Analisis Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Dan Tehnik Imajinasi Terbimbing Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Panti Werda Hanna
Tangerang Selatan Tahun 2015 Dewi Fitriani
Stikes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia
e-mail: dewifitriani1717@gmail.com
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan berbahaya saat ini. Napas dalam dan imajinasi terbimbing merupakan terapi nonfarmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas napas dalam, imajinasi terbimbing dan gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing). Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan jumlah sampel 8 napas dalam, 8 imajinasi terbimbing dan 8 gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing) di Panti Werda Hanna Tangsel. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
pre dan post intervensi selama 4 minggu dengan perbedaan nilai mean kelompok napas dalam adalah 17,50/ 11,25, Kelompok imajinasi terbimbing adalah 20,00/ 8,75, kelompok gabungan adalah 18,75/ 6,25.Berdasarkan nilai
mean, Intervensi yang paling berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah adalah imajinasi terbimbing dan waktu yang paling efektif untuk semua intervensi adalah diminggu 1 dengan nilai F yaitu 15,842. Saran : Napas dalam dan imajinasi terbimbing dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Kata kunci : napas dalam, imajinasi terbimbing, Tekanan darah.
ABSTRACT
Hypertension is one of the non-communicable diseases are becoming a very serious health problems and dangerous current. A deep breath and guided imagery is a non-pharmacological therapy that can lower blood pressure. This study aimed to analyze the effectiveness of a deep breath, guided imagery and combined (a deep breath and guided imagery). Type of quasi-experimental research with a sample of breath 8, 8 and 8 combined guided imagery (a deep breath and guided imagery) in Nursing home Hanna South Tangerang. The results showed no significant difference between blood pressure pre and post intervention for 4 weeks with a mean value of group differences in the breath was 17.50 / 11.25, guided imagery group was 20.00 / 8.75, the combined group was 18, 75 / 6,25.based on mean, interventions that most influence on blood pressure reduction is guided imagery and the most effective time for all interventions is week is one with the F value is 15.842. Suggestion: Breath in and guided imagery can be used to lower blood pressure.
Keywords: a deep breath, guided imagery, blood pressure.
Pendahuluan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius dan
berbahaya saat ini, di Amerika diperkirakan satu dari empat orang dewasa menderita hipertensi. Di Indonesia sendiri, angka kejadian hipertensi juga sangat tinggi (Susanti dkk, 2013). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 Prevalensi hipertensi mencapai 31,7%.
Menurut informasi kesehatan Banten, di wilayah provinsi Banten diperkirakan satu diantara tiga orang adalah klien dengan hipertensi (Pradono, 2012). Jika penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang organ target seperti mengakibatkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta
kebutaan. Menurut WHO dan the
International Society of Hypertension
(ISH) dilaporkan bahwa penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 3 kali lebih besar terkena serangan jantung dan 7 kali lebih
besar terkena stroke (Rahajeng dan Tuminah, 2009).
Menurut The Seventh Report of The Joint
National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC 7) tahun 2003,
berikut klasifikasi tekanan darah adalah :
Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Normotensi < 130 < 85
Hipertensi Perbatasan 130-139 85-89
Hipertensi Ringan 140-159 90-99
Hipertensi Sedang 160-179 100-109
Hipertensi Berat ≥180 ≥110
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik (Pradono, 2012. Indriawati, 2011)
Penyakit stroke merupakan komplikasi yang sering terjadi jika hipertensi tidak mendapatkan penangan yang serius, hal ini bisa saja terjadi pada klien dari 58% klien panti yang saat ini terdiagnosis hipertensi di Panti Sosial Tresna Werda Hanna di Tangerang Selatan dari seluruhnya yang berjumlah 74 orang. Pada saat ini ada 2 orang yang mengalami hipertensi dengan komplikasi Stroke. (Pengelola panti Werda Hanna, Januari 2015).
Komplikasi dari hipertensi tidak akan terjadi jika klien mendapatkan penangan dengan tepat. Hipertensi dapat diobati dengan dua cara yaitu terapi dengan cara
farmakologis dan nonfarmakologis.
Beberapa jenis terapi nonfarmakologis atau terapi komplemeter meliputi : terapi Akupresur (terapi akupuntur tanpa jarum), terapi herbal berasal dari cina, terapi jus, terapi Pijatan (stimulasi kutaneus), terapi
Yoga, terapi dengan menggunakan
Aromaterapi, terapi Pernapasan dan
relaksasi, terapi melalui pikiran dan tubuh /meditasi atau hypnosis (Ritu Jain 2011 dalam Kenia dan Taviyanda, 2012). Dengan mulai berkembangnya terapi komplementer di Indonesia, perawatpun dapat berperan dalam menerapkan terapi
komplementer jika mengacu pada
peraturan menteri kesehatan nomor
473/MENKES/Per/17/2013 tentang
penyelenggaran praktik keperawatan.
