapan

Membuat perangkat pembelajaran

berupa RPP model kooperatif tipe NHT

bersetting problem possing dan RPP

dengan metode ceramah. Menyiapkan instrument penelitian yaitu membuat

kisi-kisi soal, membuat soal pretest,

dan membuat soal posttest, serta

membuat pedoman penskoran.

Memvalidasi RPP menggunakan

validitas ceklis dan Instrumen

penelitian dapat dihitung dengan menggunakan validitas CVR. Merevisi perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian berdasarkan validasi.

Selanjutnya melakukan uji coba soal tes hasil belajar ke siswa kelas X1 MIA 2 SMA Negeri 8 Pontianak yang telah

mendapat materi Stoikiometri.

Menentukan reliabilitas tes hasil belajar berdasarkan data hasil uji coba kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Pelaksanaan

Memberikan pretest di kelas

eksperimen (X MIA 1) maupun di kelas kontrol (X MIA 4). Melaksanakan perlakuan pengajaran dengan model

kooperatif tipe NHT bersetting problem

possing pada kelas eksperimen (X MIA 1) dan Pengajaran dengan metode ceramah pada kelas kontrol (X MIA 4

). Mengadakan posttest materi

stoikiometri pada kelas eksperimen (X MIA 1) dan kelas (X MIA 4) kontrol.

4. Tahap akhir

Menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan uji coba

statistik yang sesuai. Selanjutnya

membahas dan membuat kesimpulan

sebagai jawaban dari masalah

penelitian. Proses akhirnya menyusun laporan penelitian.

F. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik yang digunakan untuk menggumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi langsung dengan alat panduan wawancara, teknik observasi langsung dengan alat lembar observasi, serta teknik pengukuran dengan alat instrumen tes.

G. Teknik Analisis Data

Berdasarkan atas instrumen

penelitian yang digunakan, maka teknik analisis data tes tertulis yang dapat dilakukan engan langkah-langkah:

a. Mengolah data pretest dan posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk menganalisis kemampuan awal siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memberikan skor pada hasil pretest

dan posttest sesuai dengan pendoman penskoran yang telah ditentukan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Menguji normalitas dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak

SPSS 17,0 for windows. Uji normalitas

(6)

35 populasi data terdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji

one sample kolmogorov-smirnov

dengan taraf signifikasi 0,05. Data dikatakan terdistribusi normal jika signifikasi lebih besar dari 5%.

a) Menentukan hipotesis

H0 : Data terdistribusi normal

Ha : Data terdistribusi tidak normal.

b) Kriteria pengujian berdasarkan

probabilitas atau signifikasi : H0 diterima jika value > 0,05 Ha ditolak jika value < 0,05

3. Pretest salah satu atau kedua kelas

tidak terdistribusi normal, maka

dilanjutkan dengan uji statistik non

parametrik menggunakan uji

UMann-Whitney dengan SPSS 17,0 for berbeda dengan hasil belajar kelas eksperimen

b) Kriteria pengujian berdasarkan

probabilitas atau signifikasi : H0 diterima jika P value > 0,05 Ha ditolak jika P value < 0,05

4. Jika tidak terdapat perbedaan

kemampuan awal siswa untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka dilanjutkan dengan menguji hipotesis,

menganalisis data posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas kontrol

dan eksperimen dengan

langkah-langkah seperti pretest.

5. Jika terdapat perbedaan kemampuan

awal siswa maka dilanjutkan dengan

menghitung gain (selisih data).

Kemudian dilanjutkan dengan menguji

hipotesis yaitu menganalisis gain

pretest-posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada pretest. Jika terdapat perbedaan hasil belajar.

b. Untuk Mengetahui berapa besar

pengaruh model kooperatif tipe NHT

bersetting problem possing terhadap

hasil belajar siswa pada materi

stoikiometri kelas X SMA Negeri 8

Pontianak, maka digunakan Effect size.

