• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektifitas Relaksasi Napas Dal (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Efektifitas Relaksasi Napas Dal (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Dan Tehnik Imajinasi Terbimbing Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Panti Werda Hanna

Tangerang Selatan Tahun 2015 Dewi Fitriani

Stikes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia

e-mail: dewifitriani1717@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan berbahaya saat ini. Napas dalam dan imajinasi terbimbing merupakan terapi nonfarmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas napas dalam, imajinasi terbimbing dan gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing). Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan jumlah sampel 8 napas dalam, 8 imajinasi terbimbing dan 8 gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing) di Panti Werda Hanna Tangsel. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah

pre dan post intervensi selama 4 minggu dengan perbedaan nilai mean kelompok napas dalam adalah 17,50/ 11,25, Kelompok imajinasi terbimbing adalah 20,00/ 8,75, kelompok gabungan adalah 18,75/ 6,25.Berdasarkan nilai

mean, Intervensi yang paling berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah adalah imajinasi terbimbing dan waktu yang paling efektif untuk semua intervensi adalah diminggu 1 dengan nilai F yaitu 15,842. Saran : Napas dalam dan imajinasi terbimbing dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah.

Kata kunci : napas dalam, imajinasi terbimbing, Tekanan darah.

ABSTRACT

Hypertension is one of the non-communicable diseases are becoming a very serious health problems and dangerous current. A deep breath and guided imagery is a non-pharmacological therapy that can lower blood pressure. This study aimed to analyze the effectiveness of a deep breath, guided imagery and combined (a deep breath and guided imagery). Type of quasi-experimental research with a sample of breath 8, 8 and 8 combined guided imagery (a deep breath and guided imagery) in Nursing home Hanna South Tangerang. The results showed no significant difference between blood pressure pre and post intervention for 4 weeks with a mean value of group differences in the breath was 17.50 / 11.25, guided imagery group was 20.00 / 8.75, the combined group was 18, 75 / 6,25.based on mean, interventions that most influence on blood pressure reduction is guided imagery and the most effective time for all interventions is week is one with the F value is 15.842. Suggestion: Breath in and guided imagery can be used to lower blood pressure.

Keywords: a deep breath, guided imagery, blood pressure.

Pendahuluan

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah

kesehatan yang sangat serius dan

berbahaya saat ini, di Amerika diperkirakan satu dari empat orang dewasa menderita hipertensi. Di Indonesia sendiri, angka kejadian hipertensi juga sangat tinggi (Susanti dkk, 2013). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 Prevalensi hipertensi mencapai 31,7%.

Menurut informasi kesehatan Banten, di wilayah provinsi Banten diperkirakan satu diantara tiga orang adalah klien dengan hipertensi (Pradono, 2012). Jika penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang organ target seperti mengakibatkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta

kebutaan. Menurut WHO dan the

International Society of Hypertension

(ISH) dilaporkan bahwa penyakit

hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 3 kali lebih besar terkena serangan jantung dan 7 kali lebih

(2)

besar terkena stroke (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Menurut The Seventh Report of The Joint

National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure (JNC 7) tahun 2003,

berikut klasifikasi tekanan darah adalah :

Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah

TDS (mmHg)

TDD (mmHg)

Normotensi < 130 < 85

Hipertensi Perbatasan 130-139 85-89

Hipertensi Ringan 140-159 90-99

Hipertensi Sedang 160-179 100-109

Hipertensi Berat ≥180 ≥110

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik (Pradono, 2012. Indriawati, 2011)

Penyakit stroke merupakan komplikasi yang sering terjadi jika hipertensi tidak mendapatkan penangan yang serius, hal ini bisa saja terjadi pada klien dari 58% klien panti yang saat ini terdiagnosis hipertensi di Panti Sosial Tresna Werda Hanna di Tangerang Selatan dari seluruhnya yang berjumlah 74 orang. Pada saat ini ada 2 orang yang mengalami hipertensi dengan komplikasi Stroke. (Pengelola panti Werda Hanna, Januari 2015).

Komplikasi dari hipertensi tidak akan terjadi jika klien mendapatkan penangan dengan tepat. Hipertensi dapat diobati dengan dua cara yaitu terapi dengan cara

farmakologis dan nonfarmakologis.

Beberapa jenis terapi nonfarmakologis atau terapi komplemeter meliputi : terapi Akupresur (terapi akupuntur tanpa jarum), terapi herbal berasal dari cina, terapi jus, terapi Pijatan (stimulasi kutaneus), terapi

Yoga, terapi dengan menggunakan

Aromaterapi, terapi Pernapasan dan

relaksasi, terapi melalui pikiran dan tubuh /meditasi atau hypnosis (Ritu Jain 2011 dalam Kenia dan Taviyanda, 2012). Dengan mulai berkembangnya terapi komplementer di Indonesia, perawatpun dapat berperan dalam menerapkan terapi

komplementer jika mengacu pada

peraturan menteri kesehatan nomor

473/MENKES/Per/17/2013 tentang

penyelenggaran praktik keperawatan.