Praktik keperawatan menurut Orem
merupakan asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Penyakit hipertensi dapat menjadi ancaman yang serius jika klien tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat. Jika klien hipertensi di Panti Sosial Tresna Werda Hanna tekanan darahnya dapat dipertahankan dalam nilai normal maka akan membantu klien lansia dengan hipertensi dalam memperoleh kesehatan yang optimal dan terhindar dari resiko dan komplikasi juga diharapkan meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraannya
dengan melakukan perawatan secara mandiri (Alligod & Tomey. 2006)
Dalam upaya memahami fenomena diatas
dimana diharapkan klien mampu
melakukan perawatan untuk dirinya
sendiri, dan meningkatkan kualitas hidup, maka klien hipertensi selain tetap diberikan terapi farmakologis, peneliti bertujuan
memperkenalkan dan mengajarkan
pemberian therapy non farmakologis yang relatif praktis dan efisien pada klien juga perawat yang bertugas dipanti dengan latihan relaksasi dengan cara napas dalam dan imajinasi terbimbing. Dimana tehnik relaksasi napas dalam dan imajinasi terbimbing ini belum pernah dilaksanakan di Panti ini sebagai tindakan dalam asuhan keperawatan pada klien.
Metode
Penelitian dilakukan dengan desain Quasi
Eksperimental, Teknik pengambilan
gabungan. Masing-masing kelompok
diberikan pretest dan posttest untuk
mengetahui tekanan darah. Penelitian
dilaksanakan bulan Juni-Juli 2015.
Hasil
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2015 dilaksanakan di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan. Jumlah responden 24 orang dengan rincian masing-masing kelompok 8 orang. Berdasarkan usia, rerata usia responden adalah 74 tahun, Dengan usia termuda 66 tahun dan usia tertua 86. 100% jenis kelamin perempuan.
Uji normalitas data yang dilakukan dengan cara menilai swekness dan standar eror, dengan hasil distribusi normal. variabel
sistol dan diastol pre dan post intervensi
variasi datanya adalah homogeny, terlihat dari hasil uji levence statistis > 0,05.
Rata-rata Tekanan Darah pre dan post Intervensi Napas Dalam
Tabel 2 : Distribusi Tekanan Darah pre dan
post Intervensi Napas Dalam Selama 4
Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
Variabel n Mean Perbedaan nilai mean
p
value
TD pre intervensi TD Sistol TD post intervensi
TD Sistol TD Diastol
8 123.75
76.25
Pada tabel diatas diketahui bahwa rata-rata
tekanan darah pre intervensi adalah 141,25/
87,50 mmHg, kemudian hasil rata-rata
tekanan darah post intervensi napas dalam
selama 4 minggu adalah 123,75/ 76,25
mmHg, dengan perbedaan nilai mean
antara tekanan darah pre dan post
intervensi napas dalam selama 4 minggu adalah 17,50/11,25.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan dengan nilai p
value 0.000, antara tekanan darah sistol dan
diastol pre dan post intervensi nafas dalam
selama 4 minggu.
Tekanan Darah Pre dan Post Intervensi Imajinasi Terbimbing
Tabel 3 :Distribusi Tekanan Darah pre dan
post Intervensi Relaksasi Imajinasi
Terbimbing Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
Variabel n Mean Perbedaan nilai mean
p value
TD pre intervensi TD Sistol TD post intervensi
TD Sistol TD Diastol
8 123.75
75.50
Pada tabel diatas diketahui bahwa rata-rata
tekanan darah pre intervensi adalah 143,75/
81,25 mmHg, dan kemudian didapat
rata-rata tekanan darah post intervensi adalah
123,75/75,50 mmHg, dengan perbedaan
nilai mean antara tekanan darah sistol dan
diastol pre dan post intervensi relaksasi
imajinasi terbimbing selama 4 minggu adalah 20,00/8,75.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah pre dan post intervensi relaksasi
imajinasi terbimbing dengan p value 0.000
untuk tekanan sistol dan p value 0.006
untuk tekanan darah diastol.
Tekanan Darah pre dan post Intervensi Gabungan (Napas Dalam dan Tehnik Relaksasi Imajinasi Terbimbing)
Tabel 4 : Distribusi Tekanan Darah pre dan
post Intervensi Gabungan (Napas Dalam
dan Relaksasi Imajinasi Terbimbing) Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
Variabel n Mean Perbedaan nilai mean
p value
TD pre intervensi TD Sistol TD post intervensi
pre intervensi adalah 151,25/87,50 mmHg.
Danrata-rata tekanan darah post intervensi
adalah 132,50/81,25 mmHg. Perbedaan
nilai mean antara pre dan post intervensi
gabungan adalah 18,75/6,25.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah pre dan post intervensi gabungan
selama empat minggu dengan p value 0.000
untuk tekanan sistol dan p value 0.0011
untuk tekanan darah diastol.
Rata-rata Tekanan Darah Post Intervensi
Tabel 5 : Distribusi Perbedaan Rata-rata
Tekanan Darah Post Intervensi Napas
Dalam, Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan Gabungan Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
intervensi pada kelompok intervensi napas
dalam selama 4 minggu adalah
123,75/76,25 mmHg. Pada kelompok intervensi imajinasi terbimbing adalah 123,75/75,50 mmHg. Sedangkan untuk kelompok intervensi gabungan (napas
dalam dan imajinasi terbimbing)
didapatkan rata-rata tekanan darah sistol dan diastol adalah 132,50/ 81,25 mmHg.