Setelah diperoleh besaran effect size

dari data maka langkah selanjutnya

yaitu membandingkan nilai effect size

yang diperoleh dengan tabel Z untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari pembelajaran model kooperatif

tipe NHT bersetting problem possing

terhadap hasil belajar siswa dalam bentuk persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Data Hasil Pretest-Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Pretest pada kelas kontrol

dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus

2015 dan pretest pada kelas eksperimen

dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2015.

Pemberian posttest, pada kelas kontrol dan

(7)

36 diolah pada penelitian ini 35 siswa dari 36 siswa pada kelas kontrol dan 35 siswa dari 37 siswa pada kelas eksperimen. Data hasil pretest pada kelas kontrol dengan skor rata-rata 13,31 sedangkan kelas eksperimen

dengan skor rata-rata 9,26. Posttest pada

kelas kontrol dengan skor rata-rata 67,30 dan kelas eksperimen skor rata-rata sebesar 78,06.

2. Penilaian Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Penilaian afektif dilakukan setiap kali pertemuan terhadap kelas kontrol (X MIA 4) dan kelas eksperimen (X MIA1). Data yang diolah pada penilaian afektif sebanyak 35 siswa. Penilaian Afektif

dilakukan pada saat pembelajaran

berlangsung dengan mengamati perilaku yang terdiri dari 3 aspek yaitu: rasa ingin tahu, responsif dan pro-aktif, disiplin dengan skor tertinggi masing-masing aspek adalah 3. Siswa dikatakan memiliki kriteria penilaian A (Baik Sekali) apabila memiliki rentang nilai dari 81-100, B (Baik) dengan rentang nilai 71-80, C (Cukup Baik) dengan rentang nilai 61-70, D (Kurang Baik) dengan rentang nilai 51-60, E (Tidak Baik) dengan rentang nilai <50.

Rata-rata penilaian afektif kelas eksperimen dengan mengamati perilaku siswa yang mempunyai sikap baik sekali (A) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, akan tetapi sikap baik (B) kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini disebabkan karena

adanya perbedaan perlakuan yang

diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol.

Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT bersetting problem

possing sehingga keaktifan dan motivasi belajar siswa meningkat karena siswa belajar dengan sesama teman sebayanya dalam satu kelompok untuk mengerjakan soal yang dibuat mereka sendiri serta menjawab soal acakkan dari kelompok lain. Pada saat melakukan diskusi dan persentasi timbul sikap responsif serta pro-aktif dalam diri siswa untuk bertanya

terhadap perwakilan kelompok yang

mempersentasikan tugas yang diberikan,

sehingga siswa disiplin dalam

menyelesaikan tugas dan mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.

3. Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Penilaian psikomotorik dalam

penelitian ini dilakukan pada kelas kontrol (X MIA 4) dan kelas eksperimen (X MIA 1). Data yang diolah pada penilaian psikomotorik sebanyak 35 siswa. Penilaian

psikomotorik dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung dengan

(8)

37

Penilaian psikomotorik kelas

eksperimen dengan mengamati perilaku siswa yang mempunyai sikap baik sekali (A) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, akan tetapi sikap baik (B) kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini disebabkan karena

adanya perbedaan perlakuan yang

diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT bersetting problem

possing sehingga dapat melatih siswa

dalam belajar mandiri dan

mengembangkan sikap ilmiah siswa karena pembelajaran berpusat pada siswa.

B. Pembahasan

Proses pembelajaran di kelas

kontrol dilakukan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2015. Pada pertemuan pertama, guru menyampaikan sub materi konsep mol, massa molar, dan volume molar. Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2015, guru menyampaikan sub materi rumus empiris, rumus molekul, dan persentase unsur dalam senyawa. Setiap pertemuan berlangsung selama 2×(3JP × 45 menit).

1. Proses Pembelajaran Di kelas kontrol 1) Kegiatan Awal

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Guru memeriksa kehadiran siswa untuk melihat

kedisiplinan siswa dan memberikan

apersepsi tentang kehidupan sehari-hari yang dihubungkan dengan konsep mol.