Praktik keperawatan menurut Orem

merupakan asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Penyakit hipertensi dapat menjadi ancaman yang serius jika klien tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat. Jika klien hipertensi di Panti Sosial Tresna Werda Hanna tekanan darahnya dapat dipertahankan dalam nilai normal maka akan membantu klien lansia dengan hipertensi dalam memperoleh kesehatan yang optimal dan terhindar dari resiko dan komplikasi juga diharapkan meningkatkan

kualitas hidup dan kesejahteraannya

dengan melakukan perawatan secara mandiri (Alligod & Tomey. 2006)

Dalam upaya memahami fenomena diatas

dimana diharapkan klien mampu

melakukan perawatan untuk dirinya

sendiri, dan meningkatkan kualitas hidup, maka klien hipertensi selain tetap diberikan terapi farmakologis, peneliti bertujuan

memperkenalkan dan mengajarkan

pemberian therapy non farmakologis yang relatif praktis dan efisien pada klien juga perawat yang bertugas dipanti dengan latihan relaksasi dengan cara napas dalam dan imajinasi terbimbing. Dimana tehnik relaksasi napas dalam dan imajinasi terbimbing ini belum pernah dilaksanakan di Panti ini sebagai tindakan dalam asuhan keperawatan pada klien.

Metode

Penelitian dilakukan dengan desain Quasi

Eksperimental, Teknik pengambilan

(3)

gabungan. Masing-masing kelompok

diberikan pretest dan posttest untuk

mengetahui tekanan darah. Penelitian

dilaksanakan bulan Juni-Juli 2015.

Hasil

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2015 dilaksanakan di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan. Jumlah responden 24 orang dengan rincian masing-masing kelompok 8 orang. Berdasarkan usia, rerata usia responden adalah 74 tahun, Dengan usia termuda 66 tahun dan usia tertua 86. 100% jenis kelamin perempuan.

Uji normalitas data yang dilakukan dengan cara menilai swekness dan standar eror, dengan hasil distribusi normal. variabel

sistol dan diastol pre dan post intervensi

variasi datanya adalah homogeny, terlihat dari hasil uji levence statistis > 0,05.

Rata-rata Tekanan Darah pre dan post Intervensi Napas Dalam

Tabel 2 : Distribusi Tekanan Darah pre dan

post Intervensi Napas Dalam Selama 4

Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015

Variabel n Mean Perbedaan nilai mean

p

value

TD pre intervensi TD Sistol TD post intervensi

TD Sistol TD Diastol

8 123.75

76.25

Pada tabel diatas diketahui bahwa rata-rata

tekanan darah pre intervensi adalah 141,25/

87,50 mmHg, kemudian hasil rata-rata

tekanan darah post intervensi napas dalam

selama 4 minggu adalah 123,75/ 76,25

mmHg, dengan perbedaan nilai mean

antara tekanan darah pre dan post

intervensi napas dalam selama 4 minggu adalah 17,50/11,25.

Hasil uji statistic menunjukan ada

perbedaan yang signifikan dengan nilai p

value 0.000, antara tekanan darah sistol dan

diastol pre dan post intervensi nafas dalam

selama 4 minggu.

Tekanan Darah Pre dan Post Intervensi Imajinasi Terbimbing

Tabel 3 :Distribusi Tekanan Darah pre dan

post Intervensi Relaksasi Imajinasi

Terbimbing Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015

Variabel n Mean Perbedaan nilai mean

p value

TD pre intervensi TD Sistol TD post intervensi

TD Sistol TD Diastol

8 123.75

75.50

Pada tabel diatas diketahui bahwa rata-rata

tekanan darah pre intervensi adalah 143,75/

81,25 mmHg, dan kemudian didapat

rata-rata tekanan darah post intervensi adalah

123,75/75,50 mmHg, dengan perbedaan

nilai mean antara tekanan darah sistol dan

diastol pre dan post intervensi relaksasi

imajinasi terbimbing selama 4 minggu adalah 20,00/8,75.

Hasil uji statistic menunjukan ada

perbedaan yang signifikan antara tekanan

darah pre dan post intervensi relaksasi

imajinasi terbimbing dengan p value 0.000

untuk tekanan sistol dan p value 0.006

untuk tekanan darah diastol.

Tekanan Darah pre dan post Intervensi Gabungan (Napas Dalam dan Tehnik Relaksasi Imajinasi Terbimbing)

Tabel 4 : Distribusi Tekanan Darah pre dan

post Intervensi Gabungan (Napas Dalam

dan Relaksasi Imajinasi Terbimbing) Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015

Variabel n Mean Perbedaan nilai mean

p value

TD pre intervensi TD Sistol TD post intervensi

(4)

pre intervensi adalah 151,25/87,50 mmHg.

Danrata-rata tekanan darah post intervensi

adalah 132,50/81,25 mmHg. Perbedaan

nilai mean antara pre dan post intervensi

gabungan adalah 18,75/6,25.

Hasil uji statistic menunjukan ada

perbedaan yang signifikan antara tekanan

darah pre dan post intervensi gabungan

selama empat minggu dengan p value 0.000

untuk tekanan sistol dan p value 0.0011

untuk tekanan darah diastol.

Rata-rata Tekanan Darah Post Intervensi

Tabel 5 : Distribusi Perbedaan Rata-rata

Tekanan Darah Post Intervensi Napas

Dalam, Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan Gabungan Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015

intervensi pada kelompok intervensi napas

dalam selama 4 minggu adalah

123,75/76,25 mmHg. Pada kelompok intervensi imajinasi terbimbing adalah 123,75/75,50 mmHg. Sedangkan untuk kelompok intervensi gabungan (napas

dalam dan imajinasi terbimbing)

didapatkan rata-rata tekanan darah sistol dan diastol adalah 132,50/ 81,25 mmHg.