Hasil uji statistic didapat nilai p value sistol
0.009 dan p value diastol 0,015, berarti
pada alpa 5% dapat disimpulkan ada perbedaan tekanan darah antara ketiga intervensi.
Intervensi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Tabel 6 : Analisis Intervensi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Selama 4 Minggu Intervensi di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
Perlakuan Waktu Mean
Sistol/ Diastol
Pre-intervensi 141,25/ 87,50 Sistol 17,50
Diastol 11,25
Pre-intervensi 143,75/ 87,50 Sistol 20,00
Diastol 8,75 Minggu 1 132,50/ 80,00
Minggu 2 128,75/ 80,00 Minggu 3 125,00/ 73,75 Minggu 4 123,75/ 75,50
Gabungan Pre-intervensi 151,25/ 87,50 Sistol 18,75
Diastol 6,25
menggunakan analisis General Linier
Model-Repeated Measures dapat dilihat
pengaruh intervensi relaksasi napas dalam terhadap tekanan darah pada kelompok intervensi napas dalam, dimana rata-rata tekanan darah pre-intervensi adalah 141,25/ 87,50 mmHg, kemudian setelah dilakukan intervensi napas dalam selama 15 menit perhari diminggu pertama didapatkan rata-rata tekanan darah 131,25/ 86,25 mmHg,
kemudian intervensi masih berlanjut
selama 15 menit setiap hari maka
didapatkan rata-rata tekanan darah
diminggu 2 adalah 127,50/ 85,00 mmHg, kemudian rata-rata tekanan darah diminggu 3 didapatkan 126,25/ 78,25 mmHg, dan
hasil rata-rata tekanan darah post intervensi
nafas dalam selama 4 minggu intervensi napas dalam dilaksanakan didapatkan
rata-rata 123,75/76,25 mmHg, dengan
perbedaan rata-rata tekanan darah pre-test
dan post-test adalah 17,50/11,25 mmHg.
Jika kita lihat pengaruh intervensi relaksasi imajinasi terbimbing terhadap tekanan darah maka dapat kita simpulkan dimana
adalah adalah 143,75/87,50 mmHg, kemudian setelah dilaksanakan intervensi imajinasi terbimbing selama 15 menit/ hari
didapatkan rata-rata tekanan darah
diminggu 1 didapatkan rata-rata 132,50/ 80,00 mmHg, kemudian intervensi masih dilanjutkan setiap hari selama 15 menit setiap hari maka didapatkan rata-rata tekanan darah diminggu 2 adalah 128,75/ 80,00 mmHg, selanjutnya rata-rata tekanan darah diminggu 3 didapatkan 125,00/ 73,75 mmHg, kemudian didapatkan rata-rata
tekanan darah post-intervensi setelah
dilakukan intervensi selama 4 minggu adalah 123,75/75,50 mmHg. Dengan
perbedaan rata-rata tekanan darah pre-test
dan post-test adalah 20,00/ 8,75 mmHg.
Kemudian untuk pengaruh intervensi gabungan antara napas dalam dan imajinasi terbimbing berdasarkan tabulasi bahwa
didapatkan rata-rata tekanan darah
pre-intervensi adalah 151,25/87,50 mmHg, kemudian setelah dilakukan intervensi gabungan didapatkan rata-rata tekanan darah diminggu 1 adalah 140,00/83,75 mmHg, kemudian untuk rata-rata tekanan darah diminggu 2 didapatkan 135,00/86,25 mmHg, dan rata-rata tekanan darah diminggu 3 didapatkan 133,75/81,25 mmHg, kemudian hasil rata-rata tekanan
darah post-intervensi setelah intervensi
gabungan selama 4 minggu adalah 132,50 mmHg/ 81,25 mmHg, dengan perbedaan
tekanan darah pre-test dan post-test adalah
18,75/6,25.
Jika kita lihat dari perbedaan nilai mean
antara pre dan post intervensi setelah 4
minggu penurunan tekanan darah yang terjadi pada masing-masing kelompok intervensi setelah dilakukan intervensi selama 4 minggu, maka dapat disimpulkan
untuk nilai mean yang tertinggi didapat
pada kelompok intervensi imajinasi
terbimbing dengan perbedaan nilai mean
20,00/8,75 mmHg.
Waktu Yang Paling Berpengaruh Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Grafik 1 : Penurunan tekanan darah dari minggu 1 sampai minggu 4 pada kelompok
intervensi Napas Dalam, Imajinasi
Terbimbing dan Gabungan.
Dilihat dari grafik 1 rata-rata tekanan darah
pre-intervensi adalah 141,25/ 87,50 mmHg,
kemudian setelah dilakukan intervensi napas dalam selama 15 menit perhari dalam waktu emapat minggu intervensi maka diihat rata-rata penurunan di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata 10,00 mmHg, kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung antara 1- 3,75 mMHg.