Selanjutnya Guru menginformasikan

materi yang akan dipelajari dan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Kegiatan Inti

Guru bertanya mengenai sub materi konsep mol untuk menggali informasi. Dua siswa menjawab dan siswa lain masih belum memahami pengertian konsep mol

dari apersepsi sebelumnya. Guru

menjelaskan sub materi konsep mol, volume molar gas, dan massa molar gas pada pertemuan pertama dan rumus empiris, rumus molekul dan persentase

unsur pada pertemuan dua. Siswa

memperhatikan penjelasan materi dari gurunya.

Guru memberi kesempatan

bertanya kepada siswa pada materi yang belum dimengerti dan dua siswa bertanya.

Guru mengarahkan siswa untuk

berkelompok 7-8 orang, semua siswa bergabung membentuk kelompok dan memilih kelompok sendiri dan dilakukan dengan tertib. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal yang ada di selembaran kertas soal tentang sub materi konsep mol, massa molar, volume molar pada petemuan pertama , dan pertemuan kedua materi rumus molekul, rumus empiris, dan

persentase unsur. Semua siswa

mengerjakan soal tersebut secara

berkelompok, dan guru membimbing siswa yang merasa kesulitan dalam menjawab soal dengan berjalan mengelilingi setiap kelompok dan beberapa kelompok bertanya pada guru terhadap soal yang tidak dimengerti

(9)

38

dan kelompok tersebut menjelaskan

jawaban dari soal yang diberikan. Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil jawaban sehingga terjadi diskusi kelas. Semua kelompok menanggapi hasil jawaban dari kelompok 5 tersebut. Guru meminta siswa untuk bertepuk tangan untuk kelompok yang maju kedepan menjawab soal dengan benar, dan semua siswa bertepuk tangan.

3) Kegiatan Penutup

Guru bersama-sama siswa

menyimpulkan dan mengevaluasi materi pembelajaran secara komunikatif, semua siswa dengan antusias menyimpulkan materi pembelajaran. Guru mengingatkan siswa untuk mengulang materi pelajaran di

rumah dan tidak lupa guru

menginformasikan rencana belajar materi

selanjutnya dan untuk mengakhiri

pembelajaran guru mengucapkan salam. siswa untuk mengulang materi pelajaran di rumah dan tidak lupa guru

menginformasikan akan dilakukan posttest

setelah proses pembelajaran dan untuk

mengakhiri pembelajaran guru

mengucapkan salam.

2. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Proses pembelajaran di kelas

eksperimen, peneliti menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

bersetting problem possing pada materi

stoikiometri. Pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT terdapat

4 langkah yaitu penomoran (numbering),

pengajuan pertanyaan (Questioning),

berfikir bersama (heads together),

menjawab (answering), yang dijabarkan

dalam 6 fase pembelajaran kooperatif. Proses pembelajaran di kelas eksprimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT disetting dengan

model pembelajaran problem possing

dengan 4 langkah yaitu Guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberikan soal latihan secukupnya, selanjutnya siswa mengerjakan soal latihan dalam kelompok di kelas kemudian membahas hasilnya bersama-sama supaya siswa tahu cara mengerjakan soal yang benar, kemudian siswa diberi tugas mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan siswa yang

bersangkutan harus mampu

menyelesaikannya dan guru memberi siswa

secara acak atau selektif untuk

menyelesaikan soal buatannya sendiri di

depan kelas. Proses pembelajaran

dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2015, guru menyampaikan sub materi konsep mol, massa molar, dan volume molar gas. Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 21 dan 28 Agustus 2015, guru menyampaikan sub materi rumus empiris, rumus molekul, dan persentase unsur dalam senyawa. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 × (3JP × mengucapkan salam dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Guru

memeriksa kehadiran siswa dan

(10)

39 sehari-hari yang dihubungkan dengan konsep mol. Guru menginformasikan sub

materi yang akan dipelajari dan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Kegiatan Inti

Fase 2: Menyajikan informasi dan tahap

perlakuan problem possing.