Hasil uji statistic didapat nilai p value sistol

0.009 dan p value diastol 0,015, berarti

pada alpa 5% dapat disimpulkan ada perbedaan tekanan darah antara ketiga intervensi.

Intervensi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Tabel 6 : Analisis Intervensi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Selama 4 Minggu Intervensi di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015

Perlakuan Waktu Mean

Sistol/ Diastol

Pre-intervensi 141,25/ 87,50 Sistol 17,50

Diastol 11,25

Pre-intervensi 143,75/ 87,50 Sistol 20,00

Diastol 8,75 Minggu 1 132,50/ 80,00

Minggu 2 128,75/ 80,00 Minggu 3 125,00/ 73,75 Minggu 4 123,75/ 75,50

Gabungan Pre-intervensi 151,25/ 87,50 Sistol 18,75

Diastol 6,25

menggunakan analisis General Linier

Model-Repeated Measures dapat dilihat

pengaruh intervensi relaksasi napas dalam terhadap tekanan darah pada kelompok intervensi napas dalam, dimana rata-rata tekanan darah pre-intervensi adalah 141,25/ 87,50 mmHg, kemudian setelah dilakukan intervensi napas dalam selama 15 menit perhari diminggu pertama didapatkan rata-rata tekanan darah 131,25/ 86,25 mmHg,

kemudian intervensi masih berlanjut

selama 15 menit setiap hari maka

didapatkan rata-rata tekanan darah

diminggu 2 adalah 127,50/ 85,00 mmHg, kemudian rata-rata tekanan darah diminggu 3 didapatkan 126,25/ 78,25 mmHg, dan

hasil rata-rata tekanan darah post intervensi

nafas dalam selama 4 minggu intervensi napas dalam dilaksanakan didapatkan

rata-rata 123,75/76,25 mmHg, dengan

perbedaan rata-rata tekanan darah pre-test

dan post-test adalah 17,50/11,25 mmHg.

Jika kita lihat pengaruh intervensi relaksasi imajinasi terbimbing terhadap tekanan darah maka dapat kita simpulkan dimana

(5)

adalah adalah 143,75/87,50 mmHg, kemudian setelah dilaksanakan intervensi imajinasi terbimbing selama 15 menit/ hari

didapatkan rata-rata tekanan darah

diminggu 1 didapatkan rata-rata 132,50/ 80,00 mmHg, kemudian intervensi masih dilanjutkan setiap hari selama 15 menit setiap hari maka didapatkan rata-rata tekanan darah diminggu 2 adalah 128,75/ 80,00 mmHg, selanjutnya rata-rata tekanan darah diminggu 3 didapatkan 125,00/ 73,75 mmHg, kemudian didapatkan rata-rata

tekanan darah post-intervensi setelah

dilakukan intervensi selama 4 minggu adalah 123,75/75,50 mmHg. Dengan

perbedaan rata-rata tekanan darah pre-test

dan post-test adalah 20,00/ 8,75 mmHg.

Kemudian untuk pengaruh intervensi gabungan antara napas dalam dan imajinasi terbimbing berdasarkan tabulasi bahwa

didapatkan rata-rata tekanan darah

pre-intervensi adalah 151,25/87,50 mmHg, kemudian setelah dilakukan intervensi gabungan didapatkan rata-rata tekanan darah diminggu 1 adalah 140,00/83,75 mmHg, kemudian untuk rata-rata tekanan darah diminggu 2 didapatkan 135,00/86,25 mmHg, dan rata-rata tekanan darah diminggu 3 didapatkan 133,75/81,25 mmHg, kemudian hasil rata-rata tekanan

darah post-intervensi setelah intervensi

gabungan selama 4 minggu adalah 132,50 mmHg/ 81,25 mmHg, dengan perbedaan

tekanan darah pre-test dan post-test adalah

18,75/6,25.

Jika kita lihat dari perbedaan nilai mean

antara pre dan post intervensi setelah 4

minggu penurunan tekanan darah yang terjadi pada masing-masing kelompok intervensi setelah dilakukan intervensi selama 4 minggu, maka dapat disimpulkan

untuk nilai mean yang tertinggi didapat

pada kelompok intervensi imajinasi

terbimbing dengan perbedaan nilai mean

20,00/8,75 mmHg.

Waktu Yang Paling Berpengaruh Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Grafik 1 : Penurunan tekanan darah dari minggu 1 sampai minggu 4 pada kelompok

intervensi Napas Dalam, Imajinasi

Terbimbing dan Gabungan.

Dilihat dari grafik 1 rata-rata tekanan darah

pre-intervensi adalah 141,25/ 87,50 mmHg,

kemudian setelah dilakukan intervensi napas dalam selama 15 menit perhari dalam waktu emapat minggu intervensi maka diihat rata-rata penurunan di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata 10,00 mmHg, kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung antara 1- 3,75 mMHg.

Untuk rata-rata tekanan darah

pre-intervensi adalah adalah 143,75/ 87,50 mmHg, kemudian setelah dilaksanakan intervensi imajinasi terbimbing selama 15 menit perhari selama empat minggu didapatkan rata-rata penurunan rata-rata diminggu pertama 11.25 mmHg, kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung antara 1,25- 3,75 mMHg.