Untuk rata-rata tekanan darah
pre-intervensi adalah adalah 143,75/ 87,50 mmHg, kemudian setelah dilaksanakan intervensi imajinasi terbimbing selama 15 menit perhari selama empat minggu didapatkan rata-rata penurunan rata-rata diminggu pertama 11.25 mmHg, kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung antara 1,25- 3,75 mMHg.
Untuk rata-rata tekanan darah
pre-intervensi adalah 151,25 mmHg/ 87,50
mmHg, kemudian setelah dilakukan
intervensi gabungan (antara napas dalam dan imajinasi terbimbing) selama 15 menit perhari selama empat minggu didapatkan rata-rata penurunan tekanan darah di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata 11,25 kemudian untuk minggu kedua
Si s t o l
4 3
2 1
Es
ti
ma
te
d
Ma
rg
in
al
M
ea
ns
1 4 0
1 3 5
1 3 0
1 2 5
1 2 0
Ga b u n g a n I ma j i n a s i _ t e Na f a s d a l a m
Pe r l a k u a
sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung antara 1,25- 3,00 mMHg.
Waktu Yang Paling Berpengaruh Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Tabel 7 : Analisis Waktu Yang Paling Berpengaruh Setelah dilaksanan Intervensi Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015.
Efek Variabel Dependent F Sig.
between-subjects effects yang tercantum
pada hasil diatas menunjukkan bahwa hubungan antara intervensi dengan hasil TD sistol minggu 1 memberikan nilai tertinggi dengan harga F tertinggi yaitu 15,842 dengan nilai signifikansi 0,000. yang artinya dari mulai minggu 1 intervensi
yang dilakukan sudah berpengaruh
terhadap tekanan darah sistol. Di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata antara 10,00-11,25 kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung terus antara 1,25- 4,7. Untuk intervensi napas dalam dan imajinasi terbimbing juga gabungan masih turun terus sampai minggu keempat intervensi dilaksanakan, tetapi belum ditemukan titik maksimal tindakan jika dilakukan tindakan selama 4 minggu.
Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan tabulasi menunjukan hasil
statistik distribusi frekuensi untuk
karakteristik usia responden pada saat dilaksanakan penelitian Dengan usia termuda 66 tahun dan usia tertua 86, dengan rata-rata usia responden berumur 74 tahun. Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian pradono tahun 2010 bahwa Hipertensi meningkat pada kelompok usia 45 tahun atau lebih. 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Menurut hasil penelitian Sugarlaki pada tahun 2009 bahwa ada hubungan antara usia dengan angka kejadian hipertensi, dari 100 klien yang menjadi responden penelitiannya 66% klien berusia diatas 56 tahun.
Menurut laporan Rahajeng dan Tumirah (2009) dari pusat penelitian Biomedis dan farmasi mengatakan bahwa proporsi pasien yang mengalami hipertensi terjadi pada kelompok usia lebih dari 45 tahun. Menurut Abbas dan Fausto (2005) setelah usia 45 tahun dinding arteri akan mengalami penebalan karena penumpukan kolagen pada lapisan pembuluh otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Menurut Palmer dan Wiliam (2007) tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya usia. Didukung oleh hasil penelitian harahap dkk pada tahun 2008 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar umur dengan tekanan darah, setiap peningkatan umur 1 tahun akan meningkatkan tekanan darah sisitol sebanyak 0,493 mmHg dan tekanan darah diastol sebanyak 0,189 mmhg. Hal ini
karena elastisitas pembuluh darah
berkurang dengan semakin meningkatnya umur, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
proporsi laki-laki bermakna beresiko hipertensi 1,25 kali dari pada perempuan.
Menurut pernyataan Smeltzer & Bare tahun 2010 bahwa laki-laki lebih beresiko
menderita hipertensi dibandingkan
perempuan. Dan tekanan darah pada wanita akan meningkat secara signifikan setelah menopause, seperti yang terjadi pada omah-omah yang tinggal di Panti Werda Hanna daerah Tangerang Selatan. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh South pada tahun 2014 dimana hasil penelitian didapatkan pada kelompok usia dengan hipertensi sebagian besar dengan kelompok usia diatas 50 tahun dengan responden berjenis kelamin perempuan sejumlah 68,8%.
Pada keseluruhan angka kejadian,
hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hampir sama antara usia 55 sanpai 74 tahun, kemudian setelah usia 74 tahun wanita berisiko lebih besar dari pada laki-laki (Muttaqin, 2009). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggara pada tahun 2012 dimana jenis kelamin tidak ada hubungan tekanan darah yang terjadi dengan hasilnya nilai p value 0,355.