Guru menjelaskan sub materi

konsep mol, massa molar, dan volume molar gas pada pertemuan pertama dan rumus molekul, rumus empiris, dan persentase unsur pada pertemuan kedua. semua siswa memperhatikan penjelasan guru secara seksama. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.Guru memberikan penjelasan

tentang pertanyaan siswa. Guru

melaksanakan langkah selanjutnya dalam

model problem possing.

Guru meminta siswa untuk

mengerjakan contoh soal latihan sebanyak 2 soal yang ada di papan tulis(tahap Problem Possing). Terlebih dahulu guru membagi siswa dalam kelompok untuk

melaksanakan fase pembelajaran

kooperatif dan guru meminta siswa mengerjakan 2 soal tersebut dan semua

siswa mengerjakan soal secara

berkelompok. Guru bertanya kepada setiap kelompok yang mau maju kedepan untuk menjawab soal dipapan tulis. Dua siswa perwakilan kelompok 5 dan 1 mengerjakan soal yang diberikan dipapan tulis mewakili teman sekelompoknya Selanjutnya guru membahas hasil jawaban mereka dan menjelaskan cara mengerjakan soal dengan benar.

Fase 3: Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok kooperatif

Sebelumnya pada fase 2 guru telah membagi kelompok untuk mengerjakan contoh soal latihan. Tujuannya agar siswa mengetahui cara mengerjakan soal latihan secara benar. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5 dan dua kelompok 1-6 (tahap

penomoran/ numbering). Guru membagi

kelompok berdasarkan hasil pretest siswa

sebelum dilakukan perlakuan dan

konsultasi dengan guru kimia, karena di kelas eksperimen ada 37 siswa maka yang terbentuk sebanyak 7 kelompok. Kelompok yang telah terbentuk menjadi kelompok

yang heterogen. Setelah itu, guru

membagikan nomor pada tiap siswa dalam satu kelompok, dimana tiap siswa dalam satu kelompok mempunyai nomor yang berbeda.

Fase 4: Guru membimbing kelompok belajar berdasarkan model kooperatif tipe

NHT bersetting problem possing.

Guru mengarahkan siswa

berdiskusi dalam kelompok untuk

membuat 2 soal serta jawaban dalam satu kelompok tentang sub materi konsep mol, massa molar, dan volume molar pada pertemuan pertama dan rumus molekul, rumus empiris, dan persentase unsur pada pertemuan kedua, dimana jawaban mereka tersebut dipegang oleh masing-masing kelompok (tahap pengajuan pertanyaan). Guru meminta perwakilan kelompok untuk mengumpulkan soal yang mereka kerjakan

serta mengambil soal acakkan dari

kelompok lain (tahap problem possing).

(11)

40 soal acakkan adalah ketua dari masing-masing kelompok. Guru meminta siswa

untuk mendiskusikan jawaban dari

pertanyaan yang mereka dapatkan dari kelompok lain secara berkelompok (tahap

berfikir bersama/ heads together). Guru

membimbing siswa dalam diskusi dengan

berkeliling dan mengawasi jalannya

diskusi. Terlihat siswa dalam kelompok antusias mengerjakan soal acakkan yang dibuat oleh kelompok lain.

Guru meminta perwakilan

kelompok mengambil nomor undian dan siswa yang mendapatkan nomor undian yang sama dengan nomor undian yang didapatkannya diminta untuk menjelaskan

hasil diskusi dibantu teman satu

kelompoknya (tahap pemberian jawaban). Guru mengarahkan kelompok lain untuk bertanya dan memberikan pendapatnya sehingga terjadi diskusi kelas.

Fase 5: Mengevaluasi pembelajaran

Setelah siswa selesai

mempersentasikan hasil diskusinya,

kemudian guru bersama siswa membahas soal serta jawaban yang diajukan oleh

setiap kelompok. Selanjutnya guru

mengevaluasi sub materi konsep mol, massa molar, dan volume molar pada

pertemuan pertama sedangkan pada

pertemuan dua sub materi rumus molekul, rumus empiris, dan persentase unsur yang telah dipelajari.