Untuk rata-rata tekanan darah

pre-intervensi adalah 151,25 mmHg/ 87,50

mmHg, kemudian setelah dilakukan

intervensi gabungan (antara napas dalam dan imajinasi terbimbing) selama 15 menit perhari selama empat minggu didapatkan rata-rata penurunan tekanan darah di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata 11,25 kemudian untuk minggu kedua

Si s t o l

4 3

2 1

Es

ti

ma

te

d

Ma

rg

in

al

M

ea

ns

1 4 0

1 3 5

1 3 0

1 2 5

1 2 0

Ga b u n g a n I ma j i n a s i _ t e Na f a s d a l a m

Pe r l a k u a

(6)

sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung antara 1,25- 3,00 mMHg.

Waktu Yang Paling Berpengaruh Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Tabel 7 : Analisis Waktu Yang Paling Berpengaruh Setelah dilaksanan Intervensi Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015.

Efek Variabel Dependent F Sig.

between-subjects effects yang tercantum

pada hasil diatas menunjukkan bahwa hubungan antara intervensi dengan hasil TD sistol minggu 1 memberikan nilai tertinggi dengan harga F tertinggi yaitu 15,842 dengan nilai signifikansi 0,000. yang artinya dari mulai minggu 1 intervensi

yang dilakukan sudah berpengaruh

terhadap tekanan darah sistol. Di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata antara 10,00-11,25 kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung terus antara 1,25- 4,7. Untuk intervensi napas dalam dan imajinasi terbimbing juga gabungan masih turun terus sampai minggu keempat intervensi dilaksanakan, tetapi belum ditemukan titik maksimal tindakan jika dilakukan tindakan selama 4 minggu.

Pembahasan

Karakteristik Responden

Berdasarkan tabulasi menunjukan hasil

statistik distribusi frekuensi untuk

karakteristik usia responden pada saat dilaksanakan penelitian Dengan usia termuda 66 tahun dan usia tertua 86, dengan rata-rata usia responden berumur 74 tahun. Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Berdasarkan hasil

penelitian pradono tahun 2010 bahwa Hipertensi meningkat pada kelompok usia 45 tahun atau lebih. 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Menurut hasil penelitian Sugarlaki pada tahun 2009 bahwa ada hubungan antara usia dengan angka kejadian hipertensi, dari 100 klien yang menjadi responden penelitiannya 66% klien berusia diatas 56 tahun.

Menurut laporan Rahajeng dan Tumirah (2009) dari pusat penelitian Biomedis dan farmasi mengatakan bahwa proporsi pasien yang mengalami hipertensi terjadi pada kelompok usia lebih dari 45 tahun. Menurut Abbas dan Fausto (2005) setelah usia 45 tahun dinding arteri akan mengalami penebalan karena penumpukan kolagen pada lapisan pembuluh otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.

Menurut Palmer dan Wiliam (2007) tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya usia. Didukung oleh hasil penelitian harahap dkk pada tahun 2008 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar umur dengan tekanan darah, setiap peningkatan umur 1 tahun akan meningkatkan tekanan darah sisitol sebanyak 0,493 mmHg dan tekanan darah diastol sebanyak 0,189 mmhg. Hal ini

karena elastisitas pembuluh darah

berkurang dengan semakin meningkatnya umur, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

(7)

proporsi laki-laki bermakna beresiko hipertensi 1,25 kali dari pada perempuan.

Menurut pernyataan Smeltzer & Bare tahun 2010 bahwa laki-laki lebih beresiko

menderita hipertensi dibandingkan

perempuan. Dan tekanan darah pada wanita akan meningkat secara signifikan setelah menopause, seperti yang terjadi pada omah-omah yang tinggal di Panti Werda Hanna daerah Tangerang Selatan. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh South pada tahun 2014 dimana hasil penelitian didapatkan pada kelompok usia dengan hipertensi sebagian besar dengan kelompok usia diatas 50 tahun dengan responden berjenis kelamin perempuan sejumlah 68,8%.

Pada keseluruhan angka kejadian,

hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hampir sama antara usia 55 sanpai 74 tahun, kemudian setelah usia 74 tahun wanita berisiko lebih besar dari pada laki-laki (Muttaqin, 2009). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggara pada tahun 2012 dimana jenis kelamin tidak ada hubungan tekanan darah yang terjadi dengan hasilnya nilai p value 0,355.

Intervensi Relaksasi Napas Dalam, Imajinasi Terbimbing dan Gabungan

Tabel 8 : Distribusi Mean pre, post dan

Perbedaan Nilai Mean

Variabel n Mean

Pengaruh Relaksasi napas dalam setelah intervensi dilaksnakan selama 4 minggu,

dengan perbedaan rata-rata tekanan darah

pre-test dan post-test sebesar 17,50/11,25

mmHg. Dengan hasil uji statistic menunjukan ada perbedaan yang signifikan

antara tekanan darah sistol dan diastol

pre-test pada tahap hipertensi ringan dan

post-test pada normal tensi setelah dilakukan

intervensi nafas dalam selama empat

minggu dengan nilai p value 0.000.

Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlita dkk 2013, tentang pengaruh tehnik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pasien Hipertensi sedang-berat di ruang Irina C RS Kandau Manado, teknik relaksasi napas dalam di ajarkan kepada responden kelompok eksperimen selama 15 menit, lalu tekanan darah di ukur kembali dan dicatat. Analisa dengan menggunakan uji

Wilcoxon Signed Rank Test (α=0,05)

dengan kesimpulan teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sedang-berat. Jika klien mampu mempertahankan tekanan darah dalam kondisi stabil maka sejalan

dengan konsep Self Care Orem, seperti

dijelaskan dalam konsep Universal

Self-Care Requisites dimana kebebasan individu

dalam merawat diri sendiri diharapkan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memvalidasi kebutuhan tubuh secara terintegrasi dengan lingkungan kehidupan sebagai kebutuhan dasar diantaranya klien

mampu melakukan pemeliharaan

keseimbangan antara aktivitas dan istirahat sehingga tekanan darah dapat tetap dipertahankan pada posisi normal (Orem, 2001).