Intervensi Relaksasi Napas Dalam, Imajinasi Terbimbing dan Gabungan
Tabel 8 : Distribusi Mean pre, post dan
Perbedaan Nilai Mean
Variabel n Mean
Pengaruh Relaksasi napas dalam setelah intervensi dilaksnakan selama 4 minggu,
dengan perbedaan rata-rata tekanan darah
pre-test dan post-test sebesar 17,50/11,25
mmHg. Dengan hasil uji statistic menunjukan ada perbedaan yang signifikan
antara tekanan darah sistol dan diastol
pre-test pada tahap hipertensi ringan dan
post-test pada normal tensi setelah dilakukan
intervensi nafas dalam selama empat
minggu dengan nilai p value 0.000.
Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlita dkk 2013, tentang pengaruh tehnik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pasien Hipertensi sedang-berat di ruang Irina C RS Kandau Manado, teknik relaksasi napas dalam di ajarkan kepada responden kelompok eksperimen selama 15 menit, lalu tekanan darah di ukur kembali dan dicatat. Analisa dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test (α=0,05)
dengan kesimpulan teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sedang-berat. Jika klien mampu mempertahankan tekanan darah dalam kondisi stabil maka sejalan
dengan konsep Self Care Orem, seperti
dijelaskan dalam konsep Universal
Self-Care Requisites dimana kebebasan individu
dalam merawat diri sendiri diharapkan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memvalidasi kebutuhan tubuh secara terintegrasi dengan lingkungan kehidupan sebagai kebutuhan dasar diantaranya klien
mampu melakukan pemeliharaan
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat sehingga tekanan darah dapat tetap dipertahankan pada posisi normal (Orem, 2001).
Pengaruh relaksasi imajinasi terbimbing terhadap tekanan darah setelah dilakukan intervensi relaksasi imajinasi terbimbing selama 4 minggu didapatkan perbedaan
rata-rata tekanan darah pre-test dan
post-test adalah 20,00/8,75 mmHg. Dengan hasil
uji statistic menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistol
dan diastol pre-test pada tahap hipertensi
setelah dilakukan intervensi imajinasi
terbimbing dengan p value 0.000 untuk
tekanan sistol dan p value 0.006 untuk
tekanan darah diastol.
Didukung dengan hasil penelitian Kruschke
pada tahun 2008 dengan judul The impact
of guided imagery on healthcare employess as a means to lower their blood pressure,
pulse and perceived level of stress, Hasil
penelitian menunjukkan korelasi langsung antara penurunan tekanan darah dan denyut nadi, dan pengurangan tingkat stres peserta mengikuti sesi guided imagery. Data menunjukkan perbedaan sinificant (p value
0.05) antara tekanan darah sistolik pre dan
post untuk stelah mengikuti empat sesi
guided imagery. Hasil analisis data juga menghasilkan perbedaan signifikan dengan perbedaan rata-rata antara tekanan darah
pre dan post sistolik adalah 10,5 mmHg.
Jika klien mampu mempertahankan
tekanan darah dalam kondisi awal (normal)
maka sejalan dengan konsep Self Care
Orem, dimana pasien hanya membutuhkan
Supportif-Educative System yaitu dengan
cara mengatur latihan dan mengembangkan
kemampuan self care klien. Dengan desain
sistem asuhan keperawatan yang diberikan
pada klien yang membutuhkan
pembelajaran dan juga dukungan dengan harapan klien mampu melakukan tindakan secara mandiri (Alligod & Tomey, 2006)
Pengaruh intervensi gabungan (napas
dalam dan imajinasi terbimbing)
berdasarkan tabulasi menunjukan hasil statistik dengan perbedaan tekanan darah
pre-test dan post-test adalah 18,75/6,25.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara tekanan darah imajinasi terbimbing anatara tekanan
darah pre-test pada tahap hipertensi ringan
dan post-test pada hipertensi perbatasan
dengan p value 0.000 untuk tekanan sistol
dan p value 0.011 untuk tekanan darah
diastol.
Tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rozako dkk tahun 2012,
bahwa pemberian tehnik relaksasi napas dalam dan imajinasi terbimbing terhadap
penurunan nyeri dismenorrhea pada remaja
putri dipondok pesantren Al_quran
Pekalongan dengan p value 0,109, sehingga
tidak ada pengaruh yang signifikan. Sedangkan untuk penelitian yang sejenis dimana menggabungkan intervensi napas dalam dan imajinasi terbimbing terhadap tekanan darah tidak ditemukan hasil
penelitian sebelumnya. Dan untuk
penelitian gabungan antara napas dalam dan imajinasi terbimbing belum ditemukan.
Menurut Perry dan Potter tahun 2009 menjelaskan bahwa tehnik relaksasi yaitu
mengerahkan individu dengan
pengendalian diri ketika perasaan sakit atau kegelisahan terjadi. Tehnik relaksasi dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan, klien yang menggunakan tehnik relaksasi
dengan sukses mengalami beberapa
perubahan tingkah laku dan fisiologis yaitu mengakibatkan diameter arteriol meningkat
(vasodilatasi), tahanan perifer akan
menurun. Pegaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor karotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan impulsnya ke pusat saraf simpatis dimedula
oblongata. Impuls tersebut akan
menghambat stimulasi sistem saraf
simpatis, hal ini akan menurunkan ketegangan pusat simpatis, akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arteriol mengalami dilatasi, dan tekanan darah kembali ke level awal (Guyton, 2013).