Fase 6: Memberikan Penghargaan

Guru mengumumkan rekor tim dimana tim atau kelompok terbaik akan

mendapatkan penghargaan. Guru

memberikan penghargaan selusin pulpen untuk kelompok yang mengajukan soal dan menjawab soal dengan benar.

3) Kegiatan Penutup

Guru meminta siswa untuk

menyimpulkan hasil pembelajaran dan hasil pekerjaan kelompok. Guru menunjuk satu siswa untuk menyimpulkan hasil

pembelajaran dan siswa tersebut

menyimpulkan materi dengan baik. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

3. Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Perolehan hasil belajar siswa yang berupa skor selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan teknik analisis statistik

menggunakan SPSS 17,0 for windows.

Langkah pertama teknik analisis statistik

adalah uji normalitas pretest. Uji

normalitas pada penelitian ini

menggunakan uji one sample

kolmogorov-smirnov dengan taraf signifikan 0,05. Data dikatakan normal jika signifikan lebih besar dari 5% atau 0,05.

Hasil uji normalitas pretest siswa

kelas kontrol menunjukkan bahwa value <

0,05 (0.01< 0,05), dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa value < 0,05 (0,00 < 0,05). Kesimpulan hasil uji normalitas pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen menyatakan bahwa kedua kelas tidak terdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik menggunakan uji U Mann-Whitney hasil pretest siswa.

Hasil uji U Mann-Whitney dari

hasil pretest siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen menunjukkan value > 0,05

(12)

41 Perbedaan hasil belajar siswa pada materi stoikiometri dapat diketahui dengan

perhitungan statistik nilai posttest.

Hasil uji normalitas nilai posttest

siswa kelas eksperimen menunjukkan bahwa value < 0,05 (0,018 < 0,05) yang

berarti H0 ditolak, maka data tidak

terdistribusi normal, sedangkan hasil uji normalitas kelas kontrol menunjukkan bahwa value 0,00 < 0,05 (0,00 < 0,05)

yang berarti H0 ditolak, maka data tidak

terdistribusi normal. Karena kedua kelas tidak terdistribusi normal maka lanjutkan dengan uji non statistik parametrik

menggunakan uji U Mann-Whitney dengan

taraf α = 5%. Hasil yang diperoleh

menunjukkan value < 00,5 (0,007 < 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan

Ha diterima, yang berarti terdapat

perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen pada

materi stoikiometri yang diajarkan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT bersetting problem

possing (kelas eksperimen) dengan siswa yang diajarkan menggunakan metode ceramah (kelas kontrol).

Hal ini terlihat bahwa pada pretest

pada siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen persentase ketidaktuntasan

siswa sebesar 100%. Hal ini disebabkan siswa belum diajarkan materi stoikiometri

dan pada posttest kelas kontrol sebanyak

18 siswa yang mendapatkan nilai 75 atau

51,43% yang tuntas, sedangkan 17 siswa proses pembelajaran yang dilaksanakan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT bersetting problem

possing lebih baik daripada metode

ceramah. Hal ini terlihat dari persentase

ketuntasan hasil belajar (posttest) siswa

pada kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol yaitu 65,71% > 51,43%.

Persentase Ketidaktuntasan hasil

belajar (posttest) siswa pada kelas kontrol

yaitu 48,57% > 34,29% pada kelas eksperimen. Berdasarkan perhitungan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ceramah lebih rendah dari rata-rata hasil belajar yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

bersetting problem possing. Kelas kontrol

diperoleh rata-rata nilai pretest 13,31 dan

rata-rata nilai posttest yaitu 67,30, nilai

tersebut mengalami peningkatan sebesar 53,99, sedangkan untuk kelas eksperimen

diperoleh nilai rata-rata pretest 9,26 dan

rata-rata nilai posttest yaitu 78,06 sehingga

mengalami peningkatan 68,8. Berdasarkan perhitungan nilai tersebut menunjukkan

bahwa peningkatan nilai rata-rata pretest

dan posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan selisih nilai 14,81.