Pengaruh relaksasi imajinasi terbimbing terhadap tekanan darah setelah dilakukan intervensi relaksasi imajinasi terbimbing selama 4 minggu didapatkan perbedaan

rata-rata tekanan darah pre-test dan

post-test adalah 20,00/8,75 mmHg. Dengan hasil

uji statistic menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistol

dan diastol pre-test pada tahap hipertensi

(8)

setelah dilakukan intervensi imajinasi

terbimbing dengan p value 0.000 untuk

tekanan sistol dan p value 0.006 untuk

tekanan darah diastol.

Didukung dengan hasil penelitian Kruschke

pada tahun 2008 dengan judul The impact

of guided imagery on healthcare employess as a means to lower their blood pressure,

pulse and perceived level of stress, Hasil

penelitian menunjukkan korelasi langsung antara penurunan tekanan darah dan denyut nadi, dan pengurangan tingkat stres peserta mengikuti sesi guided imagery. Data menunjukkan perbedaan sinificant (p value

0.05) antara tekanan darah sistolik pre dan

post untuk stelah mengikuti empat sesi

guided imagery. Hasil analisis data juga menghasilkan perbedaan signifikan dengan perbedaan rata-rata antara tekanan darah

pre dan post sistolik adalah 10,5 mmHg.

Jika klien mampu mempertahankan

tekanan darah dalam kondisi awal (normal)

maka sejalan dengan konsep Self Care

Orem, dimana pasien hanya membutuhkan

Supportif-Educative System yaitu dengan

cara mengatur latihan dan mengembangkan

kemampuan self care klien. Dengan desain

sistem asuhan keperawatan yang diberikan

pada klien yang membutuhkan

pembelajaran dan juga dukungan dengan harapan klien mampu melakukan tindakan secara mandiri (Alligod & Tomey, 2006)

Pengaruh intervensi gabungan (napas

dalam dan imajinasi terbimbing)

berdasarkan tabulasi menunjukan hasil statistik dengan perbedaan tekanan darah

pre-test dan post-test adalah 18,75/6,25.

Hasil uji statistic menunjukan ada

perbedaan yang signifikan antara tekanan darah imajinasi terbimbing anatara tekanan

darah pre-test pada tahap hipertensi ringan

dan post-test pada hipertensi perbatasan

dengan p value 0.000 untuk tekanan sistol

dan p value 0.011 untuk tekanan darah

diastol.

Tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rozako dkk tahun 2012,

bahwa pemberian tehnik relaksasi napas dalam dan imajinasi terbimbing terhadap

penurunan nyeri dismenorrhea pada remaja

putri dipondok pesantren Al_quran

Pekalongan dengan p value 0,109, sehingga

tidak ada pengaruh yang signifikan. Sedangkan untuk penelitian yang sejenis dimana menggabungkan intervensi napas dalam dan imajinasi terbimbing terhadap tekanan darah tidak ditemukan hasil

penelitian sebelumnya. Dan untuk

penelitian gabungan antara napas dalam dan imajinasi terbimbing belum ditemukan.

Menurut Perry dan Potter tahun 2009 menjelaskan bahwa tehnik relaksasi yaitu

mengerahkan individu dengan

pengendalian diri ketika perasaan sakit atau kegelisahan terjadi. Tehnik relaksasi dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan, klien yang menggunakan tehnik relaksasi

dengan sukses mengalami beberapa

perubahan tingkah laku dan fisiologis yaitu mengakibatkan diameter arteriol meningkat

(vasodilatasi), tahanan perifer akan

menurun. Pegaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor karotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan impulsnya ke pusat saraf simpatis dimedula

oblongata. Impuls tersebut akan

menghambat stimulasi sistem saraf

simpatis, hal ini akan menurunkan ketegangan pusat simpatis, akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arteriol mengalami dilatasi, dan tekanan darah kembali ke level awal (Guyton, 2013).

Jika tekanan darah klien dapat

dipertahankan pada posisi normal dengan rutin dilakukan tehnik relaksasi napas

dalam akan sejalan dengan konsep

Self-care menurut Orem dimana fungsi

pengaturan manusia yang digunakan dengan sengaja oleh individu dimana untuk mencapai integritas struktural dan fungsi

kemanusiaan dengan tujuan untuk

mempertahankan kehidupan. Perilaku yang

aktual dari self care adalah hasil dari

kemampuan self care agency diantaranya

(9)

mempertahankan tekanan darah dalam keadaan stabil diposisi nornal, maka kualitas hidup klien akan maksimal dan

Self-care akan terpenuhi (Anggleton &

Chalmers 1986, dalam Martiningsih 2011)

Alligod & Tomey tahun 2006 menjelaskan dalam pandangan orem, bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan alami setiap klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Saat keseimbangan tercapai antara kemampuan dan kebutuhannya karena kondisi yang stabil yang dialami klien. Untuk klien hipertensi yang tinggal di Panti Sosial

Tresna Werda Hana jika mampu

mempertahan tekanan darah dalam keadaan normal setelah dilakukan latihan imajinasi terbimbing secara rutin dan konsisten dilaksanakan setiap hari maka diharapkan dapat mengurangi stres, dan kondisi tekanan darah pasien selalu stabil dalam keadaan normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup, sehinga klien dapat memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya secara maksimal.