Jika tekanan darah klien dapat
dipertahankan pada posisi normal dengan rutin dilakukan tehnik relaksasi napas
dalam akan sejalan dengan konsep
Self-care menurut Orem dimana fungsi
pengaturan manusia yang digunakan dengan sengaja oleh individu dimana untuk mencapai integritas struktural dan fungsi
kemanusiaan dengan tujuan untuk
mempertahankan kehidupan. Perilaku yang
aktual dari self care adalah hasil dari
kemampuan self care agency diantaranya
mempertahankan tekanan darah dalam keadaan stabil diposisi nornal, maka kualitas hidup klien akan maksimal dan
Self-care akan terpenuhi (Anggleton &
Chalmers 1986, dalam Martiningsih 2011)
Alligod & Tomey tahun 2006 menjelaskan dalam pandangan orem, bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan alami setiap klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Saat keseimbangan tercapai antara kemampuan dan kebutuhannya karena kondisi yang stabil yang dialami klien. Untuk klien hipertensi yang tinggal di Panti Sosial
Tresna Werda Hana jika mampu
mempertahan tekanan darah dalam keadaan normal setelah dilakukan latihan imajinasi terbimbing secara rutin dan konsisten dilaksanakan setiap hari maka diharapkan dapat mengurangi stres, dan kondisi tekanan darah pasien selalu stabil dalam keadaan normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup, sehinga klien dapat memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya secara maksimal.
Jika dilihat dari penurunan tekanan darah yang signifikan baik pada kelompok napas dalam, imajinasi terbimbing dan juga
kelompok gabungan salah satunya
dipengaruhi oleh terapi farmakologis yang
patuh dilakukan oleh responden,
pengawasan yang ketat dari dokter dan perawat yang bertanggung jawab di Panti Werda Hanna, juga ditambah dengan dilakukan latihan napas dalam atau
imajinasi terbimbing secara rutin
diharapkan dapat mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Menurut Prawitasari tahun 1988 dalam Utami tahun 2002 menjelaskan Selama sistem-sistem berfungsi normal dalam keadaan seimbang, seperti pada saat seseorang dalam keadaan relaksasi dapat menekan rasa tegang dan kecemasan dengan Kondisi otot yang rileks akan menstimulasi hipotalamus sehingga merasakan ketenangan dan kenyamanan.
Jika kondisi yang berhubungan dengan lingkungan dan tingkat perkembangan individu yang stabil, juga berkaitan dengan perubahan hidup seseorang dan dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi sehingga dapat menunjang pada kualitas hidup klien yang lebih baik dengan hidup sehat, sehinga klien dapat memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya secara maksimal (Orem, 2001)
Intervensi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah
Berdasarkan hasil analisis dapat
digambarkan penurunan tekanan darah dan
kita lihat dari perbedaan nilai mean antara
pre dan post intervensi setelah 4 minggu
penurunan tekanan darah yang terjadi pada masing-masing kelompok intervensi baik
kelompok napas dalam, imajinasi
terbimbing juga gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing), maka dapat
disimpulkan nilai mean yang tertinggi
didapat pada kelompok intervensi imajinasi
terbimbing dengan perbedaan nilai mean
20,00/ 8,75 mmHg.
Perry dan Potter tahun 2009 menjelaskan bahwa tehnik relaksasi yaitu mengerahkan individu dengan pengendalian diri ketika perasaan sakit atau kegelisahan terjadi. Tehnik relaksasi dapat digunakan untuk
meningkatkan kesehatan, klien yang
menggunakan tehnik relaksasi dengan sukses mengalami beberapa perubahan
tingkah laku dan fisiologis yaitu
mengakibatkan diameter arteriol meningkat
(vasodilatasi), tahanan perifer akan
menurun. Pegaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor karotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan impulsnya ke pusat saraf simpatis dimedula
oblongata. Impuls tersebut akan
menghambat stimulasi sistem saraf
Imajinasi terbimbing mengarakan pada imajinasi yang menyenangkan sehingga terbentuk sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Dithalamus rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, dikorteks serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana dirangsang dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali objek dan
arti kehadiran tersebut. Hipokampus
berperan sebagai penentu sinyal sensorik yang dianggap penting atau tidak sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan
menimbulkan suatu persepsi dari
pengalaman sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh/ akibat yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu sensasi.
Amigdala merupakan area perilaku
kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, amigdala mempunyai serangkaian tonjolan dengan reseptor yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter yang mengirim rangsangan kewilayah sentral sehingga terbentuk pola respons perilaku yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima (Guyton & Hall tahun 1997 dalam Nurhayati tahun 2011).
Waktu Yang Paling Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah
Berdasarkan tabulasi menunjukan hasil
statistik untuk tests of between-subjects
effects didapatkan kesimpulan untuk
penurunan tekanan darah sistol yang memiliki nilai F tertinggi yaitu di minggu 1 dengan nilai F yaitu 15,842 dengan signifikansi 0,000. yang artinya dari mulai minggu 1 intervensi yang telah dilakukan, sudah berpengaruh terhadap tekanan sistol
(waktu jantung berkontraksi). Di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata antara 10,00-11,25 kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung terus antara 1,25- 4,75, untuk intervensi napas dalam dan imajinasi terbimbing juga gabungan masih turun terus, belum ditemukan titik maksimal tindakan jika dilakukan tindakan selama 4 minggu. maka jika waktu diperpanjang lagi maka kemungkinan akan menemukan titik maksimalnya atau bahkan akan turun terus, sedangkan tekanan darah klien sudah mencapai batas normal.
Menurut Evelyn tahun 2011 menjelaskan bahwa tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk kedalam arteri yang telah teregang. Selama diastolik arteri masih tetap mengembang karena tahanan perifer dari arteriole-arteriole menghalangi semua
darah mengalir kedalam jaringan.
Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergatung kepada kekuatan dan volume dalam dinding arteriole. Kontraksi ini dipertahankan oleh syaraf vasokontriktor, dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik dalam media oblongata. Tekanan darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerak yang fisiologik, seperti waktu latihan jasmani, perubahan mental karena kecemasan/ emosi bahkan kondisi relaksasi.
Penurunan tekanan darah menurun secara signifikan dikarenakan di minggu awal para omah masih sangat semangat untuk melakukan intervensi, dimana waktu adaptasi juga terjadi menurut Perry dan Potter tahun 2009 menjelaskan bahwa tehnik relaksasi dapat pengendalian diri ketika perasaan sakit atau kegelisahan terjadi dengan pengalaman motorik. Impuls tersebut akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis, hal ini akan menurunkan
ketegangan pusat simpatis, dengan
menurun, arteriol mengalami dilatasi sehingga tekanan darah menurun sangat signifikan dan untuk minggu dua sampai minggu empat terjadi penurunan tekanan darah tetapi tidak terlalui signifikan akan tetapi tekanan darah dalam kondisi stabil
jika dilakukan secara rutin maka
kemungkinan tekanan darah dapat
dipertahankan pada keadaan normal.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menemukan bahwa :
1. Ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah pre-test pada tahap
hipertensi ringan dan post-test pada
normal tensi setelah dilakukan
intervensi nafas dalam selama empat minggu.
2. Ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah pre-test pada tahap
hipertensi ringan dan post-test pada
normal tensi setelah dilakukan
intervensi imajinasi terbimbing selama empat minggu.
3. Ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah pre-test pada tahap
hipertensi ringan dan post-test pada
normal tensi setelah dilakukan
intervensi gabungan selama empat minggu.
4. Intervensi yang paling berpengaruh
dengan mean tertinggi adalah Tehnik imajinasi terbimbing.
5. Penurunan tekanan darah terjadi secara
signifikan di minggu pertama kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung terus sehingga belum ditemukan waktu yang maksimal jika intervensi hanya dilakukan selama 4 minggu.
Referensi
Alligod & Tomey. 2006. Nursing Theorists
And Their Work. 6thed. St. Louis.
Missouri: Mosby
Apik, D., 2014. Perbandingan Efektifitas
Relaksasi Benson dan Relaksasi Otot
Progresif terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi di
Kota Bogor. Tesis :Perpustakan UMJ.
Anggara, F,. Prayitno, N,. 2012.
Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1) : Jan 2013. Diunduh Maret 2015
Arif, D., Rusnoto., Hartinah, D., 2013.
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. Jurnal Stikes Muhammadiyah Kudus. JIKK Vol.4 No.2 Juli 2013:18-34. Diunduh 15 Desember 2014
Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014.
Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Duharapkan. Edisi.8. Buku 1.
Singapura: Elsevier.
Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014.
Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Duharapkan. Edisi.8. Buku 2.
Singapura: Elsevier.
Corwin, E, J. 2002. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Evelyn, Pearce. 2011. Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia
Ghozali, I. 2008. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : BP Undip.
Guyton. 2013. Fisiologi Manusia Dan
Mekanisme Penyakit. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Hastono, S, P,. 2006. Basic Data Analisis
for Health Researceh Training. Jakarta
: FKM UI.
Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2009. Pengantar Asuhan
Kepaearawatan Klien dengan
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rhineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan
penerapan-penerapan Metodologi Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis. Jakarta : Salemba Medika.
Orem, D, E. 2001. Nursing : Concept Of
Practice. (6th Ed). St. Louis : Mosby
Inc
Palmer, A dan Wiliam. 2007. Simple
Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta
: Erlangga
Poter P. A., Perry A. G. 2009.
Fundamental Keperawatan. Buku 2
Edisi 8. Jakarta : EGC
Rahmat, Mochamad. 2012. Buku Ajar
Biostatistika : Aplikasi Pada
Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC
Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan. 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta : Sagung Seto.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., &
Cheever, K.H. 2010. Brunner &
Suddarth’s Textbook of Med
ical-Surgical Nursing (12 th ed).