(13)

42 71,43 dan 74,29 pada kelas eksperimen atau (57,14 dan 48,57 < 71,43 dan 74,29), sedangkan untuk kriteria B (Baik) kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua berturut-turut sebesar 42,86 dan 51,43 pada kelas kontrol > 28,57 dan 25,71 pada kelas eksperimen atau (42,86 dan 51,43) > 28,57 dan 25,71).

Penilaian psikomotorik, hasil

belajar penilaian psikomotorik siswa kelas kontrol lebih kecil dibandingkan kelas eksperimen dengan kriteria penilaian A (Baik Sekali) pada pertemuan pertama dan kedua sebesar 62,86 dan 25,71 pada kelas kontrol < 71,43 dan 71,43 pada kelas eksperimen atau (62,86 dan 25,71) < (71,43 dan 71,43), sedangkan untuk kriteria B (Baik) kelas kontrol lebih tinggi

dibandingkan kelas eksperimen pada

pertemuan pertama dan kedua berturut-turut sebesar 37,14 dan 74,29 pada kelas kontrol > 28,57 dan 28,57 pada kelas eksperimen atau (37,14 dan 74,29) > (28,57 dan 28,57).

Hal ini membuktikan bahwa apabila terjadi peningkatan hasil belajar kognitif pada siswa maka penilaian afektif dan psikomotorik akan meningkat pula karena

keberhasilan belajar kognitif akan

mempengaruhi sikap atau afektif mereka dalam menerima pelajaran dan ditunjukkan melalui tindakan atau keterampilan siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Susatyo dkk (2009) dimana siswa yang

diajarkan dengan model problem possing

dalam think Pair share pada pokok

bahasan asam basa terjadi peningkatan hasil belajar dari hasil tes kognitif, afektif

dan psikomotorik diperoleh hasil berturut-turut yaitu: 88,09%; 100%; 100%.

4. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Bersetting Problem Possing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa adanya pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

bersetting problem possing pada materi

stoikiometri terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 8 Pontianak. Hal ini

terlihat dari nilai posttest diperoleh ES

sebesar 0,57 yaitu nilai ES 0,2 < ES ≤ 0,8

sehingga digolongkan sedang. Dilihat dari luas dibawah lengkung kurva normal 0,57 yaitu diperoleh sebesar 21,57%. Artinya, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

NHT bersetting problem possing

berpengaruh sebesar 21,57% terhadap hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasmawan

(2010) yang menyimpulkan bahwa

pengaruh penerapan model pembelajaran problem possing pada pokok bahasan asam basa dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dengan konsepsi awal mahasiswa rata-rata sebesar 38,1% menjadi 91%. Penelitian ini juga sejalan dengan Susatyo dkk (2009) dimana siswa yang

diajarkan dengan model problem possing

pada pokok bahasan asam basa terjadi peningkatan hasil belajar dari hasil tes

kognitif, afektif dan psikomotorik

diperoleh hasil berturut-turut yaitu:

(14)

43 Dari dua hasil penelitian tersebut, persentasinyanya lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT bersetting problem possing pada

materi stoikiometri yang hasil tes kognitif, afektif, dan psikomotorik berturut-turut adalah 78,06%; 72,86%; 71,43%. Dapat

disimpulkan bahwa perbedaan ini

dikarenakan adanya penambahan model pembelajaran dan strategi yang berbeda

dalam pembelajaran problem possing.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

bersetting problem possing dengan siswa

yang diajarkan menggunakan metode

ceramah melalui Uji U Mann-Whitney

didapatkan value sebesar 0 dan

memberikan pengaruh sebesar 21,57% terhadap hasil belajar siswa pada materi stoikiometri dengan harga ES = 0,57 yang termasuk kategori sedang.