Jika dilihat dari penurunan tekanan darah yang signifikan baik pada kelompok napas dalam, imajinasi terbimbing dan juga

kelompok gabungan salah satunya

dipengaruhi oleh terapi farmakologis yang

patuh dilakukan oleh responden,

pengawasan yang ketat dari dokter dan perawat yang bertanggung jawab di Panti Werda Hanna, juga ditambah dengan dilakukan latihan napas dalam atau

imajinasi terbimbing secara rutin

diharapkan dapat mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Menurut Prawitasari tahun 1988 dalam Utami tahun 2002 menjelaskan Selama sistem-sistem berfungsi normal dalam keadaan seimbang, seperti pada saat seseorang dalam keadaan relaksasi dapat menekan rasa tegang dan kecemasan dengan Kondisi otot yang rileks akan menstimulasi hipotalamus sehingga merasakan ketenangan dan kenyamanan.

Jika kondisi yang berhubungan dengan lingkungan dan tingkat perkembangan individu yang stabil, juga berkaitan dengan perubahan hidup seseorang dan dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi sehingga dapat menunjang pada kualitas hidup klien yang lebih baik dengan hidup sehat, sehinga klien dapat memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya secara maksimal (Orem, 2001)

Intervensi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah

Berdasarkan hasil analisis dapat

digambarkan penurunan tekanan darah dan

kita lihat dari perbedaan nilai mean antara

pre dan post intervensi setelah 4 minggu

penurunan tekanan darah yang terjadi pada masing-masing kelompok intervensi baik

kelompok napas dalam, imajinasi

terbimbing juga gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing), maka dapat

disimpulkan nilai mean yang tertinggi

didapat pada kelompok intervensi imajinasi

terbimbing dengan perbedaan nilai mean

20,00/ 8,75 mmHg.

Perry dan Potter tahun 2009 menjelaskan bahwa tehnik relaksasi yaitu mengerahkan individu dengan pengendalian diri ketika perasaan sakit atau kegelisahan terjadi. Tehnik relaksasi dapat digunakan untuk

meningkatkan kesehatan, klien yang

menggunakan tehnik relaksasi dengan sukses mengalami beberapa perubahan

tingkah laku dan fisiologis yaitu

mengakibatkan diameter arteriol meningkat

(vasodilatasi), tahanan perifer akan

menurun. Pegaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor karotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan impulsnya ke pusat saraf simpatis dimedula

oblongata. Impuls tersebut akan

menghambat stimulasi sistem saraf

(10)

Imajinasi terbimbing mengarakan pada imajinasi yang menyenangkan sehingga terbentuk sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Dithalamus rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, dikorteks serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana dirangsang dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali objek dan

arti kehadiran tersebut. Hipokampus

berperan sebagai penentu sinyal sensorik yang dianggap penting atau tidak sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan

menimbulkan suatu persepsi dari

pengalaman sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh/ akibat yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu sensasi.

Amigdala merupakan area perilaku

kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, amigdala mempunyai serangkaian tonjolan dengan reseptor yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter yang mengirim rangsangan kewilayah sentral sehingga terbentuk pola respons perilaku yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima (Guyton & Hall tahun 1997 dalam Nurhayati tahun 2011).

Waktu Yang Paling Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah

Berdasarkan tabulasi menunjukan hasil

statistik untuk tests of between-subjects

effects didapatkan kesimpulan untuk

penurunan tekanan darah sistol yang memiliki nilai F tertinggi yaitu di minggu 1 dengan nilai F yaitu 15,842 dengan signifikansi 0,000. yang artinya dari mulai minggu 1 intervensi yang telah dilakukan, sudah berpengaruh terhadap tekanan sistol

(waktu jantung berkontraksi). Di minggu pertama penurunan terjadi sangat signifikan ditandai dengan penurunan rata-rata antara 10,00-11,25 kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung terus antara 1,25- 4,75, untuk intervensi napas dalam dan imajinasi terbimbing juga gabungan masih turun terus, belum ditemukan titik maksimal tindakan jika dilakukan tindakan selama 4 minggu. maka jika waktu diperpanjang lagi maka kemungkinan akan menemukan titik maksimalnya atau bahkan akan turun terus, sedangkan tekanan darah klien sudah mencapai batas normal.

Menurut Evelyn tahun 2011 menjelaskan bahwa tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk kedalam arteri yang telah teregang. Selama diastolik arteri masih tetap mengembang karena tahanan perifer dari arteriole-arteriole menghalangi semua

darah mengalir kedalam jaringan.

Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergatung kepada kekuatan dan volume dalam dinding arteriole. Kontraksi ini dipertahankan oleh syaraf vasokontriktor, dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik dalam media oblongata. Tekanan darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerak yang fisiologik, seperti waktu latihan jasmani, perubahan mental karena kecemasan/ emosi bahkan kondisi relaksasi.

Penurunan tekanan darah menurun secara signifikan dikarenakan di minggu awal para omah masih sangat semangat untuk melakukan intervensi, dimana waktu adaptasi juga terjadi menurut Perry dan Potter tahun 2009 menjelaskan bahwa tehnik relaksasi dapat pengendalian diri ketika perasaan sakit atau kegelisahan terjadi dengan pengalaman motorik. Impuls tersebut akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis, hal ini akan menurunkan

ketegangan pusat simpatis, dengan

(11)

menurun, arteriol mengalami dilatasi sehingga tekanan darah menurun sangat signifikan dan untuk minggu dua sampai minggu empat terjadi penurunan tekanan darah tetapi tidak terlalui signifikan akan tetapi tekanan darah dalam kondisi stabil

jika dilakukan secara rutin maka

kemungkinan tekanan darah dapat

dipertahankan pada keadaan normal.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menemukan bahwa :

1. Ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah pre-test pada tahap

hipertensi ringan dan post-test pada

normal tensi setelah dilakukan

intervensi nafas dalam selama empat minggu.

2. Ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah pre-test pada tahap

hipertensi ringan dan post-test pada

normal tensi setelah dilakukan

intervensi imajinasi terbimbing selama empat minggu.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah pre-test pada tahap

hipertensi ringan dan post-test pada

normal tensi setelah dilakukan

intervensi gabungan selama empat minggu.

4. Intervensi yang paling berpengaruh

dengan mean tertinggi adalah Tehnik imajinasi terbimbing.

5. Penurunan tekanan darah terjadi secara

signifikan di minggu pertama kemudian untuk minggu kedua sampai minggu keempat penurunan masih berlangsung terus sehingga belum ditemukan waktu yang maksimal jika intervensi hanya dilakukan selama 4 minggu.

Referensi

Alligod & Tomey. 2006. Nursing Theorists

And Their Work. 6thed. St. Louis.

Missouri: Mosby

Apik, D., 2014. Perbandingan Efektifitas

Relaksasi Benson dan Relaksasi Otot

Progresif terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pasien Hipertensi di

Kota Bogor. Tesis :Perpustakan UMJ.

Anggara, F,. Prayitno, N,. 2012.

Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1) : Jan 2013. Diunduh Maret 2015

Arif, D., Rusnoto., Hartinah, D., 2013.

Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. Jurnal Stikes Muhammadiyah Kudus. JIKK Vol.4 No.2 Juli 2013:18-34. Diunduh 15 Desember 2014

Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian :

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014.

Keperawatan Medikal Bedah:

Manajemen Klinis untuk Hasil yang

Duharapkan. Edisi.8. Buku 1.

Singapura: Elsevier.

Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014.

Keperawatan Medikal Bedah:

Manajemen Klinis untuk Hasil yang

Duharapkan. Edisi.8. Buku 2.

Singapura: Elsevier.

Corwin, E, J. 2002. Buku Saku

Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Evelyn, Pearce. 2011. Anatomi dan

Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :

Gramedia

Ghozali, I. 2008. Aplikasi Analisis

Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : BP Undip.

Guyton. 2013. Fisiologi Manusia Dan

Mekanisme Penyakit. Edisi 3. Jakarta :

EGC

Hastono, S, P,. 2006. Basic Data Analisis

for Health Researceh Training. Jakarta

: FKM UI.

Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian

Kebidanan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, A. 2009. Pengantar Asuhan

Kepaearawatan Klien dengan

(12)

Notoatmojo, S. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rhineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan

penerapan-penerapan Metodologi Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen

Penelitian Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan : Pendekatan

Praktis. Jakarta : Salemba Medika.

Orem, D, E. 2001. Nursing : Concept Of

Practice. (6th Ed). St. Louis : Mosby

Inc

Palmer, A dan Wiliam. 2007. Simple

Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta

: Erlangga

Poter P. A., Perry A. G. 2009.

Fundamental Keperawatan. Buku 2

Edisi 8. Jakarta : EGC

Rahmat, Mochamad. 2012. Buku Ajar

Biostatistika : Aplikasi Pada

Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC

Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan. 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., &

Cheever, K.H. 2010. Brunner &

Suddarth’s Textbook of Med

ical-Surgical Nursing (12 th ed).

Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Dewi, D., Setyoadi., Widastra, N., 2009. Pengaruh Tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri Pada Lansia dengan Arthritis

Reumatoid. Jurnal Keperawatan

Sudirman, Volume 4, No.2 Juli 2009. Diunduh 10 Februari 2015.

Erna. 2008. Perbedaan Tingkat Insomnia

Lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif di BPSTW

Ciparay Bandung, Tesis . Diunduh 15

Desember 2014.

Elrita., Tawaang, Mulyadi., Palandeng,

Henry., 2013. Pengaruh Tehnik

Relakssai Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat di Ruang Irina C Blu Prof. Dr.R.D.

Kandau Manado. Ejournal

keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor.

Agustus 2013. Diunduh 25 Februari

2015.

Ernawati., Hartini, T., Hadi, Idris., 2010. Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri

Dismenore Pada Mahasiswi

Universitas Muhammadiyah

Semarang. Diunduh 25 Januari 2015.

Harahap, Heryudarini., Hardiyansyah., setiawan, Budi., efendi, Imam., 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis Kelamin, Usia, Golongan Darah dan Riwayat keturunan dengan Tekanan Darah pada Pegawai Negeri Sipil di

Pekan Baru. Jurnal PGM

2008.31(2):51-58.

Herlinah, L., 2014. Dukungan Informasi

Keluarga Terhadap perilaku Lansia

Dalam Pengendalian Hipertensi.

Nursing Science Jurnal Keperawatan Vol 1.1 Hal 1-68 Edisi Mei 2014. ISSN 2355-9624. Diunduh 25 April 2015.

Kemenkes RI. 2013. Penyajian

pokok-pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan LitBangkes. Kemenkes.

RI. Diunduh 20 Januari 2015.

Kenia, N., Taviyanda, Dian., 2012. Pengaruh Relaksasi (Aromaterapi

Mawar) Terhadap Perubahan

Tekanan Darah Pada Lansia

Hipertensi. STIKES RS Baptis Kediri.

Diunduh 20 Desember 2015.

Kruschke, Kelly, Ann,. 2008. The impact of

guided imagery on healthcare

employess as a means to lower their blood pressure, pulse and perceived

level of stress. Ebsco Publis. Diunduh

10 Februari 2015.

Mariyam. 2011. Pengaruh Giude Imagery

Terhadap Tingkat Nyeri Anak usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan

Infus di RSUD Kota Semarang. Lontar

UI.

Martiningsih. 2011. Analisis Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Primer pada pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

(13)

Keperawatan Self-Care Orem. Lontar UI.

Novarenta, A,. 2013. Guided Imagery

untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat

Menstruasi. Jurnal Ilmiah Psikologi

Terapan. Jurnal JIPT UMM. ISSN: 2301-8267, Vol.01, No.02, Agustus 2013. Diunduh Februari 2015.

Noviyanti, Amalia., Widodo, Sri.,

Shobirun., 2013. Perbedaan Efektifitas

Relaksasi Otot progresif dan Relaksasi Napas Dalam Terhadap Tekanan

Darah pada Pasien Hipertensi.

Diunduh 10 Februari 2015.

Pradono, J., Afifah. T., Supomo. S., 2012.

Model Intervensi Hipertensi di

Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Portalgaruda.org. Terbit 16 Februari

2012. Diunduh Januari 2015.

Rank. 2011. Guided Imagery Therapy.

Minddisorders.com. Diunduh

Desember 2014.

Rahajeng, E., Tumirah, S. 2009. Prevalensi

Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia. Diunduh 10 Januari 2015.

Rozako, Rusianah, Nizmah, Yuliana. 2012.

Perbedaan Efektifitas Pemberian

Tehnik Relaksasi Nafas dalam dengan

Tehnik Imajinasi Terbimbing

Terhadap Penurunan Skala Nyeri Diysmenorhea Pada Remaja Putri di

Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an

Buaran Pekalongan. Diunduh 2

Agustus 2015.

South, M,. Bidjuni,. Mahara, R. 2014.

Hubungan Gaya Hidup Dengan

Kejadian Hipertensi Di Puskesmas

Kolongan Kecamatan Kalawat

Kabupaten Minahasa Utara. ejournal

Keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1, Februari 2014. Diunduh 15 Maret 2015.

Sudrajat. 2014. Pengaruh Latihan Napas

dalam dan Pemijatan terhadap

Tingkat Kelelahan dan Saturasi

Oksigen pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis

di RSUD Serang. Tesis : Perpustakan

UMJ.

Sugarlaki, H,. 2009. Karakteristik dan

Faktor Berhubungan Dengan

Hipertensi Di Desa, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa

Tengah tahun 2009. Jurnal Makara

Kesehatan Vol.10, No.2, Desember 2009: 78-88. Diunduh April 2015. Susanti, W., Warsito B., Armunanto. 2013.

Pengaruh Terapi Imajinasi Terpimpin Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di kelurahan Karang Sari Kabupaten Kendal. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah. Diunduh 20 Desember 2014.

Sudoyo, A., Setyohadi, B., Alwi, Idrus., Simadibrata, M., Setiati, S., 2014.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta : Interna Publising

Suddarth., Brunner. 2010. Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 10.

Jakarta : EGC

Supardi, 2013. Metodologi Riset

Keperawatan. Jakarta : Trans Info

Media.

Utami M.S. 2011, Efektivitas dan Terapi

Kognitif untuk mengurangi kecemasan

berbicara dimuka umum. Tesis,

Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Diunduh Desember 2014.

WHO. 2011. Global Status Report on

Noncomunicable Diseases. Worlg

Gambar

Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi
Tabel 3 :Distribusi Tekanan Darah pre dan post Intervensi Relaksasi Imajinasi Terbimbing Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
tabel diatas
Grafik 1 : Penurunan tekanan darah dari minggu 1 sampai minggu 4 pada kelompok intervensi Napas Dalam, Imajinasi Terbimbing dan Gabungan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Wisata yang menjadi pendukung pengelolaan dalam bidang pariwisata di Kabupaten Lombok. upaya pengembangan yaitu melalui perencanaan dalam pengembangan potensi wisata

Hal yang kemudian menjadi masalah adalah ketika jumlah karyawan BNN kota Malang ini bertambah setiap tahunnya dengan jumlah 6 karyawan per tahun, yang kemudian berimbas

 Dari  kehidupannya   kita  khusus  mengetahui  mengenai  kehidupan  sosial  tokoh-­‐tokoh:  kelahiran,   pendidikan,  perkawinan  dan  perjuangannya...

284 DIAH WATI FITRIANTI P LULUS TARBIYAH PGRA.

&amp;indakan tersebut mungkin terdiri dari pujian atas kerja yang telah dilakukan dengan baik, saran-saran untuk melakukan hal secara berbeda, (memproses) atau

Dari berbagai paparan di atas dapat disimpulkan bahwa definisi konsep pendidikan sains dalam Islam adalah sebuah metode pendidikan yang komplit dan sistematis

(3) Pada masing-masing kelompok siswa yang memiliki tipe gaya kognitif ( field dependent atau field independent ), manakah model pembelajaran yang memberikan