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Dewi, D., Setyoadi., Widastra, N., 2009. Pengaruh Tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri Pada Lansia dengan Arthritis
Reumatoid. Jurnal Keperawatan
Sudirman, Volume 4, No.2 Juli 2009. Diunduh 10 Februari 2015.
Erna. 2008. Perbedaan Tingkat Insomnia
Lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif di BPSTW
Ciparay Bandung, Tesis . Diunduh 15
Desember 2014.
Elrita., Tawaang, Mulyadi., Palandeng,
Henry., 2013. Pengaruh Tehnik
Relakssai Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat di Ruang Irina C Blu Prof. Dr.R.D.
Kandau Manado. Ejournal
keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor.
Agustus 2013. Diunduh 25 Februari
2015.
Ernawati., Hartini, T., Hadi, Idris., 2010. Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri
Dismenore Pada Mahasiswi
Universitas Muhammadiyah
Semarang. Diunduh 25 Januari 2015.
Harahap, Heryudarini., Hardiyansyah., setiawan, Budi., efendi, Imam., 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis Kelamin, Usia, Golongan Darah dan Riwayat keturunan dengan Tekanan Darah pada Pegawai Negeri Sipil di
Pekan Baru. Jurnal PGM
2008.31(2):51-58.
Herlinah, L., 2014. Dukungan Informasi
Keluarga Terhadap perilaku Lansia
Dalam Pengendalian Hipertensi.
Nursing Science Jurnal Keperawatan Vol 1.1 Hal 1-68 Edisi Mei 2014. ISSN 2355-9624. Diunduh 25 April 2015.
Kemenkes RI. 2013. Penyajian
pokok-pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan LitBangkes. Kemenkes.
RI. Diunduh 20 Januari 2015.
Kenia, N., Taviyanda, Dian., 2012. Pengaruh Relaksasi (Aromaterapi
Mawar) Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi. STIKES RS Baptis Kediri.
Diunduh 20 Desember 2015.
Kruschke, Kelly, Ann,. 2008. The impact of
guided imagery on healthcare
employess as a means to lower their blood pressure, pulse and perceived
level of stress. Ebsco Publis. Diunduh
10 Februari 2015.
Mariyam. 2011. Pengaruh Giude Imagery
Terhadap Tingkat Nyeri Anak usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan
Infus di RSUD Kota Semarang. Lontar
UI.
Martiningsih. 2011. Analisis Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Primer pada pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Keperawatan Self-Care Orem. Lontar UI.
Novarenta, A,. 2013. Guided Imagery
untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat
Menstruasi. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. Jurnal JIPT UMM. ISSN: 2301-8267, Vol.01, No.02, Agustus 2013. Diunduh Februari 2015.
Noviyanti, Amalia., Widodo, Sri.,
Shobirun., 2013. Perbedaan Efektifitas
Relaksasi Otot progresif dan Relaksasi Napas Dalam Terhadap Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi.
Diunduh 10 Februari 2015.
Pradono, J., Afifah. T., Supomo. S., 2012.
Model Intervensi Hipertensi di
Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Portalgaruda.org. Terbit 16 Februari
2012. Diunduh Januari 2015.
Rank. 2011. Guided Imagery Therapy.
Minddisorders.com. Diunduh
Desember 2014.
Rahajeng, E., Tumirah, S. 2009. Prevalensi
Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Diunduh 10 Januari 2015.
Rozako, Rusianah, Nizmah, Yuliana. 2012.
Perbedaan Efektifitas Pemberian
Tehnik Relaksasi Nafas dalam dengan
Tehnik Imajinasi Terbimbing
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Diysmenorhea Pada Remaja Putri di
Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an
Buaran Pekalongan. Diunduh 2
Agustus 2015.
South, M,. Bidjuni,. Mahara, R. 2014.
Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Kolongan Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara. ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1, Februari 2014. Diunduh 15 Maret 2015.
Sudrajat. 2014. Pengaruh Latihan Napas
dalam dan Pemijatan terhadap
Tingkat Kelelahan dan Saturasi
Oksigen pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis
di RSUD Serang. Tesis : Perpustakan
UMJ.
Sugarlaki, H,. 2009. Karakteristik dan
Faktor Berhubungan Dengan
Hipertensi Di Desa, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah tahun 2009. Jurnal Makara
Kesehatan Vol.10, No.2, Desember 2009: 78-88. Diunduh April 2015. Susanti, W., Warsito B., Armunanto. 2013.
Pengaruh Terapi Imajinasi Terpimpin Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di kelurahan Karang Sari Kabupaten Kendal. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah. Diunduh 20 Desember 2014.
Sudoyo, A., Setyohadi, B., Alwi, Idrus., Simadibrata, M., Setiati, S., 2014.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Interna Publising
Suddarth., Brunner. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 10.
Jakarta : EGC
Supardi, 2013. Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media.
Utami M.S. 2011, Efektivitas dan Terapi
Kognitif untuk mengurangi kecemasan
berbicara dimuka umum. Tesis,
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Diunduh Desember 2014.
WHO. 2011. Global Status Report on
Noncomunicable Diseases. Worlg