Model NHT bersetting problem possing

dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena memiliki kelebihan yaitu melatih siswa secara mandiri dalam mengajukan dan menjawab soal, membagikan ide-ide

saat diskusi dengan belajar secara

kelompok heterogen, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memperkaya konsep dasar melalui pengajuan soal secara mandiri.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model pembelajaran kooperatif tipe

NHT ber-setting problem possing dapat

meningkatkan hasil belajar kognitif,

afektif, dan psikomotorik siswa, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, (2011). Strategi Belajar

Mengajar. Bandung: Pustaka

Setia.

Handayani D. (2008). Efektivitas

Penerapan Metode Problem

Posing Terhadap Tugas

Terstruktur Terhadap Prestasi

Belajar Mahasiswa. Jurnal Forum

Kependidikan. Vol. 28, No. 1. (online)

http://jurnal.untan.ac.id/index.

Nuraeni, E. (2014). Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Perkembangan Teori Atom Menggunakan Model

Pembelajaran Inkuiri. Skripsi

(online) repository.upi.edu.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rasmawan, R. (2010). Penerapan Model

Problem Posing Bersetting

Cooperatif Tipe Think Pair Shaere Pada Topik Asam Basa Untuk

Meningkatkan Penguasaan

Konsep Mahasiswa. Jurnal

(15)

44 Vol. 1, No.1. 2010 (online) http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ pmp/article/download/165/164. .

Sudiana, K. I. (2006). Penerapan Strategi

Pengajuan Masalah (Problem

Possing) Berbantuan

Pertanyaan-Pertanyaan Pembimbing Dan

Jurnal Belajar Dalam

Pembelajaran Kimia Dasar I.

Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran Undiksha Edisi

Khusus TH. XXXIX Desember 2006. ISSN 0215-8250 (online) IK Sudiana-pasca.undiksha.ac.id.

Supardi dan Putri, (2010). Pengaruh Penggunaan Artikel Kimia Dari Internet Pada Model Pembelajaran

Creative Problem Solving

Terhadap Hasil Belajar Kimia

Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan

Kimia (JIPK), Vol. 4, No.1,2010 (online)

http://journal.unnes.ac.id/nju/inde x.php/JIPK/article/viewFile/1315/ 1392

Susatyo, Sladi Mirna. (2009). Peningkatan Hasil Belajar Kimia Melalui

Strategi Interactive Question And

Reading Orientation Berbasis

Problem Possing. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia (JIPK), Vol. 3,

No.2. 2009 (online)

http://journal.unnes.ac.id/nju/inde x.php/JIPK.

Suyatno, (2009). Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Surabaya: Masmedia

Buana Pustaka.

Wijayati, Kusumawati, Kushandayani.

(2008). Penggunaan Model

Pembelajaran Numbered Heads

Together Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Kimia. Jurnal

Inovasi Pendidikan Kimia (JIPK), Vol. 2, No. 2, 2008 (online) http://journal.unnes.ac.id/nju/inde x.php/jipk/article/viewfile/1315/1 392.

Winarti, A. (2001). Pembelajaran Ilmu

Kimia dan Kontribusinya

Terhadap Perkembangan

Intelektual. Jurnal Vidy karya

XIX. 2: 109-115 (online)

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 1.1 tingginya kontribusi sektor pertanian mencerminkan bahwa peranan sektor pertanian dapat diharakan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Boyolali.Untuk itu,perlu

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Sistem Informasi

Hubungan antara penggunaan metode mengajar, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dan pengalaman mengajar guru dengan tingkat motivasi beiajar geografi siswa SMA Negeri di

1. bentuk kerja sama lain yang disepakati untuk kepentingan dan keuntungan bersama Para Pihak.. Guna mengimplementasikan kerja sama tersebut, Para Pihak akan membuat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL. GURU DAN

Negara kecil tidak akan pernah menjadi pusat keuangan, jika negara kecil ingin menjadi pusat keuangan maka pasar tersebut harus menarik agen yang mengeluarkan aset dengan

[r]

Peningkatan belanja modal dan efisiensi belanja barang untuk mendukung belanja produktif dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan